Anda di halaman 1dari 9

USHUL FIQH

(AIR MUSTA’MAL)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

 AFIFAH HUSNAINI (0304183178)


 AHMAD HUSEIN NASUTION (0304183188)
 ANGGI SYARIAH HASIBUAN (0304183215)
 FEBRY ANGGRAINI (0304121837)
 IMAM YUSRIL MUTTAQIN (0304182106)
 SEPTIANA AZZAHRA (0304183222)
 SISKA AYU NINNGSIH SITORUS (0304183208)
 ZAHRATUL HAFIZAH DAULAY (0304183219)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kami kesehatan danpeluang waktu untuk membuat makalah tentang “Air
Musta’mal”. Akhirnya penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
tulisan ini. Penulis selaku mahasiswa berharap agar pembaca dapat
menjadikan tulisan ini sebagai referensi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik
serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Medan, 7 Desember 2018

Penulis
PEMBAHASAN

AIR MUSTA’MAL

1. PENGERTIAN

Kata musta’mal berasal dari dasar ista’mala – yasta’milu ‫) )یستعمل – استعمل‬


yang bermakna menggunakan atau memakai. Maka air musta’mal maksudnya
adalah air yang sudah digunakan atau bekas pakai untuk melakukan thaharah yaitu
berwudhu atau mandi janabah. Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah mengatakan:

‫وهو المنفصل من أعضاء المتوضئ والمغتسل‬

“air musta’mal adalah air yang jatuh dari anggota badan orang yang berwudhu atau
mandi” (Fiqhus Sunnah, 1/18).

Yang dimaksud dengan air musta’mal adalah air yang ukurannya kurang
dari dua qullah. Menurut ukuran timbangan, 2 kulah adalah sama dengan (kurang
lebih) 500 kati Baghdad, atau 446 3⁄ kati mesir, atau 81 kati syam, 1 kati syam
7
sama dengan 2 1⁄ kg. Jadi, 2 kulah sama dengan 195,112 kg. Adapun menurut
2
ukuran banyak 2 kulah adalah sama dengan 10 tin (ada pendapat mengatakan 15
tin atau 270 liter). Dan apabila di ukur dengan ruangan bersegi empat adalah 11⁄2
hasta bagi masing-masing panjang, lebar dan dalam, berdasarkan hasta yang
sederhana. Adapun ukuran untuk 4 bundar seperti kolam atau telaga adalah 2 1⁄2
hasta untuk ukuran dalam dan 1 hasta untuk lebar.
2. PENDAPAT

Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai air musta’mal yaitu:

• Menurut pendapat Ulama Hanafi, ialah air yang telah digunakan untuk
mengangkat hadats (wudhu dan mandi) atau mendapatkan pahala seperti
wudhu yang dilakukan oleh orang yang sudah berwudhu atau untuk shalat
jenazah, masuk kedalam mesjid, memegang mushaf al-quran dan
membacanya. Yang menjadi musta’mal ialah air yang menyentuh badan saja
bukan semua air yang digunakan. Menurut pendapat ini, air musta’mal
adalah suci, tetapi tidak dapat untuk menyucikan hadats dan tidak dapat
untuk membersihkan najis.

• Menurut pendapat Ulama Maliki, air musta’mal ialah yang telah digunakan
untuk mengangkat hadats (mandi atau wudhu) atau menghilangkan najis. Air
yang dianggap musta’mal ketika digunakan untuk mengangkat hadats ialah
air yang menetes atau jatuh dari anggota badan atau air (dalam satu tempat)
yang dimasuki oleh anggota badan. Tetapi jika air itu di ambil dengan
tangan dan anggot badan itu di basuh diluar tempat air tersebut, maka air tu
tak menjadi musta’mal. Menurut pendapat ini, air musta’mal adalah suci lagi
menyucikan.

• Menurut pendapat Ulama Syafi’i, air musta’mal ialah air sedikit yang telah
digunakan untuk mengangkat hadast yang fardhu seperti siraman pertama
ketika mengangkat hadats yang fardhu. Diantara air yang termasuk air
musta’mal ialah air yang sedikit yang di ambil dengan tangan ketika hendak
membasuh kedua belah tangan dengan kata lain memindahkan air dari suatu
wadah untuk membasuh kedua tangan diluar wadah itu. Tetapi, jika ada niat
untuk mengambil dengan kedua belah tangan, maka air itu masih di anggap
suci lagi menyucikan. Hukum air musta’mal menurut pendapat ini adalah
suci tetapi tidak menyucikan, maka tidak boleh berwudhu atau mandi untuk
mengangkat hadats dengan air itu, dan juga tidak bisa untuk menghilangkan
najis.

• Menurut pendapat Ulama Hambali, air musta’mal ialah air yang telah
digunakan untuk mengangkat hadast besar (junub) atau hadast kecil
(wudhu). Air musta’mal yang sedikit bercampur dengan air lain adalah di
maafkan karena Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya pernah
berwudhu di dalam mangkuk dan mandi di dalam ember besar. Menurut
pendapat ulama ini apabila air musta’mal bercampur dngan air yang bukan
musta’mal dan menjadi dua qullah maka semuanya menjadi suci dan
menyucikan.
3. DALIL
 Dalil mengenai air musta’mal suci tapi tiada menyucikan

Jumhur ulama dari Syafi’iyyah, Hanafiyah dan Hanabilah berpendapat


bahwa air musta’mal itu suci namun tidak mensucikan. Mereka berdalil dengan
hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

ُ ‫ يتناولُها‬: ‫كيف يف َع ُل يا أبا ُه َريرة َ ؟ قال‬


‫تناو ًال‬ َ : ‫ فقا َل‬. ٌ‫الماء الدَّائم ِوهو جنُب‬
ِ ‫ال يغت ِس ُل أحدُكم في‬

Artinya : “janganlah salah seorang dari kalian mandi di air yang tidak
mengalir, sedangkan ia sedang junub”. Perawi bertanya kepada Abu Hurairah:
“lalu seharusnya bagaimana wahai Abu Hurairah?”. Abu Hurairah menjawab:
“seharusnya ia menciduknya” (HR. Bukhari no. 239, Muslim no. 283).

 Dalil mengenai air musta’mal suci lagi menyucikan

Hadits dari Al Miswar radhiallahu’anhu:

‫ كادوا يقتتلون على َوضوئه‬، ‫سلَّ َم‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ ‫َّللا‬ ّ ‫وإِذا توضَّأ النّب‬
َ –‫ي‬

“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu, mereka (para sahabat) hampir-
hampir saling membunuh (karena memperebutkan) bekas wudhu beliau” (HR. Al
Bukhari 189).

Para sahabat ber-tabarruk dengan air bekas wudhu Nabi Shallallahu’alaihi


Wasallam. Jika air musta’mal najis, maka tentu tidak akan diperebutkan oleh para
sahabat dan akan dilarang oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
4. KAIDAH USHUL FIQH

1. Menurut pendapat yang mengatakan bahwa air musta’mal itu suci tapi tiada
menyucikan, mereka menggunakan kaidah mantuq dari hadits tersebut.

2. Menurut pendapat yang mengatakan bahwa air musta’mal itu suci lagi
menyucikan, mereka menggunakan kaidah mantuq dari hadits tersebut.

5. ARGUMEN/ALASAN DAN URAIAN

Menurut kami air musta’mal itu air yang suci tapi tidak menyucikan sesuai
dengan pendapat jumhur Ulama(imam Syafi’i, Hambali dan Hanafi) dengan
noalasan hadis tersebut, tapi air musta’mal itu juga bisa menjadi air yang
suci lagi menyucikan dengan syarat bahwa air itu lebih dari dua qullah atau
mengalir. Kami tidak memilih dalil yang kedua karna dalam hadis tersebut
tidak jelas mengatakan apakah mereka menggunakan air tersebut untuk
bersuci kembali atau tidak, dalam hadis itu dijelaskan cuman
memperebutkan air tersebut.
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dari yang telah kami uraikan diatas dapat disimpulkan bahwa, air musta’mal
adalah air yang sudah dipakai untuk bersuci yaitu untuk mengangkat hadats
kecil atau hadats besar. Dalam hal ini, terdapat beberapa perbedaan pendapat
antar ulama mengenai kesucian dari air musta’mal.

2. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih detail lagi dalam menjelaskan isi dari
makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan. Maka saran dan kritik pembaca sangat kami
harapkan untuk menjadi evaluasi bagi kami agar kedepannya kami menjadi
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Zuhaili, Wahbah. 2007. Fiqh Islam Wa Adillatuhu. Gema Insani

Al-Faifi, Syaikh Sulaiman Abmad Yahya. 2013. Ringkasan Fikih Sunnah. Pustaka
Alkautsar

https://konsultasisyariah.net/konsultasi/detail/14217/air-mustamal.html

https://muslim.or.id/29065-apakah-air-mustamal-suci-dan-mensucikan.html

Anda mungkin juga menyukai