Anda di halaman 1dari 5

PENGERTIAN THAHARAH DAN PEMBAGIANNYA

Thaharah merupakan perintah agama untuk bersuci dari hadas dan najis. Kedudukan bersuci
dalam hukum Islam termasuk amalan yang penting lantaran salah satu syarat sah salat adalah
diwajibkan suci dari hadas dan najis.

Thaharah tak sekadar bersih-bersih badan. Tak setiap yang bersih pun pasti sudah suci. Lebih
dari itu, suci dari hadas adalah melakukannya dengan berwudu, mandi, ataupun tayamum.

Sementara suci dari najis yaitu menghilangkan kotoran yang ada di badan, pakaian, dan
tempat.

Agar ibadah dapat diterima oleh Allah SWT sekaligus terhindar dari berbagai penyakit,
simak pengertian thaharah dan pembagiannya menurut syara' atau peraturan Allah.

Hukum thaharah itu sendiri wajib dan telah disampaikan oleh Allah melalui firmanNya:

"Hai orang-orang beriman, apabila kalian hendak melaksanakan salat, maka basuhlah muka
dan tangan kalian sampai siku, dan sapulah kepala kalian, kemudian basuh kaki sampai kedua
mata kaki." (Al-Maidah:6).

          

          

              

         

            

    

"Dan, pakaianmu bersihkanlah." (Al-Muddatstsir:4).

  

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri." (Al-Baqarah:222).

       


MACAM-MACAM THAHARAH ADALAH MA'NAWIYAH DAN HISSIYAH

Thaharah pun terbagi menjadi dua bagian seperti berikut:

A. Thaharah Ma'nawiyah

Thaharah ma'nawiyah merupakan bersuci rohani misalnya membersihkan segala penyakit


hati yaitu iri, dengki, riya dan lainnya.

Pasalnya, thaharah ma'nawiyah ini penting dilakukan sebelum melakukan thaharah hissiyah,
karena ketika bersuci harus dalam keadaan bersih dari sifat-sifat sirik tersebut.

B. Thaharah Hissiyah

Thaharah hissiyah adalah bersuci jasmani, atau membersihkan bagian tubuh dari sesuatu yang
terkena najis (segala jenis kotoran) maupun hadas (kecil dan besar).

Untuk membersihkan dari najis dan hadas ini, bisa dilakukan dengan menggunakan air
seperti berwudu, mandi wajib, serta tayamum (bila dalam kondisi tidak ada air).

Akan tetapi, air yang boleh dipakai untuk bersuci juga bukan sembarang air. Penjelasnnya
adalah di bawah ini:

1. Jenis Air untuk Thaharah

Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah air bersih (suci dan mensucikan) yang turun
dari langit atau keluar dari bumi dan belum pernah dipakai bersuci, di antaranya:

Air hujan
Air sumur
Air laut
Air sungai
Air salju
Air telaga
Air embun

2. Pembagian Air untuk Thaharah

Pengertian thaharah dan pembagiannya juga ditinjau dari segi hukum Islam dengan
mengelompokkan jenis air yang diperbolehkan maupun tidak dalam bersuci.
AIR TERSEBUT DIBAGI MENJADI EMPAT YAITU:

Air suci dan menyucikan, yaitu air mutlak atau masih murni dapat digunakan untuk bersuci
dengan tidak makruh (digunakan sewajarnya tidak berlebihan).

Air suci dan dapat menyucikan, yaitu air musyammas (air yang dipanaskan dengan
matahari) di tempat logam yang bukan emas.

Air suci tapi tidak menyucikan, yaitu air musta'mal (telah digunakan untuk bersuci)
menghilangkan hadas atau najis walau tidak berubah rupa, rasa dan baunya.

Air mutanajis, yaitu air yang kena najis (kemasukan najis), sedangkan jumlahnya kurang,
maka tidak dapat menyucikan.

Air haram, yaitu air yang diperoleh dengan cara mencuri (ghashab), atau mengambil tanpa
izin, sehingga air itu tidak dapat menyucikan.

TATA CARA THAHARAH

Mandi wajib merupakan syarat mutlak thaharah.

1. MANDI WAJIB

Mandi atau ghusl merupakan syarat mutlak ketika bersuci, istilah mandi wajib dalam
thaharah yaitu mengalirkan air ke seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Mandi wajib ini harus dibarengi dengan membaca niat yang menyucikan diri dari hadas kecil
dan besar seperti kutipan dari NU Online yaitu:

َ ََ ً َْ َ َ ْ َ َْ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ ََْ
‫لِل تعال‬
ِ ِ ‫نويت الغسل ِلرف ِع الحد ِث األ ك َ ِب ِمن ا ِلجناب ِة فرضا‬
"Nawaitul ghusla liraf'il-hadatsil-akbari fardhal lillaahi ta'aala."

Artinya: Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari janabah, fardhu karena Allah
ta'ala."

Menurut madzhab Syafi'i, saat pertama membaca niat harus dibarengi dengan menyiram
tubuh dengan air secara merata.

Kedua, mengguyur seluruh bagian luar badan, tak terkecuali rambut dan bulu-bulunya.
Sedangkan bagian tubuh yang berbulu atau berambut harus dengan air mengalir.
2. BERWUDU

Sementara itu, thaharah dengan berwudu menurut syara' adalah untuk menghilangkan hadas
kecil ketika akan salat.

Orang yang hendak melaksanakan salat sudah wajib hukumnya melakukan wudu, karena
berwudu merupakan syarat sahnya salat.

Thaharah berwudu juga sama halnya dengan mandi wajib yang diawali dengan membaca niat
wudu seperti ini:

َ ََ ً َْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َْ َ ْ ُ ُْ ُ ََْ
‫هلل تعال‬
ِ ‫نويت الوضوء ِلرف ِع الحد ِث االصغ ِر فرض ِا‬
"Nawaitul wudhuu'a liraf'il-hadatsil-ashghari fardhal lillaahi ta'aalaa."

Artinya: Aku niat berwudu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah.

Kemudian melaksanankan fardu wudu enam perkara, di antaranya:


1. Niat
2. Membasuh seluruh muka
3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
4. Mengusap sebagian rambut kepala
5. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
6. Tertib, artinya mendahulukan mana yang harus dahulu dan mengakhirkan yang harus
diakhiri.

3. Tayamum

Thaharah tayamum ini merupakan cara yang menggantikan mandi dan wudu, apabila
dalam kondisi tidak ada air atau karena tidak boleh terkena air, bisa pula dalam keadaan
darurat misal dalam pesawat terbang.

Jika tidak ada air, ada beberapa syarat;


1. Sudah mencari air namun tidak menemukannya
2. Tidak ada najis pada anggota tubuh
3. Sudah sampai waktu sholat
4. Menggunakan debu yang suci

Tata Cara Tayamum:


1. Menghadap kiblat
2. Membaca basmallah
3. Menepukan kedua telapak tangan pada debu sambil berniat

َ َ َ َ َّ َّ ُ ْ َ َ
َ ‫الت َي ُّم َم ال ْست َب‬
‫ِهلل ت َعال‬
ِ ً
‫ض‬ ‫ر‬ْ ‫ف‬ ‫ة‬ِ ‫ال‬‫الص‬ ‫ة‬‫اح‬
ِ ِ ِ ‫نويت‬
4. Mensedikitkan debu pada tangan dengan meniup, atau mengibas-ngibaskan, lalu
mengusap wajah, lalu membersihkan sisa debu pada telapak tangan, selanjutnya
menepukan telapak tangan lagi pada debu, lanjukan mengusap tangan dimulai dari
tangan kanan dari ujung jari tangan kanan sampai siku kemudian dalamnya lengan
sampai pergelengan samapai ujung ibu jari bagian luar.
َ ََ ً ْ َ َ َّ َ َ ْ َ ُّ َ َّ ُ ْ َ َ
ِ ‫نويت التيمم ِالس ِتباح ِة الصال ِة فرض‬
‫ِهلل تعال‬
"Nawaitut tayammuma lisstibaahatishsholaati fardhol lillaahi taala."

Artinya: Saya niat tayamum agar diperbolehkan melakukan fardu karena Allah.
Setelah membaca niat, dilanjut dengan meletakkan dua belah tangan ke atas debu
misalnya debu pada kaca atau tembok dan usapkan ke muka sebanyak dua kali.

Dilanjut mengusap dua belah tangan hingga siku sebanyak dua kali juga, dan
memindahkan debu kepada anggota tubuh yang diusap.

Yang dimaksud mengusap bukan sebagaimana menggunakan air dalam berwudu, tetapi
cukup menyapukan saja bukan mengoles-oles seperti memakai air.

Doa setelah wudhu atau tayamum

‫اج َع ْل ِن ْى‬
ْ ‫ اَللّٰ ُه ام‬.ُ‫س ْىلُو‬ُ ‫ا َ ْش َهدُ ا َ ْن ََلا ِٰلوَ ا اَِلللاُ َو ْحدَهُ َلَش َِري َْك لَوُ َوا َ ْش َهد ُ ا َ ان ُم َح امدًا َع ْبدُهُ َو َر‬
َ‫صا ِل ِحيْه‬
‫ِك ال ا‬ َ ‫ َو ْج َع ْلنِ ْي ِم ْه ِع َباد‬، َ‫ط ِ ّه ِريْه‬ َ َ ‫اج َع ْلنِ ْى ِمهَ ْال ُمت‬
ْ ‫ِمهَ الت ا اىابِيْهَ َو‬
Artinya: “Aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu
bagi doa sebelum dan sesudah wudhu-Nya, dan aku mengaku bahwa Nabi Muhammad itu
adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang
bertobat dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang suci dan jadikanlah aku dari
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Anda mungkin juga menyukai