Anda di halaman 1dari 5

FIQIH IBADAH

IBADAH
A. Pengertian Ibadah
Ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dilakukan untuk mengesakan dan
mengagungkan Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan seamata mata untuk
memperoleh ridho dan pahala dari Allah SWT.

B. Kedudukan Ibadah dalam Islam


Sesuai dengan Firman Allah dalam Q.S Az Zariyat : 56
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku .”

Ayat di atas mengatakan bahwa beribadah adalah tujuan manusia di ciptakan. Oleh
karena itu ketika kita melakukan setiap aktivitas, walaupun itu sekedar makan, bekerja,
mendidik anak, dll, itu semua bisa bernilai ibadah jika kita niatkan untuk mendapat ridho
Allah. Jadi ibadah itu bukan hanya sholat, puasa, sedekah, naik haji. Tapi segala
perbuatan yang kita lakukan dengan niat karena Allah.

C. Dasar Hukum Ibadah


“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku .”
(Q.S Az Zariyat : 56)

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang
yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa .” (Q.S Al –Baqarah : 21)

Dasar Ilmu Fiqih:


Dasar ilmu Fiqih Ibadah adalah yakni al-Qur’an dan As-Sunnah alMaqbulah. As-Sunnah
Al-Maqbulah artinya sunnah yang dapat diterima.
Bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
“Aku meninggalkan untukmu dua perkara, kamu tidak akan tersesat jika berpegang
pada keduanya, yakni: Kitab Allah (al-Qur‟an) dan Sunah Nabi.

D. Prinsip Ibadah Dalam Islam


 Niat lillahi ta’ala
 Ikhlas
 Tidak menggunakan perantara ( washilah)
 Dilakukan sesuai tuntunan Al-Qur’an dan As Sunnah
 Seimbang dunia akhirat
 Tidak berlebih-lebihan
 Mudah (bukan meremehkan) dan Meringankan Bukan Mempersulit

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.


ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa):“Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri
ma‟aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong
Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”
(QS. al-Baqarah [2]:286)

THAHARAH
A. Pengertian Thaharah
Thaharah berasal dari bahasa Arab yang berarti bersih atau suci.
Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah membersihkan diri, pakaian, dan tempat
dari najis dan hadas, sehingga seseorang diperbolehkan beribadah yang ditentukan
harus dalam keadaan suci.

Thaharah terbagi 2:
1. Thaharah Ma’nawiyah
Thaharah ma'nawiyah merupakan bersuci rohani misalnya membersihkan segala
penyakit hati yaitu iri, dengki, riya dan lainnya.
Pasalnya, thaharah ma'nawiyah ini penting dilakukan sebelum melakukan thaharah
hissiyah, karena ketika bersuci harus dalam keadaan bersih dari sifat-sifat sirik
tersebut.

2. Thaharah Hissiyah
Thaharah hissiyah adalah bersuci jasmani, atau membersihkan bagian tubuh dari
sesuatu yang terkena najis (segala jenis kotoran) maupun hadas (kecil dan besar).

Untuk membersihkan dari najis dan hadas ini, bisa dilakukan dengan menggunakan
air seperti berwudu, mandi wajib, serta tayamum (bila dalam kondisi tidak ada air).

B. Jenis Air Untuk Thaharah

Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah air bersih (suci dan mensucikan) yang turun dari
langit atau keluar dari bumi dan belum pernah dipakai bersuci, di antaranya:

 Air hujan
 Air sumur
 Air sungai
 Air laut
 Air salju
 Air telaga
 Air embun
C. Pembagian/ Macam Air Untuk Thaharah
1. Air suci dan menyucikan, yaitu air mutlak atau masih murni dapat digunakan untuk bersuci
dengan tidak makruh (digunakan sewajarnya tidak berlebihan).
2. Air suci dan dapat menyucikan, yaitu air musyammas (air yang dipanaskan dengan matahari)
di tempat logam yang bukan emas.
3. Air suci tapi tidak menyucikan, yaitu air musta'mal (telah digunakan untuk bersuci)
menghilangkan hadas atau najis walau tidak berubah rupa, rasa dan baunya.
4. Air mutanajis, yaitu air yang kena najis (kemasukan najis), sedangkan jumlahnya kurang,
maka tidak dapat menyucikan.
5. Air haram, yaitu air yang diperoleh dengan cara mencuri (ghashab), atau mengambil tanpa
izin, sehingga air itu tidak dapat menyucikan.

D. Macam-Macam Najis dan Cara Mensucikannya


1. Najis Ringan ( Najis Mukhaffafah)
Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum
makan apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara
membersihkan najis ini cukup dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.

2. Najis sedang (najis mutawassitah)


Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing dsb. Cara
membersihkannya cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan air sampai
najis tersebut hilang (baik rasa, bau dan warnanya).

3. Najis berat (najis mughalazah)


Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang
pasti (qat’i) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan
menghilangkan barang najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih
sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan tanah atau batu.

WUDHU, TAYAMMUM, MANDI BESAR

A. Wudhu
Tata Cara Thaharah

Tata Cara Bersuci dari Hadats Kecil


Adapun tata cara bersuci dari hadats kecil adalah cukup dengan berwudhu sebagai berikut :
 Niat di dalam hati untuk menghilangkan hadats kecil.
 Membaca basmalah
 Apabila baru bangun dari tidur dianjurkan membasuh kedua telapak tangan sebelum
 Memasukkannya dalam wadah air sebanyak tiga kali
 Berkumur dan menghirup air ke hidung
 Membasuh wajah dari dahi bagian atas hingga akhir janggut dan dari pelipis telinga kanan
hingga pelipis telinga kiri dan dianjurkan menyela-nyela janggut ketika membasuh wajah.
 Membasuh kedua tangan mulai dari ujung jari hingga siku, dimulai dari tangan kanan dan
dianjurkan untuk menyela-nyela jari
 Mengusap kepala dari ubun-ubun hingga tengkuk.
 Dianjurkan untuk mengusap kedua telinga luar maupun dalam.
 Membasuh kedua kaki dari ujung jari dengan menyela-nyelanya hingga kedua mata kaki
dari kaki sebelah kanan.

Tata Cara Bersuci dari Hadats Besar


Adapun tata cara bersuci dari hadats besar adalah dengan mandi. Adapun rukun mandi ini hanya
dua yaitu, niat dan membasuh seluruh tubuh (termasuk lipatan-lipatan tubuh yang tersembunyi)
dengan air. Sementara mandi yang sempurna tata cara praktisnya adalah sebagai berikut :
 Niat dalam hati untuk menghilangkan hadats besar
 Membaca “bismillah”
 Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkannya dalam wadah air.
 Dimulai dengan membersihkan kotoran yang menempel pada kemaluan maupun tubuh
yang lainnya, seperti bekas air mani, darah haid dan semacamnya.
 Selanjutnya berwudhu seperti berwudhu untuk melaksanakan shalat tanpa membasuh
kedua kaki (karena ini diakhirkan saat mandi), namun boleh juga dilakukan di awal.
 Mencelupkan kedua tangan ke dalam air lalu menyela-nyela pangkal rambut dengan
kedua tangan hingga basah sembari membersihkan kepalanya.
 Setelah itu mengguyurkan tubuh yang sebelah kanan dengan air dan membersihkannya
dari atas hingga bawah.
 Lalu dilanjutkan mengguyurkan tubuh bagian kiri dengan air dan membersihkannya dari
atas hingga bawah.
 Pastikan seluruh tubuh sudah bersih dan terkena air, termasuk lipatan ketiak, pantat,
pusar, selangkangan, kerutan lutut, kerutan sikut dan bagian tersembunyi lainnya.
 Setelah itu membersihkan kedua kakinya dengan didahului kaki kanan.

Tata Cara Bersuci Dengan Tayammum


 Siapkan tanah atau debu. Boleh menggunakan debu yang berada di tembok, kaca, atau
tempat lain yang dirasa bersih.
 Disunahkan menghadap kiblat.
 Letakkan kedua telapak tangan pada debu dengan posisi jari-jari kedua telapak tangan
dirapatkan.
 Baca basmallah dan niat tayamum.
 Usapkan kedua telapak tangan pada seluruh wajah cukup dengan satu kali menyentuh
debu. Dianjurkan untuk meratakan debu pada seluruh bagian wajah.
 Selanjutnya letakkan kembali telapak tangan pada debu dengan jari direnggangkan.
 Tempelkan telapak tangan kiri ke punggung tangan kanan. Ujung-ujung jari dari salah satu
tangan tidak melebihi ujung jari telunjuk dari tangan yang lain.
 Usapkan telapak tangan kiri ke punggung lengan kanan sampai ke bagian siku. Lalu,
balikkan telapak tangan kiri ke lengan kanan dan ratakan hingga ke pergelangan.
 Usapkan bagian jempol kiri ke jempol kanan dan lakukan hal sama pada bagian kirinya.
Pertemukan kedua telapak tangan dan usap-usap di antara jari-jarinya.

Anda mungkin juga menyukai