Anda di halaman 1dari 5

Hadats Kecil dan Tata Cara Mensucikannya

Hadats Kecil

Pengertian  Hadast

Istilah hadast menurut bahasa berasal dari kata hadatha yang berarti peristiwa,


sedangkan menurut istilah syara’ berarti suatu keadaan tidak suci pada diri
seseorang sehingga tidak sah atau dilarang melakukkan ibadah.

Hadast kecil adalah suatu keadaan tidak suci pada diri seseorang sampai melakukan
wudhu’ atau bertayamum karena alasan yang diperbolehkan syara’. Misalnya Seseorang
yang baru saja bangun tidur lalu langsung mengerjakan shalat maka shalatnya tidak
sah, karena dengan tidur ia berada dalam keadaan tidak suci dari hadast
kecil.  Berdasarkan pengertian ini maka cara bersuci dari hadast kecil adalah
dengan berwudhuk atau bertayamum. Sabda Rasulullah yang
artinya  Rasulullah  SAW  bersabda :  Allah  tidak  menerima  shalat seseorang
apabila ia  dalam keadaan berhadast sebelum ia berwudhuk (HR. Muttafaqun alaih)

Ciri-ciri Hadats Kecil

Mengeluarkan sesuatu dari qubul dan dubur seperti kentut, kencing, tahi
dan mazi. Firman Allah QS. Annisa’ ayat  43 yang artinya … atau datang dari tempat
air … (QS; An-Nisa’ ; 43)

Hilang akal, misalnya kena mabuk, gila atau tidur.  Firman Allah Swt yang artinya
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu shalat, sedangkan kamu      dalam
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan… (QS. An-Nisa’ : 43)

Bersentuhan kulit laki-laki dan kulit perempuan yang bukan muhrim. Firman Allah QS.
Annisa’ ayat  43 yang artinya … dan kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu
tidak mendapatkan  Air maka bertayamumlah. (QS; An-Nisa’ : 43)

Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan atau jari yang tidak memakai tutup. Sabda
Rasulullah SAW yang artinya ”Siapa yang menyentuh kemaluannya, janganlah shalat
sehingga berwudhuk terlebih dahulu (HR; Abu Daud)

Istinja’

Pengertian Istinja’

Istinja’ menurut bahasa adalah terlepas atau selamat. Sedangkan menurut istilah


adalah :  Bersuci atau membersihkan kotoran yang keluar dari qubul atau dubur, baik
sesudah buang air besar atau kecil. Hukum istinjak adalah wajib karena untuk
menjaga kebersihan.

Syarat-syarat istinja’ adalah :

Batu atau benda itu keras dan harus suci

Batu atau benda itu tidak bernilai


Sekurang-kurangnya tiga kali.

Najis yang dibersihkan belum kering.

Dengan demikian, maka istinjak dapat dilakukan dengan cara :

Membasuh tempat keluarnya najis dengan air sampai bersih

Membersihkan dengan batu atau alat lainnya sampai bersih sekurang-kurangnya dengan
tiga buah batu atau benda lain yang kesat atau keras.

Dibersihkan terlebih dahulu dengan batu kemudian dibasuh dengan air.

Adab Buang Air 

Adab yang berkaitan dengan tempat buang hajat

Jangan buang hajat di jalan yang dilalui orang atau tempat berteduh

Jangan buang hajat dilubang baik yang ada ditanah ataupun di dinding

Pada air tergenang

Adab yang berkaitan dengan keluar masuk tempat buang air

Mendahulukan kaki kiri ketika masuk WC dan menduhulukan kaki kanan ketika keluar

Jangan berkata-kata selama dalam WC

Membaca do’a sebelum masuk dan waktu keluar dari WC

Do’a masuk WC ”Ya, Allah sesungguhnya aku berlindung kepada engkau dari syetan
laki- laki dan syetan perempuan”

Do’a keluar WC ”Puji-pujian bagi Allah yang telah mengeluarkan penyakit dari diriku
dan telah mengembalikan kesehatanku.”

Adab yang berkenaan dengan arah

Dilarang buang hajat dengan menghadap kiblat atau membelakanginya terutama bila hal
itu dilakukan ditempat terbuka atau tidak ada penutupnya atau dalam suatu tempat
yang bukan khusus disediakan untuk itu.

Adab yang berhubungan dengan sikap

Tidak membawa masuk benda yang didalamnya terdapat zikir kepada Allah.

Tidak memandang keatas atau kemaluan

Dimakruhkan berbicara, bernyanyi atau melakukan pekerjaan

Menggunakan tangan kiri ketika membersihkan tempat keluarnya kotoran


Alat-alat yang digunakan untuk istinja

Istinja dapat dilakukan dengan air atau benda selain air atau benda yang keras dan
kesat seperti batu, kertas atau daun-daun yang sudah kering

Wudhu’

Pengertian Wudhu’

Kata wudhu’ berasal dari bahasa arab ( ‫ﻭ ُﺿﻭﺃ‬  )  yang


ُ berarti bersih. Sedangkan
menurut istilah, wudhu’ berarti membersihkan anggota wudhu’ untuk menghilangkan
hadast kecil. Wudhu’ merupakan syarat sah shalat. Orang Yang hendak melakukan
shalat diwajibkan berwudhu’ terlebih dahulu. Firman Allah yang artinya “Hai orang-
orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka   basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan mata kaki …” (QS;Al-Maidah;5)

Syarat dan Rukun Wudhu’

Syarat-syarat wudhu’ yaitu:

Islam

Mumayyiz yaitu bisa membedakan yang baik dan yang buruk

Tidak berhadast besar

Menggunakan air yang suci dan mensucikan

Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit anggota wudhu’

Rukun Wudhu’

Rukun wudhu’ yaitu segala sesuatu yang harus dikerjakan ketika berwudhu’. Apabila
salah satu dari rukun wudhu’ tidak dikerjakan maka wudhu’nya batal atau tidak sah.

Rukun wudhu’ ada 6 (enam) macam :

Niat “Saya berniat wudhu’ untuk berhadast kecil karena Allah Ta’ala”

Membasuh muka mulai dari tumbuhnya rambut kepala sampai bawah dagu dan dari telinga
kanan hingga telinga kiri.

Membasuh kedua tangan sampai siku

Mengusap atau menyapu kepala

Membasuh dua kaki hingga mata kaki

Tertib , yaitu melakukan rukun wudhu’ mulai dari urutan pertama sampai dengan yang
terakhir secara berurutan
Sunat Wudhu’

Sunat wudhu’ adalah perkara-perkara yang dianjurkan untuk dilakukan saat wudhu’.
Perbuatan yang apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak
berdosa. Sunat-sunat wudhu’ antara lain :

Membaca basmalah ketika memulai wudhu’

Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan sebelum memulai wudhu’

Berkumur-kumur

Memasukkan air kedalam hidung kemudian mengeluarkannya lagi

Mengusap seluruh kepala

Mengusap dua daun telinga luar dan dalam

Membasuh tiap-tiap anggota wudhu’ sebanyak tiga kali

Menyele-nyela anak jari kedua tangan dan kedua kaki

Mendahulukan anggota yang kanan dari anggota yang kiri

Dilakukan tanpa pertolongan orang lain kecuali dalam keadaan sakit

Membasuh anggota wudhu’ dilakukan secara berturut-turut.

Tidak berbicara dalam berwudhu’

Membaca do’a sesudah berwudhu’

“Aku bersaksi tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah Yang Maha Esa,
tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad r adalah hamba dan
utusanya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang senantiasa bertaubat,
dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang selalu mensucikan diri.“ (HR:
Tirmizi).

Hal- hal yang membatalkan wudhu’

Keluar sesuatu dari salah satu dua pintu (qubul dan dubur)

Hilang akal, baik karena mabuk atau gila

Bersentuhan kulit antara kulit laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa yang
keduanya bukan mahram

Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan, baik kemaluan sendiri maupun kemaluan
orang lain.

Kegunaan Wudhu’ dan hukumnya

Untuk segala macam solat hukumnya wajib.

Untuk Thawaf di Ka'bah, thawaf apa saja, hukumnya wajib.

Sewaktu hendak membaca Al-Qur'an hukumnya sunnat


Sewaktu hendak tidur atau lain-lain perbuatan yang baik, hukumnya sunnat

Fadhilah Wudhu’

Mengeluarkan dosa-dosa dari tubuh, sebagaimana hadits Nabi Saw. Dari Utsman bin
Afan t, ia berkata: “Rasulullah r bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu lalu
menyempurnakan wudhunya maka keluarlah dosa-dosanya dari tubuhnya bahkan dosa-dosa
itu keluar dari  bawah kukunya juga keluar”. (HR. Muslim)

Mendapatkan balasan surga dari Allah Swt sebagaimana hadits nabi yang artinya Dari
Uqbah bin 'Amir bahwa dia mendengar Nabi saw  bersabda: "Tidaklah seorang muslim
berwudhu dengan sempurna kemudian mendirikan shalat dua rakaat dengan hati dan
wajah yang penuh kekhusyuan niscaya wajib baginya mendapatkan balasan
surga". ( H.R. Muslim ).

Anda mungkin juga menyukai