Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“THAHARAH”

DISUSUN OLEH :

1. M RIZQI NOVIANANTO 172170072


2. NURMA AMRI LUKMAN 172170066

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puji
dan sukur kehdirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-
nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyesaikan laporan makalah kami tentang
“thaharah”

Makalah ilmiah ini telah kami susun secara maksimal atas bantuh dari berbagai pihak sehingga
laporan makalah ini bisa selesai dengan lancara. Untuk itu, kami selaku penyusun, banyak
berterimakah kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu atas segala bantuan
dan supportnya selama ini.

Kami menyadari, makalah yang kami buat jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna
menghasilkan laporan makalah yang lebih baik.

Kami berharap, makalah ilmiah tentang “thaharah “ yang kami susun bisa memberikan manfaat
dan inpirasi bagi pembaca.

Oktober,2018

PENYUSUN

2
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3
BAB I PENNDAHULUAN
 Latar belakang ............................................................................................................ 4
 Rumusan masalah ...................................................................................................... 4
 Manfaat ..................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
 Pengertian thaharah .................................................................................................... 5
 Dasar hukum thaharah ............................................................................................... 6
 Macam-macam thaharah ............................................................................................ 6
 Macam-macam alat thaharah ..................................................................................... 7
 Macam-Macam Najis dan Tata Cara Thaharah ......................................................... 8
BAB III PENUTUP
 Kesimpulan ................................................................................................................ 10
 Saran ......................................................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam berbagai macam kitab yang menjelaskan tentang fiqih selalu saja bab thaharah berada
pada bab yang paling awal atau paling utama. Hal itu terjadi dikarenakan thaharah adalah bagian
yang paling penting dipelajari. Melaksanakan shalat tanpa thaharah maka tentu saja shalat yang
dikerjakan tidak sah. Dalam artian jika ada seseorang yang mengerjakan shalat tanpa bersesuci
terlebih dahulu maka shalat yang ia kerjakan itu sia-sia. karena pada dasarnya islam memang
mewajibkan setiap orang yang ingin melaksanakan shlat itu harus suci.
Mungkin masih banyak dikalangan orang awam yang tidak tahu persis tentang pentingnya
thaharah. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahsanya juga ada orang yang tahu akan thaharah
namun mengabaikannya. maka dari pada itu penulis akan mencoba sedikit menjelaskan apa-apa
yang penulis ketahui tentang thaharah dari berbagai sumber. Mudah-mudahan saja melalui
makalah ini umat islam sadar akan pentingnya thaharah dan tidak mengabaikan pentingnya
thaharah kembali.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa makna thaharah?
2. Dasar hukum thaharah?
3. Macam-macam thaharah?
4. Macam-macam alat thaharah?
5. Macam-Macam Najis dan Tata Cara Thaharah?
C. Manfaat
1. Mengetahui makna thaharah
2. Mengetahui dasar hukum thaharah
3. Mengetahui macam-macam thaharah
4. Mengetahui macam-macam alat thaharah
5. Mengetahui macam-macam najis dan tata cara thaharah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah
Secara bahasa thaharah artinya membersihkan kotoran, baik kotoran yang berwujud maupun
yang tak berwujud. Kemudian secara istilah, thaharah artinya menghilangkan hadas, najis, dan
kotoran (dari tubuh, yang menyebabkan tidak sahnya ibadah lainnya) menggunakan air atau
tanah yang bersih
Sebenarnya Thaharah atau bersuci adalah syarat yang harus dipenuhi sebelum kita
melakukan ibadah. Itulah mengapa bersuci menjadi permasalahan yang sangat penting di dalam
ajaran islam. Dan tata cara yang bersuci yang telah diajarkan di dalam Islam dan dicontohkan
oleh Rasulullah dimaksudkan agar kita sebelum beribadah kepada Allah, kondisi kita bersih baik
dari hadast besar dan hadast kecil.
Jika dilihat dari sifat dan pembagiannya, thaharah (bersuci) dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu bersuci lahiriah dan batinia.

a. Bersuci Lahiriah

Beberapa contoh thaharah / bersuci yang bersifat lahiriah adalah membersihkan badan, tempat
tinggal, dan lingkungan dari segala bentuk kotoran atau najis. Bersuci lahiriah meliputi kegiatan
bersuci dari najis dan bersuci dari hadas.

1) Bersuci dari najis adalah berusaha untuk membersihkan segala bentuk kotoran yang melekat
pada badan atau tempat yang didiami. Cara membersihkannya disesuaikan dengan bentuk atau
jenis kotoran yang akan dihilangkan, seperti dibasuh sampai hlang rasa, bau, dan warna.

2) Bersuci dari hadas adlah menghilangkan atau membersihkan hadas dengan cara berwudu atau
mandi. Cara membersihkannya disesuaikan dengan jenis hadas yang akan di bersihkan.

b. Bersuci batiniah

5
Thaharah batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan
maksiat, seprti syirik, takabur, dan ria. Cara membersihkan sifat atau perbuatan tercela ini adalah
dengan bertobat kepada Allah SWT tidak mengulangi perbuatan tercela tersebut, serta
menggantinya dengan perbuatan terpuji.

B. Dasar Hukum Thaharah


Dalam Al-Qur'an maupun Hadits banyak sekali penjelasan-penjelasan maupun perintah-
perintah, agar umat islam senantiasa bersih dan suci. adapun dalil yang menjelaskan tentang
disyariatkannya Thaharah dalam Islam adalah sebagai berikut:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur." (Al-Maidah :6 )
Ayat diatas dipandang sebagai dalil yang paling mewakili untuk membahas seputar thaharah.
Hal ini disebabkan, karena kandungan ayat ini memuat tiga persoalan yang termasuk masalah
tharah yaitu, Wudlu, Mandi Janabah dan Tayamum.

C. Macam-Macam Thaharah

Thaharah (bersuci) dapat dilakukan dengan 3 macam yaitu:

1) Wudhu

Wudhu’ yaitu menyucikan sebagian anggota wudhu’ dengan air yang suci lagi menyucikan
dengan niat tertentu. Wudhu’ merupakan salah satu cara untuk bersuci dari hadas kecil.

2) Mandi

Mandi yaitu mengalirkan air yang suci lagi menyucikan ke seluruh tubuh hingga rata dengan niat
tertentu. Mandi merupakan salah satu cara untuk bersuci dari hadas besar.

6
3) Tayamum

Tayamum yaitu mengusap debu tanah pada wajah dan kedua tangan dengan niat tertentu.
Tayamum ini dilakukan sebagai pengganti air atau karena sebab tertentu. Tayamum ini
merupakan salah satu cara menyucikan hadas besar/kecil apabila air tidak ada.

D. Macam-Macam Alat Thaharah

Hanya airkah yang dapat digunakan thaharah ? Bagaimanakah jika disuatu tempat sulit
ditemukan air ? Dalam hal ini, Islam tetap memberi kemudahan. Alat atau benda yang dapat
digunakan untuk bersuci menurut Islam ada dua macam, yakni benda padat dan benda cair.

Benda padat yang dimaksud adalah batu, pecahan genting, batu merah, kertas, daun, dan kayu.
Semua benda tersebut harus dalam keadaan bersih dan tidak terpakai. Islam melarang pemakaian
benda-benda tersebut apabila masih dipakai, misalnya buku yang masih digunakan, kertas yang
akan dipakai, dan batu merah yang akan dipasang.

Benda cair yang boleh digunakan untuk bersuci adalah air.air ada yang boleh digunakan untuk
bersuci, ada pula yang tidak boleh atau tidak sah untuk bersuci. Air yang dapat dipakai untuk
bersuci, diantaranya air mutlak. Air mutlak adalah air yang tidak tercampuri oleh suatu apa pun
dari najis, misalnya air sumur,air mata air,air sungai,air laut,dan air salju.

Macam-Macam Air

Macam-macam air tersebut adalah:

a. air yang suci dan mensucikan,yaitu air yang halal untuk di minum dan sah digunakan untuk
bersuci, misalnya air hujan,air sumur,air laut, air salju,air embun,dan air sungai selama semuanya
itu belum berubah warna,bau,dan rasa;

b. air suci,tetapi tidak menyucikan, yaitu air yang halal untuk diminum,tetapi tidak sah untuk
bersuci, misalnya air kelapa,air teh,air kopi, dan air yang di keluarkan dari pepohonan;

c. air mutanajis (air yang terkena najis), air yang tidak halal untuk diminum dan tidak sah
untuk bersuci, seperti

1) air yang sudah berubah warna, bau, dan rasanya karena terkena najis serta.

7
2) air yang belum berubah warna, bau, dan rasanya, tetapi sudah terkena najis dan air tersebut
dalam jumlah sedikit (kurang dari dua kulah).

d. air yang makruh di pakai bersuci, seperti air yang terjemur atau terkena panas matahari
dalam bejana, selain bejana dari emas atau perak.

e. air mustakmal, yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah
warnanya. Air ini tidak boleh digunakan bersuci karena dikhawatirkan telah terkena najis
sehingga dapat mengganggu kesehatan.

E. Macam-Macam Najis dan Tata Cara Thaharah

Dalam ajaran Islam, najis dibagi menjadi tiga macam, yaitu najis mugallazah, mukhaffafah, dan
mutawassitah.

a. Najis Berat (Mugallazah)

Najis berat adalah suatu materi (benda) yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang
pasti (qat’i). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah najis yang berasal dari anjing dan babi.
Cara menyucikannya adalh menghilangkan terlebih dahulu wujud benda najis itu, kemudian
dicuci dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan tanah.

b. Najis Ringan (Mukhaffafah)

Najis ringan adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum makan apa-apa,
kecuali air susu ibunya dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara menyucikan yaitu cukup dengan
memercikkan air saja pada benda yang terkena najis tersebut.

3) Najis Mutawassitah (sedang)

Najis murtawasithah yaitu semua najis yang tidak termasuk dalam dua macam najis di atas
(mugallazah dan mukhaffafah). Najis mutawassitah ada dua yaitu:

Pertama: Mutawassitah hukmiyyah (najis yang tidak nampak)

Yaitu najis yang diyakini adanya tetapi tidak ada bau, rasa, ataupun wujudnya, seperti kencing
yang sudah kering. Cara menyucikannya yaitu cukup disiram air diatasnya saja.

8
Kedua: Mutawassitah ‘ainiyah (najis yang nampak)

Yaitu najis yang masih ada wujud, bau, atau pun rasanya. Cara menyucikannya yaitu dibasuh
sampai hilang wujud, bau, ataupun rasa (kecuali jika sangat susah untuk dihilangkan)

9
BAB III
PENUTUP

a. KESIMPULAN
Secara bahasa thaharah artinya membersihkan kotoran, baik kotoran yang
berwujud maupun yang tak berwujud. Kemudian secara istilah, thaharah artinya
menghilangkan hadas, najis, dan kotoran (dari tubuh, yang menyebabkan tidak sahnya
ibadah lainnya) menggunakan air atau tanah yang bersih
Macam-macam thaharah : wudhu,mandi,tayamum
Macam-macam alat thaharah : benda padat ; batu, pecahan genting, batu merah, kertas,
daun, dan kayu. Semua benda tersebut harus dalam
keadaan bersih dan tidak terpakai
Benda cair; air
b. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

10

Anda mungkin juga menyukai