ABDULLAH BAFADL
1 Al-Mukhtasar al-Latif
PENDAHULUAN
Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada Nabi
Muhammad, juga kepada segenap keluarga dan para sahabatnya. Wa Ba'du:
Ini adalah kitab Mukhtashar (Ringkasan) mengenai perkara yang harus diketahui oleh
setiap muslim atau perkara semisalnya, yang berupa Fardhu-fardhu Thaharah
(bersuci), shalat, dan yang lainnya. Maka wajib bagi orang yang membutuhkannya
untuk mempelajari dan mengajarkan hal tersebut, dari golongan laki-laki, perempuan,
anak-anak, orang dewasa, orang merdeka, maupun budak.
1. Niat, baik “niat untuk mengangkat hadats”, atau “niat bersuci untuk shalat”, ataupun
“niat berwudhu”. Dan Niat tersebut dilakukan ketika membasuh wajah.
4. Mengusap sebagian kulit kepala atau rambut, meski han ya mengusap sebagian
rambut yang ada dalam batas kepala.
Sunnah-sunnah Wudhu
Melebihkan basuhan dari batas wajah (Ghurrah), melebihkan basuhan dari batas
tangan dan kaki (Tahjil), Berkesinambungan dalam membasuh anggota wudhu
(Muwalah), Tidak meminta tolong Orang lain untuk menuangkan air, dan tidak
mengeringkan air wudhu dengan handuk/kain.
1. Shalat,
2. Thawaf,
3. Menyentuh Al-Qur’an,
3 Al-Mukhtasar al-Latif
4. Dan membawa Al-Qur’an, juga membawa papan yang bertuliskan ayat Al-Qur’an
untuk kepentingan belajar. Namun seseorang diperbolehkan membawa tulisan Al-
Qur’an yang tertulis pada perkakas atau uang logam. Dan diperbolehkan bagi anak
kecil yang mumayyiz membawa dan menyentuh Al-Qur’an untuk keperluan belajar
(meski tanpa berwudhu).
3. Haid,
4. Nifas,
5. Melahirkan.
Fardhu-fardhu Mandi Hal yang diwajibkan saat mandi ada dua hal, yaitu:
2. Membasuh seluruh rambut baik yang tipis maupun tebal, juga seluruh kulit,
termasuk membasuh kulit dalam kulup (kulit ujung kemaluan yang belum disunat).
Sunnah-sunnah Mandi:
1. Bersiwak,
2. Membaca basmalah.
3. Wudhu sebelum mandi,
4. Memperhatikan lipatan-lipatan kulit serta anggota badan yang sulit terjangkau air
(seperti telinga. ketiak, lipatan perut. dll),
5. Menyelah-nyelahi rambut.
6. Menggosok anggota badan saat membasuhnya,
7. Tatslits ( melakukan masing-masing basuhan sebanyak tiga kali).
Syarat bersuci dari hadats kecil dan besar adalah sebagai berikut:
1. Islam,
2. Tannyiz.
3. Air yang suci lagi mensucikan.
Maka tidak sah mengangkat hadats dan menghilangkan najis kecuali menggunakan
Air Mutlak, yaitu air yang turun dari langit (seperti air hujan, salju, embun) atau air yang
keluar dari bumi (seperti air laut, air sungai, air sumur, mata air).
5 Al-Mukhtasar al-Latif
Dan jika air telah berubah rasanya, atau warnanya, atau baunya, dengan perubahan
yang menyolok/jelas, karena tercampur dengan benda suci yang mana air tidak
memerlukan benda tersebut, seperti minyak za'ffaron, Usynan (daun sejenis bidara),
semen putih, kapur, atau celak, maka air tersebut tidak boleh dipakai untuk bersuci.
Dan tidak masalah, jika air berubah karena lama menggenang, debu, lumut, atau
benda-benda yang biasa muncul di tempat berdiamnya air dan tempat mengalirnya,
maka air tersebut boleh digunakan untuk bersuci.
Juga boleh digunakan bersuci, bila air berubah sifatnya karena kejatuhan benda suci
yang tidak larut dalam air, seperti kayu gaharu dan minyak wangi (yang tidak larut
dalam air). Dan Tidak sah bersuci menggunakan air (Musta'mal) yang sudah dipakai
untuk bersuci dari hadats dan najis.
Perhatian:
Jika orang berwudhu memasukkan tangannya kedalam air setelah membasuh seluruh
wajahnya satu kali, atau orang yang junub setelah berniat mandi besar, lalu
memasukkan tangan-nya ke dalam air yang kurang dari dua gulah (216 Liter) dengan
niat menciduk air dengan tangan maka itu tidak masalah. Namun bila dia
memasukkan tangan ke dalam air tersebut tidak berniat menciduk air, maka sisa air
tersebut berubah menjadi air musta'mal.
Air yang sedikit (kurang dari dua gullah). maupun benda cair lainnya meski mencapai
dua gullah, akan menjadi najis bila tercampur dengan benda najis. baik benda najis
itu mengubah atau tidak mengubah sifat air tersebut (warna, rasa, atau bau-nya).
Dan sedikit (sehelai) bulu dari binatang najis itu dimaafkan, juga bangkai binatang
yang tidak memiliki darah mengalir, juga najis yang tidak bisa dijangkau oleh mata
(karena sangat kecil), dan najis yang tersisa pada anus burung dan tikus, dan sedikit
debu dari kotoran hewan. Dimaafkan juga air yang tersentuh mulut kucing yang
6 Al-Mukhtasar al-Latif
sebelumnya ia memakan benda najis lalu ia pergi beberapa saat. sekiranya saat ia
pergi ada kemungkinan dia menjilati air yang banyaknya dua qullah atau lebih.
Jika air mencapai dua qullah (216 liter) atau lebih, kemudian kejatuhan najis maka air
tersebut tidak menjadi najis kecuali jika berubah rasa, warna, atau baunya: baik
berubahnya banyak maupun sedikit. Jika perubahan tersebut hilang dengan
sendirinya atau hilang karena ditambah dengan air, maka air tersebut menjadi suci.
Akan tetapi, jika perubahan tersebut hilang dengan dicampuri minyak misik za'faran,
kapur, atau tanah, maka air tersebut tidak kembali suci.
Benda-benda Najis
16. Susu dari hewan yang tidak boleh dimakan dagingnya, kecuali air susu manusia
(ASI).
Adapun bangkai manusia, ikan, dan belalang hukumnya suci. Sedangkan potongan
bagian tubuh (yang terpisah saat masih hidup) dari hewan selain manusia, ikan, dan
belalang hukumnya najis, kecuali bulu hewan yang halal dimakan, bulu ayam
(unggas), bulu onta, bulu domba, juga minyak misik, kantong minyak misik, uapnya,
serta kulit tempat berkumpulnya minyak misik (dalam tubuh kijang).
Khamr (arak yang terbuat dari perasan anggur) dapat menjadi suci jika ia berubah
dengan sendirinya menjadi cuka, demikian juga Nabidz (arak yang terbuat dari
perasan kurma atau kismis). Demikian kulit bangkai akan menjadi suci jika disamak
(dilumuri sesuatu yang pedas, lalu dijemur).
Adapun benda padat yang menjadi najis karena terkena kencing anjing maupun babi,
atau peranakan dari keduanya, atau air liurnya, kotorannya, keringatnya, atau
tubuhnya dalam keadaan basah, maka disucikan dengan membasuhnya sebanyak
tujuh kali dan salah satunya dengan dicampur debu/tanah yang suci lagi mensucikan.
Jika tanah menjadi najis disebabkan anjing, maka cukup disiram dengan air murni
sebanyak tujuh kali.
Apabila sesuatu menjadi najis sebab terkena kencing bayi lakilaki yang belum makan
apa-apa selain ASI (air susu ibunya) maka untuk mensucikannya cukup
membasahinya dengan air, yaitu dengan memercikkan air diatasnya dengan banyak
percikan hingga merata. Dan semua benda yang terkena najis dapat disucikan
dengan cara dibasuh sehingga rasa, warna, dan bau najisnya menjadi hilang. Dan
(jika telah dibasuh berkali-kali) namun warna atau baunya sulit dihilangkan, maka hal
itu tidak mengapa. Adapun benda cair yang terkena najis, maka tidak bisa disucikan.
Tayammum
8 Al-Mukhtasar al-Latif
Wajib bertayammum untuk bersuci dari hadats kecil maupun hasats besar bagi
seseorang yang tidak bisa menggunakan air, baik karena tidak ada air ketika mugim
atau safar, maupun karena sakit yang dilarang untuk menggunakan air.
Bagi orang yang badannya terdapat luka yang berbahaya bila terkena air, maka dia
tetap (berwudhu) dengan membasuh anggota yang sehat, kemudian melakukan
tayamum sebagai pengganti dari basuhan anggota tubuh yang terluka, dengan
bertayammum pada wajah dan kedua tangan. Dan waktunya tayammum adalah saat
membasuh sekitar anggota tubuh yang sakit. Wajib pula mengusap perban dengan
air, jika ia tidak memungkinkan untuk melepas perbannya.
1. Mengambil debu.
2. Niat, yaitu berniat tayamum agar diperbolehkan shalat, bila shalatnya adalah shalat
fardhu maka ia berniat tayamum untuk bisa melaksanakan shalat fardhu. Dan wajib
menyertakan niat ketika ia meletakkan kedua tangan untuk mengambil debu, lalu terus
menghadirkan niat tersebut sampai ia mengusap wajahnya.
3. Mengusap wajah.
Syarat-Syarat Tayamum
2. Menggunakan debu yang suci lagi mensucikan, murni yang tidak tercampur.
3. Hendaknya mengambil debu sebanyak dua kali. Pertama ketika hendak mengusap
wajah, kedua ketika hendak mengusap kedua tangan.
9 Al-Mukhtasar al-Latif
5. Memperbarui tayamum setiap kali hendak melaksanakan ibadah yang fardhu 'ain
(Seperti: Shalat, Thawaf, dll).
6. Mencari air sebelum bertayamum dan setelah masuk waktu shalat, baik mencari di
rumahnya, tetangganya, atau tempattempat di sekitarnya, dengan bertanya secara
jelas, "Siapa yang memiliki air!"
Barangsiapa yang tidak mendapati air ataupun debu, seperti orang yang berada di
puncak gunung misalnya, maka ia tetap wajib melaksanakan shalat fardhu meski
sendirian, namun dia wajib mengulangi shalatnya (saat mendapati air). Tayamum juga
diperbolehkan ketika musim dingin, asalkan tidak ada peralatan yang dapat
menghangatkan air dingin tersebut, atau tidak bermanfaat baginya menghangatkan
tubuh setelah dibasuh dengan air hangat (badannya tetap kedinginan meski
dihangatkan dengan air hangat), atau ia tidak mampu menghangatkan tubuhnya. Dan
Orang yang bertayamum karena air sangat dingin, serta orang yang bertayamum
dalam safar yang bertujuan maksiat, maka ia harus menqadha shalatnya.
Masa haid (Menstruasi) paling sedikit adalah sehari semalam, yang paling lama
adalah lima belas hari. Sedangkan pada umumnya haid itu selama enam atau tujuh
hari.
Dan diharamkan bagi wanita yang sedang haid juga bagi orang yang sedang junub.
beberapa hal yaitu:
1. Shalat,
2. Thawaf,
3. Menyentuh Al-Qur’an,
4. Membawa Al-Qur’an,
5. Berdiam diri di dalam masjid.
10 Al-Mukhtasar al-Latif
Wanita yang haid wajib menqadha' hutang puasa Ramadhan, namun ia tidak perlu
menqadha' shalat yang dia tinggalkan selama masa haid. Bila darah haidnya berhenti
(suci), dia diperbolehkan untuk puasa meski belum mandi wajib. Dan diharamkan bagi
wanita yang mengalami nifas hal-hal yang diharamkan bagi perempuan haid. Nifas
adalah darah yang keluar setelah melahirkan.
BAB SHALAT
Shalat wajib ada lima. Memajukan shalat sebelum masuk waktu dan
mengakhirkannya tanpa ada halangan termasuk dosa besar, Dan awal masuknya
waktu Dzhuhur adalah ketika matahari tergelincir, sedangkan akhir waktunya adalah
ketika panjang bayangan suatu benda sama dengan benda tersebut selain bayangan
Istiwa' (saat matahari ada di tengah-tengah). Sedangkan Awal masuk waktu Ashar
adalah ketika bayangan suatu benda sama dengan bende tersebut dengan sedikit
lebih panjang, sedangkan akhir waktunye adalah ketika matahari tenggelam.
Awal masuk waktu Maghrib adalah ketika bulat matahari tenggelam, sedangkan akhir
waktunya menurut pendapat yang terpilih adalah ketika awan merah (rona merah
senja) telah hilang dari ufuk. Dan Awal masuk waktu "Isya adalah ketika awan merah
telah hilang dari ufuk sedangkan akhir waktunya adalah saat terbitnya fajar shadig
yaitu fajar yang menyebar di ufuk. Dan awal masuk waktu Subuh adalah ketika terbit
fajar shadia, sedangkan akhir waktunya saat terbit matahari. Sedangkan amal ibadah
yang paling utama adalah bersegera menunaikan shalat di awal waktunya.
11 Al-Mukhtasar al-Latif
Dan tidak diharamkan untuk shalat sunnah pada waktu-waktu tersebut, jika shalat
sunnah tersebut mempunyai sebab diawal, seperti Shalat Tahiyatul Masjid atau shalat
Kusuf/Gerhana matahari (karena masuk masjid atau munculnya gerhana terlebih
dahulu terjadi sebelum melakukan shalatnya), namun diharamkan pada waktu
tersebut untuk shalat istikharah (karena sebabnya belakangan, yaitu istikharah terjadi
setelah shalat). Juga diharamkan untuk shalat sunnah setelah khatib naik mimbar
pada khutbah Jum'at, kecuali shalat Tahiyatul Masjid.
Shalat diwajibkan bagi setiap muslim, baligh, berakal, dan suci. Wajib bagi orang tua
atau wali dari anak untuk memerintahkan anaknya melaksanakan shalat saat berumur
tujuh tahun, dan wajib memukulnya jika anaknya meninggalkan shalat sementara
usianya sepuluh tahun. Sedangkan hukum bagi anak perempuan sama dengan anak
12 Al-Mukhtasar al-Latif
laki-laki. Dan ketika seorang anak mengalami baligh, atau seorang wanita bersih dari
haid atau nifas, atau orang yang hilang akal kemudian sadar, manakala terjadi
sebelum keluar waktu shalat seukuran satu kali ucapan takbir, maka mereka wajib
menqadha shalat tersebut.
Juga diwajibkan untuk menqadha' waktu shalat sebelumnya jika shalat sebelumnya
itu adalah shalat Dzhuhur ataupun Maghrib. Jika telah masuk waktu shalat dan berlalu
seukuran waktu untuk dapat melaksanakan shalat fardhu, kemudian seorang wanita
tiba-tiba mengeluarkan darah haid atau nifas sementara ia belum sempat menunaikan
shalat, atau tiba-tiba gila dan belum menunaikan shalat. maka ia wajib menqadha'
shalat tersebut.
Wajib bagi para bapak dan ibu, serta tuan budak untuk mengajari anakanaknya dan
para budaknya tentang perkara-perkara yang diwajibkan atas mereka ketika sudah
baligh, meliputi tata cara Thaharah (bersuci), Shalat, Puasa, dan selainnya. Dan wajib
memberitahu mereka tentang haramnya zina, liwath (sodomi), mencuri, minum khamr
(minuman keras), melakukan tindakan kriminal, Juga tentang haramnya berdusta baik
sedikit maupun banyak, ghibah (membicarakan aib orang lain), namimah (adu
domba), dan semisalnya.
Syarat-syarat Shalat
2. Menghadap kiblat, kecuali dalam shalat nafilah (sunnah) ketika safar (seperti: shalat
sunnah diatas kendaraan yang tidak memungkinkan baginya untuk menghadap
kiblat).
3, Menutup aurat.
Aurat laki-laki dan budak wanita (dalam shalat) adalah antara pusar dan lutut. Adapun
aurat wanita merdeka dalam shalat maupun di hadapan laki-laki yang bukan
mahramnya adalah seluruh anggota badannya selain wajah dan kedua telapak
tangan. Sedangkan di hadapan mahramnya adalah antara pusar dan lutut.
Adapun darah dari bagkai binatang yang tidak memiliki darah yang mengalir, kotoran
lalat, darah jerawat baik sedikit maupun banyak, nanah dari bisul ataupun cairannya,
sedikit darah ajnabi (darah orang lain yang mengenai badan atau pakaian kita) maka
dimaafkan, kecuali darah anjing dan babi.
Fardhu-fardhu Shalat
1. Niat.
14 Al-Mukhtasar al-Latif
Jika shalat tersebut fardhu maka wajib niat melaksanakan shalat dan menentukan
shalat apa yang hendak ditunaikan, serta Niat fardhu dari orang yang baligh. Namun,
Jika shalatnya adalah shalat nafilah muaqqat (yang waktunya ditentukan) seperti
shalat witir, atau shalat nafilah dzu sabab (karena sebab atau terjadi peristiwa tertentu)
seperti shalat Kusuf, maka wajib untuk berniat melaksanakan shalat dan menentukan
shalat apa yang hendak ditunaikan. Bila shalatnya adalah shalat nafilah muthlag (tidak
tergantung oleh sebab maupun waktu), maka wajib untuk berniat menunaikan Shalat
saja.
2. Takbiratul Ihram.
Yaitu dengan mengucap: “Allahu Akbar" dan tidak mengapa dengan mengucapkan
“Allahul akbar”. Serta wajib menyertakan niat pada ucapan takbiratul ihram ini
seluruhnya (Mengucap “Allahu Akbar” sambil berniat didalam hati).
5. Ruku'.
6. Thuma'ninah dalam ruku'. Yaitu: sekiranya seluruh anggota badan sudah tenang
dan menempati tempatnya.
7. Itidal.
Minimal Sujud: dengan meletakkan sebagian dahi ke lantai, juga jari-jari tangan dan
jari-jari kaki bagian dalam, serta kedua lutut. Juga menekan kepalanya, serta
mengangkat pantat agar lebih tinggi daripada kepala dan bahu.
17. Tertib.
Sunnah-sunnah Shalat
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, ruku', bangkit dari ruku', dan
berdiri dari tasyahud awal.
3. Membaca ta'awudz, dan ini disunnahkan untuk dibaca pada setiap rakaat, dan
ta'awudz pada rakaat pertama lebih ditekankan.
4. Membaca surat pendek setelah surat Al-Fatihah, bagi makmum yang tidak
mendengar bacaan imamnya.
16 Al-Mukhtasar al-Latif
5. Membaca surat secara jahr/mengeraskan suara (bagi selain makmum) pada shalat
Subuh dan dua rakaat awal shalat Maghrib dan Isya', baik untuk laki-laki maupun
perempuan, asalkan tidak ada laki-laki yang bukan mahram disekitarnya.
7. Membaca takbir selain takbiratul ihram, (yaitu takbir perpindahan dari satu gerakan
menuju gerakan shalat lainnya).
8. Membaca gunut saat I'tidal pada rakaat kedua shalat Subuh, dan juga disunnahkan
juga membaca Ounut saat I'tidaal pada rakaat terakhir setiap shalat lima waktu ketika
ada musibah (Dinamakan Ounut Nazilah).
10.Ketika sujud membaca: "Subhana rabbiyal ala wa bihamdihi" (Mahasuci Allah Yang
MahaTtinggi dan segala puji bagi-Nya) sebanyak tiga kali.
11. Ketika sujud, hendaknya meletakkan kedua lutut terlebih dahulu baru telapak
tangan, kemudian dahi dan hidung.
13.Disunnahkan untuk duduk istirahat sejenak pada rakaat pertama dan ketiga (yaitu
saat akan berdiri menuju rakaat kedua dan keempat), selain pada shalat Maghrib.
15.Membaca shalawat kepada Rasulullah Saw pada saat tasyahud dan ketika
membaca gunut.
19. Khusyu'.
22.Menunaikan shalat dengan semangat dan hati yang kosong dari hal-hal duniawi.
1. Berbicara banyak (dua huruf atau satu huruf yang memiliki arti).
3. Banyak bergerak, seperti melangkah tiga langkah atau bergerak tiga kali berturut-
turut, bergerak sekali namun berlebihan (hingga menyebabkan seluruh badannya
bergerak), dan lompatan yang kelewat batas. Bila seseorang berbicara sedikit karena
lupa, atau sedikit makan karena lupa, atau menambah satu ruku' atau satu sujud
karena lupa, maka shalatnya tidak batal, namun sunnah baginya melakukan sujud
sahwi.
Sujud Sahwi
18 Al-Mukhtasar al-Latif
Dalam sujud sahwi, seorang makmum wajib mengikuti imam, (meski sang imam sujud
sahwi untuk dirinya sendiri karena kelupaan yang dilakukan oleh imam). Namun bila
seorang makmum sujud sahwi untuk dirinya sendiri (padahal imamnya tidak
melakukan sujud sahwi), atau dia tidak mengikuti imam dalam sujud sahwi secara
sengaja dan ia tahu bahwa tidak mengikuti gerakan imam hukumnya haram, maka
shalatnya batal.
Sujud Tilawah
Sujud tilawah dianjurkan bagi orang yang membaca Al-Qur’an, Orang yang
menyimak, maupun yang mendengarkan Al-Qur’an, yang terletak pada empat belas
ayat. Dan sujud tilawah sunnah dilaksanakan bagi imam maupun orang yang shalat
sendirian (ketika ayat tersebut dibaca dalam shalat). Adapun makmum tidak boleh
sujud tilawah kecuali jika imamnya melakukan sujud tilawah. Dan jika makmum
bersujud tilawah sendiri padahal imam tidak sujud, maka shalatnya batal.
Shalat seseorang tidak sah/batal jika bermakmum kepada imam-imam seperti ini:
1. Orang yang pelat/cadel,
5. Orang kafir.
8. Seorang laki-laki juga tidak boleh shalat di belakang perempuan dan banci.
2. Hendaknya Imam dan makmum berkumpul dalam satu masjid atau ruangan
terbuka/tanah lapang, asalkan jarak antara keduanya tidak lebih dari tiga ratus hasta
(150 meter).
5. Hendaknya bentuk shalatnya sesuai dengan shalatnya imam. Maka tidak sah shalat
kusuf di belakang orang yang shalat wajib. Tidak sah pula shalat subuh di belakang
shalat jenazah, juga tidak sah shalat jenazah di belakang orang yang shalat subuh.
6. Hendaknya mengikuti gerakan imam. Bila makmum mendahului imam dengan dua
rukun fi'li (rukun yang berupa gerakan) atau tertinggal dua rukun fi'li tanpa ada udzur,
maka shalatnya batal Atau tertinggal dari imam karena ada udzur, seperti makmum
20 Al-Mukhtasar al-Latif
yang lambat dalam membaca Al-fatihah, maka makmum diberi toleransi tertinggal dari
imam sampai tiga rukun fi'li yang Panjang (Ruku, Sujud pertama, dan Sujud Kedua).
Diperbolehkan bagi Musafir yang melakukan perjalanan jauh yaitu dua marhalah
(sekitar 89 km) dengan safar yang mubah (bukan safar maksiat) untuk mengashar
shalat Dzhuhur, Ashar, dan 'Isya menjadi dua rakaat saja.
Dan barangsiapa yang meninggalkan shalat dalam safar lalu ia ingin menqadha'nya
ketika sampai di tempat tinggalnya, atau sebaliknya (yaitu meninggalkan shalat saat
berada di tempat tinggalnya lalu ia ingin menqadha'nya ketika safar) maka dia wajib
mengerjakan dengan jumlah rakaat sempurna. Disyaratkan dalam gashar untuk
menentukan tujuan tertentu (yaitu menentukan kota mana/daerah mana yang akan
dituju), sehingga musafir yang melakukan perjalan namun tidak punya arah tujuan,
maka ia tidak mendapat keringanan gashar.
Dan orang yang mengashar shalatnya tidak boleh bermakmum kepada orang yang
shalat dengan rakaat yang sempurna, juga tidak boleh bermakmum tatkala ia ragu
apakah imam yang dia ikuti menyempurnakan bilangan rakaatnya atau mengashar
shalat. Dan hendaknya berniat gashar saat Takbiratul Ihram .
Diperbolehkan bagi orang yang sedang melakukan perjalanan mubah dan jauh untuk
menjamak shalat Dzhuhur dan Ashar, juga shalat Maghrib dan “Isya. Dia boleh
melakukan jamak tagdim (melakukan dua shalat pada waktu shalat yang pertama)
maupun jamak ta'khir (melakukan dua shalat pada waktu shalat yang kedua).
Jika ia melaksanakan jamak tagdim, maka disyaratkan untuk memulai shalat dengan
shalat yang pertama (Dzuhur atau Maghrib) dan berniat jamak tagdim dalam shalat
yang pertama tersebut. dan jeda antara kedua shalat yang dijamak hendaknya tidak
lama. Sedangkan dalam jamak ta'khir disyaratkan untuk berniat ta'khir sebelum keluar
dari waktu Zhuhur atau sebelum keluar dari waktu Maghrib.
21 Al-Mukhtasar al-Latif
Shalat Jumat hukumnya wajib bagi setiap muslim. mukallaf, laki-laki, merdeka, mugim
(tidak safar). dan tidak sakit. Diperbolehkan meninggalkan shalat Jumat dan shalat
berjamaah ketika ada hujan deras, sakit, merawat orang sakit, menunggu kerabat
yang sudah dekat dengan kematian, takut terjadi gangguan terhadap dirinya,
hartanya,
2. Sebelumnya tidak didirikan shalat Jum'at di desa tersebut (yaitu tidak ada jumatan
lain di kampung tersebut yang mendahuluinya, namun jika terpaksa harus terpecah
menjadi dua tempat jumatan yang berbeda disebabkan oleh tempat yang kurang
memadai atau terlalu jauh, maka diperbolehkan).
4. Jumlah minimal jamaah shalat Jumat adalah empat puluh orang laki-laki mukallaf,
merdeka, mustauthinin, yaitu mereka yang (tinggal menetap di daerah tersebut) yang
tidak bepergian baik di musim kemarau maupun musim hujan/dingin, kecuali jika ada
keperluan.
22 Al-Mukhtasar al-Latif
1. Memuji Allah dalam kedua khutbah (mengucap “Alhamdulillah” atau pecahan lafad
“Hamd” lainnya).
2. Membaca shalawat kepada Rasulullah Saw dalam kedua khutbah.
3. Berwasiat untuk bertakwa dalam kedua khutbah.
4. Membaca ayat Al-Qur’an pada khutbah pertama atau pada hutbah yang kedua.
5. Berdoa untuk orang-orang beriman, meskipun hanya dengan ucapan doa
“Rahimakumullah” (semoga Allah merahmati kalian), pada khutbah kedua.
Mengurus Jenazah
Shalat Jenazah
Adapun dalam mengubur jenazah, minimalnya dikubur dalam lubang yang sekiranya
cukup untuk menutupi bau tidak sedap si mayit serta melindunginya dari binatang
buas. Dan wajib menghadapkan mayit ke arah kiblat. Adapun sempurnanya:
kedalaman Lubang kubur seukuran orang berdiri dan mengangkat tangan, yaitu
empat setengah hasta (2,2 meter).
ZAKAT
Zakat diwajibkan dalam harta yang berupa unta, sapi, kambing, pertanian, buah-
buahan, barang tambang, barang temuan, dan perdagangan.
Zakat Unta
24 Al-Mukhtasar al-Latif
Setiap 5 ekor unta, maka zakatnya adalah seekor domba yang berumur satu tahun
atau seekor kambing kacang berumur dua tahun. Untuk 10 ekor unta zakatnya adalah
2 ekor domba.
Untuk 25 ekor unta zakatnya adalah seekor bintu makhad, yaitu unta betina yang
berumur setahun.
Untuk 36 ekor unta zakatnya adalah seekor bintu labun, yaitu unta betina yang
berumur dua tahun.
Untuk 46 ekor unta zakatnya adalah seekor higgah, yaitu unta betina yang berumur
tiga tahun.
Untuk 61 ekor unta zakatnya adalah seekor jadza'ah, yaitu unta betina yang berumur
empat tahun.
Di atas jumlah itu, maka setiap kelipatan 40 ekor zakatnya adalah seekor bintu labun,
dan setiap kelipatan 50 ekor zakatnya seekor hiqqah.
Zakat Sapi
Setiap tiga puluh ekor sapi zakatnya seekor tabi' (sapi jantan atau betina yang telah
berumur setahun). Setiap empat puluh ekor sapi zakatnya seekor musinnah (sapi
25 Al-Mukhtasar al-Latif
betina yang telah berumur dua tahun). Kemudian di atas jumlah ini. maka pada setiap
30 ekor sapi zakatnya seekor tabi' dan setiap 40 ekor sapi zakatnya seekor musinnah
Zakat pertanian dan buah-buahan tidak diwajibkan kecuali yang dijadikan makanan
pokok pada kondisi normal. Zakat tersebut diwajibkan jika buah telah layak dimakan
(dipanen), maupun biji telah mengeras, dengan syarat bila hasil panennya mencapai
tiga ratus sha' (825 kg). Dan satu sha' adalah empat mudd.
Jika pengairan menggunakan biaya, maka zakatnya adalah 596 dari hasil panen,
sedangkan bila pengairan tidak perlu biaya, misalnya memakai air hujan maka
zakatnya adalah 1096 dari hasil yang kering (biji yang keras) dan murni (tanpa jerami
atau kulit). Dan hasil panen hendaknya digabungkan dengan hasil panen lainnya agar
dapat memenuhi nishab, jika jenis tanamannya sama (seperti: beras putih dengan
beras merah) dan jika dipanen-nya dalam kurun satu tahun.
Zakat Emas
Nishab emas adalah 20 mitsgal (84 gram). Sedangkan 1 mitsqal adalah 24 girath.
Sedangkan Nishab perak adalah 200 dirham Islam (588 gram) yang terbuat dari perak
murni. Dirham Islam adalah 17 kurang 1/5, yaitu (16.8 qirath). Zakat tidak diwajibkan
sampai emas dan perak mencapai satu kali haul (setahun). Dan zakat emas dan perak
adalah sebesar 1/40 (2.5%). Syaratnya adalah bila emas dan perak itu bukan sebagai
perhiasan mubah.
26 Al-Mukhtasar al-Latif
Untuk tambang emas dan perak, zakatnya 1/40 atau 2.5% bila mencapai nishab saat
itu juga tanpa menunggu haul (langsung dikeluarkan zakatnya tanpa menunggu
setahun).
Rikaz adalah harta simpanan yang dikubur oleh orang-orang jahiliyah. Maka zakatnya
adalah seperlima (20%), dikeluarkan saat itu juga tanpa menunggu haul, dengan
syarat: berupa emas atau perak, serta ditemukan di tanah yang tak bertuan atau tanah
yang dihidupkan/dirawatnya.
Zakat Perdagangan
Yaitu bila mencapai nishab di akhir tahun, maka zakatnya adalah 1/40 atau 2,5%.
Zakat Fitrah
Zakat fitrah wajib ditunaikan sejak tenggelam matahari pada hari terakhir bulan
Ramadhan, bagi orang yang merdeka. Wajib baginya mengeluarkan zakat fitrah untuk
dirinya sendiri dan orangorang yang berada di bawah tanggungannya, seperti istri.
orang tua, anak, dan budak selama mereka muslim dan ia memiliki bahan makanan
untuk membayar zakat mereka. Dan haram hukumnya menunda pembayaran zakat
fitrah hingga berlalu hari Id. Jika ia sengaja menundanya (tanpa udzur) maka ia
berdosa dan wajib mengganti.
Zakat fitrah tidak diwajibkan atas orang yang mu'sir (tidak mampu), yaitu: orang yang
tak punya apa-apa, atau hanya memiliki makanan secukupnya untuk malam Id dan di
hari Idul Fitri saja. Dan tidak wajib baginya menjual rumah atau budak yang masih dia
butuhkan untuk dapat mengeluarkan zakat. Jumlah zakat fitrah adalah 1 sha' (2,8 kg).
Sedangkan 1 sha' adalah 4 mudd dengan ukuran Mudd di masa Rasulullah Saw, yaitu
27 Al-Mukhtasar al-Latif
1 1/3 rithl. Maka, zakat fitrah tidak sah kecuali sesuai dengan takaran tersebut dan
tidak sah kecuali dikeluarkan dalam bentuk makanan pokok negeri setempat.
PUASA
3. Menahan diri dari Istimna' (berusaha mengeluarkan mani dengan tangannya atau
tangan istrinya).
5. Menahan dari masuknya benda ke dalam jauf (rongga perut dan kepala), misalnya
bagian dalam telinga, atau saluran kencing (saluran air susu) melalui lubang yang
terbuka. Akan tetapi tidak mengapa untuk minyak yang terserap ke pori-pori kulit atau
rasa celak di tenggorokan. Dan seseorang tidak dinyatakan telah berbuka bila ia
melakukannya (jimak dan yang lainnya) karena tidak tahu, lupa, atau dipaksa.
Puasa seseorang akan batal bila ia keluar mani akibat sentuhan tanpa penghalang,
atau karena berciuman, atau karena bercumbu kecuali jika keluarnya mani kerena
membayangkan atau melihat (make tidak batal puasanya. karena tidak bersentuhan).
5. Islam,
6. Berakal,
7. Suci dari haid dan nifas di sepanjang hari.
Dan Diharamkan puasa pada hari raya Idul Fithri dan Idul Adha serta hari Tasyriq
(11.12.13 Dzulhijjah). Diharamkan juga berpuasa pada lima belas hari terakhir di bulan
Sya'ban kecuali karena nadzar, menqadha' puasa, membayar kafarah, atau ada
sebab.
Adapun anak-anak laki-laki dan perempuan yang berumur tujuh tahun maka
diperintahkan untuk berpuasa juga jika mereka mampu. Kemudian mereka dipukul
bila tidak berpuasa saat sudah berumur sepuluh tahun.
Seorang musafir yang melakukan safar yang jauh dan mubah diperbolehkan berbuka
puasa. Demikian juga bagi orang sakit yang dikhawatirkan puasa akan
membahayakan dirinya. Dibolehkan juga bagi perempuan hamil dan menyusui untuk
tidak berpuasa bila dikhawatirkan akan membahayakan bagi diri mereka maupun bagi
janin dan anaknya.
Juga bagi orang yang menyelamatkan binatang yang tidak diperintahkan untuk
dibunuh, atau menyelamatkan seseorang yang berada di ujung kematian. Dan mereka
yang membatalkan puasa ini wajib untuk menqadha' (mengganti) puasanya.
Adapun orang yang tidak berpuasa karena menyelamatkan binatang atau manusia
yang berada di ujung kematian, maka dia wajib menqadha' puasa juga membayar
fidyah sebanyak satu mudd (7 ons) setiap harinya. Demikian juga wanita hamil dan
29 Al-Mukhtasar al-Latif
wanita menyusui yang tidak berpuasa karena khawatir terhadap bayinya (bukan
khawatir terhadap dirinya sendiri) maka dia wajib mengganti puasa dan juga
membayar fidyah.
I'tikaf
Syarat sah i'tikaf adalah niat, berdiam diri di dalam masjid, Islam, berakal, suci dari
haid dan nifas, serta suci dari janabah.
BAB HAJI
Haji dan umrah hukumnya wajib bagi setiap muslim, baligh, berakal, merdeka, mampu
berhaji sendiri, atau dihajikan orang lain bila ia tidak mampu: baik karena sakit yang
tidak bisa diharapkan kesembuhannya atau karena usia tua.
Fardhu-fardhu Haji
Wajib-wajib Haji
Fardhu-fardhu Umrah
Fardhu-fardhu Thawaf
5. Memutari Ka'bah tujuh kali di luar Ka'bah dan masih di dalam Masjidil Haram.
Fardhu-fardhu Sa'i
31 Al-Mukhtasar al-Latif
1. Memulai dari Shafa saat lari yang pertama (dari Shafa ke Marwa) dan memulai dari
Marwa saat lari yang kedua (dari Marwa ke Shafa). Begitu seterusnya sampai selesai
tujuh kali larian.
2. Sa'i dilaksanakan setelah Thawaf Rukun atau Thawaf Qudum dengan tidak
menyelahi keduanya dengan wukuf di Arafah.
Tahallul
Tahallul pertama dilakukan setelah menyelesaikan dua dari tiga perbuatan ini, yaitu:
Thawaf, bercukur, dan melempar Jumrah Aqabah. Adapun tahallul kedua yaitu ketika
selesai melaksanakan tiga perbuatan tersebut seluruhnya. Pada tahalul pertama,
maka seluruh larangan dalam ihram menjadi halal kecuali berhubungan suami istri
dan melaksanakan akad nikah. Adapun tahalul dalam umrah adalah , ketika selesai
melaksanakan umrah.
1. Menutup kepala bagi laki-laki, baik seluruhnya maupun sebagian, dengan penutup
yang dianggap sebagai tutup kepala menurut kebiasaan. Adapun perempuan dilarang
menutup wajahnya. Dan bagi laki-laki juga dilarang memakai kain yang ada
jahitannya, sedangkan perempuan dilarang memakai sarung tangan.
2. Memakai minyak wangi dengan zat apapun yang dianggap sebagai minyak wangi,
baik dipakai di badan, kain, kasur, atau makanannya.
Bila melanggar hal-hal di atas, maka kafarahnya adalah seekor kambing atau
memberi makan sebanyak tiga sha' (8,4 kg) kepada enam orang fakir sehingga
masing-masing mendapatkan setengah sha' (1,4 kg), atau berpuasa tiga hari.
JUAL BELI
Orang yang hendak berjual beli, menikah, dan yang lainnya hendaknya mempelajari
tata cara dan syarat-syaratnya.
1. Ada lafazh ijab dari penjual dan ada lafazh gabul dari pembeli.
2. Hendaknya dua orang yang berakad adalah orang yang baligh. berakal, bijak
(dalam menjalankan perkara duniawi maupun ukhrawi), dan punya kebebasan
memilih (tidak dipaksa).
3. Barang yang diperjualbelikan adalah barang yang suci, atau barang terkena najis
namun bisa disucikan dengan dicuci, barang yang bermanfaat, bisa diserahkan,
benar-benar dimiliki oleh orang yang menjual atau orang yang memiliki wali/kuasa jual
atau wakil dari pemilik barang tersebut, dan hendaknya penjual dan pembeli sama-
sama mengetahui bentuk barang tersebut, ukurannya, maupun sifat-sifatnya.
Maka tidak sah jual beli dengan mengatakan “Saya jual salah satu dari dua baju ini,”
atau “Salah satu dari dua budak ini," atau “Saya jual makanan sepenuh wadah ini,”
atau “Saya jual emas seberat batu kerikil ini.” Tidak sah pula menjual maupun membeli
barang yang belum dilihat.
Jika seseorang menjual bahan makanan dengan bahan makanan sejenis (seperti:
beras dengan beras), atau perak dengan perak, atau emas dengan emas, maka
disyaratkan:
1. Hulul (kontan),
3. Mumatsalah (sama kadarnya), yaitu sama takarannya bila termasuk barang yang
ditakar atau sama beratnya bila termasuk barang yang ditimbang.
Adapun bila barang yang diperjualbelikan adalah bahan makanan yang berbeda jenis,
atau menjual emas dengan perak, maka disyaratkan:
34 Al-Mukhtasar al-Latif
1. Hulul (kontan)
2. Taqabudh (serah-terima barang sebelum berpisah), namun tidak disyaratkan
mumatsalah (sama kadarnya).
Hak memilih (khiyar) selama di majelis akad ditetapkan/berlaku dalam setiap jenis jual
beli, dan tidak berakhir masa khiyar sampai keduanya atau salah satu dari penjual
maupun pembeli menentukan pilihan untuk menetapkan akad atau sampai keduanya
berpisah (keduanya meninggalkan tempat akad, dengan berbalik badan ke belakang).
Diperbolehkan bagi dua orang yang berakad atau salah satunya untuk mensyaratkan
khiyar selama tiga hari atau kurang. kecuali jika disyaratkan iwadh (bayarannya)
diserahkan di majelis (misalnya akad salam). dan jual beli makanan dengan makanan,
serta jual emas/perak dengan emas/perak.