Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB

BANJARMASIN
PENDIDIKAN AGAMA

THAHAR
ISLAM

AH
*BERSUCI

Disusun oleh :
Kelompok IV
LATAR BELAKANG
Thaharah merupakan hal yang paling utama untuk
beribadah. Terutama dalam hal shalat. Apabila kita
melakukan sholat tanpa adanya thaharah terlebih
dahulu, karena diantara syarat-syarat telah ditetapkan
bahwa harus suci
badannya, pakaiannya serta tempatnya dari hadats
maupun najis. Padahal
dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti tidak luput dri
hadats dan najis. Sehingga thaharah sangat kita
perlukan sebelum kita melakukan ibadah.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan dasar hukum thaharah?


2. Bagaimana pembagian air bersuci?
3. Apa macam-macam najis dan tata cara menyucikan najis?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum thaharah.


2. Untuk mengetahui pembagian air bersuci.
3. Untuk mengetahui macam-macam najis dan tata cara menyucikan najis.
PEMBAHASAN
PENGERTIAN THAHARAH
Thaharah menurut arti bahasa adalah bersih dan suci
dari kotoran atau najis/hissi/yang dapat terlihat seperti
kencing atau lainnya, dan najis
ma’nawi/yang tidak kelihatan zatnya) seperti aib dan
maksiat.
Imam an-Nawawi mendefinisikan thaharah sebagai
kegiatan mengangkat hadats atau menghilangkan najis
atau yang serupa dengan
kedua kegiatan itu, dari segi bentuk atau maknanya
‫ْل‬ ‫ََّل‬
‫ِإَّنَّال ُيِح ُّبال َّو اِبيَنَو ُيِح ُّبا ُم َت ِِّهِريَن‬
‫َط‬ ‫َّت‬

“Sesunguhnya Allah menyukai orang-


orang yang taubat dan
menyukai orang-orang yang menyucikan
diri.” (Al-Baqarah: 222)

1. Perihal bersuci meliputi beberapa perkara berikut:

a. Alat bersuci, seperti air, tanah, dan sebagainya. 2. Bersuci ada dua bagian
b. Kaifiat/cara bersuci.
a. Bersuci dari hadas. Bagian ini khusus untuk badan,
c. Macam dan jenis–jen is najis najis yang perlu disucikan. seperti mandi, berwudhu, dan tayamamum.
b. Bersuci dari najis. Bagian ini berlaku pada badan,
d. Benda yang wajib disucikan pakaian, dan tempat.
e. Sebab-sabab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci
PEMBAGIAN AIR
BERSUCI
1. Air yang suci dan mensyucikan

Air yang demikian boleh diminum dan sah dipakai untuk


menyucikan (membersihkan) benda yang lain. Yaitu air yang jatuh dari langit atau
terbit dari bumi dan masih tetap (beum berubah) keadaannya, seperti air hujan, air
laut, air sumur, air es yang sudah hancur kembali, air embun, dan air yang keluar
dari mata air.
a. Berubah karena tempatnya. Seperti air yang tergenang atau mengalir di
batu belerang.
b. Berubah karena lama tersimpan , seperti air kolam.
c. Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti berubah disebabkan ikan
2. Air suci, tetapi tidak menyucikan
a. Air yang telah berubah salah satu sifatnya karena
bercampur dengan suatu
benda yang suci, selain dari perubahan yang tersebut
diatas, seperti air
kopi, teh, dan sebagainya
b. Air sedikit, kurang dari dua kulah, sudah terpakai
untuk menghilangkan
hadas atau menghilangkan hukum najis, sedangkan air
itu tidak berubah
sifatnya dan tidak pula bertambah timbangannya
c. Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air
yang keluar dari
tekukan pohon kayu (air nira), air kelapa dan sebagainya.
Air yang bernajis
Sabda Rasulullah Saw :

“Air itu tak dinajisi sesuatu, kecuali apabila berubah rasa, warna,

baunya.” (Riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi)

3. Air yang bernajis

a. Sudah berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak boleh dipakai

lagi, baik airnya sedikit ataupun banyak, sebab hukumnya seperti najis.

b. Air bernajis, tetapi tidak berubah salah satu sifatnya. Air ini kalau sedikit

berarti kurang dari dua kulah tidak boleh dipakai lagi, bahkan hukumnya
Macam-macam najis dan tata cara 1. Najis mugallazah/berat, yaitu anjing.
menyucikan najis Benda yang kena najis ini,
hendaklah dibasuh tujuh kali, satu kali
daripadanya hendaklah airnya
dicampur dengan tanah.
2. Najis mukhaffafah/ringan, seperti kencing anak laki-laki yang belum
makan makanan selain susu. Kaifiat/mencuci benda yang kena najis ini
dengan memercikkan air atas benda itu meskipun tidak mengalir. Adapun
kencing anak-anak perempuan yang belum makan selain susu, kaifiat
mencucinya hendaklah dibasuh sampai air mengalir di atas benda itu, dan
3. sebagaimana
hilang zat najis dan sifat-sifatnya, Najis mutawassithah/sedang,
mencuci kencingyaitu
orangnajis yang lain daripada kedua

dewasa. macam yang tersebut

a. Dinamakan najis hukmiah/najis yang tidak ada warna, rasa, dan


baunya, yaitu yang kita yakini adanya tetapi tidak nyata zat, bau, rasa
dan warnanya, seperti kencing yang sudah lama kering, sehingga sifatsifatnya telah
hilang. Cara mencuci najis ini cukup dengan
mengalirkan air diatas benda yang kena itu.
HIKMAH BERSUCI

1. Thaharah termasuk tuntutan fitrah.


2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang Islam.
3. Memelihara kesehatan.
4. Menghadap Allah dalam keadaan suci dan bersih.
5. Thaharah berfungsi menghilangkan hadas dan najis juga
berfungsi sebagai penghapus dosa kecil dan berhikmah
membersihkan kotoran indrawi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai