Anda di halaman 1dari 26

I.

Pendahuluan

Tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah,


sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an “Tiadalah aku ciptakan
Jin dan Manusia melainkan untuk ibadah”. Artinya ibadah menjadi
bahagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab
itu ia tidak dapat ditinggalkan dalam keadaan apapun. Namun
Islam memberikan toleransi dan keringanan jika suatu saat
terjadi keadaan yang memberatkan seorang muslim untuk
melaksanakan ibadah seperti sakit, musafir dan lain sebagainya.
Hal ini bertujuan untuk memelihara sifat dari ajaran Islam itu
sendiri yaitu mudah sekaligus menutup ruang untuk
meninggalkan ibadah.

II. Ibadah

Ibadah artinya mengabdi kepada Allah, diambil dari kata ‘abada,


ya’budu, ‘ibadah, maksudnya menggunakan segala upaya untuk
melaksanakan perintah Allah menjauhi larangannya. Dengan
makna ini, maka ibadah itu tidak terbatas hanya pada shalat saja,
tetapi mencakup segala aspek perbuatan manusia, sikap bahkan
gerak hati. Walaupun demikian lazimnya Istilah ibadah lebih
sering digunakan untuk menyebut ibadah-ibadah biasa seperti
shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya.

III. Ibdah Dalam Keadaan Sakit

Agama Islam memiliki prinsip bahwa syari’ah Islam itu adalah


mudah, sesuai dengan apa yang dinyatakan Allah di dalam al-
Qur’an
Firman Allah;
‫يد بِ ُك ُم الْ ُع ْسر‬
ُ ‫اَّللُ بِ ُك ُم الْيُ ْسَر َوال يُِر‬
‫يد ه‬ ُ ‫يُِر‬
Artinya;
“Allah menginginkan kemudahan bagi kamu dan ia tidak
menginginkan kesukaran”. (QS. Al-Baqarah, 185)

Begitu pula firman Allah;


ِ ‫وما جعل علَي ُكم ِِف‬
‫الدي ِن ِم ْن َحَرج‬ ْ ْ َ َ َ َ ََ
Artinya;
“Allah tidak menjadikan dalam agama itu kesulitan”. (QS. Al-Haj,
78)

Berdasarkan prinsip inilah Islam memberikan berbagai macam


kemudahan dalam pelaksanaan ajaran agama, terutama ketika
menghadapi keadaan yang menyebabkan seorang muslim merasa
sulit atau bahkan tidak mungkin melaksanakan suatu ibadah
kecuali dengan mendatangkan mudharat pada dirinya, seperti
bersuci dalam keadaan terluka, dimana jika ia melakukan sesuai
dengan tuntutannya, maka akan menyebabkan lukanya semakin
parah atau semakin lambat sembuhnya, dalam keadaan seperti ini
Islam memberikan keringanan untuk bersuci sesuai dengan
kemampuan yang lebih selamat untuk menghindari
kemudharatan, sebagaimana Rasulullah mengingatkan;
“Jangan memudharatkan dan jangan pula di mudharatkan”

a. Tata Cara Bersuci Bagi Orang Sakit

Bersuci maksudnya menghilangkan najis atau mengangkat


hadats baik pada badan, pakaian maupun tempat, sehingga
seorang dapat melaksanakan ibadah, karena suci dari najis
merupakan syarat sah suatu ibadah. Bersuci yang paling utama
itu adalah dengan menggunakan air baik dengan cara membasuh
dengan air, berwudhu’ maupun mandi. Namun jika terdapat
halangan seperti sakit atau luka pada anggota badan tertentu
sehingga tidak dapat menggunakan air atau dikhawatirkan akan
menyebabkan luka tersebut lambat sembuhnya, maka ia boleh
menggantikannya dengan tayammum, yaitu bersuci dengan
menggunakan debu yang suci.

1. Beruci Dari Najis

Najis adalah kotoran yang keluar dari tubuh manusia baik


berupa cairan seperti air kencing, mazi, darah maupun
benda padat seperti kotoran. Najis menjadi penghalang
seseorang melaksanakan ibadah sehingga ia dibersihkan,
adapun cara membersihkannya dapat dilakukan dengan
membasuh bahagian yang terkena oleh najis tersebut
menggunakan air yang bersih sehingga hilang sifat-sifat
najis tersebut seperti bau dan warna. Membersihkan najis
juga dapat dilakukan dengan menggunakan benda-benda
padat seperti batu, kain, dan benda yang lainnya yang lazim
digunakan untuk membersihkan najis. Namun cara ini hanya
di anjurkan ketika tidak dapat menggunakan air atau karena
ketiadaan air. Apabila orang yang sakit menemukan air dan
ia dapat menggunakannya, maka menggunakan air lebih
utama.

2. Besuci Dari Hadats

Hadats berbeda dengan najis, jika najis adalah kotoran yang


keluar dari tubuh manusia, maka hadats adalah hukum
kotornya diri manusia disebabkan terjadinya beberapa
keadaan seperti jim’a, mengeluarkan mani tanpa jima’,
keluar darah haid, nifas maupun karena tidak berwudhu’.
Hadats dibagi menjadi dua yaitu:

a. Hadats Kecil
Hadats kecil adalah hadats yang terjadi disebabkan
seseorang tidak berwudhu, secara zahir ia tampak bersih,
namun secara hukum ia disebut berhadats. Orang yang
berhadats kecil tidak dapat melakukan shalat sehingga ia
berwudhu’ firman Allah;
Artinya;
‫وه ُك ْم َوأَيْ ِديَ ُك ْم إِ ََل‬ ِ ِ ‫َي أَيُّها اله ِذين آَمنُوا إِ َذا قُمتم إِ ََل ال ه‬
َ ‫ص ََلة فَا ْغسلُوا ُو ُج‬ ُْْ َ َ َ َ
‫ي‬ ِ ‫الْمرافِ ِق وامسحوا بِرء‬
ِ ْ َ‫وس ُكم وأ َْر ُجلَ ُكم إِ ََل الْ َك ْعب‬
ْ َ ْ ُُ ُ َ ْ َ ََ
Artinya;
Wahai orang-orang beriman apabila kamu ingin
melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan kedua
tanganmu shingga sikut, dan sapulah sebahagian kepalamu
dan basuhlah kedua kakimu sehingga mata kaki. (QS. Al-
Maidah, 6)

a.1 Berwudhu’ Bagi Orang Sakit

Berwudu’ artinya menyampaikan air ke seluruh anggota


wudhu’ yaitu wajah, dua tangan sehingga siku, sebahagian
kepala dan mambasuh kaki sehingga mata kaki sebagaimana
dijelaskan dalam ayat diatas. Maka seseorang yang mampu
berwudhu’ sesuai dengan aturannya, ia dituntuk untuk
melakukannya, bahkan wudhu’nya tidak sah jika ia tidak
membasuh bahagian tertentu yang wajib ia basuh.
Namun jika ada halangan seperti penyakit atau luka pada
anggota wudhu’ atau anggota whudu’nya seperti tangan
ataupun kaki dalam keadaan dibalut dengan verban, maka ia
boleh mengambil kemudahan dengan cara sebagai berikut:
1. Membasuh yang sehat dan mengusap bahagian yang
sakit

Orang yang sakit dapat berwudhu’ dengan cara membasuh


bahagian anggota wudhu’ yang terbuka atau yang sehat dan
meninggalkan bahagian yang sakit. Kemudian mengusap
dengan lembut bahagian yang sakit sebagai ganti
membasuh.

2. Berwudhu’ Dalam Keadaan Pakai Verban

Adakalanya luka yang terdapat pada anggota wudhu


menyebabkan ia harus diverban untuk menghindari infeksi
atau untuk menetapkan kedudukan. Keadaan ini tentu
menyebabkan kesukaran sekiranya ia harus dibuka setiap
kali berwudhu, maka cukuplah dengan membasuh bahagian
yang terbuka dan mengusapkan air keatas bahagian yang
dibalut atau diverban sebagai ganti dari membasuh anggota
wudhu’ tersebut dengan air
Ini sama halnya dengan jika terdapat infus pada anggota
wudhu’ pasien, maka tidak perlu membuka infus, tapi cukup
dengan mengusap diatas yang tertutup dan membasuh yang
terbuka. Seperti gambar dibawah.
3. Berwudhu’ Dalam Keadaan Menggunakan
Kolostomi Bag
Kolostomi merupakan pembuatan sebuah lubang didinding
perut untuk mengeluarkan kotoran disebabkan terdapat
masalah dalam pembuangan normal. Lobang tersebut
dihubungkan dengan sebuah kantong yang disediakan untuk
menampung kotoran. Pasien yang menggunakan Kantong
Kolostomi atau kantong air kencing sama hukumnya dengan
orang yang mengalami sulusul baul (kencing terus menerus),
Dalam keadaan seperti ini wudhu’ dapat dilakukan seperti
biasa, adapun air seni yang keluar malalui saluran kolostomi
dihukum tidak membatalkan wudhu’ karena tidak mungkin
menghindarinya. Namun hendaklah dipastikan bahwa
kantong tidak bocor dan bahagian sekitarnya dalam keadaan
bersih.

4. Berwudhu’ dengan bantuan orang lain


Apalabila orang yang sedang sakit tidak dapat sama sekali
menggunakan air karena beratnya sakitnya, maka ia boleh
dibantu oleh orang lain untuk mewudhu’kannya. Adapun
caranya sama seperti wudhu’ orang yang sehat.
b. Hadas Besar
Hadats besar merupakan keadaan diri manusia disebut
kotor karena terjadi beberapa sebab yang mewajibkan
mandi seperti jima’ (hubungan suami istri)’, mengeluarkan
mani, haid dan nifas. Orang yang berhadats besar wajib
membersihkan diri dengan cara mandi sebagaiman firman
Allah;
‫َح ٌد ِمْن ُك ْم ِم َن‬
َ ‫ضى أ َْو َعلَى َس َفر أ َْو َجاءَ أ‬ َ ‫َوإِ ْن ُكْن تُ ْم ُجنُبًا فَاطههُروا َوإِ ْن ُكْن تُ ْم َم ْر‬
ً ِ‫صع‬
‫يدا طَيِبًا‬ ِ ِ ِِ
َ ‫الْغَائط أ َْو َال َم ْستُ ُم الن َساءَ فَلَ ْم ََت ُدوا َماءً فَتَ يَ هم ُموا‬
Artinya; “Dan janganlah kamu melaksanakan shalat sehingga
kamu mengerti apa yang kamu katakan, dan begitu pula
orang yang junub masuk masjid kecuali menyeberangi jalan
sehingga mereka mandi. (QS. Al-Maidah, 6)

Namun apabila ia tidak dapat menggunakan air disebabkan


sakit atau luka pada bahagian tertentu atau sakit yang di
khawatirkan lambat sembuhnya jika mengguanakan air,
maka ia boleh berpindah kepada tayammum.
c. Tayammum

Tayamum adalah manyapu wajah dan kedua tangan dengan


debu yang bersi. Ia merupakan pengganti wudhu’ dengan air
ketika tidak ada air atau tidak dapat menggunakan air.
Orang yang sedang sakit yang tidak dapat menggunakan air
disebabkan kekhawatiran semakin bertambah parahnya
penyakit, atau menjadi lambat sembuhnya, maka ia boleh
berpindah kepada tayammum. Adapun tata cara sebagai
berikut:

Tata cara bertayammum :


1. Berniat

َ ‫صَلَةِ َِّلل تَ َع‬


‫اَل‬ ‫ت الته يَ ُّم َم ِل ْستِباَ َح ِة ال ه‬
ُ ْ‫نَ َوي‬
Sengaja aku bertayammum untuk membolehkan shalat
karena Allah taala

2. Mengambil debu dengan dua telapak tangan

3. Mengusapkan kewajah dengan rata


4. Mengembil debu kembali
5. Mengusap kedua tangan sampai sikut di mulai dengan
tangan kanan

6. Tertib

3. Shalat Dalam Keadaan Sakit

Shalat merupakan ibadah paling utama bahkan ia dikatakan


sebagai tiangnya agama, artinya, tegaknya agama tergantung
dari dilaksanakannya shalat. Maka tidak heran kalau shalat
menjadi ibadah yang sama sekali tidak boleh di tinggalkan, ia
wajib dilaksanakan dalam keadaan apapun, baik ketika
bermukim maupun musafir, sehat maupun sakit, bahkan jika
tidak bisa berdiri ia boleh duduk, jika tidak bisa duduk maka
boleh dilakukan sesuai kemampuan.
Bagi orang yang sedang sakit, Islam telah memberikan
rukhshah (keringanan) dalam melaksanakan shalat, sehingga
shalat dapat dilaksanakan sesuai dengan keadaan dan
kemampuan. Berikut tata cara shalat dalam berbagai keadaan
orang yang sedang sakit:

1. Shalat di Tempat Tidur


Pada dasarnya shalat ditempat tidur sama dengan shalat
biasa, hanya saja orang yang sedang sakit tidak tidak wajib
berdiri, artinya ia boleh duduk sesuai dengan keadaan yang
memungkinkan.

a. Shalat Dalam Keadaan Duduk Kaki Bersimpuh


Orang yang sedang sakit dapat melaksanakan shalat dalam
keadaan duduk ditempat tidur, baik dengan cara bersimpuh,
bersila maupun selonjoran. Apabila memungkinkan untuk
menghadap kiblat, maka wajib baginya menghadap kiblat.
Tapi jika tidak maka ia boleh menghadap kearah mana saja,
seperti gambar berikut:
b. Shalat dalam keadaan kaki terjuntai
Orang yang sedang sakit juga dapat shalat ditempat tidur
dengan cara menjulurkan kaki, dalam posisi seperti ini samalah
dengan shalat diatas kursi, hanya saja ia dianjurkan sujud
seperti dalam shalat biasa jika memungkinkan, tapi jika tidak
mampu, cukuplah dengan membungkuk sedikit lebih rendah
dari pada keadaan ruku’, seperti pada gambar;

c. Shalat dalam Keadaan bersila


Jika tidak bisa bersimpuh, orang yang sakit boleh shalat dalam
keadaan duduk dan bersila, dalam keadaan ini ia cukup
membungkukkan badan untuk ruku’ dan sujud terutama jika
sujud ke lantai tidak bisa sebagaimana diperlihat gambar di
bawah;

d. Shalat dalam keadaan kaki selonjor


Dalam keadaan kaki selonjoran orang yang sedang sakit cukup
dengan membungkukkan badan untuk ruku’ dan sujur
sebagaimana shalat dalam keadaan bersila.
e. Shalat di atas kursi
Shalat diatas kursi sama halnya dengan shalat ditempat tidur
dengan menjulukan kaki, dengan demikian tatacaranya juga
sama yaitu orang yang shalat cukup membungkukkan badan
untuk Ruku’ dan sujud.

.
f. Shalat Dalam Keadaan Berbaring
Apabila orang yang sakit tidak dapat duduk, maka ia boleh
shalat dalam keadaan berbaring dengan cara manaikan sedikit
bahagian kepala tempat tidur sehingga ia berada dalam posisi
bersandar, boleh juga dibantu dengan sandaran tertentu
seperti bantal dan lain sebagainya. Kemudian selonjorkan
dengan mengarah kearah kiblat seperti gambar di bawah.
2. Shalat dalam keadaan miring
Shalat juga dapat dilakukan dengan posisi miring, dimana orang
sakit diarahkan kearah kiblat dengan cara miring ke sebelah
kanan badan. Adapun tata cara dan gerakan-gerakan seperti
takbir, tahayat dan lain sebagainya boleh ia lakukan sesuai
dengan kemampuan. Sedangkan ruku’ dan sujud cukuplah
dengan memberikan isyarat menggunakan kepala.

3. Shalat Dengan Isyarat


Jika orang yang sakit tidak mampu lagi melaksanakan shalat
dengan telentang atau miring, maka ia boleh melakukan shalat
dengan isyarat. Yaitu dengan cara menggerakan anggota badan
tertentu seperti mata, jari dan lainnya. Ia bisa memberikan
isyarat dengan cara memejamkan mata untuk ruku’ dan
kemudian memejamkannya sekali lagi lebih lama untuk sujud.

4. Ibadah Puasa Bagi Orang Sakit


Ibadah puasa merupakan kewajiban bagi orang-orang beriman
sebagaimana firman Allah;
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum
kamu, mudah-mudahan kamu menjadi orang-oang yang taqwa”.

Namun apabila dalam keadaan sakit, maka ia boleh


meninggalkannya dan menggantinya dibulan yang lain diluar
bulan ramadhan.
Para ulama Islam membagi sakit ini kepada dua keadaan:
1. Sakit menahun yang tidak ada harapan untuk sembuh.
Orang seperti ini tidak wajib berpuasa dan juga tidak wajib
mengqadhanya, tetapi ia boleh membayar Fidya sebanyak
hari puasa yang ia tinggalkan.
2. Sakit ringan atau sakit yang ada harapan sembuh, Orang
yang mengalami sakit ringan ada tiga keadaan:
a. Puasa tidak membahayakannya dan tidak pula menambah
para penyakit yang dideritanya, maka ia wajib berpuasa
karena tidak memiliki uzur yang membolehkan ia
meninggalkan puasa.
b. Puasa menjadi sangat berat baginya sekalipun tidak
membahayakan keselamatannya, maka orang seperti
lebih baik tidak berpuasa, dan berpuasa itu menjadi
makruh baginya.
c. Orang yang apabila berpuasa maka sakitnya akan
bertambah parah bahkan dapat membinasakannya, maka
diharamkan berpuasa.
Allah berfirman;
“Janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya
Allah sangat sayang kepadamu”

5. Haji Bagi orang Sakit


Ibadah haji sama dengan puasa yang memiliki syarat wajib
yaitu kesehatan badan, karena ia merupakan ibadah fisik, maka
apabila seseorang sakit yang menyebabkan ia tidak mungkin
melakukan ibadah haji, maka gugurlah kewajiban haji baginya,
sebagaimana firman Allah;
“Dan menjadi hak Allah yang harus diberikan manusia yaitu
haji kebaitullah bagi siapa yang mampu untuk melakukan
perjalanan kesana”
Mampu dalam ayat diatas memiliki tiga maksud:
1. Mampu secara finansial atau keuangan, yang mencakup
biaya perjalanan dan biaya hidup selama menunaikan
ibadah serta biaya orang yang ditinggalkan
2. Mampu secara fisik, artinya orang yang wajib haji itu adalah
orang yang sehat sehingga memungkinkan ia mengadakan
perjalanan dan menajalankan ibadah
3. Mampu dari aspek keamanan, dimana perjalan haji haruslah
aman bagi orang yang akan melakukan perjalan haji dan
tidak memiliki resiko keselamatan jiwa dan hartanya seperti
melalui daerah yang sedang dilanda perang

Sikap Seorang Muslim Dalam Menghadapi Penyakit


Sebelum menjelaskan do’a dan zikir ketika sakit, ada baiknya
dijelaskan perkara yang harus dimiliki oleh orang yang sedang
sakit yaitu:
1. Berbaik Sangka Kepada Allah
Sudah menjadi hukum Alam, bahwa keadaan hidup silih
berganti, ada senang ada pula susahnya, begitu pula ada
sehat mesti ada sakitnya. Semua itu sudah menjadi bahagian
dari kehidupan manusia yang tak dapat ditolak. Namun yang
pasti, Allah tidak memberikan sesuatu keadaan kepada
seorang hamba melainkan ada hikmah dibaliknya, sekalipun
awalnya terasa berat menerimanya,. Sebab itu, seorang
beriman mesti selalu berbaik sangka kepada Allah.
Allah berfirman;
‫َو َع َسى أَ ْن تَ ْكَرُهوا َشْي ئًا َوُه َو َخ ْْيٌ لَ ُك ْم َو َع َسى أَ ْن ُُِتبُّوا َشْي ئًا َوُه َو َشٌّر لَ ُك ْم َو ه‬
‫اَّللُ يَ ْعلَ ُم َوأَنْتُ ْم ال‬
‫تَ ْعلَ ُمو َن‬
Artinya; Dan boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu
padahal itu adalah baik bagimu, dan boleh jadi pula engkau
menginginkan sesuatu itu padahal ia adalah buruk untukmu,
dan Allah maha mengetahui sedangkan engkau tidak
mengetahui.(QS. Al-Baqarah, 216)

2. Yakin Bahawa Allah Menyembuhkan


Yakin bahawa penyakit yang diderita dapat sembuh dengan
izin Allah menjadi kunci utama kesembuhan orang yang
sakit, karena optimis itu akan membantunya untuk kuat
menghadapi keadaan dan selalu berusaha untuk mencapai
kesembuhan
Allah menjelaskan;
“Aku berdasarkan prasangka hambaku kepadaku”

3. Bersabar Menunggu Kesembuhan


Tidak ada yang jadi dalam waktu singkat, kalimat ini
menggambarkan sesuatu itu pasti melalui proses, begitu
pulalah dengan penyakit. Adakalanya sembuh dalam waktu
yang singkat, tapi tidak jarang juga diuji oleh Allah dengan
lambatnya kesembuhan. Dalam keadaan seperti ini orang
yang sakit dituntut untuk bersabar, karena tidak ada yang
lebih baik dari pada bersabar, bersabar akan membuat diri
kita tidak luluh dalam keadaan yang di hadapi, dan Allah
telah berjanji.
‫َجَرُه ْم بِغَ ِْْي ِح َساب‬
ْ ‫صابُِرو َن أ‬
‫إِهَّنَا يُ َو هَّف ال ه‬
Artinya; “Hanyasanya diberikan kepada orang-orang yang
sabar balasan dari jalan yang tak mereka diduga.( Q.S. Al-
Zumar, 10)

4. Berusaha Untuk Sembuh Dengan Berobat


Allah berfirman;
‫اَّللَ ال يُغَِْيُ َما بِ َق ْوم َح هَّت يُغَِْيُوا َما ِِبَنْ ُف ِس ِه ْم‬
‫إِ هن ه‬
Artinya; “Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum,
sehingga mereka berusaha untuk merubahnya. (QS.Al-Ra’d,
11)
Artinya, Allah menginginkan kita berusaha terlebih dahulu
sebelum ia memberikan apa yang kita inginkan. Maka dalam
hal sakit, berobat merupakan bentuk usahan untuk sembuh,
dengan demikian barulah Allah berikan kesembuhan sesuai
dengan usaha yang di lakukan.

5. Berdo’a dan Berzikir


Berdo’a menjadi sangat penting ketika dalam keadaan sakit,
bahkan ia adalah senjata orang beriman sehingga datangnya
pertolongan Allah, ia menjadi prasyarat sehingga Allah
mengabulkan apa yang di hajatkan, seperti dijelaskan dalam
ayat;
‫ب لَ ُكم‬ ِ ‫ادع ِوِن أ‬
ْ ‫َستَج‬
ْ ُْ
Artinya;“Berdo’alah kepadaku, niscaya aku akan kabulkan
do’amu”.(QS.Ghafir, 60)
Do’a-do’a dan Zikir Ketika Sakit
1. Do’a Mandiri
Do’a mandiri adalah do’a yang diucapkan oleh orang sakit
itu sendiri, Rasulullah telah mengajarkan berbagai macam
do’a untuk kesembuhan diantaranya;

Letakkan tangan pada bahagian tubuh yang terasa sakit,


kemudian ucapkan;

)baca 3 kali( ِ‫س ِم للا‬ِ


ْ‫ب‬
‫َع ْوذُ ِِبهللِ َوقُ ْد َرتِِه ِم ْن َش ِر َما أ َِج ُد َوأُحاَِذ ُر‬
ُ‫أ‬
Dengan nama Allah (3x)
Aku berlindung kepada Allah kepada Allah, dan
kekuasaannya dari keburukan apa yang aku derita dan yang
aku khawatirkan. HR. Muslim.

Kemudian membaca:
َ ُ‫هاَّف الَ ِش َفاءً إِاله ِش َفائ‬
‫ك‬ ِ ‫ت الش‬ َ ْ‫ف أَن‬ ِ ‫ب الْبأْس وا ْش‬ ِ ِ ِ ‫ب النه‬ ُ ‫ا ََله‬
َ َ َ ‫اس أَ ْذه‬ ‫له هم َر ه‬
ً‫ِش َفاءً الَ يُغاَِد ُر َس َقما‬
Artinya; “Ya Allah, Rabb pemelihara manusia, hilangkanlah
penyakit ini dan sembuhkanlah, engkaulah yang maha
menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan hanya
kesembuhan dari-MU, kesembuhan yang tidak meninggalkan
sedikitpun penyakit”

Apabila kondisi sakit sangat berat dan harapan sembuh


semakin tipis, maka boleh berdo’a dengan do’a berikut;

ِ َ‫اَل وتَوفه ِىن إِذَا َكان‬


‫ت اْ َلوفَاةُ َخ ْ ًْيا َِل‬ ِ ِ َ‫اَلهله هم أَحيِي ِىن ماكاَن‬
َ َ ‫اْلَيَاةُ َخ ْ ًْي‬
ْ ‫ت‬ َ ْْ ُ
Artinya; “Ya Allah, hidupkanlah aku jika hidup itu
adalah yang terbaik untukku, dan matikanlah aku jika
kematian itu ada yang terbaik untukku

Do’a Ketika Menjenguk Orang Sakit

Ketika menjenguk orang sakit disunnahkan mendo’akannya


dan memotivasinya untuk mendapatkan kesembuhan,
diantara do’a-doa yang disunnahkan:
ِ
َ َ‫ب اْ َلع ْر ِش اْ َلع ِظْي ِم أَ ْن يَ ْشفي‬
‫ك‬ ُّ ‫أَ ْسأَ ُل للاَ اْ َلع ِظْي َم َر‬
Aku memohon kepada Allah yang maha agung, Rabb Arasy
yang agung, agar ia menyembuhkanmu.

Disunnahkan juga mengatakan;


ِ
َ ْ‫الَ َِب‬
ُ‫ طَ ُه ْوٌر إ ْن َشاءَ للا‬, ‫س‬
Tidak mengapa, penyakit ini akan membersihkanmu dari
dosa InsyaAllah
Berzikir
Berzikir artinya mengingat Allah baik dengan cara menyebut
maupun memikirkannya atau bahkan keduanya sekaligus.
Berzikir dapat menambahkan ketenangan hati, menumbuhkan
rasa optimis dan sifat sabar.
Firman Allah;
“Apakah dengan mengingat Allah tidak membuat hati menjadi
lebih tenang”
Perasaan tenang optimis itulah yang akan membantu proses
penyembuhan sebagaimana dijelaskan oleh para medis bahawa
semangat untuk sembuh itu mempunyai pengaruh cukup besar
dalam membantu kesembuhan.
Berbagai Bacaan Zikir dan Amalan Ketika Sakit
1. Surah al-Fatihah
Surah al-Fatihah disebut juga dengan nama as-Syifa’ artinya
penyembuh atau penawar, nama ini diambil dari sebuah
hadits yang di riwayatkan oleh Abu Said al-Khudri bahwa
Rasulullah bersabda;
ِ ْ‫فَ ِاُتةُ ا‬
‫لكتاَ ِب ِش َفاءً ِم ْن ُك ِل َسم‬ َ
Artinya; Fatihah al-Kitab adalah penyembuh atau penawar
dari sekalian racun.

2. Membaca Al-Qur’an
Al-qur’an secara umum merupakan obat dan penyembuh,
membacanya akan mendatangkan manfaat baik secara
kejiwaan maupun fisik. Allah berfirman:

‫الص ُدوِر َو ُه ًدى َوَر ْْحَةٌ لِْل ُم ْؤِمنِي‬


ُّ ‫هاس قَ ْد َجاءَتْ ُك ْم َم ْو ِعظَةٌ ِم ْن َربِ ُك ْم َو ِش َفاءٌ لِ َما ِِف‬
ُ ‫ََي أَيُّ َها الن‬
Artinya; Wahai sekalian manusia, sungguh telah datang
kepadamu pengajaran dari tuhanmu dan penyembuh
penyakit yang ada di hati serta menjadi petunjuk dan rahmat
bagi orang-orang beriman. (QS. Yunus, 57)

3. Tetap Menjaga Shalat


Shalat merupakan komunikasi seorang hamba dengan Allah,
saat itulah yang paling dekat kepadanya dan mendengarkan
segala keluhannya.
Allah berfirman:
“Dirikanlah shalat untuk mengingatku”

Allah juga berfirman;


‫هاع إِ َذا َد َعان‬
ِ ‫يب َد ْع َوَة الد‬ ِ ‫وإِ َذا سأَلَك ِعب ِادي ع ِن فَِإِِن قَ ِر‬
ُ ‫يب أُج‬
ٌ َ َ َ َ َ
Artinya; “Apabila mereka bertanya kepadamu wahai
Muhammad tentang Aku, sesungguhnya aku sangat dekat,
aku mengabulkan do’a orang yang meminta bila mereka
berdo’a”. QS. Al-Baqarah, 186.

4. Perbanyak Sedekah
Rasulullah s.a.w bersabda;
“Obatilah orang yang sakit diantara kamu dengan sedekah”

Zikir-zikir Ketika Sakit

‫ب الْ َع ْر ِش الْ َع ِظْي ِم‬ ِ


ُ ‫ِب للاُ َال إِلَهَ إِاله ُه َو َعلَْيه تَ َوهك ْل‬
ُّ ‫ت َوُه َو َر‬ ِ
َ ‫َح ْس‬
Artinya; “Cukuplah bagiku Allah, tiada tuhan selain Dia,
kepadanya aku bertawakkal dan Dialah pemilik Arasy yang
Agung. (HR. Muslim)

َ‫ضنَا يُ ْش ِفى َس ِقْي ُمناَ ِبِِ ْذ ِن َربِنا‬


ِ ‫بِس ِم للاِ تُربةُ أَر ِضناَ بِ ِري َق ِة ب ع‬
َْ ْ ْ َْ ْ
Artinya; "Dengan menyebut nama Allah, ini adalah tanah
bumi kami, dicampur dengan ludah sebahagian kami, dengan
dapat disembuhkan penyakit kami, dengan izin tuhan kami”.
Diceritakan Aisyah r.a, bahwa Nabi s.a.w, apabila ada orang
yang mengeluh kerena ada sesuatu rasa sakit pada dirinya
atau ada luka, baik kecil maupun besar, maka Nabi s.a.w
berdo’a dengan menggunakan jari tangannya. Sufyan Bin
Uyainah menunjukkan cara menggunakan jari itu, yakni
telunjuknya diletakkan di bumi (setelah dibasahi dengan
ludah) lalu angkat lalu meletakkannya ditempat yang sakit
sambil mengkucapkan zikit diatas.

Anda mungkin juga menyukai