Anda di halaman 1dari 14

THAHARAH

A. Pendahuluan
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani. Kebersihan
badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci sebelum mereka melakukan
ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya tujuan bersuci adalah agar umat muslim
terhindari dari kotoran atau debu yang menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak
sengaja membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.
Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa bersuci
itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun bersuci lainnya sesuai
syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu “Thaharah” mempunyai makna yang
luas tidak hanya berwudhu saja.
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari hadas dan
najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat syahnya seorang muslim
dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut sebenarnya banyak sekali
manfaat yang bisa kita ambil dari fungsi thaharah. Taharah sebagai bukti bahwa Islam amat
mementingkan kebersihan dan kesucian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis bermaksud untuk memaparkan
penjelasan lebih rinci tentang thaharah, menjelaskan bagaimana fungsi thaharah dalam menjalan
ibadah kepada Allah, serta menjelaskan manfaat thaharah yang dapat umat muslim peroleh.
Dengan demikian umat muslim akan lebih tahu makna bersuci dan mulai mengamalkannya
untuk peningkatan kualitas ibadah yang lebih baik.
B. Thaharah
1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’ thaharah
adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan mengerjakan
pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis. 1
[1]
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain Nabi SAW
juga bersabda:

، ‫ َو َتْح ِر ْيُم َه ا الَّتْك ِبْيُر‬،‫ ِم ْف َت اُح الَّص اَل ِة َألََّطَه اَر ُة‬:‫ق ال عليه الصالة والس الم‬

‫ِل‬ ‫ِل‬
‫َو َتْح ْيُلَه ا الَّتْس ْيُم‬
Artinya: “Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan perhiasannya
adalah salam.”

Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan. Dalam hal
ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan agar kita senantiasa
menjaga kebersihan lahir dan batin.
Firman Allah Swt :

‫َو َيْس َأُلوَنَك َعِن اْلَم ِح يِض ُق ْل ُه َو َأًذى َف اْعَتِز ُلوا الِّنَس اَء يِف اْلَم ِح يِض َو ال َتْق َر ُب وُه َّن‬

‫َح ىَّت َيْطُه ْر َن َف ِإَذا َتَطَّه ْر َن َف ْأُتوُه َّن ِم ْن َح ْيُث َأَم َر ُك ُم الَّل ُه ِإَّن الَّل َه ِحُي ُّب الَّتَّو اِبَني َو ِحُي ُّب‬

)٢٢٢( ‫اْلُم َتَطِّه ِر يَن‬


Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang yang
suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)
Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.

1[1]H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif, 1987), h. 9.
)‫النظافة من االميان (رواه مسلم‬
Artinya : “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”(HR.Muslim)2[2]

2. Syarat Wajib Thaharah


Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal yang
harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan perintah Allah SWT.
Syarat wajib tersebut ialah :
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
5. Tidak lupa
6. Tidak dipaksa
7. Berhenti darah haid dan nifas
8. Ada air atau debu tanah yang suci.
9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

3. Bentuk Thaharah
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah taharah/suci
dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci menyucikan) dengan wudu,
mandi, dan tayamun. Taharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan
maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk yaitu :
wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak.
1) Wudhu
Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh anggota badan
tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan tujuan menghilangkan hadas kecil
sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 6.

2[2]http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka
basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu
sampai mata kaki.”(QS Al maidah :6)
Syarat Wudu :
Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut.
a. Beragama Islam
b. Sudah mumayiz
c. Tidak berhadas besar dan kecil
d. memakai air suci lagi mensucikan
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota wudu, seperti cat, getah dsb.
Rukun Wudu:
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.
a. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka.
b. Membasuh seluruh muka
c. Membasuh kedua tangan sampai siku
d. Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan
f. Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir
Sunah Wudu:
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu diperhatikan hal-hal yang
disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain sebagai berikut.
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu
b. Membaca ta’awuz dan basmalah
c. Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa
d. Membasuh dan membersihkan lubang hidung
e. Menyapu seluruh kepala
f. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
g. Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri.
h. Membasuh anggota wudu tiga kali.
i. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam
j. Membaca do’a sesudah wudu.
Do’a sesudah wudu.
Hal yang membatalkan wudu:
 Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan hal-hal seperti
berikut.
 Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau dubur(anus), baik berupa
angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani dan sebagainya)
 Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
 Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
 Tidur dengan nyenyak
 Hilang akal
2) Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci karena tidak
ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut istilah adalah menyapakan tanah
atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan memenuhi syarat da
rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi wajib karena tidak adanya air atau dilarang
menggunakan air disebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.
Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS An Nisa:43)
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah melaksanakan
salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak wajib mengulang sekalipun
waktu salat masih ada.
Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah sebagai
berikut.
Syarat Tayamum:
Syarat tayamum adalah sebagai berikut :
a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan tayamum.
b. Sudah masuk waktu salat
c. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
d. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
e. Menggunakan tanah atau debu yang suci.
Rukun Tayamum:
 Niat
 Mengusap debu ke muka
 Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
 Tertib
Sunah Tayamum:
Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunah-sunah tayamum
sebagai berikut.
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum
b. Membaca ta’awuz dan basmalah
c. Menepiskan debu yang ada di telapak tangan
d. Merenggangkan jari-jari tangan
e. Menghadap kiblat
f. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
g. Membaca do’a (seperti do’a sesudah wudu)
Hal yang membatalkan Tayamum:
Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :
o Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum
o Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)
o Murtad (keluar dari agama Islam)3[3]
3) Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi wajib
adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan disertai
niat mandi wajib di dalam hati.
Firman Allah Swt :

)٦( ‫َو ِإْن ُك ْنُتْم ُج ُنًبا َفاَّطَّه ُر وا‬


3[3]Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, (Surabaya: Mutiara Ilmu,
2013), h. 64.
Artinya : “.......dan jika kamu junub maka mandilah.” (QS Al Maidah)

Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut :

‫نويت غسل اجلنابة لرفع احلدث الكرب فرضا هلل تعا ىل‬
Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena Allah Ta’ala.’
Rukun mandi wajib:
Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib, diantaranya sebagai
berikut :
 Niat mandi wajib
 Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata.
 Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya air ke badan.
Sunah Mandi Wajib:
Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain :
 Menghadap kiblat
 Membaca basmalah
 Berwudu sebelum mandi
 Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan
 Menggosok badan dengan tangan.
Beberapa Penyebab Diwajibkan Mandi Wajib
Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi wajib:
Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang tidur maupun dalam
keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia bermimpi tidak disertai keluarnya mani, maka ia tidak
wajib mandi.
Selesainya haid bagi perempuan.
Selesai melahirkan.
Selesai nifas, yakni darah yang keluar sesudah melahirkan.
Meninggalnya seseorang (jenazah).
4) Istinja’
Pengertian istinja’ Menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas atau bebas. Sedangkan menurut
istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia yaitu dubur dan qubul(anus dan
penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang keluar dari keduanya. Istinja’ hukumnya wajib.
Hal-hal yang dilarang ketika buang air:
o Dilarang menjawab suara adzan
o Dilarang menjawab salam
o Bila bersin hendaknya memuji Allah dalam hati saja, tidak boleh menjawab dengan suara keras
o Dilarang mengucapkan kalimat-kalimat dzikir
o Dilarang sambil makan, minum dan sebagainya
Alat-alat yang digunakan untuk istinja’:
 Air
 Batu (jika tidak ada air)
 Kertas atau tissue (jika tidak ada air)
 Daun-daunan yang tidak biasa dimakan (jika tidak ada air)
Tata cara istinja’:
 Ada air dapat dibersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih. Membasuh tempat keluarnya
najis dengan air hingga bersih
 Jika tidak Sekurang-kurangnya dengan 3 buah batu atau 3 sisi sebuah batu. Jika tidak ada batu
dapat digunakan benda-benda lain asal keset atau keras.

4. Fungsi Thaharah
Dalam kehidupan sehari-hari, thaharah memiliki fungsi yaitu :
a) Membiasakan hidup bersih dan sehat
b) Membiasakan hidup yang selektif
c) Sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT melalui sholat
d) Sebagai sarana untuk menuju surga
e) Menjadikan kita dicintai oleh Allah SWT4[4]
5. Manfaat Thaharah
Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah.
4[4] http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
a. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak dilihat oleh orang lain
karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan kebersihan.
b. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari-harinya
karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
c. Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat tidak mudah
terjangkit penyakit.
d. Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya, maupun lingkungannya,
maka ia menunjukan cara hidup sehat dan disiplin.5[5]

6. Empat Keadaan Air Dalam Thaharah


Para ulama telah membagi air ini menjadi beberapa keadaan, terkait dengan hukumnya untuk
digunakan untuk bersuci. Kebanyakan yang kita dapat di dalam kitab fiqh, mereka membaginya
menjadi 4 macam, yaitu :
a) Air Mutlaq
Air mutlaq adalah keadaan air yang belum mengalami proses apapun. Air itu masih asli,
dalam arti belum digunakan untuk bersuci, tidak tercampur benda suci atau pun benda najis. Air
mutlaq ini hukumnya suci dan sah untuk digunakan bersuci, yaitu untuk berwudhu’ dan mandi
janabah. Air yang suci itu banyak sekali, namun tidak semua air yang suci itu bisa digunakan
untuk mensucikan. Diantara air-air yang termasuk dalam kelompok suci dan mensucikan ini
antara lain adalah :
 Air Hujan
 Salju
 Embun
 Air Laut
 Air Zam-zam
 Air Sumur atau Mata Air
 Air Sungai
b) Air Musta’mal

5[5]http://dik8874.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Jenis yang kedua dari pembagian air adalah air yang telah digunakan untuk bersuci. Baik air
yang menetes dari sisa bekas wudhu’ di tubuh seseorang, atau sisa juga air bekas mandi janabah.
Air bekas dipakai bersuci bisa saja kemudian masuk lagi ke dalam penampungan. Para ulama
seringkali menyebut air jenis ini air musta'mal.
Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala - yasta'milu (‫تعمل‬KK‫ يس‬- ‫تعمل‬KK‫ )اس‬yang bermakna
menggunakan. Maka air musta'mal maksudnya adalah air yang sudah digunakan untuk
melakukan thaharah, yaitu berwudhu atau mandi janabah.
Air musta’mal berbeda dengan air bekas mencuci tangan, atau membasuh muka atau bekas
digunakan untuk keperluan lain, selain untuk wudhu’ atau mandi janabah. Air sisa bekas cuci
tangan, cuci muka, cuci kaki atau sisa mandi biasa yang bukan mandi janabah, statusnya tetap air
mutlak yang bersifat suci dan mensucikan. Air itu tidak disebut sebagai air musta’mal, karena
bukan digunakan untuk wudhu atau mandi janabah. Perbedaan pendapat itu dipicu dari
perbedaan nash dari Rasulullah SAW yang kita terima dari Rasulullah SAW. Beberapa nash
hadits itu antara lain :
Artinya: Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah sekali-kali seorang
kamu mandi di air yang diam dalam keadaan junub. (HR. Muslim)
”Janganlah sekali-kali seorang kamu kencing di air yang diam tidak mengalir, kemudian dia
mandi di dalam air itu”. Riwayat Muslim,”Mandi dari air itu”. Dalam riwayat Abu
Daud,”Janganlah mandi janabah di dalam air itu. (HR. Muslim)
Dari seseorang yang menjadi shahabat nabi SAW berkata,”Rasululllah SAW melarang seorang
wanita mandi janabah dengan air bekar mandi janabah laki-laki. Dan melarang laki-laki mandi
janabah dengan air bekas mandi janabah perempuan. Hendaklah mereka masing-masing
menciduk air. (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW pernah mandi dengan air bekas Maimunah ra. (HR.
Muslim)
Riwayat Ashhabussunan: ”Bahwasanya salah satu isteri Nabi telah mandi dalam satu ember
kemudian datang Nabi dan mandi dari padanya lalu berkata isterinya, ”saya tadi mandi
janabat, maka jawab Nabi SAW.: ”Sesungguhnya air tidak ikut berjanabat”.
c) Air Yang Tercampur Dengan Barang Yang Suci
Jenis air yang ketiga adalah air yang tercampur dengan barang suci atau barang yang
bukan najis. Hukumnya tetap suci. Seperti air yang tercampur dengan sabun, kapur barus, tepung
dan lainnya. Selama nama air itu masih melekat padanya. Namun bila air telah keluar dari
karakternya sebagai air mutlak atau murni, air itu hukumnya suci namun tidak mensucikan.
Misalnya air dicampur dengan susu, meski air itu suci dan susu juga benda suci, tetapi campuran
antara air dan susu sudah menghilangkan sifat utama air murni menjadi larutan susu. Air yang
seperti ini tidak lagi bisa dikatakan air mutlak, sehingga secara hukum tidak sah kalau digunakan
untuk berwudhu' atau mandi janabah. Meski pun masih tetap suci.
d) Air Mutanajjis
Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampur dengan barang atau benda yang najis. Air
yang tercampur dengan benda najis itu bisa memiliki dua kemungkinan hukum, bisa ikut menjadi
najis juga atau bisa juga sebaliknya yaitu ikut tidak menjadi najis. Keduanya tergantung dari
apakah air itu mengalami perubahan atau tidak, setelah tercampur benda yang najis. Dan
perubahan itu sangat erat kaitannya dengan perbandingan jumlah air dan besarnya noda najis.
Pada air yang volumenya sedikit seperti air di dalam kolam kamar mandi, secara logika bila
kemasukan ke dalamnya bangkai anjing, kita akan mengatakan bahwa air itu menjadi mutanajjis
atau ikut menjadi najis juga. Karena air itu sudah tercemar dengan perbandingan benda najis
yang besar dan jumlah volume air yang kecil.
Agar kita bisa menilai apakah air yang ke dalamnya kemasukan benda najis itu ikut berubah
menjadi najis atau tidak, maka para ulama membuat indikator, yaitu rasa, warna atau aromanya.
დ Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Bila berubah rasa, warna atau aromanya ketika sejumlah air terkena atau kemasukan barang
najis, maka hukum air itu iut menjadi najis juga. Hal ini disebutkan oleh Ibnul Munzir dan Ibnul
Mulaqqin.
დ Tidak Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Sebaliknya bila ketiga krieteria di atas tidak berubah, maka hukum air itu suci dan mensucikan.
Baik air itu sedikit atau pun banyak.6[6]

7. Pengertian hadas dan najis


a. Hadas
Pengertian Hadas:

6[6]http://siyasahhjinnazah.blogspot.com/2013/05/makalah-fiqh-ibadah-thaharah.html
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah sesuatu yang
terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan diri sehingga sah untuk
melaksanakan ibadah.
Bermacam hadas dan cara mensucikannya:
Menurut fiqih, hadas dibagi menjadi dua yaitu :
1) Hadas kecil
Hadas kecil adalah adanya sesuatu yag terjadi dan mengharuskan seseorang berwudu apabila
hendak melaksanakan salat. Contoh hadas kecil adalah sebagai berikut :
o Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur.
o Tidur nyenyak dalam kondisi tidak duduk.
o Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa pembatas.
o Hilang akal karena sakit atau mabuk.
2) Hadas besar
Hadas besar adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi besar atau
junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai berikut :
o Bersetubuh (hubungan suami istri)
o Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain
o Keluar darah haid
o Nifas
o Meninggal dunia
2. Najis
Pengertian Najis:
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang
dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan, karena menjadikan tidak sahnya
melaksanakan suatu Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannya:
Berdasarkan berat dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam. Najis tersebut adalah
Mukhafafah, Najis Mutawasitah, dan Najis Muqalazah.
- Najis Mukhafafah
Najis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis mukhafafah yaitu air kencing bayi
laki-laki yang berumur tidak lebih dua tahun dan belum makan apa-apa kecuali air susu ibunya.
Cara mensucikan najis mukhafafah cukup dengan mnegusapkan/ memercikkan air pada benda
yang terkena najis.
- Najis Mutawasitah
Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis mutawasitah antara lain air kencing,
darah, nanah, tina dan kotoran hewan. Najis mutawasitah terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
დ Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi, zat, bau, warna dan rasanya tidak nyata.
Misalnya air kencing yang telah mengering. Cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air
pada benda yang terkena najis tersebut.
დ Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan baunya. Cara mensucikannya dengan
menyirkan air hingga hilang zat, warna, rasa dan baunya.
- Najis Mugalazah
Najis mugalazah adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi. Adapun cara
mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang mensucikan air suci yang mensucikan
(air mutlak) atau membasuh benda atau tempat yang terkena najis sampai tujuh kali. Kali yang
pertama dicampur dengan tanah atau debu sehingga hilang zat, warna, rasa, dan baunya.
C. Kesimpulan
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang (kotoran) yang
timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa
di badan. Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Hukum taharah ialah WAJIB di
atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam dan sudah
akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci, tanah, debu serta
benda-benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu, debu dan
tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan benda lain seperti batu,
kertas, tisur dapat digunakan untuk melakukan istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat sebagaimana
yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Allah
Swt. Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari yaitu membersihkan badan, pakaian, dan
tempat dari hadas dan najis ketika hendak melaksanakan suatu ibadah.

Anda mungkin juga menyukai