Anda di halaman 1dari 37

BAB I – THOHAROH

A. AIR

Pengertian Air
Air merupakan salah satu unsur yang penting di bumi, karena air merupakan
unsur yang paling dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk berlangsungnya
kehidupan mereka. Dengan demikian, air adalah sumber kehidupan sebagai sekaligus
sebagai tanda kehidupan.

Pembagian Air
Dalam fiqih menurut madzhab imam syafi’i dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Air Suci dan Mensucikan


Air suci mensucikan adalah jenis air yang tidak berubah bentuk
dasarnya. Air suci mensucikan atau air asli atau air mutlak adalah air yang
dapat digunakan untuk bersuci. Jenis air ini, hukumnya suci karena dapat
digunakan untuk bersuci dan mensucikan.
Macam Macam Air Mutlak

1. Air Hujan
Air hujan adalah jenis air yang berasal atau turun dari langit, hukumnya suci dan
mensucikan. Arti kata suci disini yaitu bukan termasuk najis. Sedangkan makna
mensucikan yaitu dpaat digunakan sebagai alat untuk berwudhu, mandi janabah atau untuk
membersihkan najis pada suatu benda.

Di zaman sekarang, banyak sekali jenis air hujan yang sudah tercemar dan
mengandung asam tinggi. Nah, jenis air yang mengandung polusi dan sudah tercemar
akibat ulah manusia tidak termasuk macam air yang najis.

Ketika udara dari bumi menguap kemudian naik menuju langit, maka titik tersebut
merupakan awal air yang bersih dan suci. Meskipun sumber airnya berasal dari udara yang
tercemar kotor atau najis. Namun, jika dilihat dari sisi syariah, air hujan tetap dihukumi
suci dan mensucikan.

2. Air Salju atau Air Es


Air salju sebenarnya hampir sama dengan air hujan, yaitu sama-sama udara yang
berasal dari langit kemudian turun ke bumi dalam keadaan cari, lalu membeku akibat suhu
yang terlalu dingin.

3. Air Embun
Embun adalah bagian dari air yang turun dari langit. Air embun berupa tetes-tetes air
yang akab terlihat lebih banyak dijumpai pada dedaunan pagi hari.

Tetes embun dapat digunakan untuk bersuci atau thaharah, baik untuk berwudhu,
mandi janabah maupun untuk menghilangkan najis.
4. Air Laut
Air laut adalah air yang berada di lautan dan memiliki rasa asin. Walaupun jenis air
ini memiliki rasa asin karena kandungan garamnya yang terlalu tinggi, namun hukum air
laut sama dengan air hujan, embun atau air salju yaitu dapat digunakan untuk bersuci.

5. Air Sumur
Air sumur adalah salah satu jenis air yang dapat digunakan untuk bersuci. Karena air
sumur merupakan air yang keluar dari tanah dan sudah melakukan pensucian. Air sumur
selain digunakan untuk bersuci, juga dapat digunakan untuk berbagai aktivitas seperti
minum, mencuci pakaian, menghilangkan barang-barang najis dan lain-lain.

6. Air Sungai
Air sungai pada dasarnya suci karena karakternya dianggap sama dengan air
sumur. Sejak dahulu umat Islam juga terbiasa menggunakan air sungat untuk berbagai
aktivitas seperti mandi, wudhu, beristinjak atau membersihkan najis dengan air sungai.

Namun, seiring berjalannya waktu akibat kerusakan lingkungan yang tidak dapat
dikontrol lagi, terutama di kota-kota besar, air sungai itu tercemar dengan limbah beracun.
Meskipun secara hukum air sungai tidak mengandung najis, namun air yang tercemar akan
membahayakan kesehatan.

Untuk itu, sebaiknya kita tidak menggunakan air karena memberikan mudharat yang
besar. Selain itu, seringkali air sungai tercemar oleh limbah manusia maupun limbah
hewan ternak yang lama kelamaan warna air, baru dan rasanya berubah.

7. Air Sumber (Sumber Mata Air)


Air sumber adalah air yang bersumber dari mata air dan hukumnya suci mensucikan.
Contohnya adalah air zam-zam yaitu mata air yang tidak pernah kering sejak zaman Nabi
Ismail. Air zam-zam boleh digunakan untuk bersuci. Bolehnya air zam-zam untuk bersuci
atau berwudhu

2. Air Suci dan Menyucikan Tapi Makruh


Air musyammas adalah air yang dipanaskan secara langsung dibawah panas
matahari dengan menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas
dan perak, contohnya besi atau tembaga.
Hukum air musyammas adalah suci dan mensucikan, namun makhruh
digunakan untuk bersuci. Secara umum, jenis air ini makhruh digunakan
sebagai antisipasi agar anggota badan manusia atau hewan yang terkena
kusta, namun air musyammas diperbolehkan untuk digunakan mencuci
pakaian atau lainnya.
3. Air Suci tapi tidak menyucikan
Air suci namun tidak mensucikan atau thohir ghoiru muthohhir ini adalah jenis
air yang suci namun tidak dapat digunakan untuk bersuci, baik untuk bersuci
hadast besar, najis maupun hadas besar.
Ada dua jenis air yang suci namun tidak mensucikan, diantaranya:
 Air Musta’mal
Air Musta’mal adalah air yang sudah digunakan untuk bersuci, baik untuk
menghilangkan hadast seperti wudhu dan mandi junub maupun untuk menghilangkan
najis. Biasanya macam air yang seperti ini hanya dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan selain bersuci, contohnya minum, masak dan lain sebagainya.
 Air Mutaghayar
Air mutaghayar adalah jenis air yang mengalami perubahan salah satu sifatnya
akibat telah tercampur dengan barang suci yang membuat nama air tersebut jga
berubah dan menghilangkan kemutlakan air tersebut.
Contoh macam air ini adalah air hujan masih disebut dengan air mutlak yang
mensucikan, namun ketika air hujan dicampur dengan air susu sehingga ada
perubahan pada sifatnya dan namanya berubah menjadi air susu, maka air tersebut
dinamaka air mutaghayar.
Lalu bagaimana hukum air mineral kemasan?
Air mineral dalam kemasan masih dalam kemutlakannya atau
kemurniannya karena tidak dicampur dengan barang suci yang
menjadikan air tersebut mengalami perubahan pada sifat-sifatnya. Adapun
penamaan air dengan berbagaii macam nama air hanya terletak pada
merek dagang yang tidak berpengaruh pada kemutlakan air itu sendiri.

4. Air Mutanajis ( Air Najis )


Air Mutanajis merupakan jenis air yang terkena najis dan takarannya
kurang dari dua qullah atau takarannya sudah mencapai dua qulla atau lebih
namun salah satu sifatnya (bau, rasa dan warna) berubah karena terkena najis.
Macam macam air yang takarannya banyak, kemudian terkena najis tidak menjadi mutanajis
ketika jenis air tersebut tetap pada kemutlakannya atau tidak ada sifat yang berubah. Namun,
jika ada salah satu sifat yang berubah, maka air tersebut dikatakan sebagai air mutanajis.
Air mutanajis tidak dapat digunakan untuk bersuci, karena dzat air itu sendiri itu sudah tidak
suci dan tidak dapat digunakan untuk mensucikan.
Pendapat beberapa ulama mengenai takaran air dua qullah:
 Menurut Imam Nawawi, ukuran air dua qullah adalah 174,58 liter atau
sebanyak air dalam satu wadah yang berbentuk kubus dengan ukuran masing-
masing sisinya ± 55,9 cm.
 Menurut Imam Rofi’i, dua qullah sebanyak 176,245 liter dengan
perumpamaan ukuran masing-masing sisi kubus ± 56,1 cm.
 Menurut mayoritas Ulama adalah 216 liter, atau sebanyak air dalam satu
wadah berbentuk kubus dengan ukuran masing-masing sisi ± 60 cm.

B. WUDHU

 PENGERTIAN WUDHU
Wudhu adalah perkara yang mewajibkan ketika kita mempunyai hadast kecil.

 NIAT WUDHU

‫َنَو ْيُت اْلُو ُض ْو َء ِلَر ْفِع اْلَح َد ِث ْاَالْص َغِر َفْر ًض ا ِهّٰلِل َتَع اىَل‬
Artinya : Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil karena Allah Ta’ala

 FARDHU WUDHU
Fardhu Wudhu adalah sesuatu yang harus dilakukan, jika tidak dilakukan
maka tidak akan sah sholatnya.
Fardhu- Fardhu Wudhu ada 6 yaitu :
1. Niat ; dibaca ketika membasuh wajah
2. Membasuh Wajah ; batas pembasuhan wajah ialah dari jadinya ujung rambut
sampai dagu, dari ujung telinga kanan sampai ujung telinga kiri
3. Membasuh kedua tangan sampai dengan siku ; sunnah nya dilebihkan 4 jari
4. Membasuh sebagian kepala
5. Membasuh kedua kaki sampai dengan mata kaki ; sunnah nya dilebihkan 4 jari
6. Tertib ; melakukan nya harus dengan urutan yang sudah ditentukan dari
membasuh wajah sampai dengan membasuh kedua kaki

 YANG MEMBATALKAN WUDHU


Sesuatu yang bisa membatalkan ada 4 perkara :
1. Ada sesuatu yang keluar dari salah satu lubang yang dua ( qubul dan dubur );
contohnya apabila keluar angin maka batal wudhunya dan diganti dengan
wudhu yang baru. seperti kencing dan berak atau yang jarang terjadi seperti
darah dan anak batu, baik keluar yang najis seperti keluar kencing, berak.
2. Hilang akal ; maksudnya bisa kita simpulkan bahwa orang gila, orang
linglung, tidur yang tidak tetap posisinya. Tidur yang baik ketika ingin
menjaga wudhu adalah duduk. Posisi duduk yang benar itu tidak mengangkat
pantat artinya posisi duduk tidak berubah dan tetap maka wudhu tidak akan
batal.
3. Bersentuhan kulit tanpa ada penghalang antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahramnya ; walaupun istrinya sekalipun. Perempuan mahram adalah
perempuan yang haram menikah dengannya, baik sebab nasab, atau
sebab ridha’ (sesusuan) dan atau sebab mertua.
4. Menyentuh kemaluan dan lingkaran dubur sendiri dengan telapak tangan ;
Begitu juga menyentuh kemaluan dan lingkaran dubur orang lain, baik laki-
laki atau perempuan, kecil atau besar, hidup atau mati.

 SUNAH WUDHU
Sunnah adalah perkara yang jika dilakukan mendapat pahala jika tidak dilakukan
tidak akan mendapat apa-apa.
Dibawah ini beberapa sunnah wudhu :

1. Membaca basmalah
2. Bersiwak
3. Membasuh telapak tangan
4. Berkumur
5. Membersihkan hidung dengan air
6. Menyela-nyela janggut yang lebat dengan jari-jari
7. Menyapu seluruh kepala
8. Menyela jari-jari tangan dan kaki
9. Menyapu telinga bagian dalam dan luar
10. Melakukan fardhu dan sunnah wudhu tiga kali
11. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri
12. Menggosok anggota wudhu yang dibasuh
13. Beriringan membasuk anggota wudhu tanpa dijeda
14. Melebihkan basuhan tangan hingga melampaui siku
15. Melebihkan basuhan kaki hingga melampaui mata kaki
16. Hemat dan tidak boros menggunakan air
17. Menghadap kiblat sewaktu berwudhu
18. Tidak bicara saat berwudhu
19. Membaca doa setelah wudhu
20. Mengerjakan shalat dua rakaat setelah wudhu

 DOA-DOA KETIKA BERWUDHU


a. Doa ketika melihat air

‫َاْلَح ْم ُد هلل اِذّل ْي َجَع َل اْلَم اَء َط ُهْو ًر ا‬


Artinya : “ Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air suci lagi meyucikan “

b. Doa ketika membasuh telapak tangan

‫الّلُهَّم اْح َفْظ َيَد َّي ِم ْن َم َع اِص َك ِّلُك َها‬


Artinya : “ Yaallah, periharalah tangan ku dari semua perbuatan maksiat kepada-Mu “

c. Doa ketika berkumur

‫َالّٰلُهَّم َأِع يِّن َعىَل ِذْكِر َك َو ُش ْك ِر َك َو ُح ْس ِن ِع َباَد ِتك‬


Artinya : “ Ya Allah bantulah aku untuk selalu berdzikir kepadamu dan selalu
memperbaiki ibadah kepadamu”

d. Doa ketika menghirup air ke hidung

‫الّٰلُهَّم َأِر ْح يِن َر اَحِئَة اَجلـَّنِة َو َاْنَت َع يِّن َر اٍض‬


Artinya : "Ya Allah berikan aku penciuman wewangian syurga dan keadaan
Engkau terhadap diriku yang selalu meridhoi"

e. Doa ketika membasuh muka ( setelah membaca niat wudhu )

‫َالّٰلُهَّم َبِّيْض َو ِهْج ى َيْو َم َتْبَيُّض ُو ُج ْو ٌه َو َتْس َو ُّد ُو ُج ْو ٌه‬


Artinya: "Ya Allah putihkan wajahku pada hari menjadi putih berseri wajah-wajah kaum
muslimin dan menjadi hitam legam wajah-wajah orang kafir"

f. Doa ketika membasuh tangan kanan

‫َالّٰلُهَّم َاْع ِط ىِن ِكتَاىِب ِبَيِم ْي ىِن َو َح اِس ْبىِن ِح َس اًاب َيِس ًرْي ا‬
Artinya: "Ya Allah berikanlah kepadaku kitab amalku dari dari tangan kananku
dan hisablah aku dengan penghisaban yang ringan"

g. Doa ketika membasuh tangan kiri

‫َالّٰلُهَّم َال ُتْع ِط ىِن ِكتَاىِب ِبِش َم اىِل َو َالِم ْن َو َر اِء َظ ْهِرْى‬
Artinya : "Ya Allah jangan Engkau berikan kepadaku kitab amal dari tangan kiriku
atau pada belakang punggungku"

h. Doa ketika mengusap rambut kepala

‫َالّٰلُهَّم َح ِّر ْم َش ْعِرْي َو َبِرَشْي َعىَل الَّناِر‬


Artinya: "Ya Allah haramkan rambutku dan kulitku atas api neraka"

i. Doa ketika membasuh kedua telinga

‫َالّٰلُهَّم اْجَع ْليِن ِم َن اِذَّل ْيَن َيْس َتِم ُع ْو َن ْالَقْو َل َفَيَّتِب ُع ْو َن َأْح َس َنُه‬
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mendengarkan
nasehat dan mengikuti sesuatu yang terbaik"

j. Doa ketika membasuh kaki kanan

‫َالّٰلُهَّم َثِّب ْت َقَد ِم ْي َعىَل الَرِّص اِط َيْو َم َتِز ُّل ِف ْيِه‬. ‫َالّٰلُهَّم ِاْجَع ُهْل َس ْع ًيا َم ْش ُكْو ًر ا َو َذ ْنًبا َم ْغُفْو ًر ا َو َمَع اًل ُم َتَقَّباًل‬
‫اَأْلْقَد اُم‬
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah (segenap langkahku) sebagai usaha yang disyukuri,
sebagai penyebab terampuninya dosa dan sebagai amal yang diterima. Ya Allah,
mantapkanlah telapak kakiku saat melintasi jembatan shirathal mustaqim, kelak di
hari ketika banyak telapak kaki yang tergelincir."

k. Doa ketika membasuh kaki kiri

‫َالّٰلُهَّم اَل َتِز ُّل قَد َم َّي َعىَل الَرِّص اِط يِف الَّناِر َيْو َم َتِز ُّل ِف ْيِه َاْقَد اُم اْلُم َناِفِقَنْي َو اْلُم ِرْش ِكَني‬
Artinya: "Ya Allah jangan kau gelincirkan langkah (pendirianku) pada jalan neraka
pada hari digelincirkannya langkah (pendirian) orang-orang munafik dan orang-
orang musyrik"

l. Doa setelah berwudhu

‫ َالّٰلُهَّم اْجَع ْلْىِن ِم َن الَّتَّو اِبَنْي‬.‫َّالِاَهَل ِاَّالُهللا َو ْح َد ُه َالِرَش ْيَك ُهَل َو َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًد اَع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُهُل‬ ‫َاْش َهُد َاْن‬
‫ِم َن اْلُم َتَط ِّهِر ْيَن‬ ‫َو اْجَع ْلْىِن‬
Artinya: "Aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada
sekutu bagi-Nya, dan aku mengaku bahwa Nabi Muhammad itu adalah hamba
dan Utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang
bertaubat dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang bersuci"
C. MANDI BESAR / ADUS
Mandi besar, mandi junub atau mandi wajib adalah mandi dengan menggunakan air
suci dan bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut ke
seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah
untuk menghilangkan hadas besar yang harus dihilangkan sebelum melakukan ibadah
sholat.

 Niat Adus Hadast Besar


‫َنَو ْيُت اْلُغْس َل ِلَر ْفِع ْاَحلَد ِث ْا َألْك ِرَب ِم َن ْاِلجَناَبِة َفْر ًض ا ِهلِل َتَع اىَل‬
Artinya : “ Aku niat mandi untuk menghilangkan hadast besar fardhu karena Allah
Ta’ala “.
 Niat Adus Hari Jumat
‫َنَو ْيُت اْلُغْس َل ِلُح ُض ْو ِر َص َالِة اْلُج ْم َع ِة ُس َّنًة ِهّٰلِل َتَع اىَل‬
Artinya : “Aku niat mandi untuk menghadiri sholat jumat sunah karena Allah Ta’ala
“.
 Niat Adus Idul Adha
‫َنَو ْيُت الُغْس َل ِلِع ْي ِد ْا َألَحْض ى ُس َّنًة ِهّٰلِل َتَع اىَل‬
 Niat Adus Idul Fitri

‫َنَو ْيُت الُغْس َل ِلِع ْي ِد اْلِفْط ِر ُس َّنًة ِهّٰلِل َتَع اىَل‬


 FARDHU ADUS
1. Membaca niat
biasanya dilakukan bersamaan saat menyiramkan air ke anggota badan pertama
kali. Anggota badan yang disiram pertama kali bisa dari mana saja, baik bagian
atas, bawah, atau tengah.
2. Meratakan Air ke Seluruh Tubuh
Setelah membaca niat mandi besar, langkah berikutnya yang perlu dilakukan
adalah meratakan air ke seluruh tubuh

 SUNAH ADUS

o Setelah berhubungan badan (untuk pasangan suami-istri)


o Mengeluarkan mani
o Meninggal dunia
o Haid
o Nifas
o Melahirkan

D. TAYAMUM
o Pengertian Tayamum
Tayamum adalah cara bersuci dari hadas besar dan hadas kecil
menggunakan debu .

o Niat Tayamum

‫َنَو ْيُت الَّتَي ُّم َم اِل ْس ِتَباَح ِة الَّص اَل ِة للِه َتَع اَلى‬
Artinya: Aku berniat tayamum agar diperbolehkan sholat karena Allah ta'ala.

o Syarat Tayamum

Tayamum memang tidak boleh dilakukan sembarangan, kecuali kondisinya


sedang dalam keadaan seperti berikut :

o Tidak ada air yang cukup untuk wudhu atau mandi.


o Tidak mampu menggunakan air, seperti orang lemah, orang yang dipenjara,
atau menghindari binatang buas.
o Sakit atau memperlambat sembuh dari sakit bila menggunakan air.
o Jumlah air sedikit dan lebih dibutuhkan untuk menyambung hidup (minum).
o Tidak adanya alat untuk menimba/mendapatkan air, meski airnya ada dalam
sumur misalnya.
Takut habisnya waktu sholat sedangkan untuk mendapatkan air sangat jauh.
o Kondisi yang sangat dingin dengan persyaratan tertentu.
 Rukun Tayamum

Terdapat empat rukun tayamum yang perlu diketahui oleh umat Islam, di antaranya:
o Niat, bersama dengan sapuan pertama.
o Mengusap seluruh bagian wajah dengan tanah.
o Mengusap kedua tangan sampai siku.
o Tertib.

 Sunnah Tayamum

Sementara itu, sunnah tayamum terbagi menjadi tiga :


o Membaca bismillah.
o Meniup kedua telapak tangan setelah menepuk kedua tangan ke debu atau pasir.
o Mendahulukan anggota badan bagian kanan dari pada yang kiri.
 Tata Cara Tayamum

1) Menyiapkan atau temukan tanah berdebu atau debu bersih.

2) Menghadap kiblat, mengucapkan bismillah sambil meletakkan kedua telapak tangan


pada debu dengan posisi jari-jari tangan dirapatkan.

3) Kemudian menepuk kedua punggung tangan supaya debunya tidak terlalu menempel.

4) Lanjut mengusapkan kedua telapak tangan pada seluruh wajah disertai dengan niat
tayamum dalam hati. "Nawaitu tayammuma li istibaakhati sholati lillahi ta'ala."

5) Meletakkan kembali telapak tangan pada debu, sambil jari-jari direnggangkan.


Pastikan Anda tidak memakai aksesori jenis apa pun dan harus dilepas sementara.
6) Menempelkan telapak tangan kiri pada punggung tangan kanan, sekiranya ujung-
ujung jari dari salah satu tangan tidak melebihi ujung jari telunjuk dari tangan yang lain.

7) Usap telapak tangan kiri ke punggung lengan kanan sampai ke bagian siku, lalu
balikkan telapak tangan kiri ke lengan kanan dan usap hingga ke pergelangan.

8) Usap bagian jempol kiri ke jempol kanan dan lakukan hal sama pada bagian kirinya.
Di tahap ini, pertemukan kedua telapak tangan dan usap-usap di antara jari-jarinya.
 Doa Setelah Tayamum

‫ َالَّلُهَّم اْج َع ْليِن ِم َن‬،‫َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُهُل‬ ‫ َو‬،‫ َو ْح َد ُه اَل ِرَش ْيَك ُهَل‬، ‫ُهللا‬ ‫َأْش َهُد َأْن اَل َهَل اَّل‬
‫ِإ ِإ‬
‫ َأْش َهُد َأْن اَل‬، ‫ِع َباِد َك الَّص اِلِح َنْي ُس ْب َح اَنَك َالَّلُهَّم َو َحِبْم ِد َك‬ ‫ِم َن اْلُم َتَط ِّهِر ْيَن َو اْج َع ْليِن ِم ْن‬ ‫ َو اْج َع ْليِن‬، ‫الَّتَّو اِبَنْي‬
‫ َأْس َتْغِفُر َك َو َأُتْو ُب َلْي َك‬، ‫َهَل اَّل َأْنَت‬
‫ِإ‬ ‫ِإ ِإ‬
Artinya : "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-
Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya
Allah, jadikanlah aku sebagai orang-orang yang bertobat, jadikanlah aku sebagai
orang-orang yang bersuci, dan jadikanlah aku sebagai hamba-hamba-Mu yang
saleh. Mahasuci Engkau, ya Allah. Dengan kebaikan-Mu, aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Engkau. Dan dengan kebaikan-Mu, aku memohon ampunan
dan bertaubat pada-Mu"

,
BAB II - SHOLAT
1) NIAT SHOLAT FARDHU

 Niat Shalat Subuh

‫ُأَص ىِّل َفْر َض الُّص ْب ح َر َكعَتِنْي ُم ْس َتْقِبَل اْلِقْبِةَل َأَداًء هلل َتَع اىَل‬

Artinya : “ Aku berniat shalat subuh 2 rakaat sambil menghadap kiblat karena
Allah Ta’ala “
 Niat Shalat Dzuhur
‫ُاَص ْيِّل َفْر َض الُّظ ْهِر َأْر َبَع َر َكعَاٍت ُم ْس َتْقِبَل اْلِقْبِةَل َأَداًء هلل َتَع اىَل‬
Artinya : “ Aku berniat shalat dzuhur 4 rakaat sambil menghadap kiblat karena
Allah Ta’ala “
 Niat Shalat Ashar

‫ُأَص ىِّل َفْر َض الَع ِرْص َأْر َبَع َر َكعَاٍت ُم ْس َتْقِبَل اْلِقْبِةَل َأَداًء هلل َتَع اىَل‬
Artinya : “ Aku berniat shalat ashar 4 rakaat sambil menghadap kiblat karena
Allah Ta’ala “
 Niat Shalat Maghrib

‫ُأَص ىِّل َفْر َض اْلَم ْغِر ِب َثَالَث َر َكعَاٍت ُم ْس َتْقِبَل اْلِقْبِةَل َأَداًء هلل َتَع اىَل‬
Artinya : “ Aku berniat shalat maghrib 3 rakaat sambil menghadap kiblat
karena Allah Ta’ala “
 Niat Shalat Isya

‫ُأَص ىِّل َفْر َض اْلِع َش اِء َاْر َبَع َر َكعَاٍت ُم ْس َتْقِبَل اْلِقْبِةَل َأَداًء هلل َتَع اىَل‬
Artinya : “ Aku berniat shalat isya 4 rakaat sambil menghadap kiblat karena
Allah Ta’ala “
2) RUKUN SHOLAT
 Niat
 Takbiratul Ikhram

‫َاُهَّلل َاْكُرَب‬
 Berdiri Bila Mampu
 Membaca Al Fatihah
 Rukuk
‫ُس ْب َح اَن َر َيِّب اْلَع ِظ ِمْي َو َحِبْم ِدِه‬
Artinya: " Maha suci tuhan yang maha agung serta memujilah aku kepadanya."
 Tuma’ninah Dalam Rukuk
 I’tidal

‫ِمَس َع اَهَّلل ِلَم ْن ِمَح َد ُه‬


Artinya: " Maha suci tuhan yang maha agung serta memujilah aku kepadanya."
‫َر َّبَنا َكَل اْلَحْم ُد ِم ْل َء الَّس َمَو اِت َو اَألْر ِض َو ِم ْل َء َم ا ِش ْئَت ِم ْن ْىَش ٍء َبْع ُد‬
Artinya: "Ya Allah tuhan kami, bagimu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan
sepenuh sesuatu yang engkau kehendaki sesudah itu."
 Tuma’ninah Dalam I’tidal
 Sujud
‫ُس ْب َح اَن َر َىِّب اَأْلْعىَل َو َحِبْم ِدِه‬
Artinya: "Maha suci tuhan yang maha tinggi serta memujilah aku kepadanya."
 Tuma’ninah Dalam Sujud
 Duduk Di Antara Dua Sujud

‫َر ِّب اْغِفْر يِل َو اْر ْمَح يِن َو اْج ْرُب يِن َو اْر َفْعيِن َو اْر ُز ْقيِن َو اْه ِد يِن َو َعاَفيِن َو اْع ُف َع يِّن‬
Artinya: "Ya Allah ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku, cukupkanlah segala
kekurangan dan angkatlah derajatku, berilah rizki kepadaku, berilah aku petunjuk,
berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku."
 Tuma’ninah Dalam Duduk Diantara Dua Sujud
 Membaca Tasyahud
Bacaan Tasyahud Awal
‫َالَّتِح َّياُت اْلُم َباَر اَك ُت الَّص َلَو اُت الَّط ِّي َباُت ِهَّلِل الَّس َالُم َعَلْي َك َأَهُّيا الَّنُّىِب َو َر َمْحُة اِهَّلل َو َبَر اَك ُتُه الَّس َالُم‬
‫َعَلْي َنا َو َعىَل ِع َباِد اِهَّلل الَّص اِلِح َني َأْش َهُد َأْن َال َهَل َّال اُهَّلل َو َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َر ُس وُل اِهَّلل‬
‫ِإ ِإ‬
Artinya: "Segala penghormatan, keberkahan, salawat dan kebaikan hanya bagi Allah.
Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai nabi, demikian pula
rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada
kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali
Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, berilah
rahmat kepada Nabi Muhammad "
Bacaan Tasyahud Akhir
‫َألَّلُهَّم َص ِّل َعَىل ُم َح َّم ٍد َو َعَىل آِل ُم َح َّم ٍد َكَام َص َّلْي َت َعَىل ْبَر اِه َمْي َو َعَىل آِل ْبَر اِه َمْي نَّـَك ِمَح ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َالَّلُهَّم َابِر ْك َعَىل ُم َح َّم ٍد َو َعَىل آِل ُم َح َّم ٍد َكَام َابَر ْك َت َعَىل ْبَر اِه َمْي َو َعَىل آِل ْبَر اِه َمْي نَّـَك ِمَح ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
Artinya: "Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji lagi maha mulia. Ya
Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad
sebagaimana engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji lagi maha mulia."
 Duduk
 Membaca Shalawat Atas Nabi
 Membaca Salam
‫َالَّس َالُم َعَلْي ْمُك َو َر َمْحَة اِهَّلل‬
3) SUNNAH SHOLAT

1. Mengangkat Kedua Tangan

2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri (sedekap)

3. Membaca Do’a Iftiftah

4. Membaca Do’a Isti’adzah

5. Membaca Basmalah dengan lirih saat shalat jahr

6. Mengucapkan Aamiin

7. Membaca ayat Al-Qur’an selain Al-Fatihah

8. Membaca bacaan Tasbih ketika ruku’ dan sujud

9. Membaca Bacaan Tasmi’ dan Tahmid

10 Membaca Tasbih Lebih Dari Satu Kali Dalam Ruku’ dan Sujud

11. Do’a Pada Saat Tasyahhud Akhir

12. Mengucapkan salam yang kedua

13. Sujud Tilawah

14. Shalat ke arah sutrah

BACAAN SHOLAT

 Takbiratul Ikhram
Setelah membaca niat, kemudian mengangkat kedua tangan serta membaca takbiratul ikhram.

‫ُهللا َاْكْرَب‬
Artinya : Allah Maha Besar
‫‪‬‬ ‫‪Doa Iftitah‬‬

‫اُهَّلل َأْكُرَب َكِب ًري ا َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل َكِثًري ا َو ُس ْب َح اَن اِهَّلل ُبْكَر ًة َو َأِص يًالِإ ىِّن َو ْهَّج ُت َو ِهْج َى ِلِذَّل ى َفَط َر‬
‫الَّس َمَو اِت َو اَألْر َض َح ِنيًفا َو َم ا َأاَن ِم َن اْلُم ِرْش ِكَني َّن َص َالِتىَو ُنُس ىِك َو َمْح َياَى َو َم َم اىِت ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم َني‬
‫َال َك َذ َكِل ُأِم َأ َأ ُل ْل ِلِم ِإ‬
‫ْر ُت َو اَن َّو ا ُمْس َني‬ ‫ِرَش ي ُهَل َو ِب‬

‫‪‬‬ ‫‪Al-Fatihah‬‬

‫ٱ‬ ‫ٱ ٱ‬
‫ِبْس ِم ِهَّلل لَّر َٰمْح ِن لَّر ِح ِمي‬
‫ٱ‬ ‫ٱ‬
‫ْلَحْم ُد ِهَّلِل َر ِّب ْلَٰع َلِم َني‬
‫ِح‬ ‫ل‬‫ٱ‬ ‫ل‬‫ٱ‬
‫ِمي‬ ‫َّر‬ ‫ِن‬ ‫َٰمْح‬ ‫َّر‬
‫ٱ‬
‫َٰم ِكِل َيْو ِم ِّدل يِن‬
‫اَّي َك َنْع ُبُد َو اَّي َك َنْس َتِع ُني‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ٱ‬ ‫ٱ ٱ‬
‫ْه ِد اَن لَٰرِّصَط ْلُمْس َتِقَمي‬
‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬
‫َٰرِصَط ِذَّل يَن َأْنَعْم َت َعَلِهْي ْم َغِرْي ْلَم ْغُض وِب َعَلِهْي ْم َو اَل لَّض ٓاِّلَني‬

‫‪‬‬ ‫‪Rukuk‬‬

‫ُس ْب َح اَن َر َىِّب اْلَع ِظ ِمي َو َحِبْم ِدِه‬


‫‪‬‬ ‫‪Itidal‬‬

‫ِمَس َع اُهَّلل ِلَم ْن ِمَح َد ُه‬


‫َر َّبَنا َو َكَل اْلَحْم ُد ِم ْل َء الَّس َمَو اِت َو اَألْر ِض َو ِم ْل َء َم ا ِش ْئَت ِم ْن ْىَش ٍء َبْع ُد‬
‫‪‬‬ ‫‪Sujud‬‬

‫ُس ْب َح اَن َر َىِّب اَأْلْعىَل َو َحِبْم ِدِه‬


‫‪‬‬ ‫‪Duduk Iftiros‬‬

‫َر ِب اْغِفريِل َو اْر ْمَح ىِن َو اْج ْرُب يِن َو اْر َفْعيِن َو اْر ُز ْقىِن َو اْه ِد ىِن َو َعاِف ىِن َو اْع ُف َع ىِّن‬
‫‪‬‬ ‫‪Tasyahud Awal‬‬

‫الَّتِح َّياُت اْلُم َباَر اَك ُت الَّص َلَو اُت الَّط ِّي َباُت ِهَّلِل الَّس َالُم َعَلْي َك َأَهُّيا الَّنُّىِب َو َر َمْحُة اِهَّلل َو َبَر اَك ُتُه الَّس َالُم َعَلْي َنا‬
‫َو َعىَل ِع َباِد اِهَّلل الَّص اِلِح َني ‪َ ،‬أْش َهُد َأْن َال َهَل َّال اُهَّلل َو َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس وُهُل‬
‫ِإ ِإ‬

‫‪‬‬ ‫‪Tasyahud Akhir‬‬

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َعَىل ُم َح َّم ٍد َو َعَىل آِل ُم َح َّم ٍد َكَام َص َّلْي َت َعَىل ْبَر اِه َمْي َو َعَىل آِل ْبَر اِه َمْي نَّـَك ِمَح ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫ِإ ِه ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َالَّلُهَّم َابِر ْك َعَىل ُم َح َّم ٍد َو َعَىل آِل ُم َح َّم ٍد َكَام َابَر ْك َت َعَىل ِإ ْبَر َمْي َو َعَىل ِإ ْبَر َمْي‬
‫ا‬ ‫ِل‬‫آ‬ ‫ِه‬‫ا‬
‫‪‬‬ ‫‪Doa Terhindar Dari Fitnah Dajjal‬‬

‫َالَّلُهَّم ْيِّن َأُع ْو ُذ ِبَك ِم ْن َعَذ اِب اْلَقِرْب َو ِم ْن َعَذ اِب الَّناِر ‪َ ،‬و ِم ْن ِف ْتَنِة اْلَم ْح َيا َو اْلَمَم اِت َو ِم ْن ِف ْتَنِة اْلَم ِس ْي ِح اَّدل َّج اِل‬
‫ِإ‬
‫‪‬‬ ‫‪Salam Ke - 1 dan Doanya‬‬
‫الَّس َالُم َعَلْي ْمُك َو َر َمْحُة اِهَّلل َاْس َأَكُل َفْو ًز ا اِب ْلَجَّنِة‬

‫‪‬‬ ‫‪Salam Ke - 2 dan Doanya‬‬

‫الَّس َالُم َعَلْي ْمُك َو َر َمْحُة اِهَّلل َاْس َأَكُل َجَنًة ِم َن الَّناِر َو اْلَع ْفَو ِع ْنَد ْاِحل َس اِب‬

‫‪‬‬ ‫‪Sujud Sahwi‬‬

‫ُس ْب َح اَن َمْن اَل َيَناُم َو اَل َيْس ُهو‬


‫‪“Maha Suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa”.‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Do’a Qunut‬‬
‫َالَّلُهَّم اْه ِد ىِن ِف َميْن َهَد ْيَت ‪َ ،‬و َعاِف ىِن ِف َميْن َعاَفْيَت ‪َ ،‬و َتَو َّلىِن ِف َميْن َتَو َّلْي َت ‪َ ،‬و اَب ِر ْك ىِل ِف َميا َأْع َط ْي َت ‪َ ،‬و ِق ىِن‬
‫َّرَش َم ا َقَض ْيَت ‪َ ،‬ف َّنَك َتْقىِض َو َالُيْقىَض َعَلْي َك ‪َ ،‬و َّنُه َال َيِذُّل َمْن َو اَلْي َت ‪َ ،‬تَباَر ْكَت َر َّبَنا َو َتَع اَلْي َت ‪،‬‬
‫ِه‬ ‫ِهِل‬ ‫ىَل‬ ‫ٍد‬ ‫ِإ‬ ‫ِد‬ ‫ىَل‬ ‫ىَّل‬ ‫َك‬ ‫َل‬ ‫ِا‬ ‫َا ِف َا ِإ‬
‫ِب‬ ‫ْحَص‬ ‫آ‬
‫َو ْس َتْغ ُر َك َو ُتْو ُب ْي َو َص ُهللا َع َس ُم َح َّم َو َع َو َو َس َمَّل‬
‫اَن‬ ‫ِّي‬
‫‪‬‬ ‫‪Aurod‬‬

‫‪،‬اَل ِإ َهَل ِإ اَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل ِرَش يَك ُهَل ‪ُ ،‬هَل اْلُم ُكْل َو ُهَل اْلَحْم ُد َو ُه َو َعىَل ِّلُك ْيَش ٍء َقِد يُر‬
‫َاْس َتْغِفُر َهللا اْلَع ِظ ِم اِذَّل ى َالِاَهَل ِاَّال ُه َو اْلَح ُّي اْلَقُيْو ُم َو َاُتْو ُبْو ِاَلْي ِه ‪٣‬‬

‫َو اِلَو َدِل َّي َو َاِلَحْص اِب ْاُحلُقْو ِق ْالَو اِج َبِة َعَّيَل َو ِلَم َش اِخِي َنا َو ِاِلْخ َو اِنَنا َو ِلَج ِم ْيِع‬ ‫َاْس َتْغِفُر َهللا ْا لَع ِظ َمْي ىِل‬
‫َو ْا ُملْؤ ِمِنَنْي َو ْا ُملْؤ ِم َناِت َاَاْلْح َياِء ِم ُهْنْم َو ْاَالَم َو اِت َو َاُتْو ُب ِاَلْي ِه‬ ‫ْا ُملْس ِلِم َنْي َو ْا ُملْس ِلَم اِت‬

‫َالّلُهَّم َاِج ْر اَن ِم َن الَّناِر {‪}3‬‬

‫َالّلُهَّم َاْنَت الَّس َالُم َو ِم ْنَك الَّس َالُم َو ِا َلْي َك َيُع ْو ُد الَّس َالُم َفَح ِّي َنا َر َّبَنا اِب لَّس َالِم َو َاْد ِخ ْلَنا ْاَجلَّنَة َد اَر الَّس َالِم َتَباَر ْكَت‬
‫َر َّبَنا َو َتَع اَلْي َت اَي َذْاَجلَالِل َو ْاِالْكَر اِم‬
‫َالَّلُهَّم َال َم اِنَع ِلَم ا َاْع َط ْي َت َو اَل ُم ْع ِط َي ِلَم ا َم َنْع َت َو اَل َر اَّد ِلَم ا َقَض ْيَت َو اَل َيْنَفُع َذْاَجلِّد ِم ْنَك ْاَجلُّد‬

‫َالَّلُهَّم َاِع َّنا َعىَل ِذْكِر َك َو ُش ْكِر َك َو ُح ْس ِن ِع َباَد ِتَك‬

‫ِاٰلَهَنا اَي َر َّبَنا َاْنَت َم ْو َالاَن – ُس ْب َح اَن ُهللا ‪33 ...‬‬

‫ُس ْب َح اَن ِهللا َو َحِبْم ِدِه َد اِئًم ا َاَبًد ا ْاَحلْم ُد هلل ‪33 ...‬‬
‫َاُهلل َاْك ُرَب ‪ْ 33 ...‬اَحلْم ُد هلل َر ِّب ْالَع اَلِم َنْي َعىٰل ِّلُك َح اٍل َو ِنْع َم ٍة‬

‫ِهللا ُبْكَر ًة َو َاِص ْي ًال ‪َ ،‬الِا َهٰل ِاَّال ُهللا َو ْح َد ُه َالِرَش ْيَك ُهَل‪ُ ,‬هَل ْاُملُكْل ‪،‬‬ ‫َاُهلل َاْك ُرَب َكِب ًرْي ا َو ْاَحلْم ُد ِهلل َكِش ًرْي ا َو ُس ْب َح اَن‬
‫َقِد ْيٌر ‪َ ،‬و َال َح ْو َل َو َالُقَّو َة ِاَّال اِب ِهللا ْا لَع ِّيِل ْالَع ِظ ِمْي‬ ‫َو ُهَل ْاَحلْم ُد ْحُي ْيِي َو ُيِم ْي ُت َو ُه َو َعىٰل ِّلُك َش ٍئْي‬
‫َاْفَض ُل اِّذل ْكِر َفاْعْمَل َاَّنُه – َالِا َهٰل ِاَّال ُهللا ‪33 ...‬‬

‫َالِاَهٰل ِاَّال ُهللا ُم َح َّم ٌد َر ُس ْو ُل ِهللا َص ىَّل ُهللا َعَلْي ِه َو َس َمَّل ‪ِ ،‬لَك َم ُة ْاَحلُّق َعَلَهْيا ْحَن ٰي َو َعَلَهْيا َنُمْو ُت َو َعَلَهْيا ُنْب َع ُث ِاْن‬
‫َش اَء ُهللا َتَع اىٰل ِم َن ْاٰالِمِنَنْي ِبَر َمْحِة ِهللا َو َكَر ِم ِه ‪َ ،‬جَز ُهللا َع َّنا َس ِّيَد اَن َو َنِب َّيَنا ُم َح َّم ًد ا َص ىَّل ُهللا َعَلْي ِه َو َس َمَّل ِبَم اُه َو‬
‫َاْهُهُل‬

‫‪‬‬ ‫‪Doa Setelah Sholat‬‬

‫َأُع ْو ُذ اِب ِهلل ِم َن الَّش ْي َط اِن الَّر ِج ِمْي‬

‫ِبْس ِم ِهللا الَّر مْح ِن الَّر ِح ِمي‬

‫َاَحلْم ُد ِهلِل َر ِّب اْلَع اَلِم َنْي ْمَح دًا ُيَو ايِف ِنَع َم ُه َو ُياَك ُئِف َمِز ْيَد ُه ‪ .‬اَي َر َّبَنا َكَل اَحلْم ُد َو َكَل الُّش ْكُر اَمَك َيْنَبِغ ي ِلَج اَل ِل‬
‫َو ِهْج َك َو َع ِظ ِمْي ُس ْلَط اِنَك‬

‫َألّٰلُهَّم َص ِّل َعىَل َس ِّي ِد اَن ُم َح َّم ٍد َص َالًة ُتْنِج ْي َنا َهِبا ِم ْن ِمَج ْيِع اَأْلْه َو اِل َو اٰاْل َفاِت َو َتْقْيِض َلَنا َهِبا ِمَج يَع اْلَح اَج اِت‬

‫َو ُتَط ِّهُر اَن َهِبا ِم ْن ِمَج ْيِع الَس ِّيَئاِت َو َتْر َفُعَنا َهِبا ِع ْنَد َك َأْعىَل اَّدل َر َج اِت َو ُتَبِّلُغَنا َهِبـــا َأْقىَص اْلَغااَي ِت ِم ْن ِمَج ْيِع‬
‫اْلَخ َرْي اِت ىِف اْلَح َياِة َو َبْع َد اْلَمَم ـــاِت‬
‫َاللُهَّم ِا اَّن َنْس َئَكُل َس َالَم ًة ىِف اِّدل ْيِن َو اُّدل ْنَيا َو ْاآلِخ َر ِة َو َعاِف َيًة ىِف اْلَج َس ِد َو َّحِصًة ىِف اْلَبَد ِن َو ِز اَي َدًة ىِف اْلِع ِمْل َو َبَر َكًة‬
‫ىِف الِّرْز ِق َو َتْو َبًة َقْبَل اْلَمْو ِت َو َر َمْحًة ِع ْنَد اْلَمْو ِت َو َم ْغِفَر ًة َبْع َد اْلَمْو ِت َاللُهَّم َه ِّوْن َعَلْي َنا ْىِف َس َكَر اِت اْلَمْو ِت‬
‫َو الَّنَج اَة ِم َن الَّناِر َو اْلَع ْف َو ِع ْنَد اْلِح َس اِب‬
‫ٱ‬
‫َر َّبَنا اَل ُتِز ْغ ُقُلوَبَنا َبْع َد ْذ َهَد ْيَتَنا َو َه ْب َلَنا ِم ن ُدَّل نَك َر َمْحًة ۚ َّنَك َأنَت ْلَو َّهاُب‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َالّٰلُهَّم اْغِفْر ْيِل َو ِلَو اَدِل َّي َو اْر ْمَح ُهَم ااَمَك َر َّبَياْيِن َص ِغ ًرْي ا‬
‫َر َّبَنا آِتَنا يِف اُّدل ْنَيا َح َس َنًة َو يِف اآْلِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِق َنا َعَذ اَب الَّناِر‬
‫‪4) SHOLAT SUNNAH‬‬

‫‪o Niat Sholat Qobliah‬‬

‫ُاَص ىِّل ُس َّنَة َقْبِلَّيًة الُّص ْب ِح َر ْكَعَتِنْي ُم ْس َتْقِبَل اْلِقْبِةَل ِ ِهلل َتَع اىَل‬
‫ُاَص ىِّل ُس َّنَة َقْبِلَّيًة الُّظ ْهِر َر ْكَعَتِنْي ُم ْس َتْقِبَل اْلِقْبِةَل ِ ِهلل َتَع اىَل‬
‫ُاَص ىِّل ُس َّنَة َقْبِلَّيًة اْلَع ِرْص َر ْكَعَتِنْي ُم ْس َتْقِبَل اْلِقْبِةَل ِ ِهلل َتَع اىَل‬
‫ُاَص ىِّل ُس َّنَة َقْبِلَّيًة اْلَم ْغِر ِب َر ْكَعَتِنْي ُم ْس َتْقِبَل اْلِقْبِةَل ِ ِهلل َتَع اىَل‬
‫ُاَص ىِّل ُس َّنَة َقْبِلَّيًة اْلِع َش اِء َر ْكَعَتِنْي ُم ْس َتْقِبَل اْلِقْبِةَل ِ ِهلل َتَع اىَل‬

‫‪o Niat Sholat Ba’diyah‬‬

‫ُاَص ىِّل ُس َّنَة َر ْكَعَتِنْي َبْع ِد َيًة الُّظ ْهِر َر ْكَعَتِنْي ُم ْس َتْقِبَل ْالِقْبِةَل َاَداًء ِهَّلِل َتَع اىَل‬

‫ُاَص ىِّل ُس َّنَة َر ْكَعَتِنْي َبْع ِد َيًة اْلَم ْغِر ِب َر ْكَعَتِنْي ُم ْس َتْقِبَل ْالِقْبِةَل َاَداًء ِهَّلِل َتَع اىَل‬

‫ُاَص ىِّل ُس َّنَة َر ْكَعَتِنْي َبْع ِد َيًة اْلِع َش اِء َر ْكَعَتِنْي ُم ْس َتْقِبَل ْالِقْبِةَل َاَداًء ِهَّلِل َتَع اىَل‬

‫‪o Sholat Hajat‬‬

‫ُاَص ىِّل ُس َّنَة اْلَح اَج ِة َر ْكَعَتِنْي ِهلِل َتَع اىَل‬


‫‪o Do’a Hajat‬‬

‫َال َهَل َّال ُهللا اْلَح ِلُمي اْلَكِرُمي ‪ُ ،‬س ْب َح اَن ِهللا َر ِّب اْلَع ْر ِش اْلَع ِظ ِمي‪ ،‬اْلَحْم ُد ِللِلِهل َر ِّب اْلَع اَلِم َني ‪َ ،‬أْس َأَكُل‬
‫ِإ ِإ‬
‫ُم وِج َباِت َر َمْحِتَك َو َع َز اَمِئ َم ْغِفَر ِتَك َو اْلَغِنَميَة ِم ْن ِّلُك ِبٍّر َو الَّس َالَم َة ِم ْن ِّلُك ٍمْث‪َ ،‬ال َتَد ْع يِل َذ ْنًبا َّال‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َغَفْر َتُه َو َال ًّمَها َّال َفَّر ْج هَت ُه َو َال َح اَج ًة َيِه َكَل ِر ًض ا َّال َقَض ْي َهَتا‪ ،‬اَي َأْر َح َم الَّر اِمِح َني‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬

‫‪o SHOLAT WITIR‬‬

‫‪1. Lafal Niat Shalat Witir Satu Rakaat‬‬

‫ُأَص ْيِّل ُس َّنًة ِم َن اْلِوْتِر َر ْكَع ًة ِهّٰلِل َتَع اىَل‬

‫”‪Artinya, “Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah ta’ala.‬‬

‫‪2. Lafal Niat Shalat Witir Dua Rakaat‬‬

‫ُأَص ْيِّل ُس َّنًة ِم َن اْلِوْتِر َر ْكَعَتِنْي ِهّٰلِل َتَع اىَل‬

‫”‪Artinya : “Aku niat shalat sunnah witir dua rakaat karena Allah ta’ala.‬‬

‫‪o SHOLAT DHUHA‬‬

‫ُأَص ِّلْي ُس َّنًة الُض َح ى َر ْكَع َتْيِن ِلّلِه َتَع اَلى‬

‫‪Doa Shalat Dhuha‬‬


‫َالّٰلُهَّم ِاَّن الُّض َح آَء ُض َح اُء َك َو اْلَبَهاَء َبَهاُء َك َو اْلَج َم اَل َج َم اُلَك َو اْلُقَّو َة ُقَّو ُتَك َو اْلُقْد َر َة ُقْد َر ُتَك َو اْلِع ْص َم َة‬
‫ِع ْص َم ُتَك َالّٰلُهَّم ِاْن َكاَن ِرْز ِق ى ِف ى الَّس َم آِء َفَأْنِز ْلُه َو ِا ْن َكاَن ِف ى ْاَالْر ِض َفَأْخ ِر ْج ُه َو ِا ْن َكاَن ُم َع َّس ًر ا َفَيِّس ْر ُه‬
‫َو ِا ْن َكاَن َح َر اًم ا َفَط ِّهْر ُه َو ِا ْن َكاَن َبِع ْيًدا َفَقِّر ْبُه ِبَحِّق ُض َح اِء َك َو َبَهاِء َك َو َج َم اِلَك َو ُقَّو ِتَك َو ُقْد َر ِتَك آِتِنْى‬
‫َم آَاَتْيَت ِع َباَدَك الَّص اِلِح ْيَن‬

‫‪o SHOLAT TAHAJUD‬‬

‫ُاَص ىِّل ُس َّنًة الَهَّتُّج ِد َر ْكَعَتِنْي ُم ْس َتْقِبَل اْلِقْبِةَل ِ ِهلل َتَع اىَل‬

‫‪Do’a Shalat Tahajud‬‬

‫َالّٰلُهَّم َلَك اْلَحْم ُد َاْنَت َقِّيُم الَّس َمَو اِت َو ْاَالْر ِض َو َمْن ِف ْيِهَّن ‪َ ،‬و َلَك اْلَحْم ُد َاْنَت َم اِلُك الَّس َمَو اِت َو ْاَالْر ِض‬
‫َو َمْن ِف ْيِهَّن ‪َ ،‬و َلَك اْلَحْم ُد َاْنَت ُنْو ُر الَّس َمَو اِت َو ْاَالْر ِض َو َمْن ِف ْيِهَّن ‪َ ،‬و َلَك اْلَحْم ُد َاْنَت اْلَح ُّق َو َو ْعُد َك‬
‫اْلَح ُّق َو ِلَقاُء َك َح ٌّق َو َقْو ُلَك َح ٌّق َو اْلَجَّنُة َح ٌّق َو الَّناُر َح ٌّق َو الَّنِبُّيْو َن َح ٌّق ُم َح َّم ٌد َص َّلى اللُه َعَلْيِه َو َس َّلَم‬
‫َح ٌّق َو الَّس اَعُة َح ٌّق َالّٰلُهَّم َلَك َاْس َلْم ُت َو ِبَك َاَمْنُت َو َعَلْيَك َتَو َّكْلُت َو ِا َلْيَك َاَنْبُت َو ِبَك َخاَص ْم ُت َو ِا َلْيَك‬
‫َح اَكْم ُت َفاْغِفْر ِلْي َم اَقَّد ْم ُت َو َم ا َاَّخ ْر ُت َو َم ا َاْس َر ْر ُت َو َم ا َاْعَلْنُت َو َم ا َاْنَت َاْعَلُم ِبِه ِمِّنْي ‪َ ،‬اْنَت اْلُم َقِّد ُم‬
‫َو َاْنَت اْلُم َؤ ِّخ ُر َالِاَلَه ِاَّال َاْنَت ‪َ ،‬و َال َح ْو َل َو َال ُقَّو َة ِاَّال اِب للِه‬

‫‪o NIAT SHOLAT JAMA TAQDIM‬‬

‫‪1. Lafal niat sholat jamak takdim Zuhur dan Asar:‬‬

‫ُأَص يِّل َفْر َض الُّظ ْهِر َأْر َبَع َر كَع اٍت َمْج ُمْو ًعا َم َع اْلَع ِرْص َاَداًء ِهلل َتَع اَىل‬
‫‪Artinya : “Saya niat salat fardu Zuhur empat rakaat dijamak bersama Asar dengan‬‬
‫‪jamak takdim karena Allah Ta’ala ”.‬‬

‫‪2. Lafal Niat Sholat Jamak Takdim Magrib Dan Isya‬‬

‫ُاَص ىّل َفْر َض الِع َش اِء َاْر َبَع َر َكَع اٍت ْمَج ًع ا َتأِخ ًرْي ا َم َع اَملْغِر ِب َفْر ًض ا ِهلل َتَع اىَل‬

‫‪Artinya: "Aku berniat salat Isya empat rakaat yang dijamak dengan Magrib, dengan‬‬
‫"‪jamak takhir, fardu karena Allah Ta'ala.‬‬
o NIAT SHOLAT JAMA TAKHIR

1. Lafal niat sholat jamak takhir Zuhur dan Asar:

‫ُأَص ىِّل َفْر َض الُّظ ْهِر َأْر َبَع َر َكَع اٍت َمْج ُمْو ًعا اِب ْلَع ِرْص ْمَج َع تأِخ ٍرْي ِهلِل َتَع اىَل‬

Artinya “Saya niat salat fardu Zuhur empat rakaat dijamak bersama Asar dengan jamak
takhir karena Allah Ta’ala.”

2. Lafal niat sholat jamak takhir Magrib dan Isya:

‫ُأَص ىِّل َفْر َض اَملْغِر ِب َثاَل َث َر َكَع اٍت َمْج ُمْو ًعا اِب لِع َش اِء ْمَج َع تأِخ ٍرْي ِهلِل َتَع اىَل‬

Artinya: “Saya niat salat fardu Maghrib tiga rakaat dijamak bersama Isya dengan jamak
takhir karena Allah Ta’ala.”
BAB III – PUASA

a) PUASA RAMADHAN

 Syarat Sah

1. Islam

2. Menahan Diri Dari Perkara Yang Membatalkan Puasa

3. Suci Dari Haid Dan Nifas

4. Mumayyiz

 Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa

 Makan dan minum secara sengaja.


 Berhubungan intim dengan pasangan.
 Mengeluarkan mani dengan sengaja, seperti onani atau mimpi basah.
 Haid dan nifas bagi wanita.
 Muntah secara sengaja.
 Menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh yang bersifat makanan atau obat.
 Menyengaja masuknya sesuatu ke dalam rongga tubuh, seperti asap rokok,
debu, air liur, atau darah.

 Niat Puasa

‫َنَو ْيُت َص ْو َم َغٍد َع ْن َأَد اِء َفْر ِض الَّش ْهِر َر َم َض اَن َه ِذِه الَّس َنِة ِهَّلِل َتَع اىَل‬

Artinya : “ Aku niat berpuasa esok hari di bulan ramadhan fardhu


karena Allah Ta’ala “

 PUASA QODHO
 Tata Cara Puasa Qadha
1. Menyiapkan hari untuk puasa di luar hari besar agama Islam.
2. Pastikan kondisi tubuh sehat.
3. Membaca niat puasa qadha Ramadan di malam hari.
4. Melaksanakan sahur.
5. Menunaikan salat wajib lima waktu.
6. Menjalani puasa pada umumnya
 Puasa Kifarat
 Tata Cara Puasa Kifarat
Puasa kifarat pelakasanaannya seperti halnya puasa dalam Islam pada umumnya.
Seorang muslim bersahur lalu harus menahan makan, minum, dan berjima' dari
terbitnya fajar hingga petang tiba. Selain itu tidak diperkenankan melanggar apa
pun yang dilarang saat berpuasa.
 niat puasa kifarat

‫نَو ْيُت َص ْو َم َغٍد ِلَكَفاَر ِة َفْر ًض اِ ِهلل َتَع اىَل‬


Artinya: "Saya niat puasa esok untuk melaksanakan kifarat (sebut kifaratnya)
fardhu karena Allah Ta'ala".
 Puasa Nadzar
 Tata Cara Puasa Nadzar
1. Puasa dimulai dengan sunah bersahur sebelum waktu imsak. Jika
tidak bersahur juga tak apa-apa.
2. Menahan lapar dan haus, serta pembatal puasa lainnya, seperti
berhubungan suami istri di siang hari puasa.

3. Berbuka di waktu matahari terbenam atau ketika masuk waktu


Magrib.

 Niat Puasa Nadzar

‫َنَو ْيُت َص ْو َم الَّنَذ ِر ِهّٰلِل َتَع اَىل‬


Artinya: "Saya berniat puasa nadzar karena Allah Ta’ala."

 PUASA SUNNAH
 NIAT-NIAT PUASA SUNNAH
o Niat Puasa Senin
‫َنَو ْيُت َص ْو َم َيْو َم ْاِالْثَنِنْي ُس َّنًة ِ ِهلل َتَع اىَل‬
Artinya: "Saya niat puasa sunnah hari Senin, sunnah karena Allah Taala.

o Niat Puasa Kamis

‫َنَو ْيُت َص ْو َم َيْو َم اْلَخ ِم ْيِس ُس َّنًة ِ ِهلل َتَع اىَل‬


Artinya: "Saya niat puasa sunnah hari Kamis, sunnah karena Allah Taala."

o Niat Puasa Syawal

‫َنَو ْيُت َص ْو َم َغٍد َع ْن ِس َّتٍة ِم ْن َش َّو اٍل ُس َّنًة ِهَّلِل َتَع اىَل‬
Artinya: Aku berniat puasa besok dari enam hari Syawal, sunnah karena
Allah Ta'ala.

o Niat Puasa Muharram

‫َنَو ْيُت َص ْو َم ُم َح َّر ٍم ُس َّنًة ِهلِل َتَع اىل‬

Artinya : "Saya niat berpuasa di bulan Muharam sunnah karena Allah Ta'ala

o Niat Puasa Sunnah Rajab

‫َنَو ْيُت َص ْو َم َغٍد َع ْن َأَد اِء ُس َّنِة َر َجَب ِهلِل َتَع اىَل‬
Artinya: "Aku berniat puasa Sunnah Rajab besok hari karena Allah Ta'ala."

o Niat Puasa Tarwiyah

‫َنَو ْيُت َص ْو َم َتْر ِو َيَة ُس َّنًة ِهّٰلِل َتَع اىَل‬

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta’âlâ.”


o Niat Puasa Arafah
‫َنَو ْيُت َص ْو َم َغٍد َع ْن َأَد اِء ُس َّنِة َيْو ِم َع َر َفَة ِهلِل َتَع اىَل‬
‫“ ‪Artinya: Aku niat puasa sunnah Arafah besok hari karena Allah‬‬

‫‪BAB IV - ADZAN‬‬
‫‪a. Bacaan Adzan‬‬

‫َاُهلل َاْكُرَب ‪َ،‬اُهلل َاْكُرَب )‪(٢x‬‬


‫َأْش َهُد َاْن َال َهٰل اَّل ُهللا )‪(٢x‬‬
‫ِإ ِإ‬
‫َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًد ا َر ُس ْو ُل ِهللا )‪(٢x‬‬
‫َّيَح َعىَل الَّص َالِة )‪(٢x‬‬
‫َّيَح َعىَل اْلَفَالِح )‪(٢x‬‬
‫َاُهلل َاْك ُرَب ‪َ،‬اُهلل َاْكُرَب )‪(١x‬‬
‫اَل َهَل اَّل ُهللا )‪(١x‬‬
‫‪b. Menjawab Adzan‬‬
‫ِإ ِإ‬
‫َاُهلل َاْك ُرَب ‪َ،‬اُهلل َاْكُرَب‬
‫َأْش َهُد َاْن َال َهٰل اَّل ُهللا‬
‫َاْش َهُد َاَّن ُم َحِإَّم ًد ِإا َر ُس ْو ُل ِهللا‬
‫اَل َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة ِااَّل اِب ِهلل‬
‫اَل َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة ِااَّل اِب ِهلل‬
‫َاُهلل َاْك ُرَب ‪َ،‬اُهلل َاْكُرَب‬
‫اَل َهَل اَّل ُهللا‬
‫ِإ ِإ‬
‫َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًد ا َر ُس ْو ُل ِهللا ‪c. Doa ketika menjawab lafadz :‬‬
‫‪d. Doa Setelah Adzan‬‬

‫الَّلُهَّم َر َّب َه ِذِه اَّدل ْع َو ِة الَّتاَّم ِة َو الَّص اَل ِة اْلَقاِئَم ِة آِت ُم َح َّم ًد ا اْلَو ِس يَةَل َو اْلَفِض يَةَل َو اْبَع ْثُه َم َقاًم ا َمْح ُم وًدا‬
‫اِذَّل ي َو َعْد َتُه ِاَنَك َال ْخُت ِلُف ْا ِملْي َع اد‬
BAB V - NAJIS

 MACAM – MACAM NAJIS DAN CARA MENSUCIKANNYA

1. Najasah Dzatiyah atau 'Ainiyah (Najis Secara Dzatnya)

Najis 'Ainiyah merupakan najis yang disebabkan oleh dzatnya. Contohnya, air seni
dan tinja (manusia), anjing, babi, darah yang mengalir saat hewan disembelih,
bangkai dan kulitnya. Hukum dari najis ini adalah tidak mungkin disucikan, kecuali
bangkai hewan yang telah mati.

2. Najasah Hukmiyah (Najis Secara Hukum)

Najis ini merupakan sesuatu barang yang asalnya suci lantas terkena najis, kemudian
dihukumi sebagai benda atau barang najis. Contohnya, pakaian yang terkena air seni,
sandal yang terkena tinja, dan air yang mengalir dengan bangkai tikus. Hukum dari
najis ini adalah masih mungkin dan bisa disucikan.

 Najis Mughallazah (Najis Berat)

Yang termasuk dalam najis jenis ini adalah najis yang ditimbulkan dari najis
anjing dan babi. Cara menyucikannya terlebih dahulu dihilangkan dari wujud
benda najis tersebut, kemudian dicuci bersih dengan air hingga sebanyak tujuh
kali. Pada permulaan atau penghabisannya ketika pencucian tersebut wajib
dicampur dengan debu (tanah).

 Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)


Yang termasuk dalam najis ini adalah air kencing bayi. Cara menyucikannya
dengan mencucinya atau memperbanyak air (cucian) sampai hilang najisnya.
Apabila terdapat bentuk dzatnya, maka hendaklah dihilangkan terlebih dahulu.

 Najis Mutawwasithah (Najis Sedang)

Contoh dari najis ini adalah kotoran manusia atau hewan, seperti air kencing,
nanah, darah, dan bangkai. Para ulama membagi najis mutawwasithah menjadi
dua bagian, yaitu:
- Najis 'ainiah, yaitu najis yang bendanya mempunyai wujud.
- Najis hukmiah, yaitu najis yang bendanya tidak berwujud.
BAB VI – TATA CARA MENGURUS JENAZAH
MEMANDIKAN JENAZAH

1. Periksa kuku jenazah, apabila panjang sebaiknya dipotong sehingga


ukurannya normal

2. Periksa rambut ketiak, jika panjang sebaiknya dicukur terlebih dulu. Untuk
rambut kemaluan tidak perlu diperiksa atau dicukur

3. Kepala jenazah diangkat sampai setengah duduk kemudian perutnya ditekan


sehingga semua kotoran keluar dari tubuh

4. Seluruh tubuh jenazah disiram sehingga kotoran yang keluar dari perut tidak
ada yang menempel di tubuh

5. Kemaluan dan dubur juga harus dibersihkan sehingga tidak ada kotoran
yang menempel di bagian tersebut

6. Saat membersihkan kemaluan dan dubur sebaiknya menggunakan sarung


tangan supaya tidak menyentuh langsung area privat tersebut

7. Setelah kotoran dalam perut sudah bersih, tahap selanjutnya adalah


membasuh tubuh korban bagian kanan terlebih dulu mulai dari kepala, leher,
dada, perut, paha, hingga kaki paling ujung

8. Ketika membasuh, bagian tubuh juga harus digosok perlahan dengan


handuk halus

9. Jika sudah selesai, orang yang memandikan dapat membantu jenazah


wudhu seperti ketika akan sholat. Namun tidak perlu memasukkan air ke
hidung dan mulut, cukup dengan membasahi bagian tersebut dengan kain atau
sarung tangan. Selanjutnya bibir, gigi, dan kedua lubang hidung jenazah harus
dibersihkan.

10. Jenggot dan rambut jenazah harus dicuci dengan air yang dicampur daun
bidara, yang sisanya bisa digunakan membasuh tubuh jenazah

11. Jika sudah selesai, tubuh jenazah dikeringkan dengan handuk dan proses
selanjutnya adalah mengkafani jenazah.
 Doa Memandikan Mayyit
‫َألَّلُهَّم اْغِفْر يِل َو ُهَل َو اْع ِقْبىِن ِم ْنُه ُع ْقىَب َح َس َنة‬
Artinya: “ Ya Allah ampunilah bagiku dan bagi mayat dan iringilah kebaikan
kepadaku sesudahnya. “

NIAT MEWUDHUKAN MAYIT

o Jenazah Laki Laki


‫َنَو ْيُت اْلُغْس َل َاَداًء َع ْن هَذ ااْلَم ِّي ِت ِ ِهلل َتَع اىَل‬

Artinya: "Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini karena
Allah Ta'ala."

o Jenazah Perempuan

‫َنَو ْيُت اْلُغْس َل َاَداًء َع ْن هِذِه اْلَم ِّي َتِة ِ ِهلل َتَع اىَل‬

Artinya: "Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan)
ini dikarenakan Allah Ta'ala."

MENGKAFANI

 Tata Cara Mengkafani Jenazah Laki-Laki


Untuk mengkafani jenazah laki-laki disiapkan tiga lembar kain putih dengan
rincian sebagai berikut:
Bagian terdalam yaitu kain lepas penutup pusar sampai lutut
Kain baju yang menutup bahu sampai separuh paha, lebih utama lagi sampai
separuh betis, sebagai lapisan kedua
Lapisan terakhir adalah kain penutup seluruh bagian badan

 Tata Cara Mengkafani Jenazah Perempuan


Bagi jenazah perempuan sebaiknya lima lembar kain dengan detail sebagai
berikut:
Lapisan terdalam yaitu kain basahan yang menutup bagian antara pusar sampai
lutut
Lapisan kedua meliputi kain kerudung dan baju kurung, yaitu kain yang menutup
bahu sampai kaki. Batas minimalnya sampai paha
Lapisan terakhir adalah tiga lembar kain sebagai pembungkus yang menutup
seluruh badan

MENYOLATKAN
 Pertama, melakukan takbiratul ihram (takbir pertama) dengan disertai
membaca niat dalam hati. Adapun niatnya sebagaimana berikut:

 Bayi/Anak – Anak

‫ُأَص ْيِّل َعىَل َه َذ ا اَملِّي ِت الِّط ْفِل َأْر َبَع َتْك ِب َرْي اٍت َفْر َض اْلِكَفاَيِة َم ْأُم ْو ًم ا ِهّٰلِل َتَع اىَل ُهللا َأْكُرَب‬
Artinya: “Saya niat sholat atas mayit Anak kecil laki-laki ini empat
takbir fardhu kifayah menjadi makmum karena Allah Ta’ala.” Allahu
Akbar.

 Perempuan

‫ُأَص يِّل َعىَل َه َذ ا الـَم ِّي َتِة ف َأْر َبَع َتْك ِب َرْي اٍت َفْر َض اْلِكَفاَيِة َم ْأُم ْو ًم ا ِهّٰلِل َتَع اىَل ُهللا َأْكُرَب‬
“Saya niat shalat atas mayit perempuan ini empat takbir fardhu kifayah
menjadi makmum karena Allah Ta’ala.” Allahu Akbar.

 Laki-Laki

‫ُأَص يِّل َعىَل َه َذ ا الـَم ِّي ِت َأْر َبَع َتْكِب َرْي اٍت َفْر َض اْلِكَفاَيِة َم ْأُم ْو ًم ا ِهّٰلِل َتَع اىَل ُهللا َأْكُرَب‬

“Saya niat shalat atas mayit laki – laki ini empat takbir fardhu kifayah
menjadi makmum karena Allah Ta’ala.” Allahu Akbar.
 Kedua, membaca surat al-Fatihah tanpa didahului dengan bacaan doa iftitah
terlebih dahulu.
 Ketiga, melakukan takbir kedua dan diikuti dengan ucapan shalawat kepada
Rasulullah SAW seperti shalawat yang dibaca pada tasyahud akhir dalam
shalat
 Keempat, melakukan takbir ketiga dan mendoakan si mayit

MENGUBURKAN

a. Meletakkan jenazah di tepi lubang atau liang kubur sebelah kiblat, lalu ditaruh
papan kayu dengan posisi agak miring. Tujuannya agar jenazah tidak langsung
tertimpa tanah.

b. Letakkan jenazah dengan memasukkan kepalanya dari arah kaki kubur, atau dari
posisi selatan.

c. Posisi jenazah yakni miring ke kanan, menghadap kiblat dengan tubuh yang
ditopang dengan batu pipih atau papan kayu. Tujuannya agar jenazah tidak telentang.

d. Para ulama menyarankan untuk meletakan tanah di bawah pipi jenazah sebelah
kanan setelah kain kafan dan semua tali di buka.

e. Saat jenazah dimasukkan ke liang kubur dianjurkan membaca doa berikut:

‫ الَّلُهَّم اْفَتْح َأْبَو اَب الَّس َم اِء ِلُر وِح ِه َو َأْك ِر ْم ُنُز ُهَل َو َو ِّس ْع َم ْد َخُهَل‬، ‫ُس َّنِة َر ُس وِل ِهللا‬/ ‫ِبْس ِم ِهللا َو َعىَل ِم ِةَّل‬
‫َو َو ِّس ْع ُهَل يِف َقِرْب ِه‬

Artinya: Dengan nama Allah dan atas agama rasul-Nya. Ya Allah, bukalah pintu-pintu
langit untuk roh jenazah, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, dan
lapangkanlah alam kuburnya.

f. Khusus jenazah perempuan disarankan untuk membentangkan kain di atas kuburnya


pada waktu dimasukkan ke liang kubur. Sedangkan bagi jenazah laki laki tidak
dianjurkan.

g. Jenazah perempuan sebaiknya yang mengurus adalah laki laki yang tidak dalam
keadaan junub atau tidak menyetubuhi istri mereka pada malam sebelumnya.

h. Setelah jenazah diletakkan di lubang kubur, disarankan untuk menaburkan tanah


tiga kali dari arah kepala mayit, baru kemudian ditimbuni tanah.
i. Membaca doa setelah selesai menguburkan jenazah. Doa tersebut dibaca sebanyak 3
kali, bacaan doanya antara lain:

‫الَّلُهَّم اْغـِفـْر َلــُه‬

Artinya: Ya Allah, ampunilah dia

‫الَّلُهَّم َثـــبـــِّـ ْتُه‬


Artinya: Ya Allah, berilah keteguhan kepadanya.

 Sunah-Sunah Menguburkan Mayit

 Bersegera Menguburkan Jenazah


 Mengangkat Jenazah dari Seluruh Sudut Keranda dengan Sifat Tarbi’
 Tidak Duduk Sampai Jenazah Berada di Tanah
 Berwudhu Setelah Mengangkat Jenazah
BAB VII - ZAKAT
1. ZAKAT FITRAH
 Niat

‫َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َأْﻥ ُأْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮ َﻋ ْﻦ َﻧْﻔسْي َﻓْﺮ ًﺿﺎ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ‬

Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri fardhu
karena Allah Taala.”

 Tata Cara
Zakat fitrah dapat disalurkan melalui lembaga amil zakat yang terpercaya,
salah satunya adalah Panti Yatim Indonesia. Yang membedakan zakat jenis ini
dengan lainnya adalah dikeluarkan sebelum shalat Idul Fitri.

 Nisab/Ukuran Zakat
Zakat fitrah harus dikeluarkan berupa makanan pokok. Oleh karena itu, zakat
fitrah di Indonesia adalah setara dengan 2,5 kg atau 3,5 liter beras. Nisab
tersebut berlaku untuk setiap jiwa baik itu orang dewasa maupun anak-anak.

2. ZAKAT MAL
 Niat
‫َنَو ْيُت َأْن ُأْخ ِر َج َز َاكَة ْاَملاِل َع ْن َنْفْيِس َفْر ًض اِهلِل َتَع اىَل‬

Artinya: "Saya berniat mengeluarkan zakat berupa emas/perak/harta dari diri


sendiri karena Allah Ta'ala."
 Nisab/ Ukuran Zakat
Nisab zakat maal adalah 85 gram emas/ 20 Mistqol. Dengan harga 1 Mistqol
berjumlah 4,25 gram
BAB VIII – DARAH
 Macam – Macam Darah Yang Keluar
1. Darah Haid
Adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan, dalam kondisi sehat,
bukan disebabkan melahirkan.
2. Darah Nifas
Adalah darah yang keluar setelah proses melahirkan.
3. Darah Istihadoh
Adalah darah yang keluar di luar masa rutin haid, serta bukan disebabkan
setelah melahirkan.
 Batas Suci
1. Darah Haid
Darah haid yang keluar paling sedikit satu hari satu malam, namun pada umumnya
selama enam atau tujuh hari, dan tidak akan lebih dari 15 hari.
Paling sedikit masa suci antara dua haid adalah 15 hari, namun pada umumnya 24
atau 23 hari, dan tidak terbatas untuk masa sucinya.

2. Darah Nifas

Paling sedikit masa nifas adalah sekejap, pada umumnya 40 hari, dan tidak
akan melebihi dari 60 hari.

3. Darah Istihadoh

Maksimal periode haid bagi wanita menurut ulama kebanyakan adalah 15


hari, sehingga apabila seorang perempuan keluar darah lebih dari 15 hari
tersebut atau di hari ke 16, maka itu disebut istihadoh.

 Macam – Macam warna Darah Haid


1) Merah Muda
Darah haid yang keluar bisa saja berwarna merah muda, biasanya
muncul pada masa awal haid dan menjelang siklus selesai. Salah satu
kondisi yang bisa ditandai dengan darah menstruasi merah muda adalah
rendahnya kadar estrogen di dalam tubuh. Darah merah muda yang
keluar mungkin juga adalah lokia, yaitu darah nifas yang umumnya
keluar selama beberapa waktu setelah wanita melahirkan.

2) Merah Gelap
Darah haid bisa keluar dengan warna merah gelap. Darah yang berwarna merah
gelap juga bisa berarti bahwa wanita masih mengeluarkan darah nifas alias lokia.
Selain itu, darah menstruasi yang berwarna gelap juga bisa menjadi tanda bahwa
siklus menstruasi akan segera berakhir.
3) Merah Menyala
Pada awal keluarnya, darah menstruasi umumnya akan berwarna merah menyala.
Namun seiring hari, warna darah akan memudar dan menjadi lebih gelap. Hati-hati
jika warna merah terang ini terus bertahan dan terjadi secara berlebihan. Kondisi
ini disebut bisa menjadi tanda adanya infeksi seperti gonorrhea, hingga gejala
fibroids. Keluarnya darah berwarna merah menyala juga bisa menjadi tanda awal
kehamilan.
4) Cokelat
Kadar progesteron dalam rahim rendah, maka darah haid akan berwarna coklat. Ini
karena darah butuh waktu lebih lama untuk keluar dari tubuh. Darah haid yang
berwarna cokelat juga bisa menjadi tanda bahwa siklus menstruasi akan segera
berakhir.
5) Orange
Warna merah cenderung oranye pada darah haid juga harus diwaspadai. Kondisi
ini bisa jadi merupakan tanda telah terjadi infeksi bakteri atau infeksi menular
seksual.
6) Abu – Abu
Darah haid berwarna abu-abu bisa menjadi tanda infeksi yang biasanya disertai
dengan gejala lain, seperti demam, nyeri, serta gatal.
7) Hitam
Serupa dengan darah berwarna cokelat, darah haid hitam juga bisa menjadi tanda
bahwa siklus menstruasi akan segera berakhir. Darah haid berwarna hitam
merupakan darah lama alias darah haid yang tersisa, mungkin dari bulan
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai