Anda di halaman 1dari 15

ASSALAMUALAIKUM

WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH

Thaharah

Oleh : 1. Mareta Kurniati


2. Natasya Maharani
THAHARAH
THAHARAH
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’
adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda
lain dari najis dan hadas menurut cara-cara yang ditentukan
oleh syariat islam.
Thaharah (bersuci) merupakan persyaratan dari beberapa
macam ibadah. Oleh karna itu bersuci menjadi masalah
penting dalam ajaran islam.Tata cara bersuci yang diajarkan
islam dimaksudkan agar manusia menjadi suci dan bersi,baik
lahir maupun batin.
Jika dilihat dari sifat dan pembagiannya, thaharah (bersuci)
dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bersuci lahiriah
dan batinia.
a.Bersuci Lahiriah
Beberapa contoh thaharah / bersuci yang bersifat lahiriah adalah membersihkan badan, tempat
tinggal, dan lingkungan darisegala bentuk kotoran atau najis. Bersuci lahiriah meliputi kegiatan
bersuci dari najis dan bersuci dari hadas.
1) Bersuci dari najis adalah berusaha untuk membersihkan segala bentuk kotoran yang melekat pada
badan atau tempat yang didiami. Cara membersihkannya disesuaikan dengan bentuk atau jenis
kotoran yang akan dihilangkan, seperti dibasuh sampai hlang rasa, bau, dan warna.
2) Bersuci dari hadas adlah menghilangkan atau membersihkan hadas dengan cara berwudu atau
mandi. Cara membersihkannya disesuaikan dengan jenis hadas yang akan di mersihkan.
b. Bersuci batiniah
Thaharah batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan maksiat,
seprti syirik, takabur, dan ria. Cara membersihkan sifat atau perbuatan tercela ini adalah dengan
bertobat kepada Allah SWT tidak mengulangi perbuatan tercela tersebut, serta menggantinya dengan
perbuatan terpuji.
Macam-macam najis dan cara dan mensucikanya.
1. Najis ringan (Najis mukhaffafah), yaitu najis yang cara mensucikanya
cukup dengan  cara memercikan air pada yang tempat yang terkena
najis, contoh kencing anak laki-laki yang belum makan selain air susu
ibunya.
2. Najis sedang (najis mutawassithah), yaitu najis yang cara
mensucikanya harus dicuci dengan bersih hingga hilang bekasnya,
baunya atau rasanya. Contoh; darah haid, mani, nanah, dll.
3. Najis berat (Mughalladah), yaitu najis dengan cara mensucikanya
harus dengan dicuci dengan meng-gunakan air sebanyak 7 kali siraman
dan salah satu diantaranya dicampur dengan debu atau tanah yang suci.
Najis semacam ini hanya ada satu jenis saja. Yaitu pakaian atau bejana
yang terkena jilatan anjing atau babi.
4. Najis yang dimaafkan (najis Ma’fu), Najis yang sulit dikenal maka
dapat dimaafkan meskipun ia tidak di cuci, misalnya; kaki dan ujung
celana atau sarung yang terkena basa dan tidak dapat diamati najis atau
bukan.
Perbedaan antara najis
dan hadas:
1. Hadas kecil
Hadas adalah sesuatu yang dapat membatalakan  Air kencing.
wudhu dan shalat.  Tinja
Najis adalah sesuatu yang dapat membatalkan shalat,  Kentut
tidak membatalkan wudhu.
Hadas adalah kondisi tidak suci yang mengenai pribadi 2. Hadas Besar
seseorang muslim, menyebabakan terhalangnya-orang  Mengeluarkan mani.
itu melakukan shalat atau tawaf. Artinya Shalat dan  Hubungan kelamin.
tawaf yang dilakukan tidak sah karena dirinya
dalamkeadaan tidak berhads. Menurut ahli fiqhi sebab  Terhentinya haid dan
seorang dihukumkan dirinya dalam kondisi berhadats, nifas.
ada dua kelompok:  Masuk Islam.
 Memandikan mayat.
 Mimpi basah.
Cara mensucikanya:
 Hadas kecil atau hadas ringan untuk
mensucikanya diwajibkan berwudhu dengan air
kalau tidak ada air bisa bertayamum tatapi
bertayamum hanya bisa digunakan untuk sekali
ibadah tidak seperti mengunakan air.
 Hadas besar, untuk mensucikanya diwajibkan
mandi sesuai dengan syariat islam.

 
Macam-Macam
Alat Thaharah

Hanya airkah yang dapat digunakan thaharah ? Bagaimanakah jika disuatu tempat
bagaimanakah jika disuatu tempat sulit ditemukan air ? Dalam hal ini, Islam tetap memberi
kemudahan. Alat atau benda yang dapat digunakan untuk bersuci menurut Islam ada dua
macam, yakni benda padat dan benda cair.
Benda padat yang dimaksud adalah batu, pecahan genting, batu merah, kertas, daun, dan
kayu. Semua benda tersebut harus dalam keadaan bersih dan tidak terpakai. Islam melarang
pemakaian benda-benda tersebut apabila masih dipakai, misalnya buku yang masih
digunakan, kertas yang akan dipakai, dan batu merah yang akan dipasang.
 Benda cair yang boleh digunakan untuk bersuci adalah air.air ada yang boleh digunakan
untuk bersuci, ada pula yang tidak boleh atau tidak sah untuk bersuci. Air yang dapat dipakai
untuk bersuci, diantaranya air mutlak. Air mutlak adalah air yang tidak tercampuri oleh suatu
apa pun dari najis, misalnya air sumur,air mata air,air sungai,air laut,dan air salju.
Macam-Macam Air
Macam-macam air tersebut adalah:
a. air yang suci dan mensucikan,yaitu air yang halal untuk di minum dan sah digunakan untuk bersuci,
misalnya air hujan,air sumur,air laut, air salju,air embun,dan air sungaiselama semuanya itu belum berubah
warna,bau,dan rasa;
b. air suci,tetapi tidak menyucikan, yaitu air yang halal untuk diminum,tetapi tidak sah untuk bersuci,
misalnya air kelapa,air teh,air kopi, dan air yang di keluarkan dari pepohonan;
c. air mutanajis (air yang terkena najis), air yang tidak halal untuk diminum dan tidak sah untuk bersuci,
seperti
1) air yang sudah berubah warna, bau, dan rasanya karena terkena najis serta.
2) air yang belum berubah warna, bau, dan rasanya, tetapi sudah terkena najis dan air tersebut dalam jumlah
sedikit (kurang dari dua kulah).
d. air yang makruh di pakai bersuci, seperti air yang terjemur atau terkena panas matahari dalam bejana,
selain bejana dari emas atau perak.
e. air mustakmal, yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah warnanya. Air ini
tidak boleh digunakan bersuci karena dikhawatirkan telah terkena najis sehingga dapat mengganggu
kesehatan.
Cara Bersuci dari Hadats
Sebagaimana telah disampaikan, hadats kecil bisa dihilangkan
dengan berwudhu dan hadats besar bisa dihilangkan dengan cara
mandi. Dalam kondisi tertentu, wudhu dan mandi bisa digantikan
hanya dengan tayamum. Berikut akan dijelaskan secara global
mengenai tata cara pelaksanaan ketiganya.
Wudhu
Yang dimaksud dengan wudhu dalam syariat Islam adalah
menggunakan air dengan cara tertentu, pada bagian anggota tubuh
tertentu yang telah ditentukan oleh syariat. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak diterima shalat salah seorang
di antara kalian yang berhadats, kecuali ia telah berwudhu” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Terdapat sebuah hadits yang terkenal yang menjelaskan secara rinci bagaimana tata cara wudhu yang dilakukan
oleh Nabi, yaitu hadits yang diriwayakan oleh Humron budak ‘Utsman bin ‘Affan. Berdasarkan hadits tersebut
dan hadits-hadits lainnya, terdapat sepuluh poin tata cara wudhu yang sempurna yang diajarkan oleh Nabi.
Berikut 10 sifat tersebut yang harus dilakukan secara berurutan:
1. Berniat dalam hati untuk menghilangkan hadats,
2. Membaca “Bismillāh”,
3. Mencuci kedua telapak tangan sebanyak tiga kali,
4. Mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke mulut dan hidung untuk digunakan
berkumur, dilakukan sebanyak tiga kali,
5. Mengeluarkan air yang telah dimasukkan ke dalam mulut dan hidung tersebut dengan menggunakan
tangan kiri,
6. Membasuh seluruh bagian wajah sebanyak tiga kali dan menyela-nyela jenggot bagi yang memiliki
jenggot,
7. Membasuh tangan kanan dan tangan kiri sampai batas sikut dan disertai dengan menyela jari jemari,
8. Mengusap kepala dari arah depan ke belakang dengan sekali usapan,
9. Mengusap bagian luar dan bagian dalam kedua daun telinga,
10. Membasuh kedua telapak kaki sampai batas mata kaki dan menyela-nyela jari jemari kaki.
Mandi Junub
Definisi mandi junub secara syariat adalah
mengguyurkan air yang suci ke seluruh bagian tubuh
secara merata. Hukum mandi junub adalah wajib ketika
seseorang dalam kondisi berhadats besar. Terdapat dua
cara mandi junub, yaitu cara standar dan cara yang
lebih sempurna. Cara standar yaitu apabila seseorang
telah :
 Berniat mandi dalam rangka menghilangkan hadats
dan
 Telah mengguyurkan air secara merata ke seluruh
anggota tubuhnya baik kulit ataupun rambut.
 
Apabila ingin melakukan mandi yang lebih sempurna, maka bisa melakukan langkah-langkah
berikut:
1. Berniat dalam hati,
2. Membasuh kedua telapak tangan sebelum mengambil air dari wadahnya,
3. Membasuh kemaluan dengan tangan kiri,
4. Kembali membasuh tangan dan dianjurkan menggunakan pembersih seperti sabun,
5. Berwudhu sebagaimana berwudhu untuk shalat,
6. Menuangkan air ke kepala sebanyak tiga kali hingga mencapai dasar rambut, dimulai
dengan bagian kanan lalu bagian kiri sambil menyela-nyela rambut dengan jemari,
7. Mengucurkan air ke seluruh bagian tubuh dimulai dari bagian kanan lalu bagian kiri.
Seorang yang telah mandi wajib, baik dengan cara standar atau pun dengan cara sempurna,
tidak lagi perlu melakukan wudhu setelahnya untuk melaksanakan shalat.
Tayamum
Yang dimaksud dengan tayamum dalam syariat Islam adalah menggunakan debu sebagai pengganti wudhu dan
mandi. Allah berfirman tentang tayamum (yang artinya), “kemudian jika kamu tidak mendapatkan air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (suci)” (QS. An Nisaa’ : 43).
Terdapat dua kondisi yang membolehkan seseorang bertayamum. Pertama, jika tidak mendapatkan air, baik
dalam kondisi safar atau pun tidak. Kedua, apabila memiliki uzur untuk menggunakan air, seperti karena sakit
yang akan menyebabkan sakitnya bertambah parah apabila terkena air.
Berdasar hadits shahih yang diriwayatakan oleh Imam Ahmad dari ‘Ammar dan dari hadits lainnya, bisa
disimpulkan bahwa tata cara tayamum adalah:
1. Berniat dalam hati,
2. Membaca “Bismillāh”,
3. Memukulkan kedua tangan ke permukaan bumi (atau tembok) dengan satu kali pukulan,
4. Meniup debu yang menempel pada kedua telapak tangan,
5. Mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah, dan
6. Mengusapkan telapak tangan kanan ke telapak tangan bagian kiri hingga batas pergelangan tangan dan
mengusapkan telapak tangan kiri ke telapak tangan bagian kanan hingga batas pergelangan tangan.
Cara Bersuci dari
Najis

Adapun cara mensucikan najis secara umum cukup dengan membasuhnya hingga zat

dari najis tersebut hilang. Apabila dalam sekali basuhan najis tersebut telah hilang,

maka tidak lagi perlu diulangi dibasuh. Terdapat pengecualian untuk jilatan anjing,

dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa cara mensucikannya

yaitu dengan membasuhnya sebanyak tujuh kali yang salah satunya dengan

menggunakan tanah.
Thank you

WASSALAMUALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH

Anda mungkin juga menyukai