Anda di halaman 1dari 21

FIKIH THAHARAH

Hukum Air
Jenis-jenis Air
Dan Penggunaannya Dalam
Bersuci
Secara Bahasa : Kebersihan dan
‫الطهارة‬ kesucian dari kotoran, baik
bersifat hissi (nampak) maupun
ma’nawi (abstrak)
DEFINISI
THAHARAH
(BERSUCI) Secara Istilah (terminologi) :
Terangkatnya hadats atau
hilangnya najis.
HADATS
Hadats ada dua jenis :
• Hadats Ashghar (kecil),
seperti kentut, kencing,
Suatu kondisi pada badan tidur, dll. Cara
yang menyebabkan menghilangkannya adalah
seseorang terhalangi/tidak dengan berwudhu.
boleh mengerjakan ibadah
• Hadats Akbar (besar),
yang dipersyaratkan seperti keluarnya mani
thaharah (bersuci) dengan syahwat, ihtilam
padanya. Seperti : shalat, (mimpi basah), jima’
thawaf, dll. (hubungan pasutri), selesai
dari haid dan nifas, dan
orang kafir yg baru masuk
Islam. Cara
menghilangkannya adalah
dengan mandi janabah.
THAHARAH DARI HADATS SIFATNYA MA’NAWI
(ABSTRAK).

Thaharah dari hadats tidak mencuci/membasuh


tempat keluarnya hadats, namun membasuh
anggota badan tertentu yang telah ditentukan
oleh syari’at.

Misalnya orang yang berthaharah dari kentut,


maka dia tidak membasuh atau mencuci tempat
keluarnya kentut. Namun ditentukan dalam
syari’at dia harus membasuh anggota badan
lainnya, yaitu dia harus berwudhu`.
IMAN
bukan sekedar
LOGIKA
“Seandainya agama itu dengan logika semata,
maka tentu bagian bawah khuf lebih pantas untuk
diusap daripada bagian atasnya. Namun sungguh aku
sendiri telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengusap bagian atas khufnya.”
[Ali bin Abi Thalib]
NAJIS
Najis adalah kotoran yang wajib atas setiap
muslim untuk membersihkan diri darinya, atau
mencuci sesuatu yang terkenainya.

Contoh : Air kencing, kotoran manusia, dll.


3 MACAM NAJIS

1. Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)


2. Najis Mutawassithah (Najis Biasa/Sedang)
3. Najis Mughollazhoh (Najis Berat)
Najis Mukhaffafah
Yang termasuk najis ringan ini adalah air seni atau
air kencing bayi laki-laki yang hanya diberi minum
asi (air susu ibu) tanpa makanan lain.

Untuk mensucikan najis mukhafafah ini yaitu


dengan memercikkan air bersih pada bagian yang
kena najis.
Najis Mutawassithah
Segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur
manusia dan binatang/hewan adalah najis biasa
dengan tingkatan sedang.

Air kencing, kotoran buang air besar, air wadi dan


madzi adalah najis, termasuk bangkai (kecuali
bangkai orang, ikan dan belalang), air susu hewan
haram, khamar, dsb.
Najis Mutawasitah terdiri atas dua bagian, yakni :
- Najis 'Ainiyah : Jelas terlihat rupa, rasa atau
tercium baunya.
- Najis Hukmiyah : Tidak tampak (bekas kencing &
miras)

Untuk membuat suci najis mutawasithah 'ainiyah


caranya dengan dibasuh 1 s/d 3 dengan air bersih
hingga hilang benar najisnya. Sengankan untuk
najis hukmiyah dapat kembali suci dan hilang
najisnya dengan jalan dialirkan air di tempat yang
kena najis.
Najis Mughollazhoh
Najis mughollazoh contohnya seperti air liur
anjing, air iler babi dan sebangsanya. Najis ini
sangat tinggi tingkatannya sehingga untuk
membersihkan najis tersebut sampai suci harus
dicuci dengan air bersih 7 kali di mana 1 kali
diantaranya menggunakan air dicampur tanah.
Tambahan
Najis Ma'fu adalah najis yang tidak wajib
dibersihkan/disucikan karena sulit dibedakan
mana yang kena najis dan yang tidak kena najis.
Contoh dari najis mafu yaitu seperti sedikit
percikan darah atau nanah, kena debu, kena air
kotor yang tidak disengaja dan sulit dihindari. Jika
ada makanan kemasukan bangkai binatang
sebaiknya jangan dimakan kecuali makanan
kering karena cukup dibuang bagian yang kena
bangkai saja.
MEMBERSIHKAN Jika ada najis yang mengenai badan,
pakaian manusia atau lainnya, maka
NAJIS wajib dibersihkan.

Jika tidak terlihat, maka wajib


dibersihkan tempatnya sehingga
dugaan kuat najis telah dibersihkan.

Sedangkan membersihkan air dalam


wadah yang pernah dijilat* anjing
maka wajib dibasuh dengan tujuh
kali air dan salah satunya dengan
debu.

(*) Anjing menjulurkan lidah ke air,


atau benda cair lainnya.
MEMBERSIHKAN Sedangkan sentuhan anjing dengan
fisik manusia, maka tidak
NAJIS membutuhkan pembersihan
melebihi cara pembersihan yang
biasa.

Sedikit najis yg tidak memungkinkan


dihindari maka hukumnya
dimaafkan, seperti percikan darah
dan muntahan.

Begitu pula air kencing bayi yg


belum mengkonsumsi selain ASI,
maka hanya cukup dgn diperciki air.

Ini menurut pendapat mayoritas


ulama’.
MACAM-MACAM AIR 1 • AIR MUTHLAQ

2 • AIR MUSTA’MAL

3 • AIR YANG BERCAMPUR DENGAN


BENDA LAIN

4 • AIR YANG TERKENA NAJIS


AIR MUTLAQ
Seperti tujuh macam air yg dapat digunakan
untuk bersuci;
Air hujan, air laut, air sungai, air sumur,
air mata air, air es, dan air embun.

Hukumnya : SUCI lagi MENSUCIKAN


AIR MUSTA’MAL
Air yang lepas dari anggota
tubuh orang yang sedang
berwudhu atau mandi, dan tidak
mengenai benda najis.

Hukumnya suci namun tidak


mensucikan
AIR YANG BERCAMPUR
Air yang bercampur benda suci seperti sabun, dan cuka.

Selama percampuran itu sedikit tidak merubah nama air,


maka hukumnya masih suci mensucikan menurut
madzhab Hanafi , dan tidak mensucikan menurut imam
Syafi’i dan Imam Malik.
AIR YANG TERKENA NAJIS
Air yang terkena najis, jika merubah rasa, warna atau
aromanya maka hukumnya najis tidak boleh dipakai
bersuci menurut ijma’.

Adapun jika tidak merubah salah satu sifatnya maka :


• Mensucikan menurut imam Malik, baik air itu banyak
atau sedikit
• Tidak mensucikan (menurut madzhab Hanafi)
• Mensucikan (menurut madzhab Syafi’iy) jika telah
mencapai dua kulah, yang diperkirakan sebanyak
volume tempat yang berukuran 60 cm3
Su’r (sisa) yaitu air yang tersisa di tempat
minum setelah diminum..

Sisa anak Adam (manusia) hukumnya suci, meskipun ia seorang kafir, junub, atau
haidh

Sisa kucing dan hewan yang halal dagingnya hukumnya suci

Sisa keledai, dan binatang buas, juga burung hukumnya suci menurut madzhab
Hanafi

Adapun sisa anjing dan babi hukumnya najis menurut seluruh ulama.
ALLAH
MENCINTAI ‫ِإَّن الَّلـَه ُيِح ُّب الَّتَّو اِبيَن َو ُيِح ُّب‬
ORANG- ‫اْلُم َتَطِّهِر يَن‬
ORANG YANG “Sesunguhnya Allah menyukai orang-orang yang
taubat dan menyukai orang-orang yang
SENANTIASA mensucikan diri”. (Al-Baqarah: 222)

BERSUCI 

Anda mungkin juga menyukai