Thaharah ( ) طـهـارةdalam bahasa Arab bermakna An-
Nadhzafah () لاــنظافة, yaitu kebersihan. Kata “Thaharoh” berarti “suci atau bersih”. Menurut istilah syara’, mengandung banyak tafsir, di antaranya: Suatu perbuatan yang menjadikan seseorang boleh shalat, misalnya: wudu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis. Bersuci meliputi beberapa perkara. Antara lain sebagai berikut: 1. Alat bersuci, seperti air, tanah dan sebagainya 2. Cara bersuci 3. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu dibersihkanatau disucikan 4. Benda yang wajib disucikan\ 5. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan diwajibkannya untuk bersuci. MACAM-MACAM AIR 1. Air Mutlaq Air mutlaq, yaitu air yang keberadaannya suci (eksistensinya) dan dapat dipakai untuk bersuci, serta dapat menyucikan benda-benda lainnya. Singkatnya, air mutlak adalah air yang suci dan mensucikan. Air ini boleh dipakai untuk bersuci, serta boleh dikonsumsi. Diantara air yang termasuk kedalam kategori ini antara lain: 1) Air Hujan Air hujan yang turun dari langit hukumnya adalah suci. Bisa digunakan untuk berwudhu, mandi atau membersihkan najis pada suatu benda. Meski pun dizaman sekarang ini air hujan sudah banyak tercemar dan mengandung asam yang tinggi, namun hukumnya tidak berubah, sebab kerusakan pada air hujan diakibatkan oleh polusi dan pencemaran ulah tangan manusia dan zat- zat yang mencemarinya itu bukan termasuk najis. 2) Air Laut 6) Air Es atau Salju Air laut adalah air yang suci dan juga mensucikan. Salju sebenarnya hampir sama dengan hujan, yaitu Sehingga boleh digunakan untuk berwudhu, mandi janabah sama-sama air yang turun dari langit. Hukumnya ataupun untuk membersihkan diri dari buang kotoran tentu saja sama dengan hukum air hujan, sebab (istinja’). Termasuk juga untuk mensucikan barang, badan keduanya mengalami proses yang mirip kecuali dan pakaian yang terkena najis. pada bentuk akhirnya saja. 3) Air Sungai Sedangkan air sungai itu pada dasarnya suci, karena 7) Air Embun dianggap sama karakternya dengan air sumur atau mata air. Embun juga bagian dari air yang turun dari langit, Sejak dahuu umat Islam terbiasa mandi, wudhu atau meski bukan berbentuk air hujan yang turun deras. membersihkan najis termasuk beristinja’ dengan air sungai. Embun lebih merupakan tetes-tetes air yang akan 4) Air Sumur terlihat banyak di hamparan kedaunan pada pagi Air sumur, mata air dan dan air sungai adalah air yang hari. Maka tetes embun yang ada pada dedaunan suci dan mensucikan. Sebab air itu keluar dari tanah yang atau pada barang yang suci, bisa digunakan untuk telah melakukan pensucian. Kita bisa memanfaatkan air-air mensucikan, baik untuk berwudhu, mandi, atau itu untuk wudhu, mandi atau mensucikan diri, pakaian dan menghilangkan najis. barang dari najis. 5) Air Sumber (Mata Air) Air sumber adalah air yang bersumber dari mata air, hukumya suci dan mensucikan 2. Air Mussyammas (Air yang makruh) 3. Air Musta’mal Air suci yang menyucikan, tetapi makruh Air suci, tidak bisa dipakai untuk bersuci, dan tidak pemakaiannya kalau kalau digunakan untuk pula menyucikan disebut air musta’mal, artinya air yang telah menyucikan badan dan tidak makruh untuk dipakai untuk bersuci, misalnya air yang pernah digunakan menyucikan pakaian, yaitu air panas akibat sinar untuk menghilangkan hadas atau najis. Yang termasuk matahari. Menurut syara’, ketetapan makruh itu pada kedalam bagian ini ada tiga macam diantaranya: dasarnya untuk memelihara kesehatan manusia semata a. Air yang telah berubah sifatnya karena bercampur dengan karena air panas akibat sinar matahari yang mengenai air yang suci, selain dari perubahan tersebut diatas, seperti bajana yang terbuat dari logam selain emas dan perak air kopi, air teh dan sebagainya adalah berbahaya. b. Air yang sedikit atau kurang dari dua kullah yang sudah terpakai untuk menghilangkan hadas atau menghilangkan hukum najis sedangkan air itu tidak berubah sifatnya dan tidak berubah pula timbangannya c. Air pohon-pohonan atau buah-buahan, seperti air yang keluar dari tekukan pohon kayu (nira), air kelapa dan sebagainya. 4. Air Najis (Air Mutanajis) Air yang termasuk kedalam bagian ini ada dua macam yaitu: a. Air yang sudah beubah salah satu sifatnya oleh najis. Baik itu sedikit ataupun banyak jumlah airnya b. Air yang bernajis, tetapi tidak berubah salah satu sifatnya. Jika air itu kurang dari dua kullah atau dalam artian sedikit, maka air tersebut tidak boleh digunakan untuk bersuci bahkan hukumnya sama dengan najis. Namun, jika air itu banyak atau berarti lebih dari dua kullah, maka hukumnya tetap suci dan mensucikan. Sabda Rosululloh SAW: “Air itu tidak dinajisi sesuatu, kecuali apabila berubah rasa, warna atau baunya” (Riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi) Terima Kasih