Anda di halaman 1dari 1

Macam macam thaharah

Para ahli fiqih membagi thaharah menjadi 2 macam yakni bersuci dari hadas dan bersuci dari
najis.

Pertama, bersuci dari hadas, hadas adalah keadaan dimana seorang tidak suci pada
tubuhnya baik hadas kecil maupun hadas besar. Contoh hadas kecil adalah buang air kecil, buang air
besar serta keluarnya angin dari dubur(kentut). Contoh hadas besar adalah keluarnya darah haid,
keluarnya darah setelah melahirkan(nifas), keluar air mani dan berhubungan suami istri. Hadas kecil
dapat kita hilangkan dengan cara wudhu atau dengan tayamum dam hadas besar dengan mandi
Jinabah atau biasa disebut dengan mandi wajib.

Hal ini sesuai dalam surah al-Ma’idah ayat 6 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman!
Apabila kamu hendak melaksanakan sholat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka
mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan
debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, agar kamu bersyukur."

Kedua, bersuci dari najis, najis adalah benda kotor yang menyebabkan seorang tidak suci
seperti darah, bangkai dan nanah. Terdapat 3 tingkatan najis diantaranya

1. Najis mukhaffafah atau najis ringan contohnya adalah kencing bayi yang belum memakan
makanan selain ASI jika bayi itu lelaki maka cara menyucikannya dengan memercikkan air
pada benda itu, meskipun tidak mengalir. Berbeda dengan bayi perempuan maka cara
menyucikannya dengan dibasuh sampai air mengalir di atas benda yang kena najis itu, dan
hilang zat najis dan sifat-sifatnya.
2. Najis mutawasitah atau najis sedang; dibagi menjadi dua. Pertama najis ainiyah yaitu najis
yang kita yakini adanya, namun tidak nyata zat, bau, rasa dan warnanya. Seperti kencing
yang sudah kering, sehingga sifat-sifatnya telah hilang. Cara mencuci najis ini cukup dengan
mengalirkan air di atas benda tersebut. Kedua najis hukmiyah, yaitu yang masih ada zat,
warna, rasa, dan baunya. Cara mencuci najis ini hendaklah dengan menghilangkan zat, rasa,
warna, dan baunya.
3. Najis mugallazah atau najis berat, yaitu najis anjing dan babi. Benda yang terkena najis ini
hendaklah dicuci hingga tujuh kali, satu kali di antaranya hendaklah dibasuh dengan air yang
dicampur dengan tanah.1

1
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), hlm. 21-22

Anda mungkin juga menyukai