Anda di halaman 1dari 10

Sumber Hukum Islam : THOHAROH

Dosen Pengampu : Ervika Dewi Wahyuni, M.PdI

Disusun Oleh :

1. ....................
2. ....................
3. ....................

JURUSAN........
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena sebab rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyusun makalah yang berjudul “THOHAROH” untuk memenuhi penugasan Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam. 
Sholawat serta salam semoga senantiasa tetap tercurah kepada Nabi Agung Muhammad
SAW atas teladan yang selama ini dicontohkan dan yang kita nantikan syafaatnya kelak di
hari kiamat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ervika Dewi Wahyuni,
M.PdI selaku dosen pengampu mata kuliah studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Balitar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca. Tentunya
dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap
saran dan masukan dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik.

Blitar, 12 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
    1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
    1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
    1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
Bab II Pembahasan 
    2.1 Pengertian thoharoh dan macam-macamnya.....................................................3
2.2 Dasar hukum thoharoh dan macam-macamnya.................................................3
2.3 Alat/media untuk menghilangkan hadast...........................................................6
2.4 Tata cara melakukan thoharoh dengan wudhu, mandi dan tayamum...............6
2.5 Manfaat thoharoh dalamberbagai aspek............................................................8
Bab III Penutup 
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................9
Daftar Pustaka....................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu bersuci atau
disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan
segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama
karena diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan
melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya
dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang
kotor dan najis sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan
diri sendiri agar sah saat menjalankan ibadah..

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan thoharoh dan apa saja macam-macamnya?
2. Apa dasar hukum thoharoh dan apa saja macam-macamnya?
3. Apa saja alat/media yang perlu digunakan?
4. Bagaimana cara-cara bersuci dari hadast dan najis dengan wudhu, mandi dan
tayamum?
5. Jelaskan manfaat thoharoh dalam berbagai aspek?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang thoharoh dan pembagiannya.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dasar hukum thoharoh dan macam-macamnya.
3. Mahasiswa mampu mengetahui alat/media untuk melakukan thoharoh.
4. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat thoharoh dalam berbagai aspek.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Thoharoh


Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang nyata
seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para fuqaha’ berarti
membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu dan bertayammum.
(Saifuddin Mujtaba’, 2003:1).
Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci dari najis
ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
Macam-macam thaharah terbagi menjadi dua. Ada thaharah ma'nawiyah beserta thaharah
hissiyah. Berikut penjelasannya :
1. Thaharah Ma'nawiyah
Thaharah ma'nawiyah merupakan bersuci secara rohani dengan membersihkan segala
penyakit hati seperti riya, iri, dengki, atau hal lainnya.
Perlu Anda tahu bahwa sebelum melakukan thaharah hissiyah, orangnya harus lebih dulu
thaharah ma'nawiyah karena sesungguhnya bersuci harus dalam keadaan bersih dari sifat
sirik.
2. Thaharah Hissiyah
Sementara thaharah hissiyah adalah bersuci jasmani, atau membersihkan bagian tubuh
dari sesuatu yang terkena najis (dari segala jenis kotoran) maupun hadas (kecil dan
besar).
Untuk membersihkan dari najis dan hadas ini, bisa dilakukan dengan menggunakan air
seperti berwudu, mandi wajib, serta tayamum (bila dalam kondisi tidak ada air).

2.2 Dasar hukum Thoharoh dan Macam-macamnya


Thaharah (bersuci) hukumnya ialah wajib berdasarkan penjelasan al Quran ataupun as-

Sunnah. Firman Allah dalam Q.S. al-Maidah/5: 6


‫ ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم ِالَى‬O‫حُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس‬O‫ق َوا ْم َس‬O ِ Oِ‫ ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬O‫وْ هَ ُك ْم َواَ ْي‬OO‫لُوْ ا ُو ُج‬O‫ ٰلو ِة فَا ْغ ِس‬O‫الص‬ َّ ‫وا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى‬Oْٓ Oُ‫ا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬OOَ‫ٰيٓاَيُّه‬
ۤ ٰ ۤ ۤ
‫ ُدوْ ا‬O‫ا َء فَلَ ْم ت َِج‬O‫ضى اَوْ عَلى َسفَ ٍر اَوْ َجا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغَا ِٕى ِط اَوْ ل َم ْستُ ُم النِّ َس‬ٰ ٓ ٰ ْ‫ ِن َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوْ ۗا َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬Oۗ ‫ْال َك ْعبَ ْي‬
‫هّٰللا‬
‫ ُد لِيُطَهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّم‬OOْ‫ج و َّٰل ِك ْن ي ُِّري‬ ٍ ‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما ي ُِر ْي ُد ُ ِليَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َح َر‬ َ ‫َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا‬
َ‫نِ ْع َمتَهٗ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬
Terjemahnya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah,
dan jika kamu sakit4atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh5perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” 6 Berdasarkan bunyi
ayat di atas, Allah swt. memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar dalam
melaksanakan ibadah kondisi tubuh atau badan harus bersih dan suci dari segala kotoran
baik yang terlihat maupun yang 4Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air. Artinya:
menyentuh. menurut Jumhur ialah: menyentuh sedang sebagian Mufassirin ialah:
menyetubuhi.

2.3 Alat/media untuk menghilangkan hadast


Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu dan
sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air.
Macam-macam air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam:
1.      Air hujan.
2.      Air sungai.
3.      Air laut.
4.      Air dari mata air.
5.      Air sumur.
6.      Air salju.
7.      Air embun.
Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :
1.     Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak
bercampur dengan sesuatu yang lain.
2.      Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan),
yaitu air yang dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3.      Air musta’mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah
digunakan untuk bersuci.
4.      Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah
kemasukan benda najis atau yang terkena najis.
2.4 Tata cara melakukan thoharoh dengan wudhu, mandi dan tayamum
 Pengertian Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah
syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadas kecil yang terdapat
pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki disertai dengan niat.
     Rukun Wudhu
Antara lain:
a.       Niat
b.      Membasuh muka
c.       Membasuh dua tangan sampai siku
d.      Mengusap sebagian kepala
e.       Membasuh kaki sampai mata kaki
f.       Tertib, artinya urut.

 MANDI
1.      Pengertian
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa saja. Menurut
pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh disertai dengan
niat. Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh baik yang berupa kulit,
rambut, ataupun kuku dengan memakai niat tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya
wajib dan ada yang sunnah.
2.      Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)
a.       Hubungan suami istri
b.      Mengeluarkan mani
c.       Mati
d.      Haid
e.       Nifas
f.        Wiladah (melahirkan)
3.      Rukun mandi
a.       Niat
b.      Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya
c.       Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit
   TAYAMMUM
1.      Pengertian
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti berwudlu atau mandi
apabila berhalangan memakai air. (Imam Zarkasyi, 1995:20)
2.      Syarat tayammum
a.      Islam
b.     Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c.     Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila
menggunakan air akan kambuh sakitnya
d.      Telah masuk waktu shalat
e.      Dengan debu yang suci
f.       Bersih dari Haid dan Nifas
3.      Rukun tayammum
a.       Niat
b.      Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau
diletakkan ke debu
c.       Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru
dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d.      Tertib

2.5 Manfaat thoharoh dalamberbagai aspek


 Pertama, bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah manusia.
Manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bersih dan menghindari
sesuatu yang kotor dan jorok. Karena Islam adalah agama fitrah maka ia pun
memerintahkan hal-hal yang selaras dengan fitrah manusia.
 Kedua, menjaga kemulian dan wibawa umat Islam. Orang Islam mencintai kehidupan
bermasyarakat yang aman dan nyaman. Islam tidak menginginkan umatnya tersingkir
atau dijauhi dari pergaulan lantaran persoalan kerbersihan. Seriusnya Islam soal
perintah bersuci ini menunjukkan komitmennya yang tinggi akan kemuliaan para
pemeluknya.
 Ketiga, menjaga kesehatan. Kebersihan merupakan bagian paling penting yang
memelihara seseorang dari terserang penyakit. Ragam penyakit yang tersebar
umumnya disebabkan oleh lingkungan yang kotor. Karena itu tidak salah pepatah
mengungkapkan, “kebersihan adalah pangkal kesehatan”.
 Anjuran untuk membersihkan badan, membasih wajah, kedua tangan, hidung, dan
kedua kaki, berkali-kali saban hari relevan dengan kondisi dan aktivitas manusia.
Sebab, anggota-anggota tubuh itu termasuk yang paling sering terpapar kotoran.
 Keempat, menyiapkan diri dengan kondisi terbaik saat menghadap Allah: tidak hanya
bersih tapi juga suci. Dalam shalat, doa, dan munajatnya, seorang hamba memang
seyogianya suci secara lahir dan batin, bersih jasmani dan rohani, karena
Allah yuhhibbut tawwâbîna yayuhibbul mutathahhirîna (mencintai orang-orang yang
bertobat dan menyucikan diri)
 Thaharah sebagai Perlindungan Diri dari Virus Corona
 Dalam persoalan bersuci (thaharah), sesunguhnya tanpa disadari mengandung muatan
untuk menghindarkan diri dari kuman penyakit. Karena itu, syariah Islam tidak hanya
mengatur ketentuan menyangkut media bersucinya, berupa air atau tanah, tetapi juga
mengatur tata cara bersuci.
 Dalam hal membersihkan kotoran tertentu, diperlukan hingga 7x siraman dengan air
mengalir, yang di antara itu harus membersihkan bagian yang terkena najis tertentu
itu, dengan tanah. Najis dalam pengertian luas adalah segala sesuatu kotoran, yang
berbahaya bagi tubuh, termasuk kuman penyakit semacam COVID-19.
 Agar tubuh tetap bersih dan menghindari berbagai penyakit, Sunah Rasul menuntun
untuk bersiwak/gosok gigi utamanya hendak tidur, setelah makan dan hendak salat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan masalah yang
sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang
menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci yang
lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam
menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih dalam keadaan
bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya yang
mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula membuang kotoran pada diri dan
tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu sangat menjijikkan bagi
manusia
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai