Thaharah ada dua jenis, yaitu thaharah indrawi dan thaharah maknawi. Syaikh Shalih Al-Fauzan
mendefinisikan thaharah adalah bersih dan suci dari kotoran baik itu indrawi maupun maknawi, beliau
berkata :
Yang artinya:Thaharah secara bahasa adalah bersih dan suci dari kotoran baik secara indrawi maupun
maknawi
Thaharah Indrawi adalah bersuci yang dilakukan dengan menghilangkan hadats dan najis. Thaharah
indrawi ada dua macam yaitu :
Hadats adalah sebuah keadaan atau sifat yang menempel pada badan seseorang dimana ia terhalang
dari ibadah shalat dan ibadah lainnya yang mempersyaratkan suci dari hadats. Hadats sendiri terbagi
menjadi dua bagian, yaitu :
Hadats Besar
Hadats Kecil
Adapun hadats besar adalah hadats yang ada pada seluruh tubuh. Diantara penyebabnya adalah :
berhubungan seksual, haid, nifas, dsb.
Sedangkan hadats kecil adalah hadats yang ada pada anggota wudhu. Hadats ini disebabkan oleh :
buang air kecil, buang air besar, kentut, keluar air madzi dan lain-lain.
Najis adalah benda menjijikkan atau kotor menurut syariat yang menghalangi seseorang dari sahnya
shalat. Apabila seseorang terdapat benda najis yang menempel pada badan, pakaian, ataupun tempat
shalatnya maka shalatnya tidak sah dan sebelum shalat hendaknya ia sucikan terlebih dahulu. Adapun
benda-benda najis tergolong menjadi tiga :
Najis Mugholadzoh (Najis Berat) : seperti air liur anjing.
Najis Mutawasitthoh (Najis Pertengahan) : seperti air kencing dan tinja manusia serta hewan yang tidak
dimakan dagingnya seperti tikus, kucing dsb, bangkai (kecuali kulitnya yang sudah disamak), air madzi,
air wadi, sesuatu yang menjijikkan dan banyak seperti darah yang mengucur, darah haid, nanah,
muntahan dsb.
Najis Mukhaffafah (Najis Ringan) : seperti air kencing bayi laki-laki yang belum makan.
Thaharah Maknawi yaitu mensucikan hati dari segala dosa dan maksiat baik itu syirik, dengki, sombong,
ujub, riya, dendam dan segala sesuatu yang mengotorinya. Thaharah ini jauh lebih penting karena
thaharah indrawi tidak akan terwujud kecuali suci dari syirik. Allah ta’ala berfirman :
Ini merupakan najis yang ringan. Yang termasuk najis mukhaffafah adalah air
kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum mengonsumsi
makanan apapun kecuali air susu ibunya.
Setelah itu, barulah benda yang sudah dibersihkan, lalu diperas dan dikeringkan.
Dalam syarat ini tidak diwajibkan menggunakan air yang mengalir.
Ini merupakan najis sedang atau pertengahan antara najis yang ringan dan berat.
Kotoran manusia
Darah haid
Madzi, yaitu cairan bening yang keluar dari kemaluan yang tidak disertai
tekanan syahwat yang sangat kuat
Air wadi, yakni air putih, keruh dan kental yang keluar setelah buang air
kecil.
Nanah bercampur darah.
Darah yang keluar dalam jumlah banyak.
Arak (minuman keras).
Kotoran hewan yang haram dimakan.
Bangkai hewan, kecuali manusia, ikan, dan belalang.
Muntah
Cara Membersihkan Najis Mutawassitah
Jika terkena najis ini, ada 2 cara untuk menyucikannya, yaitu pertama harus
membersihkannya hingga warna, wujud, bau, atau rasanya hilang. Kedua,
dilanjutkan dengan menyiram menggunakan air bersih.
Contoh yang lain adalah apabila terkena muntah di suatu ruangan. Buang dulu
muntahnya hingga tempat tersebut kering. Kemudian, siram dengan air hingga
benar-benar bersih.
cukup siram di tempat yang terkena najis saja dan jangan lupa untuk
mengelapnya hingga kering.
Contoh najis ini adalah terkena air liur anjing dan menyentuh babi. Jika Moms
terkena najis ini, cara membersihkannya tidak semudah kedua najis di atas. Ada
beberapa aturan untuk membersihkannya.
Najis mughallazhah dapat disucikan dengan cara membasuh tubuh yang terkena
menggunakan air sebanyak 7 kali basuhan di mana salah satunya dicampurkan
dengan debu. Hal ini sesuai dengan hadis yang berbunyi:
Namun, sebelum membasuh dengan air, Moms harus hilangkan terlebih dahulu
wujud, warna, bau, dan rasa najis tersebut. Secara hukum (hukmiyah), najisnya
masih ada di tempat karena belum dibasuh dengan air.
Selain ketiga macam-macam najis, Moms harus tahu bahwa najis pun ada yang
dapat dimaafkan atau ditoleransi. Artinya, najis tersebut tidak perlu dicuci atau
dibasuh menggunakan air.
Contoh najis ini adalah bangkai hewan yang tidak mengeluarkan darah atau
nanah sedikit pun.
Tak hanya itu, najis yang dimaafkan ialah najis kecil tak kasat mata, seperti
ketika buang air kecil tidak melepas pakaian dan terkena cipratan air seni yang
bulirnya tidak terlihat. yang pakaiannya terkena najis kecil tak kasat mata, seperti
contoh sebelumnya masih dianggap sah ibadahnya karena najis pakaian tersebut
masuk pada kategori najis dimaafkan.