THARAHAH
Disusun oleh :
Kelompok 5
GIZI 6C
Semarang
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hidup di dunia bukan atas kehendak ataupun kemauannya sendiri
melainkan bagian rencana besar yang telah Allah Tetapkan. Maka dari itu, manusia harus
melakukan semua ketentuan –ketentuan yang Allah tetapkan termasuk dalam beribadah
kepada-Nya. Hal ini tercantum dalam Q.S. Az-Zariyat/51: 56. Yang berbunyi :
Terkait dengan pelaksanaan ibadah, hal sangat mendasar yang paling utama harus
dilakukan dan patut diketahui dan dilaksanakan adalah kebersihan. Islam mengajarkan
manusia untuk selalu menjaga kebersihan badan selain rohani. Kebersihan badan
tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci. Kesucian seseorang dalam
melaksanakan terutama dalam melaksanakan shalat. Anjuran tentang pentingnya
pemeliharaan kebersihan dan kesucian banyak terdapat dalam ayat Al-Quran dan Hadits
Nabi SAW. Yang diarahkan bagi kebahagiaan hidup .
Dalam hukum Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah termasuk bagian
ilmu dan amalan yang penting terutama karena diantaranya syarat-syarat sholat telah
ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan
suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Untuk itu, thaharah tidak hanya cukup
untuk diketahui, tetapi juga harus dipraktekkan secara benar. Dalam kenyataannya, ada
sebagian umat Islam yang masih kurang tepat dalam melakukan praktek thaharah. Entah
karena kurangnya pengetahuan atau semata-mata salah dalam pelaksanaannya.
Dari beberapa uraian tersebut, maka penulis bermaksud membahas penjelasan lebih
rinci mengenai thaharah. Dengan demikian umat muslim akan lebih tau makna bersuci
dan mulai mengamalakannya untukpeningkatan kualitas ibadahnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa Definisi Thaharah?
2. Apa saja pembagian Thaharah
3. Bagaimana Konsep Hadats dan Najis serta cara bersuci
4. Apa saja Macam-macam air dan pembagiannya?
5. Apakah hikmah bersuci dalam fiqih thaharah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi thaharah
2. Untuk mengetahui macam pembagian thaharah
3. Untuk mengetahui konsep hadats dan najis serta cara bersuci
4. Untuk mengetahui macam-macam air dan pembagiannya
5. Untuk mengetahui hikmah bersuci dalam fiqih thaharah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Thaharah
Dari segi bahasa, thaharah berasal dari kata. (طهورThohur) berarti bersih dan suci dari
segala yang kotor, baik yang bersifat hissiy (dapat dirasakan panca indera) atau yang
bersifat ma’nawiyy Sedangkan menurut syara’ thaharah adalah menghilangkan hadats
dan najis. Thaharah juga sering kali diartikan bersuci.
Ada dua hal yang menjadi obyek thaharah, yaitu hadats, baik hadats kecil maupun besar
dan najis. (Abdillah, 2018)
Allah Berfirman,
َِإ َّن هللاَ يُ ِحبُّ التَّوَّابِ ْينَ َو ي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّر ْين
Artinya : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang
yang menyucikan diri”
Secara umum, Thaharah berarti menghilangkan kotoran najis yang dapat mencegah
sahnya shalat, baik najis atau kotoran yang menempel di badan maupun pakaian. .
(Aldila,2019)
Thaharah secara umum. Dapat dilakukan dengan empat cara berikut.
1) Membersihkan lahir dari hadas, najis, dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam badan.
2) Membersihkan anggota badan dari dosa-dosa.
3) Membersihkan hati dari akhlak tercela.
4) Membersihkan hati dari selain Allah.
(Aldila ,2019)
B. Pembagian Thaharah
Para ulama telah mengklasifikasikan thaharah menjadi dua macam:
1. Thaharah haqiqiyyah, yaitu bersuci dari najis, yang meliputi badan, pakaian dan
tempat.
2. Thaharah hukmiyyah, yaitu bersuci dari hadas.
(Sirajudin,2011 )
.
C. Konsep Hadats & Najis dan cara bersuci
1. Hadats
Kata hadas berasal dari bahasa arab الح<<دثyang artinya menurut bahasa
adalah sesuai peristiwa atau juga dapat diartikan kotoran atau tidak suci. Hadas
menurut istilah ialah keadaan tidak suci bagi seseorang sehingga menjadikannya
tidak syah dalam melakukan ibadah tertentu. (Muttaqin,2008)
Hadats dibedakan menjadi dua macam, yaitu hadats kecil dan hadats besar.
Beberapa hal yang menyebabkan seseorang yang menanggung hadats kecil
misanya buang angin, buang air, buang hajat, bersentuhan kulit antara laki-laki
dan perempuan yang bukan muhrimnya, tidur, atau menyentuh alat kemaluan,
baik alat kemaluannya sendiri maupun alat kemaluan orang lain dengan telapak
tangan. (Aldila ,2019)
Adapun cara mensucikan hadats kecil adalah dengan berwudhlu atau dengan
tayamum sebagai ganti wudhlu jika dalam waktu-waktu tertentu.
Sedangkan beberapa hal yang menyebabkan seseorang yang menanggung
hadats besar misalnya : bersetubuh, keluar air mani baik akibat dari adanya
persetubuhan atau yang lain, datang bulan, nifas dan melahirkan, khusus bagi
wanita. Cara mensucikan hadats besar tidak cukup dengan hanya berwudhu, akan
tetapi harus dengan mandi besar atau yang sering dsebut mandi jinabah.
(Aldila ,2019)
2. Najis
Kata Najis berasal dari bahasa arab جاسةّالنyang artinya kotoran. Najis menurut
istilah adalah suatu benda yang kotor yang mencegah sahnya mengerjakan suatu
ibadah yang dituntut harus dalam keadaan suci seperti salat dan tawaf.
(Muttaqin,2008)
Tingkatan Najis
Najis dikelmpokkan menjadi 3 tingkatan menurut (Aldila ,2019) :
a. Najis Mukhaffafah
Najis adalah najis ringan. Yang termasuk dalam kelompok najis
ini adalah air kencing anak bayi laki-laki (bukan anak bayi
perempuan) yang belum berusia 2 tahun dan hanya minum air susu
ibunya. Anak bayi laki-laki yang belum berusia 2 tahun tetapi
sudah makan sesuatu selain susu ibunya, air kencingnya bukan
termasuk najis mukhaffafah.
Karena najis ini dianggap ringan, maka cara mensucikannya pun
cukup dengan memercikkan air di bagian yang terkena najis, tidak
harus dengan mencucinya dan atau menguceknya dengan bersih.
b. Najis Mutawasitha
Najis Mutawasitha adalah najis sedang. Yang termasuk glongan
najis sedang ini misalnya semua yang keluar dari jalan depan dan
jalan belakang kecuali air mani, minuman keras, darah, nanah dan
sebagainya.
Najis Mutawasitha dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1) Najis ainiyah , yaitu najis yang berwujud , nampak dan
dapat dilihat keberadaan sifat-sifatnya. Sifat-sifat najis
meliputi warna, bau dan rasa.
Cara mensucikan najis ainiyah adalah dibasuh (dicuci)
sampai sifat-sifat najis tersebut hilang. Untuk jenis najis
yang warnanya sulit dihilangkan, misalnya darah yang
menempel pada pakaian, maka hal demikian termasuk najis
yang dimaafkan.
2) Najis hukmiyah, yaitu najis yang tidak berwujud dan tidak
bisa dilihat keberadaanya, misalnya bekas air kencing atau
khamer yang sudah mengering hingga warna, bau dan rasa
najis tersebut telah hilang.
Cara mensucikan najis hukmiyah adalah cukup dengan
mengalirkan air atau mencuci secukupnya.
c. Najis Mughaladah
Najis Mughaladhah adalah najis berat. Yang termasuk najis
mughaladhah adalah anjing dan babi sekaligus turunan dari
keduanya.
Cara mensucikan najis mughaladah adalah dengan mencucinya
sebanyak 7 kali; satu diantaranya harus dengan mencampuri tanah
atau debu.
Kesimpulan
1. Dari segi bahasa, thaharah berasal dari kata. (طهورThohur) berarti bersih dan
suci dari segala yang kotor, baik yang bersifat hissiy (dapat dirasakan panca
indera) atau yang bersifat ma’nawiyy Sedangkan menurut syara’ thaharah adalah
menghilangkan hadats dan najis. Thaharah juga sering kali diartikan bersuci.
Ada dua hal yang menjadi obyek thaharah, yaitu hadats, baik hadats kecil maupun
besar dan najis.
2. Klasifikasi thaharah ada 2 macam, yaitu thahrah haqiqiyah dan maknawiyah.
3. Hadats adalah perkara maknawi yang ada di dalam jasad dan tidak dapat dilihat
oleh panca indra, sedangkan Najis adalah perkara zhahir dan bisa dilihat , seperti
kencing, darah dsb.
4. Macam-macam air yang digunakan untuk bersuci adalah air mutlak, air makruh,
air ghairu muthahir, air musthakmal, air mutanajis
DAFTAR PUSTAKA
Aldila Septiana, Firman setiawan,. 2019. Buku Ajar Studi Fiqih. Jakarta: Duta Media
Publishing,
Ibnu Abdillah. 2018 . Fiqih Thaharah Panduan Praktis Bersuci. Jakarta: Pustaka Media
Ibnu Watiniyah.2007.Kitab Lengkap Shalat, Shalawat, Zikir, Dan Doa.Jakarta: Kaysa Media
Munif, E. B. (2019) Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Materi Thaharah (Najis Dan Hadas)
Dengan Metode Student Team Achievement Division (Stad) Pada Siswa Kelas Vii A Mts.
Al-Manar Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/ 2019.
IAIN Salatiga.
Sirajuddin.2011.Pentingnya Pengetahuan Thaharah Dan Pengamalannya Bagi Masyarakat Tani
Dusun Ma’lengu Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.Skripsi Fakultas Tabiyah
dan Keguruan Alaudin Makasar