Dosen Pengampu :
SEMESTER IV
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................2
DASFTAR ISI........................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................6
A. Istinja............................................................................................6
B. Thaharah......................................................................................9
C. Tayammum..................................................................................11
D. Wudhu..........................................................................................13
E. Mandi Wajib.................................................................................20
BAB III
PENUTUP..............................................................................................22
A. Kesimpulan.................................................................................22
B. Saran ..........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
i. Latar Belakang
1
Tim Redaksi Intera, Thaharah, Ciri Khas Pribadi Muslim, INTERA: Perpustakaan Nasional RI,
Katalog Dalam Terbitan (KDT), 2021, hlm. 1-3
4
membersihkan hatinya dengan ibadah, ia selalu membersihkan Semakin
bersih hatinya, seharusnya semakin bersih pula raganya.
Dan ciri khas ini akan langgeng sampai ajal menjelang. Saat masih
hidup, seorang muslim senantiasa bersuci sebelum menghadap Rabbnya.
Dan ketika secara akan menghadap Rabbnya hakiki di akhir hayatnya,
kebersihan ragawi pun masih akan terus menyertainya. Saudara-saudara
muslimnya akan menyucikan jenazahnya dengan wudhu dan mandi. 2
iii.Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini ialah adalah agar para pembaca dapat
mengetahui dan memahami beberapa pemahaman tentang Sumber
Pengetahuan Ke Masyarakat (Istinja, Thaharah, Tayammum, Wudhu,
Mandi Wajib), yang di kutip dari beberapa referensi yang di dapatkan oleh
kami selaku penyusun makalah.
2
Tim Redaksi Intera, Thaharah, Ciri Khas Pribadi..., hlm. 6-9
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Istinja
Hukum Istinja’
a. Wajib
3
Ahmad Sarwat, Fiqih Islam (Kitab Thaharah), Kampus Syariah: Jakarta Selatan, 2008, hlm. 52-
53
6
Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Bilakamu
pergi ke tempat buang air, maka bawalah tiga batu untukmembersihkan.
Dan cukuplah batu itu untuk membersihkan.(HR.Ahmad, Nasai, Abu
Daud, Ad-Daaruquthuni)".
b. Sunnah
Adab-adab istinja’
7
g. Tidak Sambil Berbicara5
Istijmar
`Janganlah salah seorang kamu beristinja’ kecuali dengan tiga buah batu`.
(HR. Muslim)
5
Ahmad Sarwat, Fiqih Islam (Kitab..., hlm. 55-59
8
2. Benda itu tidak kasar seperti batu bata dan juga tidak licin seperti
batu akik, karena tujuannya agar bisa menghilangkan najis.
3. Benda itu bukan sesuatu yang bernilai atau terhormat seperti emas,
perak atau permata. Juga termasuk tidak boleh menggunakan
sutera atau bahan pakaian tertentu, karena tindakan itu merupakan
pemborosan.
4. Bendai itu bukan sesuatu yang bisa mengotori seperti arang, abu,
debu atau pasir.
5. Benda itu tidak melukai manusia seperti potongan kaca beling,
kawat, logam yang tajam, paku.
6. Jumhur ulama mensyaratkan harus benda yang padat bukan benda
cair. Namun ulama Al-Hanafiyah membolehkan dengan benda cair
lainnya selain air seperti air mawar atau cuka.
7. Benda itu harus suci, sehingga beristijmar dengan menggunakan
tahi / kotoran binatang tidak diperkenankan. Tidak boleh juga
menggunakan tulang, makanan atau roti, kerena merupakan
penghinaan.
B. Thaharah
9
Pembagian Jenis Thaharah
Seorang yang tertidur batal wudhu'-nya, boleh jadi secara fisik tidak
ada kotoran yang menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang
10
dengan cara berwudhu' bila ingin melakukan ibadah ritual tertentu seperti
shalat, thawaf dan lainnya.
Demikian pula dengan orang yang keluar mani. Meski dia telah
mencuci maninya dengan bersih, lalu mengganti bajunya dengan yang
baru, dia tetap belum dikatakan suci dari hadats besar hingga selesai dari
mandi janabah.
C. Tayammum
8
Ahmad Sarwat, Fiqih Thaharah..., hlm.26-27
11
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.
Jika kamu junuh, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air,
maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci), usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin
menyerang karui, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat Nya bagimu, agar kamu bersyukur. (QS.
AlMaidah : 56)
5) Memakai tanah yang suci dan berdebu.
6) Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan
7) Menghilangkan najis yang yang melekat pada rubuh
Rukun Tayamum
1) Niat
2) Menyapu muka dengan tanah
3) Menyapu kedua tangan sampai siku dengan tanah
4) Tertib atau berurutan9
Cara Tayamum
9
Rahmat Sunnara, A-Z Seputar Wudhu (Thaharah/Bersuci), Kenanga Pustaka Indonesia: Banten,
2009, hlm. 11-12
12
1. Seyogianyalah kita menunggu, sampai waktu shalat fardhu masuk.
2. Kemudian kita cari tanah yang baik, di mana pada bagian atasnya
ada debu yang suci, bersih dan halus.
3. Lalu tekankan dengan pelan dan mantap kedua telapak tangan
dengan jari- jari merapat ke atas debu itu.
4. Kemudian sapukan kedua telapak tangan tadi ke seluruh muka satu
kali, dan sertakan niat bersuci untuk melakukan shalat (istibahah).
5. Kemudian telapak tangan kiri tekankan dengan pelan ke atas debu
lalu usapkan ke tangan kanan sampai siku.
6. Lalu telapak tangan kanan tekankan dengan pelan ke atas debu,
kemudian usapkan ke tangan kiri sampai siku
Satu kali tayamum hanya berlaku untuk satu shalat fardhu saja,
artinya untuk mengerjakan shalat fardhu berikutnya wajib bertayamum
lagi.10
D. Wudhu
Pengertian Wudhu
“Hai orang- orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerja kan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, San sapulah
kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (QS
Al- Maidah 6)
Adapun dalil yang berasal dari As- Sunnah adalah hadits dari Abu
Hurairah Nabi yang hilang:
10
Imam Al-Ghazali, Thaharah dan Shalat Rahasia dan Keutamaannya (Terjemahan judul asli
Imam Al-Ghazali's Ihya Ulum-id-Din), Marja : Bandung, 2019, hlm.38-39
13
“Shalat salat seorang kalian tidak akan diterima jika kalian berhadats
(tidak berwudhu) sampai kalian wudhu (terlebih dahulu).” (HR Syaikhani,
Abu Dawud, dan Tirmidzi)
Seluruh kaum muslimin telah sepakat akan hal itu hingga diketahui
secara umum maupun khusus layaknya persoalan yang darurat. Siapa
yang mengingkari setelah adanya kesepakatan ini, maka dia telah keluar
dari Islam. Dalam wudhu terdapat hal yang wajib, Sunnah, makruh, dan
yang membatalkannya, Berikut ini kami jelaskan secara rinci:
14
mereka dalam hal ini juga akan kami jelaskan pada bab sunnah-
sunnah wudhu.11
15
11. Mengusap bagian dalam dan luar kedua telinga dengan air yang
baru.
12. Melebihkan basuhan dari batasan basuhan fardhu, yaitu melebihkan
wilayah basuhan kepala dan wajah (disebut; ithaalatul ghurrah).
Demikian pula melebihkan basuhan pada batas siku dan mata kaki
(disebut; ithaalatut tahjiil),
13. Berturut- turut diantara keempat anggota wudhu. Pendapat ini adalah
pandangan ulama Hanafiyah dan Malikiyah Adapun menurut ulama
Syafi'iyah dan Hanabilah berturut- turut termasuk rukun wudhu,
sebagaimana telah kami sebutkan sebelumnya.
14. Berkesinambungan, yaitu mengikuti basuhan satu anggota dengan
anggota lainnya bila bekas basuhannya masih terlihat, sekira belum
kering satu basuhan segera menyusul basuhan berikutnya. Kecuali
ulama Malikiyah dan Hanabilah, menurut mereka terus menerus
seperti ini adalah fardhu.
15. Berdo'a di tengah-tengah wudhu. Dalam hal ini tidak ada ketentuan
adanya do'a khusus dari Rasulullah selain hadits dari Abu Musa Al-
Asy'ari, dia berkata: "Aku pernah mendatangi Rasulullah ketika
beliau sedang berwudhu, (setelah selesai berwudhu) aku mendengar
beliau membaca: Allaahummaghfirlit dzanbii wa wassi lii fii daarii wa
baarik lii fii rizqii', 'Ya Allah ampunilah dosaku, luaskanlah rumahku
untukku, dan berikanlah barokah dalam rejekiku. Kemudian saya
berkata: Wahai Nabi Allah Saya mendengar Anda telah membaca
do'a begini dan begini. Dia menjawab: apakah Anda menginginkan
yang lain lagi?' " (HR. Nasa'i dan Ibnu Sina dengan sanad shahih
16. Ketika berwudhu menghadap kiblat
17. Berdoa setelah berwudhu.12
12
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Tentang Thaharah;..., hlm.46-59
16
2. Mengusap tengkuk dengan air. Karena termasuk perbuatan
berlebihan dalam masalah agama. Kecuali ulama Hanafiyah,
menurut mereka jika mengusap permukaan tengkuknya setelah
mengusap dua telinga dengan air yang bukan baru maka hukumnya
sunnah. Kecuali jika yang diusap adalah tenggorokan (kolomenjing,
Jawa) maka hal itu adalah bid'ah.
3. Berwudhu di tempat bernajis karena dikhawatirkan terkena najis
yang disebabkan oleh percikan air yang jatuh di tempat bernajis.
Makruhnya wudhu di tempat bernajis juga karena wudhu adalah
perkara ibadah.
4. Berlebihan dalam berkumur dan istinsyaaq bagi orang yang sedang
berpuasa. Hal tersebut berdasarkan hadits Laqith bin Shabrah
sebagaimana telah disebutkan pada bab sunnah- sunnah wudhu
yang didalamnya terdapat penjelasan tentang berkumur dan
istinsyaaq kecuali bagi orang yang sedang berpuasa. Hadits tersebut
diriwayatkan oleh perawi yang empati dan Syafi'i dam dikatakan
sebagai upaya untuk menghindari batalnya puasa
5. Berkata-kata ketika sedang berwudhu selain berdzikir kecuali karena
ada keperluan mendesak. Pendapat ini berbeda dengan Syafi'iyah,
dalam pandangan mereka berkata-kata ketika berwudhu tidak
makruh dan hanya perbuatan yang kurang baik.
6. Selanjutnya, bagi orang yang berwudhu makruh pula meninggalkan
hal-hal yang sunnah dalam wudhu, yaitu hal- hal yang telah kami
sebutkan sebelumnya. Sebab dengan meninggalkannya berarti
membuat seseorang tidak menda- patkan pahala dari kesunnahan
tersebut.13
13
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Tentang Thaharah;..., hlm.59-62
17
2. Keluarnya suatu benda dari dua jalan, yaitu dubur (anus) dan qubul
(kemaluan). Dalam hal ini terkandung dua hal sekali- gus (1 dan 2)
yaitu kencing dan buang air besar. Hal ini berdasarkan firman Allah
“...atau kembali dari tempat buang air ...." (QS. An-Nisa : 45)
3. Keluar angin dari dubur
4. Keluar sperma
5. Keluar madzi. Madzi adalah cairan bening dan lendir yang keluar dari
kemaluan ketika sedang dalam keadaan terang- sang atau lainnya.
6. Keluar wadi. Wadi adalah cairan putih kental yang keluar setelah
buang air kecil.Demikian pula halnya dengan air haadi, yaitu cairan
putih yang keluar dari kemaluan wanita sebelum melahirkan
7. Keluarmya ambein
8. Tidur dengan nyenyak yang membuatnya tidak sadar dan posisi
badannya tidak menetap pada tempat pijakannya
9. Hilang ingatan. Baik karena gila, pingsan, mabuk, atau karena obat
yang sedikit atau banyak dan dalam posisi tetap dalam pijakannya
atau tidak.
10. Menyentuh wanita. Dalam pandangan ulama Hanafiyah, menyentuh
wanita tidak membatalkan wudhu, kecuali di sertai dengan
bertemunya dua kemaluan tanpa penghalang Jika hanya menyentuh
kulit satu dengan yang lain, maka tidak membatalkan wudhu
11. Menyentuh kemaluan dan cincin dubur manusia tanpa penghalang.
12. Keluar sesuatu dari selain dua jalan, seperti darah, nanah, dan
segala najis yang keluar dari selain kemaluan dan dubur. Dalam hal
ini seluruh ulama berlaku selain ulama Malikiyah dan Syafi'iyah,
menurut mereka hal itu tidak membatalkan wudhu. Sementara itu
ulama Hanabilah menerapkan syarat bahwa sesuatu yang keluar
tersebut banyak berdasar- kan ukuran yang umum. Sedangkan
ulama Hanafiyah mensyaratkan bahwa keluarnya mengalir. Jika
keluarnya tidak mengalir dan tidak meleleh melewati tempat
keluarnya, maka tidak membatalkan wudhu.
18
13. Muntah yang memenuhi mulut
14. Tertawa terbahak-bahak ketika shalat menurut ulama Hanafiyah
15. Makin daging unta menurut ulama Hanabilah
16. Memandikan mayat menurut ulama Hanabilah
17. Murtad
18. Ragu terhadap berhadats atau tidaknya14
1. Shalat
2. Thawaf di Ka'bah
3. Menyentuh Al-Qur'an
1. Berdzikir
2. Ketika hendak tidur
3. Saat junub ketika hendak makan, minum dan hendak mengulangi
bersetubuh
4. Disunnahkan berwudhu bagi orang yang memakan makanan yang
dibakar, sebagaimana disebutkan dalam riwayat dari Ibrahim bin
Abdullah bin Qarizh, dia berkata: "Suatu ketika aku berpapasan
dengan Abu Hurairah ketika dia sedang berwudhu, kemudian dia
berkata: "Tahukah engkau karena apa aku berwudhu?, yaitu
karena aku telah makan atswaaru igth (susu beku yang dicairkan
oleh api dan membeku lagi). Karena aku mendengar Nabi
bersabda: "Berwudhulah kalian karena (makan) sesuatu yang
dipanaskan dengan api." (HR. Ahmad, Muslim, Masai, dan Ibnu
Majah)
5. Memperbarui wudhu setiap kali hendak sholat.15
14
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Tentang Thaharah;..., hlm.62-74
15
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Tentang Thaharah;..., hlm.76-79
19
1. Membasuh kedua telapak tangan sampai kedua buku pergelangan
dengan membaca bismillahirrahmanirrahim
2. Berkumur tiga kali serta menggosok gigi
3. Membersihkan lubang hidung dengan air sebanyak 3 kali
4. Membasuh muka tiga kali serta niat di dalam hati dan bantulah
dengan ucapan
5. Membasuh tangan kanan sampai siku tiga kali kemudian tangan kiri
sebanyak tiga kali
6. Membasuh sebagian dari kepala atau keseluruhannya yakni dari
muka sampai belakang sebanyak tiga kali
7. Menyapu telinga kanan baik luar maupun dalam sebanyak tiga kali
kemudian telinga kiri
8. Membasuh kaki kanan sampai mata kaki tiga kali kemudian kaki kiri
E. Mandi Wajib
16
Rahmat Sunnara, A-Z Seputar Wudhu (Thaharah/Bersuci), Kenanga Pustaka Indonesia: Banten,
2009, hlm. 4-9
20
Sebab sebab mandi wajib
21
1. Mandi untuk Shalat jum'at
2. Mandi untuk Shalat hari raya
3. Sadar dari sebagainya kehilangan kesadaran akibat pingsan, gila
4. Muallaf (baru memeluk/ masuk agama islam)
5. Setelah memandikan mayir/ mayat/ jenazah
6. Saat hendak Ihram 7. Ketika akan Sa'i
7. Ketika hendak thawaf
Niat Mandi: Nawaitul Ghusla Lirofil Hadatsil Akbari Fardhol Lillahi Ta'aalaa
Artinya: Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar fardhu
karena Allah SWT.17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wudhu hanyalah salah satu dari cara bersuci yang diajarkan Nabi
SAW. Ada beberapa cara lain diri. yang untuk najis dan kotoran,
menyucikan menghilangkan ajaran istinja' atau yang biasa disebut cebok.
Yaitu membersihkan kemaluan dan dubur setelah buang hajat atau
kotoran lainnya. Untuk menghilangkan hadats besar yang disyariatkan
mandi, misalnya hadats dari kekufuran dan junub atau keluar mani. Yaitu
mengguyur seluruh badan dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan air.
Setelah masuk Islam, seseorang diwajibkan mandi sebagai sarana
menyucikan dirinya dari najisnya kekufuran. Atau setelah jima' atau keluar
air mani, juga diwajibkan mandi yang kemudian disitlahkan sebagai mandi
janabah.
B. Saran
17
Rahmat Sunnara, A-Z Seputar Wudhu (Thaharah/Bersuci), Kenanga Pustaka Indonesia: Banten,
2009, hlm. 16-19
22
Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan perlu perbaikan terutama dari bapak Dr. Shalahuddin,
M.Pd.i sebagai pengampu mata kuliah Praktik Ibadah untuk memberikan
arahan dan bimbingan sehingga permasalahan yang di bahas dalam
makalah ini bisa tercapai dan dapat di pahami. Dan juga, kepada teman
teman kami selaku penyusun makalah ini mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari teman teman semua demi menuju ke perbaikan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Redaksi Intera. 2021. Thaharah, Ciri Khas Pribadi Muslim. INTERA:
Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Terbitan (KDT).
23
24