Allhamdulillah hil ahad wa sholatu salam ‘ala man fi samaa ismuhuu Ahmad wa fil ardhi
ismuhuu Muhammad, segala puji tuhan yang satu yang berhak di sembah dan tiada sekutu
baginya dan sholawat teriring salam kepada makhluk terbaik dan wasilah yang ‘uzma { agung }
yakni sayyidaa- Mursalin nabiyyuna Muhammad saw begitu juga kepada keluarga beliau,para
sahabat dan umumnya bagi kita semua sebagai umatnya.aamiin ya robal ‘alamin
Bab thoharoh
- abstrak
Kita penting memahami makna thaharah, mengapa? Karena, dengan thaharah, kebersihan dan
kesucian, menjadi cermin sempurnanya keimanan, dan tentu keabsahan ibadah shalat kita. Dalam
hadits riwayat Imam Muslim, dalam kitab Shahîh Muslim, Kitâb al-Thâhârah, Bâb Fadhl al-
Wudhȗ’ (Bab Keutamaan Wudhu), disebutkan:
َأَّن َزْيًدا َح َّد َثُه؛ َأَّن َأَبا َس اَّل ٍم َح َّد َثُه َع ْن َأِبي َم اِلٍك، َح َّد َثَنا َيْح َيى، َح َّد َثَنا َأَباٌن، َح َّد َثَنا َح َّباُن ْبُن ِهَالٍل،َح َّد َثَنا ِإْس َح اُق ْبُن َم ْنُصوٍر
َو ُسْبَح اَن ِهللا َو اْلَحْم ُدِ ِهلل، َو اْلَحْم ُدِ ِهلل َتْم ُأَل اْلِم ْيَز اَن، ﴿الُّطُهوُر َش ْطُر اِإْل ْيَم اِن: َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا صلى هللا عليه وسلم: اَألْش َع ِر ِّي؛ َقاَل
ُك ُّل. َو اْلُقْر آُن ُحَّج ٌة َلَك َأْو َع َلْيَك، َو الَّصْبُر ِضَياٌء، َو الَّصَد َقُة ُبْر َهاٌن، َو الَّص اَل ُة ُنْو ٌر،َتْم آَل ِن (َأْو َتْم ُأَل) َم ا َبْيَن الَّس َم َو اِت َو اَأْلْر ِض
(َر َو اُه ُم ْس ِلٌم.﴾ َفُم ْع ِتُقَها َأْو ُم وِبُقَها. َفَباِئٌع َنْفَس ُه، الَّناِس َيْغ ُد ْو
Artinya: ”...Dari Abȗ Mâlik al-Asy’arî, ia berkata: ’Rasulullah saw bersabda: ’Bersuci itu bagian
dari iman, ucapan Alhamdulillâh memperberat timbangan (kebaikan), ucapan Subhânallâh dan
ucapan Alhamdulillâh memenuhi ruangan antara langit dan bumi, shalat adalah nur (cahaya),
sedekah adalah burhan ”bukti nyata”, sabar adalah pelita dan Al-Qur’an adalah ”hujjah” argumen
yang membela atau justeru yang menuntutmu. Semua orang berusaha. Ia pertaruhkan (menjual)
dirinya. Apakah ia akan membebaskan dirinya ataupun justeru menghancurkannya’.” (HR
Muslim, nomor 223).
Hadits ini begitu besar kedudukannya, dan merupakan pokok atau sumber dari sumber-sumber
keislaman (ashlun min ushȗl al-Islâm). Di dalamnya disebutkan hal-hal penting sebagai pedoman
Islam (muhimmat min qawâ‘id al-Islâm) bagi kaum muslimin --di kehidupan dunia dan akhirat.
(al-Nawawî, Shahîh Muslim bi-Syarh al-Nawawî (Kairo: Dâr al-Hadîts, 2001, juz II, h. 102).
1. Pengertian thoharoh bi lugoh wa syara’
Kata thahȗr, sebagaimana tersebut dalam hadits di atas, maknanya adalah wudhu, dan thahârah
asal maknanya adalah al-nadhâfah (kebersihan) dan al-nazâhah (ketulusan, kesucian). Pengertian
ini, misalnya dikemukakan Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Bathâl al-Rakbî, dalam Syarh
Gharîb al-Muhadzdzab:
َالَّطَهاَر ُة َأْص ُلَها الَّنَظاَفُة َو الَّنَز اَهُة
Thahârah asal maknanya adalah al-nadhâfah (kebersihan) dan al-nazâhah (ketulusan, kesucian).
(al-Syaikh al-Imâm Abȗ Ishâq Ibrâhim bin ‘Alî bin Yȗsȗf al-Fairuzabâdî, al-Muhadzdzab,
Surabaya: Al-Hidayah, t.t., juz I, h. 3).
Syekh Syihâb al-Dîn al-Qulyȗbî (1069 H/1659 M) menjelaskan lebih rinci makna thaharah,
tersebut dalam kitab Hâsyiyatâ al-Qulyȗbî wa-‘Amîrah, berikut:
وبالفتح المراد هنا لغة، وبالكسر اسم لما يضاف إلى الماء من سدر ونحوه،والطهارة بضم الطاء اسم للماء الذي يتطهر به
، أو معنوية كالعيوب من الحقد والحسد والزنا والغيبة والنميمة ونحوها،النظافة والخلوص من األدناس حسية كانت كالنجاسات
وعرفا زوال المنع. وعطف الخلوص تفسير، وقيل مشتركة، وقيل مجاز في أحدهما،فهي حقيقة فيهما وصححه البلقيني
قاله ابن عرفة، أو صفة حكمية توجب لموصوفها صحة الصالة به أو فيه أو له، قاله القاضي،المترتب على الحدث والخبث
وبالثالث للشخص، وبالثاني للمكان، وأشار باألول للثوب،المالكي.
Artinya: ”Kata thaharah, dengan dibaca dhamah thâ’-nya (thuhârah) adalah nama air yang
digunakan untuk bersuci; dan dengan dibaca kasrah thâ’-nya (thihârah) adalah nama sesuatu
yang disandarkan pada air, berupa sidr (jenis tanaman berduri, lotus jujube -ing.) dan semisalnya
(pen. maksudnya air sidr, air mawar, dst.). Dan dengan dibaca fathah thâ’-nya (thahârah) itulah
yang dikehendaki di sini menurut arti bahasa (lughawi, etimologi) adalah bersih dan murni dari
kotoran-kotoran, baik yang tampak (hissiyyah), seperti najis-najis atau kotoran yang maknawi
(ma‘nawiyyah), seperti berbagai aib: dendam, hasud (iri hati), zina, ghibah (gosip), namîmah
(adu domba), dan semacamnya, maka thaharah hakikatnya mencakup arti keduanya (pen.
bersih/suci dari kotoran fisik maupun maknawi), dan makna inilah yang dipandang sahih (benar)
oleh imam al-Bulqînî. Menurut satu versi, thaharah adalah majaz (kiasan) dari suci dari kotoran
yang tampak dan kotoran yang ma‘nawî/tidak tampak. Menurut satu versi lainnya, thaharah
mencakup arti keduanya (suci dari kotoran zahir dan kotoran ma‘nawî). Adapun kata al-khulȗsh
tersebut merupakan tafsir (penjelasan) dari kata nadhâfah (bersih). Adapun thaharah dalam arti
‘urf (istilah) adalah hilangnya penghalang yang diakibatkan hadats dan kotoran (najis), hal itu
dikatakan oleh al-Qâdhî; atau sifat hukmîyah (secara hukum) yang memastikan, bagi sesuatu
yang dilekati sifat itu, keabsahan shalat dengan menggunakan sesuatu tersebut (kain) atau di
dalam sesuatu itu (tempat), maupun baginya (orang yang telah thaharah), demikian dikatakan
Ibnu ‘Irfah al-Mâlikî. Isyarat kata yang pertama (bihi) untuk kain, pada yang kedua (fîhi) untuk
tempat, dan pada yang ketiga (lahu) untuk seseorang.” (al-Qulyȗbî dan ‘Amîrah, Hâsyiyatâ al-
Qulyȗbî wa-‘Amîrah ‘alâ Syarh al-Mahallî ‘alâ Minhâj al-Thâlibîn, Semarang: Thaha Putera, t.t.,
juz II, h. 17).
cara mensucikan hadas kecil dengan apabila tidak ada air atau karena sesuatu hal maka
bisa dengan tayamum
2. Hadas besar
seseorang terkena hadas besar apabila mengalami atau melakukan salah satu dari 6 -
perkara yaitu :
- berhubungan suami istri
- keluar air mani air
- melahirkan
- haid
- meninggal dunia
cara cara mensucikannya adalah dengan mandi wajib mandi wajib adalah membasuh
seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.
4.cara cara bersuci ada empat :
- Berwudluk
- Mandi
- Tayamum
- Menghilangkan nak,jis .
5. Alat alat untuk bersuci ada empat :
1. Air yg suci dan menyucikan untuk berwudluk dan mandi .
2. Debu yang suci dan menyucikan untuk bertayamum .
3. Samak, [ menyucikan kulit ] dengan sesuatu yg mampu mengangkat sisa sisa yg tertinggal
pada kulit bangkai hewan yg boleh dimakan pada masa hidupnya .
4. Batu istinjak yg mampu menghilangkan nak,jis yaitu yg padat , suci dan tidak termasuk
benda / barang yg dimuliakan .
6.macam macam air yang di gunakan bersuci
Dalam kitab fathu qorib di katakan:
( َأْي َيِص ُّح (الَّتْطِهْيُر ِبَها َس ْبُع ِمَياٍه َم اُء الَّس َم اِء ) أي الَّناِز ُل ِم ْنَها َو ُهَو الَم َطُر (َو َم اُء الَبْح ِر ) أْي الِم ْلِح (َو َم اُء )الِمَياُه اَّلِتْي َيُجْو ُز
َم ا َنَز َل ِم َن الَّسَم اِء َأْو َنَبَع ِم َن اَألْر ِض:الَّنَهِر) أي الُح ْلِو (َو َم اُء الِبْئِر َو َم اُء الَع ْيِن َو َم اء الَّثْلِج َو َم اء الَبَرِد ) َو َيْج َم ُع َهِذِه الَّسْبَعِة َقْو ُلَك
َع َلى َأِّي ِص َفٍة َك اَن ِم ْن َأْص ِل الِخ ْلَقِة
Air-air yang boleh, maksudnya sah digunakan bersuci dengannya ada tujuh macam air.
1. Air langit maksudnya yang turun dari langit, yaitu hujan,
2. Air laut maksudnya air asin
3. Air sungai yaitu air tawar
4. Air sumur,
5. Air sumber air,
6. Air tsalju dan
7. Air es (dari langit).
Dalam sebuah sya’ir di katakan bahwa :
وأفضل المياه ماء قد نبع# بين أصابع النبي المتبع
يليه ماء زمزم فالكوثر# فنيل مصر ثم باقي االنها
Para ulama telah berkata bahwa air yg paling afdhal adalah air yg keluar dari jari jemari nabi
Muhammad saw , kemudian air zam zam , kemudian air kolam al kautsar kemudian air sungai nil
di mesir kemudian air sungai efrat di iraq kemudian air air yg lainnya . ( kitab taqrirotu sadidah )
7.macam macam air dan hukum menggunkanya untuk bersuci
َو ُهَو الَم اُء الُم ْطَلُق) َع ْن َقِّيٍد.ُثَّم الِمَياُه) َتْنَقِس ُم (َع َلى َأْر َبَعِة َأْقَس اٍم ) َأَح ُدَها (َطاِهٌر) ِفْي َنْفِسِه (ُم َطِّهٌر) ِلَغْيِر ِه (َغْيُر َم ْك ُرْو ٍه اْس ِتْع َم اُلُه
اَل ِز ٍم َفاَل َيُضُّر الَقِّيُد الُم ْنَفُّك َك َم اِء الِبْئِر ِفي َك ْو ِنِه ُم ْطَلقًا
(الِقْس ُم الَّراِبُع (َم اُء َنْج ٍس) أي ُم َتَنِّجٌس َو ُهَو ِقْس َم اِن َأَح ُدُهَم ا َقِلْيٌل (َو ُهَو اَّلِذ ْي َح َّلْت ِفْيِه َنَج اَس ٌة) َتَغَّيَر َأْم اَل (َو ُهَو ) َأْي )و
) َو الَح اُل َأَّنُه َم اٌء (ُد ْو َن الُقَّلَتْيِن
4. air najis, maksudnya mutanajis. Air ini ada dua bagian:
Yang pertama adalah yang volumenya sedikit; yaitu air yang didalamnya terdapat najis
baik air mengalami perubahan atau tidak dan air tersebut; maksudnya kondisi air tersebut
adalah air yang kurang dari dua qullah.
Tambahan :
.َو ُيْسَتْثَنى ِم ْن َهَذ ا الِقْس ُم الَم ْيَتُة اَّلِتْي اَل َد َم َلَها َس اِئٌل ِع ْنَد َقْتِلَها َأْو َشِّق ُعْض ٍو ِم ْنَها َك الُّذ َباِب ِإْن َلْم ُتْطَر ْح ِفْيِه َو َلْم ُتَغِّيْر ُه
َفُك ٌّل ِم ْنُهَم ا اَل ُيْنِج ُس الَم اِئَع َو ُيْسَتْثَنى َأْيضًا ُص َو ٌر َم ْذ ُك ْو َر ٌة ِفي الَم ْبُسْو َطاِت. َو َك َذ ا الَّنَج اَس ُة اَّلِتْي اَل ُيْد ِرُك َها الَّطْر ُف
.
Dari bagian ini dikecualikan (air kemasukan) bangkai binatang yang tidak memiliki
darah yang dapat mengalir saat dibunuh atau dirobek bagian tubuhnya - seperti lalat- jika
(masuknya bangkai tersebut ke dalam air itu ) tidak (ada kesengajaan) memasukkannya.
Begitu juga najis yang tidak terlihat oleh mata. Maka kedua najis tersebut tidak
menajiskan benda cair. Juga dikecualikan beberapa kasus yang disebutkan dalam kitab-
kitab besar.
8.Permasalahan-permasalahan yang yang berkaitan dengan air mutanajis :
Sebagaimana yang termaktub di kitab taqrirotu sadidah
مسائل في الماء المتنجس
هل تغير ام ال فهل تجوز الطهارة به؟: ولكن شككنا، ووقعت فيه نجاسة، إذا كان الماء كثيرا-١
Apabila air tersebut banyak dan kemasukan najis tetapi kita ragu apakah air tersebut
sudah masuk kategori berubah atau belum, apakah air tsb bisa digunakan untuk
bersuci ???
• الن األصل فيه الطهارة، تجوز الطهارة به،نعم.
Ya, air tsb bisa digunakan untuk bersuci karena asal air tersebut adalah suci
فما حكمه؟، هل التغير بطاهر ام بنجس: ولمن شككنا، إذا كان الماء كثيرا وتغير-٢
Apabila air tersebut banyak dan mengalami perubahan tetapi kita ragu-ragu apakah
penyebab perubahannya itu perkara suci atau najis, bagaimana hukumnya ?
(هل زال التغير ام ال) فما الحكم؟: ثم بعد فترة شككنا، وتغير بنجس، إذا كان الماء كثيرا-٣
Apabila air tersebut banyak dan mengalami perubahan karena perkara najis, kemudian
setelah beberapa selang waktu kemudian kita ragu-ragu apakah perubahan tersebut sudah
hilang atau masih ada ??? Lalu bagaimana hukumnya ???
Catatan tambahan :
“ namun menurut Imam Ibnu Hajar dan Ar Romli air tsb kembali suci lagi, karena penyebab
berubahnya kesucian air tersebut yaitu keyakinan atas perubahan ekstrem yg dialami air itu
sekarang sudah hilang “
9.beberapa hal yang berkaitan dengan air mutanajis
المعفوات من النجاسة في الماء:
وهي التي إذا شق،يعفى في الماء والمائع عن النجاسة التي ال يدركها الطرف ( البصر المعتدل) والمييتة التي ال دام لها سائل
بشرطين، كالذباب، منها عضو لم يسل دمها:
أن ال يكون بفعله-١.
وان ال تغير ما وقعت فيه-٢.
Najis-najis yang diampuni ketika di dalam air :
Najis-najis di dalam air yang berupa benda cair (encer) yang tidak bisa di deteksi oleh mata
normal (tanpa alat bantu) dan bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir, yaitu binatang
yang ketika anggota tubuhnya dibelah tidak ada darah yang mengalir, seperti lalat, dengan 2
syarat :
1. Berada di dalam air bukan karena akibat (kesengajaan) perbuatan seseorang.
2. Bangkai yang masuk ke dalam air tidak sampai merusak sifat-sifat air.
○ يكون تطهيره بثالث طرق: طرق تطهير الماء النجس:
وذاك إذا كان قلتين فأكثر، يزول التغير بطول المكث: أي، أن يطهر بنفسه-١.
وال يطهر بإضافة نجس عليه كبول، وهذا ما يسمى بالمكاثرة، ويكون بعد ذلك قلتين فأكثر، أن يطهر بإضافة الماء عليه-٢.
بشرط أن ال ينقص الباقي عن قلتين: أن يطهر بنقصان الماء-٣.
Tata cara mensucikan air najis :
1. Penyucian bisa terjadi dengan cara air (kembali) menjadi suci sendiri, yaitu dengan sebab
hilangnya perubahan sifat karena sudah lama berdiam diri, demikian ini (hanya) bisa terjadi bila
memang air mencapai ukuran dua qullah atau lebih
2. Air bisa kembali menjadi suci dengan cara menambahkan volume air sehingga air menjadi 2
qullah atau lebih, proses ini di sebut dengan "almukatsaroh" (penambahan volume), akan tetapi
kasus ini air tidak bisa dengan cara menambahkan najis ke dalamnya, seperti air kencing.
3. Air bisa suci kembali dengan mengurangi volume air, dengan syarat sisa air tidak kurang dari
2 qullah.
10.perubahan air secara taqdiri ( di kira kirakan )
التغير التقدير
وله حالتان، هو أن نحكم بنجاسة الماء أو طهارته تقديرا وان كانت صفاته صفات الماء: تعريفه:
Pengertiannya yaitu kita menghukumi atas kenajisan air atau kesuciannya secara perkiraan saja,
meskipun kondisi sifat-sifat air seperti sifat-sifat air.
Kondisinya ada dua macam :
فيقدر ( على حسب صفات النجاسة المخالفة للماء في، كبول منقطع الرائحة، تارة يقع في الماء نجاسة موافقة له في صفاته-١
وهذا، فان تغير تقديرا بصفات منها فنحكم بنجاسة الماء، كلون الحبر أو ريح المسك او طعم الخل،صفاته) بأشد الصفات
وهو واجب،التقدير ال يكون إال في الماء الكثير
Ada kalanya najis yang jatuh ke dalam air itu sifat-sifatnya mencocoki sifat-sifat air, seperti air
kencing yang baunya sudah hilang, maka hukumnya di takdirkan (diperkirakan) menurut sifat-
sifat najis yang berbeda dengan sifat-sifat air, yaitu (parameternya) dengan menggunakan sifat
yang paling kuat, seperti warna tinta, bau misik atau rasa cuka. Apabila terjadi perubahan sesuai
dengan taqdir (perkiraan) dari sifat-sifat tersebut, maka kita menghukumi atas kenajisan air
tersebut. Persoalan "taqdir" yang ini tidak terjadi kecuali pada kasus air yang banyak (2 qullah
atau lebih), hal tersebut wajib.
فيقدر (على، كماء ورد منقطع الرائحة أو مستعمل، موافق للماء في صفاته، تارة يقع في الماء مائه من المائعات الطاهرة-٢
كلون العصير وطعم الرمان وريح الالذان (اللبان الذكر) فان،حسب صفات المائع المخالفة للماء في صفاته) باوسط الصفات
وهذا التقدير يكون في الماء القليل والماء، فال تجوز الطهارة به،تغير تقديرا بصفات منها فنحكم بان الماء طاهر وليس طهورا
فلو هجم على الماء بدون اجتهاد صحت طهارته، وهو مندوب،الكثير
Ada kalanya cairan dari cairan-cairan encer yang suci terjatuh ke dalam air itu sifanya
mencocoki dengan sifat-sifat air, seperti air mawar yang baunya sudah hilang atau air musta'mal,
maka hukumnya ditaqdirkan (diperkirakan) menurut sifat-sifat cairan yang berbeda dengan sifat-
sifat air, yaitu (parameternya) dengan menggunakan sifat yang pertengahan, seperti warna sirup,
rasa delima dan bau lâdzan (menyan Yaman). Aabila terjadi perubahan sesuai dengan taqdir
(perkiraan) dari sifat-sifat tsb, maka kita menghukumi atas thohirnya (kesucian) air tersebut,
namun tidak thohur (suci dan menyucikan), maka tidak boleh bersuci dengan air tersebut.
Persoalan "taqdir" yang ini bisa terjadi pada air yang sedikit dan banyak, hal tersebut mandub
(sunnah) saja, maka apabila terjadi (perubahan) pada air tersebut dengan tanpa adanya ijtihad
maka sah digunakan untuk bersuci.
10.hikmah thoharoh
Dalam Abwabul Faraj karya Syekh Muhammad bin Alwi Al-Maliki disebutkan bahwa
membersihkan diri bisa menjadi satu metode untuk mengurangi dan mencegah kesusahan dan
rasa letih sehari-hari. Dikutip dari Imam Umar bin Saqqaf As-Saqqaf bahwa hal yang dapat
melapangkan batin, menolak rasa susah, dan juga menyehatkan badan, adalah memerhatikan
kebersihan diri. Selain itu, dianjurkan pula untuk menunaikan sunah-sunah Rasul karena itu
dapat mencegah keraguan dan rasa waswas buruk yang bisa jadi berasal dari setan, dan
melakukan shalat untuk mencegah hal-hal yang menyibukkan hati dengan perkara yang tidak
perlu. Dalam sebuah hadits, ketika Nabi sedang susah, beliau segera berwudhu dan mendirikan
shalat. “Aku beristirahat (dari kesusahan) dengan shalat, wahai Bilal,” terang Rasulullah dalam
salah satu riwayat. Hendaknya saat berwudhu, dihilangkan segala perasaan ragu dan was-was
yang tidak beralasan.
Imam As-Sya’rani menyebutkan bahwa rasa hadirnya hati dalam shalat dan ibadah, itu
juga bisa dilihat bagaimana keadaan hadirnya hati saat melakukan wudhu. Menurutnya,
melanggengkan wudhu bisa menyebabkan lapangnya hati, mudahnya rezeki, serta menjaga diri
dari keburukan yang bisa meresahkan hati. Dalam keterangan lain, disebutkan pula memperbarui
wudhu setelah shalat bisa menjadi wasilah cerahnya hati.
Dari banyak keterangan di atas, dapat kita ketahui bahwa badan yang bersih, salah
satunya lewat wudhu itu memiliki keutamaan yang bisa membantu untuk mengurangi beban
kesusahan. Ditambah dengan shalat, banyak keterangan yang menyebutkan bahwa melalui ajaran
agama dan ritual disertai berdoa, bisa menenangkan batin dan menambah optimisme. Terlebih
badan yang segar dan bersih seusai wudhu bisa menjadi nilai tambah tersendiri. Semoga kita
dijadikan hamba yang senantiasa menyucikan diri, lahir dan batin, sebagaimana dalam Al-Quran,
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang senantiasa bertobat dan mencintai pula orang-orang
yang mensucikan diri.” Wallahu a’lam.