Anda di halaman 1dari 7

THAHARAH DARI HADAS DAN NAJIS

Agung Hidayatullah : 21106023


Rikhlatul Qurba : 20106016
THAHARAH
Thaharah menurut syar’i adalah menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi
shalat berupa hadats atau najis dengan menggunakan (air atau semisalnya) atau
mengangkat najis tersebut dengan tanah. Telah bersepakat kaum muslimin bahwa
thaharah syar’iyah ada 2(dua) macam, yaitu :

1. Thaharah dari hadats (Thaharah Hukmiyah),


antara lain :
1. Hadats kecil dengan wudhu
2. Hadats besar dengan mandi
3. Pengganti keduanya jika ada udzur adalah dengan tayammum.

2. Thaharah dari khabats/najis (Thaharah Haqiqiyah),


dengan cara :
2. Membasuh
2. Memerciki
3. Menggosok
4. Menyamak
5. Mengambil dan Menghilangkan Najis.
Macam-macam thaharah

A. Thaharah ma'nawiyah
Thaharah ma'nawiyah adalah bersuci rohani. Berarti anak perlu membersihkan diri dari segala
penyakit hati seperti iri, dengki, riya dan sifat yang dibenci Allah SWT lainnya. 
B. Thaharah hissiyah
Thaharah hissiyah berarti bersuci jasmani atau membersihkan bagian tubuh dari sesuatu yang
terkena najis (segala jenis kotoran) dan jugahadas (kecil dan besar). Cara bersuci Thaharah hissiyah
yaitu dengan cara berwudhu, tayamum, atau mandi wajib.
Dalil – dalil thaharah

‫ب لتَ َوابِي َْن َوي ُِح ُ ْا‬


-‫ب ل ُمتَطَ ِه ِري َْن‬ ‫اِنَ هللاَ يُ ِح ُ ا‬
Artinya:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri”.
(QS. Al Baqoroh ayat 222)
َ ‫اَل يُ ْقبَ ُل هللاِ ا ل‬
- ‫صاَل ةَ بِ َغي ِْر طَهُوْ ُر‬

Artinya:
            “Allah tidak akan menerima shalat yang tidak dengan bersuci.” (HR. Muslim)
- “Tidak akan diterima sholat seseorang yang berhadas sehingga dia berwudhu” (shahih bukhori dan
muslim).
Hukum Thaharah

Hukum thaharah adalah wajib, sebagaimana telah disampaikan oleh Allah SWT melalui firman-Nya:
"Hai orang-orang beriman, apabila kalian hendak melaksanakan salat, maka basuhlah muka dan tangan
kalian sampai siku, dan sapulah kepala kalian, kemudian basuh kaki sampai kedua mata kaki." (Al-
Maidah:6).
Alat – alat untuk bersuci

1. Air
Air dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Air Mutlak
yaitu air yang suci dan dapat digunakan untuk bersuci serta untuk mencuci.  Seperti untuk berwudhu, mandi, dan membersihkan
najis. Contoh airnya adalah seperti air hujan, air salju atau es atau embun, air laut dan begitu juga dengan air zamzam.
b. Air musta’mal
yaitu air sisa yang mengenai badan manusia  karena telah digunakan untuk wudhu atau mandi. Air musta’mal disini maksudnya
bukanlah air yang sengaja ditampung dari bekas mandi atau wudhu. Tetapi adalah percikan air wudhu atau air mandian yang bercampur
dengan air dalam bejana atau bak. Dalam berbagai ungkapan hadis, air musta’mal tidaklah najis, sehingga penggnaannya adalah sah.
c. Air yang tercampur dengan benda suci atau bukan najis
yaitu Air yang bercampur dengan benda suci statusnya akan tetap suci selama kemutlakannya terjaga, yaitu tidak berubah bau, warna,
atau rasanya. Misalnya ketika air itu bercampur dengan daun bidara, ai sabun, air kapur dan juga seperti lebah, semut dan lain-lain.
2. Debu yang suci
Ketika  seseorang ingin bersuci (dalam artian bersuci dari hadas), dan dia tidak menemukan air untuk itu, maka di berikan kemudahan
untuk masalah itu. Yaitu dengan bersuci dengan debu, yang disebut dengan istilah bertayammum.
3. Benda-benda yang dapat menyerap kotoran, seperti batu, tisu, kayu dan semacamnya. Dalam hal ini, dikhususkan untuk menghilangkan
najis, seperti untuk beristinja’.
Hikmah Thaharah

Dikutip dari NU Online, ada empat hikmah tentang disyariatkannya thahârah sebagaimana disarikan dari kitab al-Fiqh al-
Manhajî ‘ala Madzhabil Imâm asy-Syâfi‘î karya Musthafa al-Khin, Musthafa al-Bugha, dan 'Ali asy-Asyarbaji.

Pertama, bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah manusia. Manusia memiliki kecenderungan alamiah
untuk hidup bersih dan menghindari sesuatu yang kotor dan jorok.

Kedua, menjaga kemuliaan dan wibawa umat Islam. Orang Islam mencintai kehidupan bermasyarakat yang aman dan
nyaman.

Ketiga, menjaga kesehatan. Kebersihan merupakan bagian paling penting yang memelihara seseorang dari terserang penyakit.

Keempat, menyiapkan diri dengan kondisi terbaik saat menghadap Allah: tidak hanya bersih tapi juga suci.

Anda mungkin juga menyukai