Anda di halaman 1dari 8

1.

Pemahaman Tentang Najis dan Hadats


A. Pengertian Najis
Najis dikenal sebagai kotoran yang menjadi penghalang ibadah kepada Allah. Najis secara bahasa
Arab, najis bermakna al qadzarah ( ‫ ) القذارة‬yang artinya adalah kotoran. Sedangkan definisi menurut
istilah agama najis menurut definisi Asy- Syafi’iyah adalah sesuatu yang dianggap kotor dan
mencegah sahnya salat tanpa ada hal yang meringankan. Menurut Al Malikiyah, najis adalah sifat
hukum suatu benda yang mengharuskan seseorang tercegah dari kebolehan melakukan salat bila
terkena atau berada di dalamnya.
Najis berbeda dengan hadsat. Najis kadang kita temukan pada badan, pakaian dan tempat. Sedangkan
hadats terkhusus kita temukan pada badan. Pengertian najis dalam islam juga bentuknya konkrit,
sedangkan hadats itu abstrak dan menunjukkan keadaan seseorang. Ketika seseorang selesai
berhubungan badan dengan istri, ia dalam keadaan hadats besar. Ketika ia kentut, ia dalam keadaan
hadats kecil. Sedangkan apabila pakaiannya terkena air kencing, maka ia berarti terkena najis. Hadats
kecil dihilangkan dengan berwudhu dan hadats besar dengan mandi. Sedangkan najis, asalkan najis
tersebut hilang, maka sudah membuat benda tersebut suci. Mudah-mudahan kita bisa membedakan
antara hadats dan najis ini.
B. Macam – Macam Najis
Ajarann Islam membagi najis kedalam tujuh macam, yaitu:
 Bangkai (Kecuali manusia)
 Ikan yang di laut
 Darah
 Nanah
 Segala sesuatu yang keluar dari dubur (anus) dan kubul (kelamin)
 Anjing dan babi, minuman keras seperti arak dan sebaginya
 Bagian anggota badan dari hewan yang terpisah karena dipotonf pada bagian tertentu saja.
Sedangkan untuk Pembagian Najis di ajaran Islam sendiri dibagi menjadi 3 (Tiga) golongan atau
bagian,
1. Najis Mukhaffafah
Najis yang masih tergolong Ringan kelasnya. Contoh Najis Mukhaffafah ialah air kencing seorang
bayi laki-laki yang belum berumur 2 (Dua) tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali air susu
ibu-nya.
2. Najis Mutawassithah
Najis yg tergolong kedalam kelas Sedang. Contoh Najis Mutawassithah ialah segala sesuatu yg
keluar dari kubul dan dubur manusia dan binatang, Kecuali Barang cair yg memabukkan, Air
Mani, susu hewan yang tidak halal dimakan, tulang, bangkai, dan bulu-nya. Kecuali Bangkai-
Bangkai Manusia dan Ikan serta Belalang.
3. Najis Mughallazhah
Najis terakhir yg masuk kedalam golongan Najis Berat. Contoh Najis Mughallazhah ini antara lain
Najis Anjing dan Babi serta Keturunannya. Hal ini sudah disebutkan didlm Firman Alloh Swt yg
berbunyi,
”Atau yang diharamkan juga daging babi itu keji atau najis” (QR. Al An’am : 145).
Kemudian Hadist Nabi Muhammad Saw yang berbunyii,
”Apabilla anda dijilat anjing maka hendaklah dibasuh sebanyak 7 (Tujuh) kali yang salah satunya
dicampur dengan tanah.” (HR. Muslim) .
C. Cara Membersihkan Najis
Berikut ini beberapa cara membersihkan najis yang disesuaikan dengan macam-macam najis dan
contohnya yang sebelumnya sudah dijelaskan.
1. Cara Membersihkan Najis Mukhaffafah
Nah, untuk membersihkan salah satu najis yang berasal dari air mani bayi laki-laki yang belum
mengonsumsi makanan atau hanya mengonsumsi ASI, maka kamu cukup memercikkan air sekali saja.
Hadits dari Abu Samh Malik ra berkata,
“Air kencing anak perempuan itu dicuci, sedangkan air kencing anak laki-laki itu dipercikkan.” (HR.
Abu Daud 377, An Nasa’i 303, dishahihkan Al Albani dalah Shahih An Nasa’i).
2. Cara Membersihkan Najis Mutawassithah
Umroh.com merangkum, untuk membersihkan najis ini bisa dilakukan dengan berbagai cara yang bisa
menghilangkan najisnya hingga tidak tersisa warna, bau, dan rasanya. Kamu bisa melakukannya
dengan menyiramnya, mencuci, menyikat, atau bahkan menggunakan sabun dan alat kebersihan
lainnya.
Syaikh As Sa’di menjelaskan bahwa, “Najis Mutawassithah ketika ia bisa hilang dengan cara apapun,
dengan alat apapun, maka itu sudah cukup mensucikannya. Tanpa disyaratkan adanya jumlah bilangan
dan tidak harus menggunakan air. Ini yang ditunjukkan oleh zhahir nash dalil-dalil. Karena syariat
dalam hal ini hanya memerintahkan untuk menghilangkan najis.
Dan najis itu terkadang hilang dengan menggunakan air, kadang dengan membasuhnya, kadang
dengan istijmar (menggunakan batu, kayu, dan sejenisnya), dan terkadang dengan cara lain. Dan
syariat tidak memerintahkan untuk menghilangkan najis sebanyak tujuh kali, kecuali najis anjing.
Sebagaimana juga pendapat ini juga merupakan kelaziman dari nash dalil-dalil syar’i, karena pendapat
ini memiliki kesesuaian yang tinggi dengan nash. Karena penghilangan najis itu adalah penghilangan
sesuatu yang mahsuusah (bisa diindera).”
3. Cara Membersihkan Najis Mughalladhah
Tergolong najis yang paling berat, maka untuk kembali mensucikan diri perlu dilakukan hal yang
cukup ekstra. Najis yang tergolong berat ini seperti najis dari babi, anjing, dan lain sebagainya. Nah,
untuk membersihkannya sendiri kamu perlu melakukan tujuh kali mencuci bagian yang terkena dan
diantaranya (cucian pertama) menggunakan tanah atau semacamnya.
D. Pengertian Hadas
Hadas adalah keadaan dimana kita ( orang yang telah baligh dan berakal sehat ) tidak sedang berada
dalam keadaan suci karena datangnya sesuatu yang ditetapkan oleh hukum agama sebagai
membatalkannya keadaan suci.
Hadas terbagi ke dalam dua bagian yaitu hadas besar dan hadas kecil. Seseorang dianggap mempunyai
hadas besar disebabkan oleh haid, nifas, junub dan mengeluarkan air mani. Cara menyucikannya
dengan mandi mandi besar. Sedangkan seseorang dianggap mempunyai hadas kecil disebabkan oleh
buang air besar, buang air kecil dan kentut. Cara menyucikan diri dari hadas kecil dengn berwudhu
atau tayamum.
E. Perbedaan Hadas Dan Najis
Umroh.com merangkum, hadas adalah segala sesuatu yang dapat membatalkan sholat, sedangkan
najis adalah segala sesuatu yang dapat membatalkan sholat tetapi tidak membatalkan wudhu.
Keduanya jika akan melaksanakan ibadah yang menumbuhkan syariat suci dari hadas dan najis maka
wajib dibersihkan.
Perbedaan Keterangan
Hadas Najis
Ada dua, yaitu hadas besar dan Ada tiga, yaitu mukhaffafah, mutawassitah dan
Macamnya  
hadas kecil mugallazah
Cara Dengan wudhu, tayamum atau
Dibasuh sampai hilang najisnya  
membersihkannya mandi wajib
  Hadas kecil: keluar angin,
Mutawassitah: Kencing, tinja, nanah, darah dan
Jenisnya buang air besar/kecil, menyentuh
kotoran hewan.
bukan muhrimnya dll.  
Hadas besar: haid, wiladah, nifas, Mukhaffafah: air kencing anak laki-laki yang
keluar sperma, mimpi basah, berumur tidak lebih dari dua tahun dan belum
bersenggama makan apa-apa, kecuali air susu ibunya.
Mugallazah: jilatan anjing atau babi, termasuk
kena kotorannya.
Dari uraian singkat tentang pengertian hadas dalam islam dan najis seperti di atas, berikut akan
dijelaskan mengenai perbedaan antara hadas dan najis. Untuk lebih memudahkan kalian membedakan
antara hadas dan najis, perhatikan poin-poin perbedaan seperti berikut:
 Dari segi definisi atau pengertiannya, kedua istilah itu jelas berbeda. Hadas adalah suatu
keadaan tidak suci yang menyebabkan seseorang tidak boleh melaksanakan sholat, tawaf, atau
yang lainnya. Sedang najis adalah suatu keadaan kotor (tidak suci) yang menjadi sebab
terhalangnya seseorang melaksanakan ibadah kepada Allah.
 Dilihat dari contohnya, kedua istilah itu juga berbeda. Contoh hadas misalnya keluarnya
sesuatu dari dua “pintu” manusia (qubul dan dubur) atau seorang laki-laki bersentuhan dengan
seorang perempuan yang bukan muhrim. Adapun contoh najis adalah air kencing, air liur
anjing, bangkai, dan lain sebagainya.
 Dilihat dari segi bentuknya keduanya juga berbeda. Bentuk hadas terletak pada proses yang
dilakukan oleh seseorang, seperti buang air besar atau kecil, bersentuhan, berhubungan suami-
isteri, dan lainnya. Sedang bentuk najis bukan pada proses, tetapi pada benda atau barangnya,
seperti air kencing, tinja, kotoran binatang, dan sebagainya.
 Dilihat dari segi macam-macamnya, hadas dan najis juga berbeda. Macam hadas ada dua, yaitu
hadas besar dan hadas kecil. Sedang macam najis, ada yang membaginya menjadi tiga, yaitu
najis mukhaffafah, najis mughallazhah, dan najis mutawasithah, serta ada juga yang
membaginya menjadi najis ‘ainiyah dan najis hukmiyah.
 Dilihat dari cara membersihkannya, keduanya jelas berbeda. Hadas dapat dibersihkan dengan
wudlu dan tayammum (untuk hadas kecil) atau dengan mandi wajib (untuk hadas besar).
Sedang najis dapat dibersihkan dengan bersuci, yakni dengan menghilangkan bentuk najisnya
misalnya dengan air suci, batu, tanah, tissu, atau dengan benda-benda suci lainnya yang sejenis.
F. Hadas Bukan Benda Tapi Status Hukum
Berbeda dengan najis yang merupakan benda yang bisa dilihat berdasarkan warnanya, baunya atau
rasanya di lidah, hadas bukan berbentuk sebuah benda.
Hadas adalah status hukum seseorang karena melakukan suatu perbuatan atau mengalami suatu
kejadian. Misalnya, seorang yang buang air kecil dan air besar, maka dia berstatus menanggung hadas
kecil. Walau pun dia telah beristinja’ dan membersihkan semua najis yang melekat.
Dan wanita yang mendapat haidh, dia berstatus menanggung hadas besar. Walau pun haidhnya telah
berhenti total dan sama sekali tidak keluar lagi. Namun selama di belum mandi janabah yang fungsinya
mengangkat hadas besar, statusnya tetap dalam keadaan berhadas besar.
G. Macam-Macam Hadas?
Hadas terbagi menjadi dua yaitu hadas kecil dan hadas besar. Secara umum, ulama dan ahli ilmu fiqh
sudah menyepakati bahwa buang air kecil, buang air besar (BAB), kentut, mengeluarkan mazi dan
wadi yang dikeluarkan dalam keadaan sehat adalah termasuk hadas kecil.
Selain itu, tidur dengan pantat atau punggung yang tidak menempel di alas permukaan, gila atau hilang
akal, bersentuhan kulit dengan lawan jenis, menyentuh kemaluan adalah hal-hal yang menyebabkan
hadas kecil sehingga diwajibkan untuk bersuci kembali. Jika sedang dalam keadaan hadas kecil, kita
tidak dapat melakukan ibadah seperti mendirikan sholat, menyentuh Al-Qur’an, atau melakukan tawaf.
Sementara hadas besar adalah hadas yang berada pada seluruh tubuh manusia sehingga harus disucikan
seluruh tubuhnya dan dilarang untuk melakukan ibadah sebelum mandi wajib atau mandi besar.
Menurut para ulama dan ahli fiqh, hadas besar terdiri dari mengeluarkan mani (dalam keadaan sadar
maupun tidur atau mimpi basah), berhubungan badan, dalam keadaan haid atau nifas.
Tiga perkara ini adalah hadas besar yang jika terjadi tidak boleh melakukan perkara seperti sholat,
membaca Al-Qur’an, Berpuasa, memasuki masjid, tawaf dan lainnya sebelum bersuci.
H. Bagaimana Cara Membersihkannya?
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan
tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Maidah : 6)
Untuk mensucikan tubuh dari hadas, ada beberapa cara untuk bersuci sesuai dengan perkaranya. Jika
buang air kecil, buang air besar, mengeluarkan mazi atau wadi dapat dilakukan dengan membersihkan
kemaluan atau lubang keluar kemudian berwudhu.
Sementara jika melakukan perkara yang menyebabkan hadas kecil dapat bersuci dengan berwudhu.
Sementara jika ingin bersuci dari hadas besar harus dilakukan dengan mandi wajib atau mandi besar.
Wallahua’lam.
2. Pemahaman Tentang Praktek Berwudhu

A. Tata Cara Wudhu yang Benar


Dalam kitab suci Al-Quran surat Al-Maidah ayat 6, Allah berfiman : "Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu hendak mengerjakan salat maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku dan
sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki".
Tentu saja harus dipelajari sejak dini supaya terbiasa hingga dewasa kelak mengenai tata cara wudhu
yang benar, sesuai dengan syariat Islam. Betapa luar biasa kebaikan Allah memberi hadiah terhadap
para hamba-Nya hanya dengan cara yang cukup sederhana, seperti wudhu.
Dalam keterangan yang lain Utsman bin Affan radiyallahu'anhu berkata: "Barang siapa berwudhu
seperti yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam, niscaya akan diampuni dosa-
dosanya yang telah lalu, dan perjalanannya menuju masjid dan salatnya sebagai tambahan pahala
baginya." Hadits riwayat Muslim.
1. Niat Wudhu
Segala hal harus dimulakan dengan niat, layaknya mengerjakan pekerjaan dan beribadah. Seperti yang
pernah diungkapkan oleh Bukhari dalam hadits, "Rasulullah SAW menerangkan bahwa segala
perbuatan tergantung kepada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan balasan menurut apa yang
diniatkannya..." Bukhari dalam Fathul Baary, 1:9; Muslim, 6:48.
Bacalah niat dengan tulus dan kesungguhan hati :
"NAWAITUL WUDHUU-A LIRAF'LL HADATSIL ASHGHARI FARDHAL LILAAHI TA'AALAA"
Artinya :
"Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil fardu karena Allah."
2. Membaca Basmalah Sembari Membasuh Tangan
Setelah membaca niat, kemudian Anda membaca basmalah (bismillahirrahmanirrahim) memasuh
kedua telapak tangan sebanyak 3 kali hingga ke sela-sela jari. Jikalau Anda lupa membaca basmalah,
wudhu tetap dianggap sah.
3. Berkumur-kumur
Langkah selanjutnya, berkumur-kumur sebanyak 3 kali. Memutar air dalam rongga mulut untuk
membersihkan gigi dari sisa makanan dan mengeluarkannya.
4. Membersihkan Lubang Hidung
Membersihkan lubang hidung Anda sebanyak 3 kali untuk mengeluarkan kotoran di dalamnya.
Disunnahkan dengan cara menghirup air, kemudian mengeluarkannya dan dipencet hidungnya.
5. Membilas Seluruh Wajah
Setelah itu membilas seluruh wajah hingga ke garis tepi dekat rambut, mulai dari ujung kepala
tumbuhnya rambut hingga dagu.
6. Mencuci Kedua Tangan Hingga Siku
Langkah berikutnya membilas kedua tangan sebanyak 3 kali. Dimulai dari tangan sebelah kanan
dahulu, baru dilanjutkan tangan kiri.
7. Mengusap Kepala
Mengusapkan kepala dari depan hingga ke belakang sebanyak satu kali. Bukan dicolek-colek sebagian
rambut depan saja. Ali bin Abi Thalib berkata, "Aku melihat Nabi SAW mengusap kepalanya satu
kali." Hadits riwayat Sahih Abu Dawud no.106.
Ada yang memperbolehkan dengan cara, membasuh kening hingga ujung kening atau sebagian kepala
sebanyak 3 kali. Keduanya sama-sama termasuk tata cara wudhu yang benar.
8. Membersihkan Kedua Telinga
Selanjutnya membersihkan kedua daun telinga, dilakukan secara bersamaan antara kanan dengan kiri.
Cara membasuhnya, masukan jari telunjuk ke dalam telinga, kemudian ibu jari mengusapkan kedua
daun telinga dari bawah ke arah atas sebanyak 3 kali.
9. Membasuh Kaki Hingga Atas Mata Kaki
Tata cara wudhu yang benar selanjutnya ialah membasuk kedua kaki hingga di atas mata kaki
sebanyak 3 kali. Dimulai dari kaki bagian kanan terlebih dahulu, baru kaki kiri.
Dalam hadits lain oleh Bukhari, Dahulukan kaki kanan hingga tiga kali kemudian kaki kiri. Dan saat
membasuh kaki, Rasulullah menggosok jari kelingkingnya pada sela-sela jari kaki HR. Bukhari; Fathul
Baari, dan Muslim.

Pastikan setiap lipatan di sela jari dan tumit belakang seluruhnya terkena basuhan air. Gosoklah kaki
Anda supaya seluruh telapak kaki basah sempurna.
10. Membaca Doa Wudhu
Setelah seluruh proses wudhu dari awal niat hingga akhir sudah selesai, disunnahkan membaca doa.
Sebaiknya menghadap kea rah kiblat dan mengangkat kedua tangan, membaca dengan tenang dan
khusyu :

Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu
wa Rasuuluhu. Allahumma j'alnii minat tawwabiina, waj'alnii minal mutathahiriina waj'alnii min
'ibaadikash shalihiina."

Artinya : "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad itu hamba dan utusanNya. Ya Allah! Jadikanlah aku dari golongan orang-
orang yang bertaubat dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang bersuci dan jadikanlah aku
bagian dari hamba-hamba-Mu yang sholeh."

B. Syarat Wajib Wudhu


1. Beragama Islam.
2. Suci dari hadast kecil dan besar.
3. Dapat membedakan yang baik dan buruk.
4. Tidak ada apapun yang dapat mengubah sifat air dan mencegah air masuk pada tubuh, seperti
riasan anti air, cat kuku, dan sebagainya.
5. Mengetahui mana yang sunnah dan mana yang wajib.
6. Air untuk berwudhu merupakan air bersih dan suci (tidak berbau, kotor, memiliki rasa, air
bekas wudhu, ataupun tercampur bahan lainnya).

C. Hal yang Membatalkan Wudhu


1. Wudhu kita menjadi batal atau tidak dianggap sah lagi jika melakukan hal-hal berikut :
2. Mengeluarkan sesuatu dari dua lubang kemaluan (qubul dan dubur), seperti kentut, buang air
besar, dan kencing.
3. Hilang akal karena gila, tertidur, pingsan, atau mabuk.
4. Menyentuk bagian kemaluan (kubul atau dubur) dengan telapak tangan atau jari yang tidak
memakai penutup.
5. Bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya antar kulit atau tidak memakai
penutup.
6. Memakan daging unta, makan babat, hati, lemak, atau ginjal, juga bisa menyebabkan wudhu
menjadi batal dan harus mengambil wudhu lagi.
3. Pemahaman Tentang Praktek Tayamum
A. Syarat Diperbolehkan Tayamum
tayamum hanya diperbolehkan apabila dalam keadaan seperti di bawah ini:
 Tidak adanya air yang cukup untuk wudhu atau mandi.
 Tidak mampu menggunakan air, seperti orang lemah, orang yang dipenjara, atau menghindari
binatang buas.
 Sakit atau memperlambat sembuh dari sakit bila menggunakan air.
 Jumlah air sedikit dan lebih dibutuhkan untuk menyambung hidup (minum).
 Tidak adanya alat untuk menimba/mendapatkan air, meski airnya ada dalam sumur misalnya.
 Takut habisnya waktu salat sedangkan untuk mendapatkan air sangat jauh.
 Kondisi yang sangat dingin dengan persyaratan tertentu.
B. Rukun dan Sunah Tayamum
Terdapat empat rukun tayamum, di antaranya:
1. Niat, bersama dengan sapuan pertama.
2. Mengusap seluruh bagian wajah dengan tanah.
3. Mengusap kedua tangan sampai siku.
4. Tertib.
Sedangkan sunah tayamum terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Membaca bismillah.
2. Meniup kedua telapak tangan setelah menepuk kedua tangan ke debu atau pasir, dan
3. Mendahulukan anggota kanan dari pada yang kiri.
C. Tata Cara Tayamum
di bawah ini merupakan tata cara tayamum yang benar:
1. Siapkan atau temukan tanah berdebu atau debu bersih.
2. Menghadap kiblat, ucapkan bismillah sambil meletakkan kedua telapak tangan pada debu
dengan posisi jari-jari tangan dirapatkan.
3. Usapkan kedua telapak tangan pada seluruh wajah disertai dengan niat tayamum dalam hati.
4. Letakkan kembali telapak tangan pada debu, sambil jari-jari direnggangkan serta cincin pada
jari (jika ada) dilepaskan sementara.
5. Tempelkan telapak tangan kiri pada punggung tangan kanan, sekiranya ujung-ujung jari dari
salah satu tangan tidak melebihi ujung jari telunjuk dari tangan yang lain.
6. Usapkan telapak tangan kiri ke punggung lengan kanan sampai ke bagian siku, lalu balikkan
telapak tangan kiri ke lengan kanan dan usapkan hingga ke pergelangan.
7. Usapkan bagian jempol kiri ke jempol kanan dan lakukan hal sama pada bagian kirinya. Di
tahap ini, pertemukan kedua telapak tangan dan usap-usap di antara jari-jarinya.
D. Bacaan Niat dan Doa Setelah Tayamum
Niat tayamum dibaca ketika Anda membasuh debu ke wajah, berikut bacaannya:
"Nawaytu tayammuma li istibaakhati sholati lillahi ta'ala."
Artinya:"Aku berniat tayamum agar diperbolehkan sholat karena Allah."
Sama seperti wudhu, tayamum juga diakhiri dengan membaca doa bersuci seperti berikut.
Asyhadu alla ilaaha illalloh, wahdahu laa syariika lah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa
rosuuluh, allohummaj 'alniy minat tawwaabiina, waj 'alniy minal mutathohhiriina waj 'alniy min
'ibaadakash shoolihiin, subhaanakallohumma wa bihamdika, asyhadu alla ilaaha illa anta,
asytaghfiruka wa atuubu ilaik.
Artinya: "Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikan lah aku sebagai orang-orang yang
bertaubat, jadikan lah aku sebagai orang-orang yang bersuci, dan jadikan lah aku sebagai hamba-
hamba-Mu yang saleh. Maha suci Engkau, ya Allah dengan kebaikan-Mu, aku bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Engkau, dan dengan kebaikan-Mu, aku memohon ampun dan bertaubat pada-Mu."
4. Pemahaman Tentang Mandi Wajib
Cara mandi wajib tentu harus sudah diketahui oleh seluruh umat islam. Karan hal ini berhubungan
dengan suci badan. Apalagi untuk orang-orang yang telah melakukan hubungan badan, keluar air mani,
haid, serta nifas.
Mandi wajib dilakukan dengan menggunakan air suci dan bersih dengan mengalirkan air tersebut ke
seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk
menghilangkan hadas besar sebelum melakukan ibadah.
Cara mandi wajib sudah ada kaidahnya sendiri dan sudah seharusnya dilakukan dengan benar. Sebab,
bila tidak dilakukan dengan benar, apalagi malah tidak melakukannya sama sekali maka ibadah-ibadah
yang kamu jalankan selama belum melaksanakan mandi wajib tidak akan sah.
A. Cara Mandi Wajib untuk Laki-Laki
Cara mandi wajib untuk laki-laki dan perempuan memiliki beberapa perbedaan. Terutama pada bagian
niat. Selain itu, cara mandi wajib yang harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan rata-rata hampir
sama saja. Berikut cara mandi wajib yang harus dilakukan laki-laki:
1. Niat
Cara mandi wajib yang pertama tentunya adalah niat. Sebenarnya cara mandi wajib bisa dibilang tidak
terlalu jauh berbeda pula dengan mandi yang biasa kamu lakukan. Namun perbedaan paling utama
terdapat pada pelafalan niat ini. Kamu bisa melafalkan niat berikut saat mandi wajib:
"BISMILLAHIRAHMANIRAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF'IL HADATSIL AKBAR
MINAL JANABATI FARDLON LILLAHI TA'ALA."
Artinya:"Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari jinabah,
fardlu karena Allah Ta'ala."
Dengan menyebutkan niat tersebut, maka salah satu syarat sah mandi wajib sudah kamu laksanakan.
Kamu bisa melanjutkannya cara mandi wajib selanjutnya.
2. Membasuh tangan sebanyak 3 kali
3. Membasuh alat kelamin dari kotoran dan najis.
4. Mencuci Tangan dengan sabun agar bersih kembali setelah membasuh kotoran
5. Mengambil wudu sebagaimana biasa
6. Membasuh keseluruhan rambut di kepala dengan mengguyurnya sebanyak 3 kali
7. Siram anggota badan sebelah kanan hingga tiga kali,
8. Kemudian siram anggota badan pada bagian kiri sebanyak tiga kali juga.
9. Menggosok bagian tubuh sebanyak tiga kali, terutama bagian yang sulit seperti pusat, ketiak, lutut
dan lain-lain supaya terkena air.
10. Kamu bisa melanjutkannya dengan mandi seperti biasa
Cara mandi wajib tentunya tidak susah dilakukan. Apalagi yang paling penting adalah niatnya, selain
itu cara mandi wajib lainnya mungkin sudah menjadi hal yang biasa dilakukan saat mandi sehari-hari.
Jadi kamu wajib memperhatikan cara mandi wajib agar ibadah yang dilakukan senantiasa diterima oleh
Allah SWT, karena sebelum kamu melakukan mandi wajib setelah melakukan hal-hal yang
mengharuskannya, maka ibadah yang kamu laksanakan akan menjadi sia-sia.
B. Cara Mandi Wajib untuk Perempuan
Seperti yang telah disebutkan sbeelumnya, cara mandi wajib untuk perempuan memiliki sedikit
perbedaan dengan cara mandi wajib laki-laki. Begini cara mandi wajib untuk perempuan:
1. Niat
Cara mandi wajib untuk perempuan yang pertama yang juga merupakan perbedaan pertama dengan
cara mandi wajib laki-laki adalah niat. Perempuan tentunya lebih biasa melaksanakan mandi wajib
karena siklus menstruasi bulanan. Oleh karena itu, cara mandi wajib yang benar ini sangat penting
untuk perempuan agar diterapkan. Begini lafal niat yang harus diucapkan perempuan saat mandi wajib:
“BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITU GHUSLA LIRAF'IL HADATSIL AKBAR
MINAN NIFASI FARDLON LILLAHI TA'ALA."
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari nifas,
fardlu karena Allah Ta'ala."
2. Membasuh tangan sebanyak 3 kali
3. Membasuh alat kelamin dari kotoran dan najis.
4. Mencuci tangan dengan sabun agar bersih kembali setelah membasuh kotoran
5. Mengambil wudu sebagaimana biasa
6. Membasuh keseluruhan rambut di kepala dengan mengguyurnya sebanyak 3 kali
7. Siram anggota badan sebelah kanan hingga tiga kali,
8. Kemudian siram anggota badan pada bagian kiri sebanyak tiga kali juga.
9. Menggosok bagian tubuh sebanyak tiga kali, terutama bagian yang sulit seperti pusat, ketiak, lutut
dan lain-lain supaya terkena air.
10. Kamu bisa melanjutkannya dengan mandi seperti biasa
Info informatif lainnya.
Cara mandi wajib yang harus dilakukan perempuan memang tidak jauh berbeda dengan laki-laki,
selain niat. Namun ada satu keistimewaan lagi bagi perempuan, yaitu saat membasuh keseluruhan
rambut, perempuan tidak harus menguraikan rambutnya. Sebagaimana yang terdapat pada hadits, dari
Ummu Salamah beliau bertanya kepada Nabi Muhammad SAW,
“Wahai Rasulullah, aku seorang perempuan yang gelungan rambutnya besar. Apakah aku harus
membuka gelungan rambutku ketika mandi junub?”
Nabi Muhammad SAW menjawab: “Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu menyela-nyelai kepalamu
dengan air tiga kali, kemudian guyurlah kepala dan badanmu dengan air, sehingga kamu telah suci.”
(HR. Muslim no. 330).
Begitulah cara mandi wajib yang harus dilaksanakan oleh laki-laki dan perempuan. Mandi wajib
merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk menjaga tubuh tetap suci dari hadas besar.
Apalagi bila kamu belum melaksanakannya, maka ibadah yang kamu lakukan tidak akan diterima oleh
Allah SWT. Jadi saat harus melakukan mandi wajib, lakukanlah dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai