Anda di halaman 1dari 14

Konsep Thaharah

dan Pembagiannya
1. Septi Nurafifa Rahayu
22230110066

2. Rama Sultan
222301100
Thaharah
Thaharah berasal dari bahasa arab thahir,
yathahiru, dan thaharah yang berarti bersih atau
suci, sedangkan dalam istilah, thaharah artinya
bersuci dari hadats dan najis, yakni keadaan suci
setelah berwudhu, tayammum, atau mandi wajib.
Hukum Thaharah
Thaharah hukumnya wajib dilakukan ketika kita dalam keadaan hadast dan hendak melaksanakan
ibadah seperti sholat.

Allah SWT. berfirman dalam QS. Al-Baqarah(2): ayat 222 dan QS. Al-Muddassir 74: Ayat 4
‫اِ َّن هّٰللا َ ي ُِحبُّ التَّ َّوابِي َْن َوي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّري َْن‬
Artinya : “Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan
diri.” (QS. Al-Baqarah(2): ayat 222)
ْ‫ك فَطَهِّر‬
َ َ‫ وثِيَا ب‬
َ
Artinya : “Dan bersihkanlah pakaianmu"(QS. Al-Muddassir (74): Ayat 4)
Kedua ayat ini menegaskan secara tidak langsung kepada umat muslim untuk menyucikan diri.
Selain itu, dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW, " Allah tidak menerima sholat yang
tidak disertai dengan bersuci."
Bersuci dari Najis
Najis adalah segala sesuatu yang haram dimakan, dan apabila terkena pada tubuh, pakaian, dan
suatu tempat, maka akan menjadikan sholat tidak sah, jika jatuh ke air akan merubah hukum air
tersebut.

Jenis-Jenis Najis : Tingkatan Najis :


1. Najis Mukhofaffah
1. Semua yang keluar dari tubuh (najis ringan)
hewan dan manusia 2. Najis Muthawasittah
2. Muntahan (najis sedang)
3. Darah segar maupun darah busuk 3. Najis Muhalladah
4. Bangkai (kecuali bangkai ikan, (najis berat)
belalang, manusia, dll) Bentuk Najis
5. Cairan memabukkan 4. Najis ‘Ainiyah (terlihat sifatnya)
6. Anjing dan keturunannya 5. Najis Hukmiyah (tidak terlihat
7. Babi dan keturunannya sifatnya)
Thaharah Ma'nawiyah
Pembagian
Thah...arah Thaharah ma'nawiyah merupakan bersuci rohani misalnya
membersihkan segala penyakit hati yaitu iri, dengki, riya
dan lainnya.

Thaharah Hissiyah
Thaharah dari
hadast
Thaharah hissiyah adalah bersuci jasmani, atau
membersihkan bagian tubuh dari sesuatu yang terkena najis
(segala jenis kotoran) maupun hadas (kecil dan besar).
Contohnya : mandi besar, berwudu, tayamum, istinja’
Thaharah dari
najis
Bersuci dari Hadast
Hadas adalah keadaan tidak suci pada orang yang telah balig dan berakal sehat.

Hadast kecil Hadast besar


hadas kecil adalah hadast yang bisa disucikan dengan
cara berwudu.
Hadast besar adalah hadast yang bisa disucikan dengan
Contoh : keluar air kencing, air besar (tinja), angin,
mandi besar atau mandi wajib
mazi (air putih bergetah yang keluar sewaktu
mengingat senggama atau sedang bercanda), dan wadi
Contohnya : orang yang dalam keadaan janabah
(semacam cairan putih kental yang keluar dari alat
(orangnya disebut junub) dan wanita dalam keadaan
kelamin mengiringi air kencing) yang semuanya terjadi
haid dan nifas.
dalam keadaan sehat, hilangnya akal karena pingsan,
gila, atau mabuk, oleh jumhur ulama dikiaskan
sebagaimana keadaan ketika tertidur
Alat-Alat Bersuci

Air Debu
... ...

Batu
...
01
Air suci dan menyucikan
(Mutlak/Thahir Muthahir)
Air suci tapi tidak
Air
menyucikan (Thahir Ghairu
Artinya dzat air tersebut suci dan bisa
digunakan untuk bersuci. Air mutlak 02 Muthahir)
digolongkan menjadi 7 (air hujan, air laut, air
sungai, air sumur, air mata air, dan air salju, Air ini dzatnya suci namun tidak bisa dipakai
dan air dari hasil hujan es) untuk bersuci, baik untuk bersuci dari hadas
maupun dari najis.
Syarat : 1. Air Musta’mal (Air yang telah digunakan
- Belum digunakan untuk bersuci bersuci)
- Tidak bercampur dengan benda suci lain 2. Air Mutaghayar (Air yang telah
- Tidak ada najis yang jatuh kedalamnya bercampur dengan benda suci lain)

04 Air Musyammas

Air musyammas adalah air suci menyucikan,


tetapi makruh untuk digunakan. Jenis air ini
03 Air najis (Mutanajis)
dipanaskan di bawah sinar matahari dengan
menggunakan wadah yang terbuat dari logam
Air mutanajis adalah air yang terkena barang selain emas dan perak, seperti besi atau
najis yang volumenya kurang dari dua qullah tembaga. Dalam hal bersuci, air musyammas
atau volumenya mencapai dua qullah atau makruh digunakan apabila sengaja
lebih namun berubah salah satu sifatnya— dipanaskan. Meski makruh, bersuci
warna, bau, atau rasa—karena terkena najis menggunakan air musyammas tetap bisa
tersebut. menghilangkan hadas.
Syarat Air Musta’mal Syarat Air Mutaghayar
• Air sedikit (kurang dari 2 qullah)
• Air sedikit (kurang dari 2 qullah) • Telah bercampur dengan benda suci lain yang
• Telah digunakan untuk membasuh bagian tubuh tidak seharusnya berada di air dengan
yang wajib dalam bersuci perubahan sangat
• Didatangkan ke tempat yang terkena najis
• Terpisah dari bagian yang dibasuh Syarat Air Musyammas
• Air tidak berubah karena najis (volume, warna,
rasa, bau) • Berada di daerah bercuaca
• Sinar dan panas matahari merubah kondisi air.
• Air berada pada wadah yang terbuat dari logam
Syarat Air Mutanajis selain emas dan perak.
• Digunakan saat suhu air sedang panas.
• Air sedikit (kurang dari 2 qullah) • Dipanaskan saat cuaca terik sekali.
• Masih ada air yang dapat dipergunakan.
• Telah dijatuhi dengan benda najis dengan • Waktu sholat masih longgar (masih ada waktu
perubahan yang sangat (warna, rasa, bau) untuk mencari air lain)
Alasan diperbolehkannya bertayamum :
o apabila dalam situasi benar-benar tidak ada air, atau hanya Debu
mencukupi untuk kebutuhan minum
o apabila jauhnya air diperkirakan di atas 2,5 km
o apabila dalam keadaan atau kondisi sulit menggunakan air ...
o apabila dalam keadaan sangat dingin, dan tidak memungkinkan
untuk menggunakan air

Tata Cara tayamum:


- Menyiapkan debu
- Disunnahkan menghadap kiblat
- Membaca basmallah dan niat
- Mengusap wajah
- Mengusap telatak tangan hingga lengan dan siku
- Menepukkan telapak tangan secara perlahan
- Membaca doa bersuci
- Tertib
Batu
Selain menggunakan air dan debu, kita juga
bisa bersuci dengan menggunakan benda-
benda yang dapat menyerap kotoran, seperti ...
batu, tisu, kayu, dan semacamnya. Dalam
hal ini, benda-benda tersebut dapat
digunakan untuk menghilangkan najis,
seperti beristinja.
...
Istinja’ adalah menyucikan diri setelah
buang air besar dan buang air kecil.
Beristinja’ dihukumi wajib jika kotoran
yang dikeluarkan mengandung basahan,
dan dihukumi Sunnah jika tidak
mengandung bebasahan. Jika wilayah Alat yang bisa digunakan untuk
yang diistinja’I terbasahi oleh keringat, beristinja’, yaitu air dan batu atau yang
maka mubah hukumnya untuk sepadan/sejenis dengannya. Beristinja’
dibersihkan. Istinja’ dengan sebenarnya lebih baik bila menggunakan
menggunakan air dari hasil mencuri batu terlebih dahulu kemudian
sendiri dihukumi haram. membilasnya kembali meggunakan air
agar najis tidak kemana-mana, atau jika
kesulitan ... dapat menggunakan salah
satunya dengan air yang lebih utama.
Beristinja’ dengan batu diperbolehkan
meski ada air di sekitarnya, tidak
seperti tayamum.
Berkenaan dengan alat bersuci :
Syarat - padat
Beristinja’ - suci
- kering
dengan Batu - Bisa mengangkat najis
- merupakan benda tidak terhormat

Berkenaan dengan cara bersuci :


Dilakukan dengan mengusapkan alat
bersuci minimal tiga kali ke area yang
najis, bila kurang dari tiga kali maka
bersucinya dianggap tidak sah atau masih
dihukum najis Berkenaan dengan tempat penyuciannya :
• sebelum kering ya tempat yang diistinja'i
(bergegas)
• najis masih dalam batas wilayah keluarnya
• tidak ada sesuatu yang masuk ke dalamnya
(tidak boleh meski hanya terpercik air)
Thanks for Don't
forge

Your Attention 
Smile t to

...

Salam Pertanian

Anda mungkin juga menyukai