Anda di halaman 1dari 4

Materi Fiqih Kelas VII MTs - Thaharah Bagian 2 Hadats Kecil dan Tata Cara

Mensucikannya
Oleh Ajoefahmi

Hadats Kecil dan Tata Cara Mensucikannya


Hadats Kecil
Pengertian Hadast
Istilah hadast menurut bahasa berasal dari kata hadatha yang berarti peristiwa, sedangkan
menurut istilah syara’ berarti suatu keadaan tidak suci pada diri seseorang sehingga tidak sah
atau dilarang melakukkan ibadah.

Hadast kecil adalah suatu keadaan tidak suci pada diri seseorang sampai melakukan wudhu’
atau bertayamum karena alasan yang diperbolehkan syara’. Misalnya Seseorang yang baru
saja bangun tidur lalu langsung mengerjakan shalat maka shalatnya tidak sah, karena dengan
tidur ia berada dalam keadaan tidak suci dari hadast kecil. Berdasarkan pengertian ini maka
cara bersuci dari hadast kecil adalah dengan berwudhuk atau bertayamum. Sabda Rasulullah
yang artinya Rasulullah SAW bersabda : Allah tidak menerima shalat seseorang
apabila ia dalam keadaan berhadast sebelum ia berwudhuk (HR. Muttafaqun alaih)

Ciri-ciri Hadats Kecil

 Mengeluarkan sesuatu dari qubul dan dubur seperti kentut, kencing, tahi
dan mazi. Firman Allah QS. Annisa’ ayat 43 yang artinya … atau datang dari tempat
air … (QS; An-Nisa’ ; 43)
 Hilang akal, misalnya kena mabuk, gila atau tidur. Firman Allah Swt yang artinya
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu shalat, sedangkan kamu dalam
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan… (QS. An-Nisa’ : 43)
 Bersentuhan kulit laki-laki dan kulit perempuan yang bukan muhrim. Firman Allah
QS. Annisa’ ayat 43 yang artinya … dan kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapatkan Air maka bertayamumlah. (QS; An-Nisa’ : 43)
 Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan atau jari yang tidak memakai
tutup. Sabda Rasulullah SAW yang artinya ”Siapa yang menyentuh kemaluannya,
janganlah shalat sehingga berwudhuk terlebih dahulu (HR; Abu Daud)

Istinja’
Pengertian Istinja’
Istinja’ menurut bahasa adalah terlepas atau selamat. Sedangkan menurut istilah
adalah : Bersuci atau membersihkan kotoran yang keluar dari qubul atau dubur, baik
sesudah buang air besar atau kecil. Hukum istinjak adalah wajib karena untuk menjaga
kebersihan.

Syarat-syarat istinja’ adalah :

 Batu atau benda itu keras dan harus suci


 Batu atau benda itu tidak bernilai
 Sekurang-kurangnya tiga kali.
 Najis yang dibersihkan belum kering.
 Dengan demikian, maka istinjak dapat dilakukan dengan cara :
 Membasuh tempat keluarnya najis dengan air sampai bersih
 Membersihkan dengan batu atau alat lainnya sampai bersih sekurang-kurangnya
dengan tiga buah batu atau benda lain yang kesat atau keras.
 Dibersihkan terlebih dahulu dengan batu kemudian dibasuh dengan air.

Adab Buang Air


Adab yang berkaitan dengan tempat buang hajat

 Jangan buang hajat di jalan yang dilalui orang atau tempat berteduh
 Jangan buang hajat dilubang baik yang ada ditanah ataupun di dinding
 Pada air tergenang

Adab yang berkaitan dengan keluar masuk tempat buang air

 Mendahulukan kaki kiri ketika masuk WC dan menduhulukan kaki kanan ketika
keluar
 Jangan berkata-kata selama dalam WC
 Membaca do’a sebelum masuk dan waktu keluar dari WC
 Do’a masuk WC ”Ya, Allah sesungguhnya aku berlindung kepada engkau dari syetan
laki- laki dan syetan perempuan”
 Do’a keluar WC ”Puji-pujian bagi Allah yang telah mengeluarkan penyakit dari
diriku dan telah mengembalikan kesehatanku.”

Adab yang berkenaan dengan arah

 Dilarang buang hajat dengan menghadap kiblat atau membelakanginya terutama bila
hal itu dilakukan ditempat terbuka atau tidak ada penutupnya atau dalam suatu tempat
yang bukan khusus disediakan untuk itu.

Adab yang berhubungan dengan sikap

 Tidak membawa masuk benda yang didalamnya terdapat zikir kepada Allah.
 Tidak memandang keatas atau kemaluan
 Dimakruhkan berbicara, bernyanyi atau melakukan pekerjaan
 Menggunakan tangan kiri ketika membersihkan tempat keluarnya kotoran

Alat-alat yang digunakan untuk istinja


Istinja dapat dilakukan dengan air atau benda selain air atau benda yang keras dan kesat
seperti batu, kertas atau daun-daun yang sudah kering
Wudhu’
Pengertian Wudhu’
Kata wudhu’ berasal dari bahasa arab ( ‫ ) ُﻭ ُﺿﻭﺃ‬yang berarti bersih. Sedangkan menurut
istilah, wudhu’ berarti membersihkan anggota wudhu’ untuk menghilangkan hadast
kecil. Wudhu’ merupakan syarat sah shalat. Orang Yang hendak melakukan shalat
diwajibkan berwudhu’ terlebih dahulu. Firman Allah yang artinya “Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
mata kaki …” (QS;Al-Maidah;5)

Syarat dan Rukun Wudhu’


Syarat-syarat wudhu’ yaitu:

 Islam
 Mumayyiz yaitu bisa membedakan yang baik dan yang buruk
 Tidak berhadast besar
 Menggunakan air yang suci dan mensucikan
 Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit anggota wudhu’

Rukun Wudhu’
Rukun wudhu’ yaitu segala sesuatu yang harus dikerjakan ketika berwudhu’. Apabila salah
satu dari rukun wudhu’ tidak dikerjakan maka wudhu’nya batal atau tidak sah.
Rukun wudhu’ ada 6 (enam) macam :

1. Niat “Saya berniat wudhu’ untuk berhadast kecil karena Allah Ta’ala”
2. Membasuh muka mulai dari tumbuhnya rambut kepala sampai bawah dagu dan dari
telinga kanan hingga telinga kiri.
3. Membasuh kedua tangan sampai siku
4. Mengusap atau menyapu kepala
5. Membasuh dua kaki hingga mata kaki
6. Tertib , yaitu melakukan rukun wudhu’ mulai dari urutan pertama sampai dengan
yang terakhir secara berurutan

Sunat Wudhu’
Sunat wudhu’ adalah perkara-perkara yang dianjurkan untuk dilakukan saat wudhu’.
Perbuatan yang apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak
berdosa. Sunat-sunat wudhu’ antara lain :

1. Membaca basmalah ketika memulai wudhu’


2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan sebelum memulai
wudhu’
3. Berkumur-kumur
4. Memasukkan air kedalam hidung kemudian mengeluarkannya lagi
5. Mengusap seluruh kepala
6. Mengusap dua daun telinga luar dan dalam
7. Membasuh tiap-tiap anggota wudhu’ sebanyak tiga kali
8. Menyele-nyela anak jari kedua tangan dan kedua kaki
9. Mendahulukan anggota yang kanan dari anggota yang kiri
10. Dilakukan tanpa pertolongan orang lain kecuali dalam keadaan sakit
11. Membasuh anggota wudhu’ dilakukan secara berturut-turut.
12. Tidak berbicara dalam berwudhu’

Membaca do’a sesudah berwudhu’


“Aku bersaksi tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah Yang Maha Esa, tiada
sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad r adalah hamba dan utusanya.
Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang senantiasa bertaubat, dan jadikanlah
aku termasuk orang-orang yang selalu mensucikan diri.“ (HR: Tirmizi).

Hal- hal yang membatalkan wudhu’

 Keluar sesuatu dari salah satu dua pintu (qubul dan dubur)
 Hilang akal, baik karena mabuk atau gila
 Bersentuhan kulit antara kulit laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa yang
keduanya bukan mahram
 Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan, baik kemaluan sendiri maupun
kemaluan orang lain.

Kegunaan Wudhu’ dan hukumnya

 Untuk segala macam solat hukumnya wajib.


 Untuk Thawaf di Ka'bah, thawaf apa saja, hukumnya wajib.
 Sewaktu hendak membaca Al-Qur'an hukumnya sunnat
 Sewaktu hendak tidur atau lain-lain perbuatan yang baik, hukumnya sunnat

Fadhilah Wudhu’

 Mengeluarkan dosa-dosa dari tubuh, sebagaimana hadits Nabi Saw. Dari Utsman bin
Afan t, ia berkata: “Rasulullah r bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu lalu
menyempurnakan wudhunya maka keluarlah dosa-dosanya dari tubuhnya bahkan
dosa-dosa itu keluar dari bawah kukunya juga keluar”. (HR. Muslim)
 Mendapatkan balasan surga dari Allah Swt sebagaimana hadits nabi yang
artinya Dari Uqbah bin 'Amir bahwa dia mendengar Nabi saw bersabda: "Tidaklah
seorang muslim berwudhu dengan sempurna kemudian mendirikan shalat dua rakaat
dengan hati dan wajah yang penuh kekhusyuan niscaya wajib baginya mendapatkan
balasan surga". ( H.R. Muslim ).

Anda mungkin juga menyukai