Anda di halaman 1dari 19

Budaya Thaharah, Keteladanan, dan Mewujudkan Akhlak Mulia

dalam Pelaksanaan BudAI di Fakultas Ekonomi Unissula

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Peradaban tidak dapat berdiri dengan sendirinya tanpa adanya dasar ilmu pengetahuan di
dalamnya. Ilmu pengetahuan sendiri didapatkan dari berbagai lembaga pendidikan, tak terkecuali
dari universitas. Pendidikan yang diberikan dari lembaga pendidikan ini bukan hanyalah ilmu
yang harus kita hafalkan namun lebih dari itu. pendidikan disini ialah upaya mengembangkan
ketrampilan, kebiasaan dan sikap yang baik demi pengembangan suatu peradaban. Sebagaimana
pengertian dari pendidikan itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002 : 263 -
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan
mendidik. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa tujuan akhir dari pendidikan ialah
suatu sikap yang berubah menjadi lebih dewasa dan lebih baik. Selain itu, menurut Socrates
pendidikan adalah suatu sarana yang digunakan untuk mencari kebenaran. Sedangkan metode-
nya adalah dialektika. Sehingga dapat diketahui bahwasanya pendidikan disini bukan hanya
hafalan tetapi juga menghasilkan sikap yang semakin dewasa dan dapat digunakan untuk
mencari kebenaran. Sehingga amat penting melakukan pembudayaan sikap-sikap terpuji dalam
proses pendidikan karena sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Melakukan pembudayaan sikap-sikap baik dalam Lembaga Pendidikan sangatlah penting


karena dapat semakin membentuk karakter yang diharapkan setelah mengenyam Pendidikan dari
Lembaga Pendidikan apapun. Diantara budaya-budaya yang dimaksutkan tersebut yang mana
akan dibahas dalam makalah kali ini diantaranya ialah mengenai thaharah, keteladanan, dan
mewujudkan akhlak mulia. Pada makalah kali ini, kita akan membahas mengenai bagaimana
pembudayaan sikap terpuji tersebut diterapkan di Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Dalam Universitas Islam Sultan Agung ini sendiri telah diterapkan strategi BudAI atau Budaya
Akademik Islami yang menerapkan nilai-nilai Islam dalam pendidikannya. Sehingga dengan kata
lain, dalam univeritas atau Lembaga Pendidikan ini sendidrii telah menerapkan pembudayaan
sikap terpuji dalam proses pendidikannya. Sehingga pendidikan dalam Universitas Islam Sultan
Agung tidak hanya ditekankan pada penguatan IPTEK dan skill semata tetapi juga pengamalan
nilai Islam. Pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimanakah partisipasi mahasiswa
Unissula dalam pelaksanaan budaya islami tersebut yaitu thaharah, keteladanan dan,
mewujudkan akhlak mulia serta bagaimana akhirnya pembudayaan tersebut turut berkontribusi
dalam pengembangan peradaban di Unissula.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana

1.3 TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetaahui apakah budaya thaharah,
keteladanan dan mewujudkan akhlak mulia dapat memberi pengaruh pada peradaban di Unissula
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Thaharah

Pengertian Thaharah

Thaharah memiliki arti "suci" atau "bersih". Bersuci disini ialah bersuci dari kotoran yang
mana kotoran yang dimaksudkan bukan hanya kotoran dalam arti sesungguhnya, namun juga
kotoran yang tidak terlihat atau kotoran hati seperti contohnya ialah aib ataupun dosa. Sedangkan
berdasarkan istilah, thaharah berarti melakukan pembersihan tubuh kita dari najis dan juga hadas.
Selain tubuh, kita juga harus membersihkan tempat dan pakaian kita dari najis dan hadas,
contohnya ialah wudhu, tayammum, dan mandi. Seperti yang telah dibahas sebelumnya,
thaharah disini bukan hanya mensucikan diri dengan cara berwudhu, mandi, ataupun tayammum,
thaharah juga memiliki arti bahwa kita harus membersihkan diri dari kotoran yang ada di hati
kita seperti hasad, iri, dan dengki.

Menyucikan diri dari hadats dan najis memberi isyarat supaya kita senantiasa


menyucikan jiwa dari dosa dan segala perangai yang keji. Hikmah dan manfaat
dilakukannya thaharah tersebut memberikan pengetahuan kepada kita bahwa betapa
pentingnya thaharah  tidak hanya sekedar  untuk melaksanakan ibadah,  tetapi juga untuk
menjaga kesehatan tubuh manusia.( Maawiyah, 2016 )

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa thaharah mengarah pada kebersihan
baik itu dalam arti sesungguhnya maupun dalam arti kebersihan hati layaknya menjauhi dosa.
Berbicara mengenai kebersihan maka tidak semua hal yang bersih berarti suci. Sehingga
perlunya memahami lebih dalam mengenai perintah, dan larangan dalam melaksanakan thaharah.
Sebab thaharah hukumnya ialah wajib. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sebagai umat
Islam kita diwajibkan menjalankan salat 5 waktu. Sedangkan kita tidak dapat melaksanakannya
apabila tidak terlebih dahulu bersuci. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt pada (QS At-
Taubah:108)

۟ ‫ق َأن تَقُوم فِي ِه ۚ فِي ِه ر َجا ٌل ي ُِحبُّونَ َأن يَتَطَهَّر‬


ُّ‫ُوا ۚ َوٱهَّلل ُ يُ ِحب‬ َ ‫اَل تَقُ ْم فِي ِه َأبَدًا ۚ لَّ َم ْس ِج ٌد ُأس‬
ُّ ‫ِّس َعلَى ٱلتَّ ْق َو ٰى ِم ْن َأو َِّل يَوْ ٍم َأ َح‬
ِ َ
َ‫ْٱل ُمطَّه ِِّرين‬
Artinya: Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya.
Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah
lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.

Karena urgensi dari thaharah, maka kita sebagai umat Islam harus menjalankan segala
perintah tersebut. Apabila kita mengimani ajaran Islam serta menjalankannya, maka Allah Swt
akan mencintai kita dan memberikan berkah dalam hidup kita. Terlebih lagi Allah Swt mencintai
kebersihan.

Pembagian Air
1. Air Mutlak
Air mutlak ialah air yang suci dan mensucikan. Air ini tidak hanya dapat
digunakan untuk keperluan bersuci tetapi juga dapat digunakan untuk minum. Air mutlak
ini berarti belum tercampur dengan benda yang dapat mengubah sifat air. Maksut dari
"mengubah sifat" air disini ialah ketika air tersebut menjadi berubah bau, rasa, maupun
warnanya. Apabila demikian maka air tersebut sudah tidak bisa digunakan untuk bersuci.
Syarat air mutlak :
 Masih dalam keadaan asli dan belum berubah sifatnya (bau, warna, rasa)
 Air berubah karena suatu benda yang tidak menghilangkan kesuciannya.
Contohnya : air yang bercampur dengan tanah yang suci, garam atau rumpai air.
 Air yang apabila banyaknya kurang dari dua qullah, air tersebut belum digunakan
untuk mengangkat hadas kecil ataupun besar.
Air mutlak yang dapat digunakan bersuci, diantaranya ialah :
1.      Air hujan.

2.      Air sungai.
3.      Air laut.
4.      Air dari mata air.
5.      Air sumur.
6.      Air salju.
7.      Air embun.
2. Air musta'mal
Air musta'mal ialah air yang suci namun tidak mensucikan. Air ini zat nya masih
bersih dan dapat kita gunakan untuk kegiatan sehari-hari, tetapi tidak dapat digunakan
untuk bersuci diantara ialah :
a) Air yang bercampur dengan benda yang mengubah sifatnya, contohnya :
 Berubah baunya : air mutlak bercampur dengan air mawar sehingga
baunya berubah,
 Berubah rasa dan warna : air yang bercampur dengan kopi, teh, susu
sehingga bau dan rasanya berubah
b) Air musta'mal yang sedikit
Air ini banyaknya tidak lebih dari dua qullah ( kurang lebih 270 liter )
namun telah digunakan untuk mengangkat hadas kecil maupun besar.
c) Air untuk menghilangkan najis, contohnya ialah air yang sudah digunakan untuk
mandi junub, memandikan mayat, mandi orang gila yang baru sembuh, dan air
yang digunakan mandi orang kafir yang baru masuk Islam, dsb.
3. Air Mustanajis
Air Mustanajis ialah air yang mengandung najis sehingga tidak dapat digunakan
untuk bersuci. Air ini ialah air yang jumlahnya kurang dari dua qullah kemudian terkena
benda najis sehingga bau, warna dan rasanya berubah. Dengan keadaan tersebut maka air
tersebut tidak dapat digunakan untuk bersuci maupun untuk kegiatan kehari-hari kita.
Macam-Macam Thaharah

a.) Menghilangkan najis.

Najis dan Cara Mensucikannya


Sebelum masuk ke bagaimana cara thaharah maka terlebih dahulu kita harus
mengetahui apa itu najis dan macam-macam najis sehingga kita mengetahui cara
mensucikannya.
 Najis
Secara bahasa, yang dimaksud dengan najis ialah benda yang kotor. Benda
kotor ini bisa berupa benda, jiwa ataupun amal ibadah kita yang masih disertai
riya' sehingga masih kotor. Sedangkan secara umum, najis ialah benda yang kotor
yang mana dapat menghalangi sahnya salat.
 Benda-benda najis
 Bangkai (kecuali bangkai belalang dan ikan)
 Babi
 Darah
 Khamer ataupun minuman memabukkan lainnya
 Muntahan dari perut
 Anjing
 Susu dari binatang yang haram untuk dimakan dagingnya
 Wadi dan madzi
 Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang
 Najis yang dimaafkan
 Bangkai nyamuk, kutu, dan binatang lain yang tidak mengalir
darahnya.
 Darah bisul dan sebangsanya.
 Najis yang sangat sedikit.
 Kotoran binatang yang mengenai benih yang akan ditebar, kotoran
hewan ternak yang mengenai air susu ketika diperah.
 Darah yang masih menyisa pada daging.
 Kotoran ikan d dalam air.
 Darah yang mengenai tukang jagal.
 Macam-macam najis
1. Najis Mukhaffafah
Najis mukhaffafah maksutnya ialah najis yang ringan
sehingga dalam cara mensucikan juga tidak selit hanya dengan
memercikkan air pada daerah yang terkena najis. Yang termasuk
dalam najis mukhaffafah ini ialah : air seni, air kencing bayi laki-
laki yang belum diberi makanan selain hanya diberi minum asi dan
belum berumur dua tahun.
2. Najis Mutawassithah
Najis ini ialah najis yang sifatnya sedang. Najis ini ialah
najis yang berasal dari kubul dan dubur selain air mani, baik itu
berasal dari manusia maupun dari binatang. Najis ini masih dibagi
kembali menjadi dua jenis, yaitu :
a.) Najis aniyah = najis yang nampak.
b.) Najis hukmiyah = najis yang tidak nampak. Contohnya : air
kencing, arak, atau najis lain yang sudah kering sehingga tidak
dapat dilihat.
Cara mensucikannya ialah dengan dibilas air sampai warna,
bau, rasa maupun rupanya sudah tidak tampak lagi
3. Najis Mughallazah
Najis Mughallazah ialah najis yang tergolong berat. Contoh
najis mughallazah ialah anjing dan babi. Cara mensucikan najis ini
ialah dengan membersihkan najis tersebut sehingga wujud benda
yang najis tersebut sudah tidak terlihat, dilanjutkan dengan
membersihkannya menggunakan air bersih sebanyak tujuh kali dan
salah satunya dicampur debu saat membersihkan najis.
 Hadas dan cara mensucikannya
1. Hadas kecil
Yang termasuk dala. Hadas kecil disini ialah perkara yang dianggap
memberi pengaruh pada anggota tubuh manusia diantaranya ialah wajah,
kedua tangan dan kedua kaki sehingga menyebabkan tidak sahnya salat kita.
Hadas kecil ini cukup disucikan dengan melakukan wudhu
2. Hadas besar
Hadas besar ini ialah peristiwa yang dianggap telah berpengaruh kepada
seluruh tubuh sehingga ibadah salat dan hal lainnya tidak sah dihadapan Allah
Swt. Hadas besar ini tidak dapat disucikan hanya dengan wudhu seperti pada
perkara hadas kecil, tetapi harus dengan mandi besar.

b.) Berwudhu
Wudhu secara umum ialah amalan yang dilakukan oleh seorang muslim sebagai
cara mensucikan diri sebelum melaksanakan ibadah. Sedangkan secara bahasa, wudhu
adalah keindahan dan kecerahan. Secara istilah Syara', wudhu adalah bersuci
menggunakan air untuk menghilangkan hadas kecil yang terdapat pada kepala, wajah,
kedua tangan dan kaki dengan mengucapkan niat.
 Rukun Wudlu
Fardu wudlu ada 6, yaitu:

a.       Niat
b.       Membasuh muka
c.       Membasuh dua tangan sampai siku
d.       Mengusap sebagian kepala
e.       Membasuh kaki sampai mata kaki
f.       Tertib, artinya urut.
 Sunnah Wudlu
a.      Membaca basmallah
b.      Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
c.      Berkumur-kumur
d.      Membersihkan hidung
e.      Menyela-nyela janggut yang tebal
f.       Mendahulukan anggota yang kanan
g.      Mengusap kepala
h.      Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki
i.       Megusap kedua telinga
j.       Membasuh sampai tiga kali
k.      Berturut-turut
l.       Berdo’a sesudah wudlu
 Hal-hal yang membatalkan wudlu
a.      Keluarnya sesuatu dari dua jalan
b.      Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap
c.      Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
d.      Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
e.      Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim
dan tidak beralas
c.)  Mandi.
Secara umum, mandi ialah membasuh tubuh dengan menggunakan air untuk
membersihkan diri. Dalam pandangan Islam, mandi ialah membasuh air ke tubuh baik
itu kepala, kulit, rambut, kuku atau anggota tubuh lainnya dengan menggunakan niat.
Secara bahasa sendiri, mandi berasal dari bahasa Arab Al ghuslu yang artinya ialah
mengalirkan air pada apa saja.
 Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)

a. Hubungan suami istri


b. Mengeluarkan mani
c. Mati
d. Haid
e. Nifas
f. Wiladah (melahirkan)
 Rukun mandi
a.  Niat
b.  Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya
c.  Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit
 Sunnah mandi
a.      Membaca basmallah
b.      Berwudlu sebelum mandi
c.      Menggosok badan dengan tangan
d.      Menyela-nyela pada rambut yang tebal
e.      Membasuh sampai tiga kali
f.       Berturut-turut
g.      Mendahulukan anggota yang kanan
h.      Memakai basaha
d.) Tayammum.
Tayammum adalah cara bersuci yang dilakukan apabila terdapat halangan dalam
berwudhu ataupun mandi menggunakan air. Yang digunakan dalam bertayammum adalah
selain air, seperti contohnya ialah dengan menggunakan debu.
Tayamum adalah mengusap muka dan dua tangan dengan menggunakan debu dari
tanah yang suci sebagai media untuk pengganti wudhu dan mandi pada waktu-waktu
tertentu. Dengan kata lain Islam memberikan keringanan bagi seorang muslim yang tidak
dapat berwudhu dengan air disebabkan beberapa udzur tertentu (Qotadah, 2020)
 Syarat tayammum

a.      Islam
b.      Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c.      Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila
menggunakan air akan kambuh sakitnya
d.      Telah masuk waktu shalat
e.      Dengan debu yang suci
f.       Bersih dari Haid dan Nifas

 Rukun tayammum
a.    Niat
b.    Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau
diletakkan ke debu
c.     Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru
dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d.     Tertib
 Sunnah tayammum
a.      Membaca basmallah
b.      Mendahulukan anggota kanan
c.      Menipiskan debu di telapak tangan
d.      Berturut-turut
 Hal-hal yang membatalkan tayammum
a.      Semua yang membatalkan wudlu
b.      Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
c.      Karena murtad
e.) Istinja’
Istinja adalah ketika keluar kotoran dari dua jalan yaitu kubul maupun dubur. Istinja
dilakukan dengan air atau dengan tiga batu.

Secara bahasa istinja’ adalah perbuatan yang dilakukan untuk menghilangkan


najis. Adapun menurut istilah syara’ istinja’ adalah perbuatan yang dilakukan untuk
menghilangkan najis dengan menggunakan benda seperti air dan batu. (Az-Zuhaili,
2011:283)

Adab buang air:

1.     Sunnah mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi,


mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari kamar mandi.
2.      Tidak berbicara selama ada di dalam kamar mandi.
3.      Memakai alas kaki.
4.      Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai kepadanya.
5.      Tidak buang air di air yang  tenang.
6.      Tidak buang air di lubang lubang tanah.
7.      Tidak buang air di tempat perhentian.

Penerapan Thaharah di Unissula

Penerapan yang akan kami jabarkan disini ialah penerapan thaharah yang dilakukan di dalam
lingkungan Universitas Sultan Agung Semarang

1. Wudhu
Mahasiswa unissula dalam BudAI yang diterapkan di unissula, akhirnya
mendorong mahasiswa untuk lebih istiqomah dalam menjalankan thaharah. Terlihat dari
saat Ketika adzan dzuhur berkumandang dan mahasiswa yang nanti hendak melanjutkan
mata kuliah setelah waktu dhuhur Bersama-sama ke masjid untuk melaksanakan salat dan
tentu melakukan wudhu. Selain itu, apabila terdapat kegiatan organisasi, atau kegiatan
lainnya, maka apabila telah sampai pada waktu salat, para mahasiswa cenderung saling
mengingatkan dan melakukan salat berjamaah.
2. Menjaga kebersihan dikala pandemi
Thaharah yang telah dibahas diatas juga merupakan upaya untuk menjaga
kebersihan lingkungan atau tempat kita.
Menjaga kebersihan terkait kepentingan orang banyak merupakan bagian dari
perintah agama, dengan menjaga kebersihan terutama anggota badan yang terbuka dan
aktif melakukan kegiatan akan mencegah kuman dan kotoran (Nurdin, 2020).
Menjaga kebersihan disini ialah seperti mencuci tangan dari kotoran. Terlebih
disaat pandemic seperti saat ini, kita harus menjaga diri kita dan orang lain dengan cara
melaksanakan protocol Kesehatan. Hal tersebut terlihat telah diterapkan oleh mahasiswa
unissula. Dengan adanya vasilitas handsanitizer di unissula, para mahasiswa
menggunakan handsanitizer tersebut untuk menghilangkan kotoran skaligus turut dalam
upaya menjaga protocol Kesehatan.
3. Menghilangkan kotoran
Menghilangkan najis ini seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, yaitu bahwa
kotoran yang dimaksut disini bukan hanya kotoran yang dapat dihilangkan dengan
berwudhu, dengan air mutlak, mandi ataupun cara lainnya tetapi kotoran disini juga
mengacu pada kotoran yang ada di dalam hati contohnya ialah seperti yang telah
diterapkan di dalam lingkup Unissula, diantaranya ialah :
a.) Dalam proses pembelajaran, para mahasiswa saling menghargai pendapat mahasiswa
lain Ketika menyampaikan pendapat di dalam kelas alih-alih memandang rendah
pendapat dari teman kelas tersebut.
b.) Selain itu mahasiswa juga saling mengingatkan perihal jadwal pengumpulan tugas
sehingga menolong teman kelas yang lupa jadwal pengumpulan tugas. Tindakan
tersebut memperlihatkan bahwa adanya upaya agar mahasiswaa lain tidak mengalami
penderitaan.
c.) Memberi ucapan selamat dan support atas pencapaian mahasiswa lain. Hal tersebut
menunjukkan bahwa di dalam hati tidak ada rasa iri dengan pencapaian orang lain

2.2 Keteladanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa keteladanan
memiliki kata dasar “teladan” yang artinya perihal yang dapat ditiru atau dicontoh. Hal
ini berbeda ketika arti keteladanan dinyatakan dalam Bahasa Arab. Dalam bahasa Arab,
istilah keteladanan diungkapkan dengan kata uswah. Uswah ini berakar dari huruf
hamzah, sin, dan waw, yang secara etimologi berarti penyembuhan dan perbaikan. Kata
ini kemudian diartikan dengan sesuatu yang diikuti oleh orang yang sedih. Sedangkan
secara terminology, Al-Raghib Al-Ashfahaani mengatakan bahwa uswah adalah suatu
keadaan ketika seseorang mengikuti orang lain, dalam kebaikan, kejelekan atau
kerusakan. Dengan berdasar pada pengertian ini, maka dapat dipahami bahwa kata uswah
itu ada yang tertuju pada kebaikan dan ada yang tertuju pada kejelekan. Akan tetapi, kata
yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu yang diikuti yang membawa kebaikan.
Pengungkapan kata uswah dalam Al-Qur’an dinyatakan dalam Q.S.
Al-Ahzab/33:21, yang berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.”
Dalam Q.S. Ahzab/33:21 dinyatakan bahwa Rasulullah s.a.w. sebagai teladan
yang harus diikuti oleh umat Islam. Keteladanan beliau diungkapkan dengan uswah
hasanah, yakni teladan yang baik. Ayat ini menjadi dasar bahwa segala yang berasal dari
beliau, hendaknya harus diikuti. Segala perkataan, perbuatan, tindakan yang beliau
lakukan, baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadi dalam keluarga, dalam
masyarakat, dan dalam kehidupan yang menyangkut kehidupan orang banyak (baca:
bernegara) hendaknya dijadikan contoh oleh umat Islam. Hal ini terlebih jika yang beliau
lakukan berkaitan dengan hukum-hukum syara’. Dalam hal ini, maka mengikutinya
adalah suatu kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Berbagai bentuk perilaku dan ucapan
yang berhubungan dengan pelaksanakan suatu ibadah mahdlah, suatu ibadah dalam
hubungan antara manusia dengan Allah harus dijadikan panutan.
Sikap teladan adalah suatu sikap yang dapat dicontoh dalam perilaku positif yang
dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap teladan merupakan sesuatu yang
patut ditiru atau baik untuk dicontoh , baik tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan
sebagainya. Mahasiswa yang memiliki sifat teladan di lingkungan perkuliahan
menyangkut sikap dan tingkah laku mahasiswa sehari-hari. Mahasiswa yang pantas
mendapatkan julukan mahasiswa yang memiliki sifat teladan adalah mahasiswa yang
dapat dijadikan contoh dan model bagi temannya. Mahasiswa teladan mengajak teman-
temannya bersikap, bertingkah laku serta berpenampilan melalui tauladan dan contoh
pribadinya. Teladan yang berupa perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar
pengaruhnya dibandingkan dengan kata-kata.
Dalam makalah ini, kami mengambil contoh sikap teladan dari mahasiswa
mahasiswi yang ada di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung
(Unissula) Semarang. Unissula merupakan salah satu universitas terkemuka di Indonesia
dan tertua di Jawa Tengah yang berada di Semarang yang mampu memadukan antara
kebutuhan dunia dan kebutuhan akhirat secara bersama-sama. Nilai-nilai keislaman inilah
yang menjadi ruhnya Unissula. Unissula sebagai universitas Islam terkemuka telah
mencanangkan sebuah haluan besar dalam pendidikannya, yakni “bismillah membangun
generasi khaira ummah.”
Guna merealisasikan hal itu dilakukan melalui strategi pendidikan yang
diimplementasikan melalui Budaya Akademik Islami (BudAi). BudAi secara resmi
dideklarasikan pada tanggal 18 Agustus 2005. BudAi di sini bukan sekadar semboyan
atau motto belaka, tetapi menjadi ruh yang menghidupkan seluruh sendi universitas.
Strategi pendidikan yang ber-BudAi pada intinya berisi penguatan ruhiyah dan penguatan
Iptek. Penguatan ruhiyah yang dimaksud adalah penguatan akidah, ibadah, dan akhlak
yang dikemas dalam gerakan pembudayaan yang meliputi gerakan shalat berjama’ah,
gerakan berbusana islami, gerakan thaharah, gerakan keteladanan, gerakan keramahan
islami, dan gerakan peningkatan kualitas hidup. Adapun penguatan Iptek terdiri atas
semangat iqra’ untuk mengembangkan budaya literasi, mengembangkan Iptek atas dasar
nilai-nilai Islam, Islamic Learning Society, dan apresiasi Iptek.
Sikap mahasiswa mahasiswi yang teladan di lingkungan Fakultas Ekonomi
Unissula yaitu seperti:
a) Mematuhi peraturan dan tata tertib yang ada di lingkungan FE Unissula. Di FE
terdapat beberapa peraturan seperti :
1. Bagi mahasiswa yang berambut panjang akan dipotong saat itu juga
2. Bagi mahasiswi yang berbusana tidak sesuai dengan BudAI akan dipinjami
busana dari FE dan harus dipakai seharian.
3. Wajib memakai masker dan tidak berkerumun guna memutus penyebaran
pandemi.
4. Dilarang merokok.
5. Kampus FE ditutup pada pukul 5 sore.
b) Hormat dan santun kepada seluruh dosen dan staf FE Unissula dengan mendirikan
5S yaitu senyum, sapa, salam, sopan, santun.
c) Berpakaian sesuai nilai-nilai Islam yang bertujuan umtuk menjaga diri dari
pandangan-pandangan buruk.
 Ketentuan pakaian laki-laki
1. Memakai kemeja rapi dan sopan
2. Rambut pendek dan rapi
3. Memakai celana kain dan tidak boleh ketat
4. Menggunakan kaos kaki
5. Menggunakan sepatu
 Ketentuan pakaian perempuan
1. Menggunakan jilbab yang menutup dada
2. Rambut tidak terlihat
3. Pakaian tidak ketat dan tidak tembus pandang
4. Menggunakan rok yang tidak ketat atau boleh menggunakan kulot
yang panjangnya sampai mata kaki
5. Menggunakan kemeja, gamis, atau tunik
6. Menggunakan kaos kaki
7. Menggunakan sepatu
d) Berbicara sopan kepada dosen dan tidak berkata kasar kepada teman.
Menghormati kakak tingkat dan tidak semena-mena dengan adik tingkat.
e) Menjadi mahasiswa/i yang aktif dan berprestasi. Aktif di kelas maupun mengikuti
organisasi, seperti Himpunan, BEM, UKM. Mengikuti kegiatan-kegiatan positif
lainnya, seperti seminar nasional, lomba, pertukaran mahasiswa ke luar negeri,
dan sebagainya.
Menjadi seorang mahasiswa janganlah tanggung-tanggung. Jadilah mahasiswa
yang hebat dan teladan. Jadilah mahasiswa yang dikenal dan diperhitungan di setiap
keberadaan, berprestasi, diperhatikan oleh dosen, dan menjadi panutan bagi mahasiswa
lainnya. Jadilah mahasiswa yang cerdas. Mahasiswa hebat ditandai dengan indikator-
indikator, (1) kualitas diri; (2) integritas moral; (3) Motivasi belajar yang luar biasa; (4)
komitmen (punya tanggung jawab melanjutkan studi dan lulus tepat pada waktunya); (5)
memiliki strategi belajar yang pas dengan kemampuannya, dan yang terpenting lagi
adalah (6) Mutakhir (mampu menyesuaikan diri dengan wawasan perkembangan global).
Sikap keteladanan seorang mahasiswa dapat mempengaruhi keinginan untuk meraih
kesuksesan besar dalam belajar. Mahasiswa hebat yang teladan, berprestasi, cerdas,
idealis, dan berakhlakul karmah adalah aset bangsa ini. Kita adalah vitamin untuk
menyegarkan jiwa bangsa ini yang lesu. Kita adalah berlian di antara bebatuan yang
berserakan.

2.3 Penerapan Akhlak Mulia di lingkungan Fakultas Ekonomi Unissula

Akhlak berasal dari bahasa Arab “khuluqun” yang berarti perangai, tabiat, adat
atau “khalqun” yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu
berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. Secara sosiologis di
Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak
berarti orang yang berbudi baik. Secara umum akhlak Islām dibagi menjadi dua, yaitu
akhlak mulia dan akhlak tercela. Akhlak mulia harus diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, sedangkan akhlak tercela harus dijauhi jangan sampai dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dari pemaparan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan akahlak adalah suatu sifat, perangai, tabiat atau tingkah laku yang
timbul dengan mudah tanpa terikir terlebih dahulu.
Islam mengajarkan, bahwa pembentukan akhlak yang mulia berawal dari proses
pendidikan dengan internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an serta bentuk
amaliyah dengan uswah hasanah dari Nabi Muhammad SAW. Jadi pilar-pilar
pembentukan karakter Islam bersumber pada al-Qur’an, Sunah, dan keteladanan Nabi
Muhammad SAW. Oleh karenanya, segala bentuk rumusan tujuan dari pendidikan Islam
pun mesti bertujuan untuk pembentukan pribadi-pribadi yang ber-akhlak mulia. Hal ini
sesuai dengan kutipan dari Abbudin Natta dalam bukunya “Akhlak Tasawuf”:
“Bila berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan
pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa
tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athyah alAbrasyi misalnya
mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan
pendidikan Islam. Demikian pula Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa tujuan utama
pendidikan Islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap Muslim, yaitu menjadi
hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepadaNya dengan
memeluk agama Islam.”
Penerapan akhlak mulia dalam Fakultas Ekonomi Unissula dapat dilihat dari mahasiswa-
mahasiswinya yang sudah berbusana sesuai BudAI. Karena jika tidak berbusana sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka akan ada sanksi yang telah ditentukan. Selain itu,
memang sudah seharusnya jika mahasiswa FE Unissula wajib menggunakan pakaian
yang syar’i karena Unissula merupakan universitas islam dan memiliki nilai-nilai
keislaman yang kuat. Berpakaian dan berpenampilan sesuai BudAI tidak hanya berlaku di
FE saja melainkan untuk semua fakultas di kampus Unissula.
Selain berpakaian dan berpenampilan sesuai BudAi, penerapan akhlak mulia
dalam linkgup FE Unissula juga dapat dilihat dari ibadah yang dilakukan oleh
mahasiswanya. Mahasiswa-mahasiswi di FE Unissula banyak yang mengikuti solat
fardhu maupun solat jumat jamaah di masjid Unissula. Tak hanya itu, banyak pula yang
melaksanakan solat sunnah di masjid.
Mahasiwa dan mahasiswi FE Unissula sudah banyak yang bisa membaca Al-
Quran dengan fasih atau sesuai dengan kaidah tajwid yang benar) maupun yang masih
belajar untuk melafalkannya sesuai dengan kaidah tajwid yang benar. Ada ketentuan
wajib untuk mahasiswa maupun mahasiswi yang ingin menjadi ketua organisasi
mahasiswa di FE Unissula yaitu lancar membaca Al-Quran, hafal tartil, dan fasih
melantunkan 3 surat pendek Al-Quran dalam juz 30.
Akhlak mulia juga dapat dilihat dari kemampuan bersosialisasi dengan baik, di
dalam maupun di luar lingkungan sekolah serta kemandirian dan tanggung jawab
terhadap diri dan lingkungan. Tanggung jawab terhadap lingkungan seperti menjaga
kebersihan lingkungan kampus, membuang sampah di tempatnya, menolong teman-
teman yang kesulitan.
BAB III
KESIMPULAN
Peradaban tidak dapat terlepas dari adanya peran Pendidikan. Pendidikan disini bukan hanya
akan memberi output berupa kecerdasan semata namun juga sikap yang semaakin baik dan
dewasa. Begitu juga yang terjadi pada peradaban di Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Dalam strategi BudAI atau Budaya Akademik Islami yang diterapkan pada seluruh kegiatan di
Universitas, maka tentu akan memberi dampak positif pada lulusan Unissula karena BudAi
sendiri bersumber dari nilai-nilai Islami. Hal tersebut terbukti dengan peradaban di Unissula
yang sangat terasa nilai-nilai islaminya di dalam kegiatan perkuliahan. Selain peran besar
Unissula melalui BudAI, peran masing-masing individu juga berpengaruh pada pemabngunan
peradaban. Hal tersebut terlihat dari kesadaran berpakaian sesuai dengan BudAI, kesadaran
untuk saling mengingatkan teman apabila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran islam,
kemudian juga saling mengajak dalam kebaikan yaitu Ketika masuk waktu salat maka para
mahasiswa telah sadar akan kewajiban melaksanakan salat, berwudhu dan juga saling mengajak
untuk melakukan salat Bersama. Dari beberapa hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembiasaan budaya yang baik seperti thaharah, keteladanan, dan mewujudkan akhlak mulia di
tengah diterapkannya BudAI sangat berpengaruh dalaam pembangunan peradaban di Unissula.

DAFTAR PUSTAKA
Az-Zuhaili, W. (2011). Fiqih Islam Wa’adillatuhu. Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk.
Cet.1 Jakarta: Gema Insani.

Qotadah, H. A. (2020). Covid-19: Prayers Performance of Medical Team Without


ablution and Tayammum Based On Four Madhab Fiqh. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i,
7(10), 855-874.
Maawiyah, A. (2016). Thaharah sebagai kunci ibadah. Sarwah: Journal of Islamic
Civilization and Thought, 15(2).

Nurdin, (2020). THE CULTURE OF THAHARAH IN IN CORONA VIRUS


PANDEMIC: An Offer to Prevent the Spread of Covid19 with Islamic Jurisprudence Approach.
Madania: Jurnal Kajian Keislaman, 24(2).
Hidayat, N., Tulungagung, I., Mayor, J., & Timur, S. (2015). METODE KETELADANAN
DALAM PENDIDIKAN ISLAM (Vol. 03, Issue 02).

Manan, S. (2017). PEMBINAAN AKHLAK MULIA MELALUI KETELADANAN DAN


PEMBIASAAN (Vol. 15, Issue 1).

  

Anda mungkin juga menyukai