Di Susun Oleh :
Siti Jubaedah
Ratna Suminar
Sabila Kusumaningrum
Sri Utami Dewi
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..
1. Rumusan Masalah…………………………………………………… 6
BAB II ISI………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan………………………………………………………. 28
3.2 Saran……………………………………………………………… 28
KATA PENGANTAR
Materi tentang bersuci atau thaharah sangatlah penting di kaji, karena berkaitan
akan penyucian jiwa maupun raga seseorang dari dosa, najis yang terlihat, dan dari najis
2
yang tidak terlihat. Karena kegiatan bersuci ini berhubungan dengan ibadah seseorang
untuk menghadap Allah, maka dalam makalah ini akan membahas tentang wudhu,
tayamum dan mand, hal-hal apa saja yang bisa membatlkan, beserta dalil dan hikmahnya
Tidak lupa umtuk selalu bersyukur kepada Allah Subhanallahu Wa’taala atas berkat
dan rahmatnya kami bisa menyusun makalah dengan lancar. Serta ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang sudah mendukung kami dalam hal moril maupun materiil.
Besar harapan kami semoga makalah yang telah kami susun ini bermanfaat bagi
yang membaca. Apabila ada salah kata atau kritik mengenai isi makalah yang kami susun,
kami menerima kritik dan saran yang membangun dengan senang hati.
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
3
menunaikan ibadah tersebut.Banyak orang mungkin tidak tahu bahwa sesungguhnya
bersuci memiliki tata cara atau aturan yang harus dipenuhi. Kalau tidak dipenuhi, tidak
akan sah bersucinya dan secara otomatis ibadah yang dikerjakan juga tidak sah.
Dalam pandangan Islam, masalah bersuci dan segala yang berkaitan dengannya
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena diantara syarat syahnya shalat ditetapkan
agar orang yang mengerjakannya suci dari hadats, suci badan, pakaian dan tempatnya dari
najis. Thahârah berarti suci dan bersih, baik itu suci dari kotoran lahir maupun dari kotoran
batin berupa sifat dan perbuatan tercela. Sedangkan secara istilah fiqh, thaharah
adalah: mensucikan diri dari najis dan hadats yang menghalangi shalat dan ibadah-ibadah
Penyucian diri di sini tidak terbatas pada badan saja tetapi juga termasuk pakaian dan
tempat. Hukum thahârah (bersuci) ini adalah wajib, khususnya bagi orang yang akan
melaksanakan shalat. Hal ini didasarkan pada QS. Al-Ma’idah/5: 6 Artinya: “Hai orang-
orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan salat, maka basuhlah muka
kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian, dan (basuh) kaki
4
Terkadang ada problema ketika orang itu tidak menemukan air, maka Islam
mempermudahkan orang tersebut untuk melakukan tayamum sebagai ganti dari mandi,
yang mana alat bersucinya dengan mengunakan debu.Tetapi bagaimana jika ada orang yang
tidak menemukan kedua alat bersuci? Lalu bagaimana orang tersebut bersuci? Tidak hanya
orang yang tidak menemukan kedua alat bersuci, yang dalam istilah fiqihnya disebut
dengan faaqiduth thohuuroini. Bagaimana tata cara bersuci yang benar bagi orang sakit,
misal kakinya diperban atau pasien rawat inap di rumah sakit yang biasanya tidak boleh
terkena air?
dan bukan tidak mungkin kita pun akan mengalaminya. Oleh karena itu kami mencoba
menguraikan hal-hal di atas, dalam makalah ini akan di bahas mengenai wudhu, tayamum
dan mandi, hal-hal yang membatalkan, dalil dan hikmahnya. walau pun tidak dapat
dikatakan menyeluruh. Setidaknya dengan amakalah ini, kita mengetahui gambaran status
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
5
1. Pengertian wudhu, landasan hukum wudhu, pembagian syarat, rukun dan hal yang
membatalkannya.
2. Pengertian tayamum, landasan hukum tayamum, cara wudhu tayamum, syarat,
rukun dan hal yang membatalkan tayamum.
3. Pengertian mandi, perkara yang diwajibkan mandi, fardu mandi, perkara sunnah
semasa mandi, mandi yang disunnahkan.
4. Hikmah dari bersuci.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah melatih penulis agar mampu menyusun
tulisan ilmiah yang benar, untuk memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan
pembacanya, memberi sumbangan pemikiran baik berupa konsep teoritis maupun praktis,
mendukung perkembangan konsep keilmuan pemecahan masalah, menjawab rumusan
masalah yaitu:
1. Menjelaskan apa yang di maksud wudhu, pembagian syarat, rukun dan hal yang
membatalkannya.
2. Menjelaskan apa yang di maksud dengan tayamum, landasan hukum tayamum, cara
wudhu tayamum, syarat, rukun dan hal yang membatalkan tayamum.
3. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan mandi, perkara yang diwajibkan mandi,
fardu mandi, perkara sunnah semasa mandi, mandi yang disunnahkan.
4. Menjelaskan hikmah dari bersuci.
BAB II PEMBAHASAN
1. Wudhu
1) Pengertian Wudhu
6
Wudhu menurut bahasa berarti “baik” dan “bersih”. Sedangkan
menurut istilah, wudhu adalah membasuh muka, kedua tangan sampai siku,
mengusap sebagian kepala, dan membasuh kaki yang sebelumnya didahului
dengan niat serta dilakukan dengan tertib.
Dalam Buku fikih wanita karangan syaikh kamil Muhammad
Uwadidah, Wudhu adalah membasuh bagian tertentu yang boleh ditetapkan
dari anggota badan dengan air sebagai persiapan bagi seorang Muslim untuk
menghadap Allah SWT mendirikan shalat. suatu syarat untuk sahnya shalat
yang dikerjakan sebelum seseorang mengerjakan shalat.
7
Artinya: ” Allah tidak menerima shalat salah seorang di
antaramu bila ia berhadats, sehingga ia berwudhu.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Menurut ijma’ ulama berpendapat bahwa wudhu hukumnya wajib bagi
Muslim yang sudah dewasa dan berakal, telah masuk waktu shalat atau
ketika akan melaksanakan suatu perbuatan yang disyaria’tkan wudhu
terlebih dahulu.
b. Syarat wudhu
8
1. Menggunakan air suci untuk berwudhu.
2. Air yang digunakan adalah air halal dan bukan air curian.
ِ َيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب
اط ِل
c. Rukun wudhu
9
1. Niat dalam hati.
َرنِى َربِّىŽًّا ِم ْن َما ٍء فَأ َ ْد َخلَهُ تَحْ تَ َحنَ ِك ِه فَ َخلَّ َل بِ ِه لِحْ يَتَهُ َوقَا َل « هَ َك َذا أَ َمŽَّكانَ إِ َذا تَ َوضَّأ َ أَ َخ َذ َكًف
» َع َّز َو َج َّل
10
ِ ِ ثُ َّم َغ َس َل يَ َدهُ ْاليُس َْرى إِلَى ْال َمرْ ف، ق ثَالَثًا
« ق ثَالَثًا ِ ِ» ثُ َّم َغ َس َل يَ َدهُ ْاليُ ْمنَى إِلَى ْال َمرْ ف
« ثُ َّم، َُب بِ ِه َما إِلَى قَفَاهَ َحتَّى َذه، بَدَأَ بِ ُمقَ َّد ِم َر ْأ ِس ِه، فَأ َ ْقبَ َل بِ ِه َما َوأَ ْدبَ َر، هŽِ ثُ َّم َم َس َح َر ْأ َسهُ بِيَ َد ْي
ُان الَّ ِذى بَدَأَ ِم ْنه
ِ » َر َّدهُ َما إِلَى ْال َم َك
6. Berurutan / tertib.
11
ق َوا ْم َسحُوا بِ ُر ُءو ِس ُك ْم َوأَرْ ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْعبَي ِْن
ِ ِفَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ْال َم َراف
12
أَوْ َجا َء أَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَائِ ِط
“... atau kembali dari tempat buang air..” (QS. An Nisa’: 43)
2. Tidur
“Mata adalah pengawal dubur. Maka barangsiapa tidur, maka dia wajib
berwudhu.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah; hasan) .Adapun tidur
dalam kondisi duduk dengan pantat menempel tempat duduk, ia tidak
membatalkan wudhu.
13
Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menunggu
waktu untuk sholat Isya’ lalu mereka tertidur sambil duduk. Kemudian
mereka bangun terus menunaikan sholat tanpa berwudhu. (HR. Abu
Dawud dan Ibnu Majah, hadits senada diriwayatkan pula oleh Muslim)
Baik menyentuh milik sendiri atau milik orang lain, hal itu membatalkan
wudhu. Sebagaimana sabda Rasulullah:
Dalam hal ini ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Menurut
mazhab Syafi’i, persentuhan kulit dengan istri atau lawan jenis non
mahram (yang halal dinikahi) membatalkan wudhu.
14
kulit saat jima’.Mereka berhujjah, laa mastumun nisaa’ pada Surat An di
atas maknanya adalah hubungan suami istri bukan bersentuhan biasa.
Mereka juga berdalil dengan hadits yang menyebutkan Aisyah tidur saat
Rasulullah sholat malam, lalu Rasulullah memegang kaki Aisyah karena
menghalangi sujud beliau.
5. Hilang akal
Hilangnya akal atau kesadaran juga membuat wudhu batal. Baik karena
mabuk, pingsan, gila atau meminum obat-obatan. Hilangnya kesadaran
karena minum obat-obatan ini lebih dahsyat daripada tidur. Karenanya
para ulama sepakat hal itu membatalkan wudhu.
2. Tayamum
a. Pengertian Tayamum
Menurut bahasa, tayamum berarti menuju ke debu.Sedangkan
menurut pengertian syari’at, tayamum adalah mengusapkan debu ke wajah
dan kedua tangan dengan niat untuk mendirikan shalat atau
lainnya. Menurut para ulama Fikih, ada beberapa pengertian tentang
tayamum, yaitu:
1) Menurut Hanafiah, tayamum adalah mengusap wajah dan kedua
tangan dengan debu yang suci.
2) Menurut Malikiyah, tayamum adalah mengusap wajah dan kedua
tangan dengan debu yang suci disertai niat.
15
3) Menurut Syafi’iyah, tayamum adalah mendatangkan debu pada
wajah dan kedua tangan atau anggota dari keduanya sebagai ganti
dari wudhu’ atau mandi dengan syarat-syarat tertentu.
4) Menurut Hanabilah, tayamum adalah mengusap wajah dan kedua
tangan dengan debu yang suci dengan cara yang ditentukan .
Menurut Hanafiyah, tayamum merupakan pengganti yang mutlak
dari wudhu, maksudnya tayamum dapat menghilangkan hadats selama tidak
ada air ketika seseorang akan menunaikan shalat. Dengan keterangan ini
bisa kita ambil kesimpulan bahwa dengan sekali tayamum, kita dapat
melaksanakan shalat fardhu lebih dari sekali, waktu bertayamum tidak harus
menunggu masuknya waktu shalat, serta hal-hal lain sebagaimana wudhu.
Pernyataan ini berbeda dengan jumhur, yakni kedudukan tayamum
menghilangkan hadats. Maka bila telah masuk waktu shalat orang yang
hadats tidak menemukan air atau karena sebab lain yang memperbolehkan
seseorang bertayamum ia dapat menunaikan shalat walau dalam keadaan
hadats dengan bertayamum karena darurat, sebagaimana kasus mustahadhoh
(orang perempuan yang istihadho).
Ulama telah sepakat bahwa tayamum menjadi pengganti dari
thaharah kecil (berhadats kecil), tetapi mereka berbeda pendapat mengenai
tentang tayamum sebagai pengganti thaharah besar (hadats besar). Jadi
tayamum adalah suatu rukhshah/keringanan bagi orang yang tidak
diperkenankan menggunakan air karena sakit atau kesulitan untuk
mendapatkan air.
16
1. Firman Allah dalam surat An-Nisa’: 43:
ضى أَوْ َعلَى َسفَ ٍر أَوْ َجا َء أَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَائِ ِط أَوْ ال َم ْستُ ُم النِّ َسا َء فَلَ ْم تَ ِجدُوا َما ًء فَتَيَ َم
َ ْ… َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َمر
ًًّوا َغفُورًاŽّ ُ َكانَ َعف َ طيِّبًا فَا ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُك ْم إِ َّن هَّللا
َ ص ِعيدًا
َ ّ ُموا
Artinya: “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan
tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya
Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.”
2. Hadits Nabi SAW dari Abu Hurairah r.a berkata:
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda, “seluruh bumi dijadikan bagiku
dan bagi umatku sebagai mesjid dan alat bersuci, maka dimana juga
shalat itu ditemui salah seorang di antaramu, disisinya terdapat-terdapat
alat untuk bersuci.” (HR. Ahmad)
3. Ijma’
Ijma’ ulama membolehkan tayamum, tetapi khusus bagi orang sakit
dan Musafir yang ktiadaan air. Namun mereka berselisih dalam persoalan,
yaitu:
1) Orang sakit yang khawatir terhadap pnggunaan air pada
penyakitnya,
2) Keadaan normal yang tidak menemukan air,
3) Musafir yang sangat yang menghemat atau memerlukan air
bawaanya, dan
4) Orang yang khawatir terhadap kesehatannya dengan menggunakan
air yang sangat dingin.
Jumhur ulama berpendapat bahwa keempat golongan tersebut boleh
bertayamum, sedangkan Atha’ tidak membolehkan tayamum baik orang
sakit maupun sehat jikamenemukan air.sementara itu, mahzab Syafi’i dan
17
Maliki membolehkan tayamum bagi orang yang bukan berada dalam
perjalanan dan tidak sakit.
c. Cara Wudhu Tayamum
Cara wudhu tayamum berbeda dengan ketika wudhu menggunakan
air, karena lebih sederhana. Cara wudhu tayamum bisa dilakukan seperti
berikut:
1) Menepuk telapak tangan ke sho’id, seperti debu, dengan sekali
tepukan.
2) Meniup kedua tangan tersebut.
3) Mengusap wajah sekali.
4) Mengusap punggung telapak tangan sekali.
Cara wudhu tayamum ini didukung dengan adanya hadist dari
‘Ammar bin Yasir berikut ini.Ada seseorang mendatangi ‘Umar bin Al
Khottob, ia berkata, “Aku junub dan tidak bisa menggunakan air.” ‘Ammar
bin Yasir lalu berkata pada ‘Umar bin Khottob mengenai kejadian ia dahulu,
“Aku dahulu berada dalam safar. Aku dan engkau sama-sama tidak boleh
shalat. Adapun aku kala itu mengguling-gulingkan badanku ke tanah, lalu
aku shalat. Aku pun menyebutkan tindakanku tadi pada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, lantas beliau bersabda, “Cukup bagimu melakukan seperti
ini.” Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dengan
menepuk kedua telapak tangannya ke tanah, lalu beliau tiup kedua telapak
tersebut, kemudian beliau mengusap wajah dan kedua telapak tangannya.
(HR. Bukhari dan Muslim).
Dalil pendukung cara wudhu tayamum berikutnya bisa kita lihat
dalam riwayat Muslim berikut:“Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menepuk kedua telapak tangannya ke tanah dengan sekali tepukan,
18
kemudian beliau usap tangan kiri atas tangan kanan, lalu beliau usap
punggung kedua telapak tangannya, dan mengusap wajahnya.”
19
2) niat dengan membaca Nawaitut Tayammuma Lisstibaahatish
Shalaati Fardlol Lillaahi Ta’ala,
3) mengusap wajah,
4) mengusap tangan hingga siku,
5) tertib dalam mengusap.
Pembatal tayammum yaitu:
1) apa-apa saja yang membatalkan wudhu,
2) murtad,
3) ragu adanya air jika sebab tayamumnya karena ketiadaan air.
3. Mandi
Dari segi bahasa, mandi berarti mengalirkan air ke seluruh badan. Dari
segi syara‘, mandi bermaksud mengalirkan air ke seluruh badan dengan niat
yang tertentu.
20
b. Fardu Mandi
1) Berniat pada permulaan kena air pada badan.
2) Menghilangkan najis yang terdapat pada tubuh badan.
3) Meratakan air ke seluruh badan terutama kulit, rambut dan bulu.
4) Perkara sunnah semasa mandi
5) Terdapat banyak perkara sunnah semasa mandi, antaranya:
1. Membaca “basmalah”
2. Berwudhu’ sebelum mandi.
3. Membasuh dua tapak tangan.
4. Menggosok seluruh bahagian badan.
5. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan daripada yang kiri.
6. Mengulangi membasuh anggota tubuh sebanyak tiga kali.
e. Mandi-mandi sunnah
21
11) Mandi karena wuquf di ‘Arafah.
12) Mandi karena bermalam di Muzdalifah.
13) Mandi karena tawaf.
14) Mandi karena sa‘i.
15) Mandi karena masuk ke Madinah.
هَ َذا التَّأْ ِكيد يَدُلُّ َعلَى أَنَّهُ َع َّم َم َج ِميع َج َس ِد ِه بِ ْال ُغ ْس ِل
ُ أَ َّما أَنَا فَآ ُخ ُذ ِملْ َء َكفِّى ثَالَثا ً فَأَصُبُّ َعلَى َر ْأ ِسى ثُ َّم أُفِي
ضهُ بَ ْع ُد َعلَى َسائِ ِر َج َس ِدى
22
“Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada
kepalaku, kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku.” (HR.
Ahmad 4/81)
ك أَ ْنŽ
ِ Žا يَ ْكفِيŽŽا َل « الَ إِنَّ َمŽŽَ ِة قŽَ ِل ْال َجنَابŽهُ لِ ُغ ْسŽض ُ ُض ْف َر َر ْأ ِسى فَأ َ ْنق
َ ت يَا َرسُو َل هَّللا ِ إِنِّى ا ْم َرأَةٌ أَ ُش ُّد
ُ قُ ْل
ْ ْك ْال َما َء فَت
ََطه ُِرين ِ ضينَ َعلَي ِ ت ثُ َّم تُفِي
ٍ ث َحثَيَا َ َك ثَال ِ » تَحْ ثِى َعلَى َر ْأ ِس.
Berikut kita akan melihat tata cara mandi yang disunnahkan. Apabila
hal ini dilakukan, maka akan membuat mandi tadi lebih sempurna. Yang
23
menjadi dalil dari bahasan ini adalah dua dalil yaitu hadits dari ‘Aisyah dan
hadits dari Maimunah.
Hadits pertama:
انَ إِ َذاŽŽلم – َكŽŽه وسŽŽلى هللا عليŽŽى – ص َّ ِلم – أَ َّن النَّبŽŽج النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وس ِ ْع َْن عَائِ َشةَ َزو
فَيُخَ لِّ ُل، ا ِءŽŽصابِ َعهُ فِى ْال َم َّ ثُ َّم يَتَ َوضَّأ ُ َك َما يَتَ َوضَّأ ُ ِلل، ا ْغتَ َس َل ِمنَ ْال َجنَابَ ِة بَدَأَ فَ َغ َس َل يَ َد ْي ِه
َ َ ثُ َّم يُ ْد ِخ ُل أ، صالَ ِة
ثُ َّم يُفِيضُ ْال َما َء َعلَى ِج ْل ِد ِه ُكلِّ ِه، ف بِيَ َد ْي ِه
ٍ ث ُغ َر َ َبِهَا أُصُو َل َش َع ِر ِه ثُ َّم يَصُبُّ َعلَى َر ْأ ِس ِه ثَال
Hadits kedua:
، ْت لِ َرسُو ِل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – َما ًء يَ ْغتَ ِس ُل بِ ِه َ ت َم ْي ُمونَةُ َو
ُ ضع ْ َس قَا َل قَال
ٍ َع ِن ا ْب ِن َعبَّا
ثُ َّم، ُ َذا ِكي َرهŽ َل َمŽَسَ فَغ، َمالِ ِهŽه َعلَى ِشŽِ Žِ ثُ َّم أَ ْف َر َغ بِيَ ِمين، فَ َغ َسلَهُ َما َم َّرتَ ْي ِن َم َّرتَ ْي ِن أَوْ ثَالَثًا، هŽِ فَأ َ ْف َر َغ َعلَى يَ َد ْي
ر َغ َعلَىŽ َ Ž ثُ َّم أَ ْف، ثُ َّم َغ َس َل َوجْ هَهُ َويَ َد ْي ِه ثُ َّم َغ َس َل َر ْأ َسهُ ثَالَثًا، ق
َ ض َوا ْستَ ْن َش َ ثُ َّم َمضْ َم، ض ِ َْدلَكَ يَ َدهُ بِاألَر
هŽِ ثُ َّم تَنَحَّى ِم ْن َمقَا ِم ِه فَ َغ َس َل قَ َد َم ْي، َج َس ِد ِه
24
menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci
kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah.
Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung.
Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau
membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu
beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di
tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari no. 265 dan Muslim no. 317)
Dari dua hadits di atas, kita dapat merinci tata cara mandi yang
disunnahkan sebagai berikut.
1. Pertama: Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum
tangan tersebut dimasukkan dalam bejana atau sebelum mandi.
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah mengatakan, “Boleh jadi tujuan
untuk mencuci tangan terlebih dahulu di sini adalah untuk
membersihkan tangan dari kotoran … Juga boleh jadi tujuannya adalah
karena mandi tersebut dilakukan setelah bangun tidur.”
2. Kedua: Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan
tangan kiri.
3. Ketiga: Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan
menggosokkan ke tanah atau dengan menggunakan sabun. An
Nawawi rahimahullah mengatakan, “Disunnahkan bagi orang yang
beristinja’ (membersihkan kotoran) dengan air, ketika selesai,
hendaklah ia mencuci tangannya dengan debu atau semacam sabun,
atau hendaklah ia menggosokkan tangannya ke tanah atau tembok
untuk menghilangkan kotoran yang ada.”
4. Keempat: Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika
hendak shalat. Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Adapun
25
mendahulukan mencuci anggota wudhu ketika mandi itu tidaklah
wajib. Cukup dengan seseorang mengguyur badan ke seluruh badan
tanpa didahului dengan berwudhu, maka itu sudah disebut mandi (al
ghuslu).”
26
aktivitas manusia. Sebab, anggota-anggota tubuh itu termasuk yang paling
sering terpapar kotoran.
4) Keempat, menyiapkan diri dengan kondisi terbaik saat menghadap Allah:
tidak hanya bersih tapi juga suci. Dalam shalat, doa, dan munajatnya,
seorang hamba memang seyogianya suci secara lahir dan batin, bersih
jasmani dan rohani, karena Allah yuhhibbut tawwâbîna yayuhibbul
mutathahhirîna (mencintai orang-orang yang bertobat dan
menyucikandiri).Wallâhua’lam.
27
Wudhu menurut bahasa berarti “baik” dan “bersih”. Sedangkan
menurut istilah, wudhu adalah membasuh muka, kedua tangan sampai
siku, mengusap sebagian kepala, dan membasuh kaki yang sebelumnya
didahului dengan niat serta dilakukan dengan tertib.
tayamum berarti menuju ke debu. Sedangkan
menurut pengertian syari’at, tayamum adalah mengusapkan debu ke
wajah dan kedua tangan dengan niat untuk mendirikan shalat atau
lainnya.
Mandi berarti mengalirkan air ke seluruh badan. Dari segi syara‘,
mandi bermaksud mengalirkan air ke seluruh badan dengan niat yang
tertentu.
Bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah
manusia. Manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bersih
dan menghindari sesuatu yang kotor dan jorok. Karena Islam adalah
agama fitrah maka ia pun memerintahkan hal-hal yang selaras dengan
fitrah manusia.
3.2 Saran
Saran dari penulis ialah semoga bagi para pembaca bisa
mengaplikasikan teori-teori yang ada dalam makalah ini mengenai
wudhu, tayamum dan mandi. Sehingga kita bisa melakukan kegiatan
bersuci dengan benar dan apa-apa ibadah yang kita lakukan sah agar
mendapat berkah, rahmat dan pahala dari Allah Subhanallahu Wa’Taala.
DAFTAR PUSTAKA
28
Materidantutorial.blogspot.com (Februari 2018). Makalah tentang thaharah istinja wudhu.
Diakses, 30 Oktober 2021, dari http://materidantutorial.blogspot.com/2018/02/makalah-
tentang-thaharah-istinja-wudhu.html
www.suaramerdeka.com(April 2020). Hadits rukun mandi wajib dan tata caranya. Diakses,
30 Oktober 2021, dari https://www.suaramerdeka.com/religi/pr-04425501/hadits-rukun-
mandi-wajib-dan-tata-caranya?page=all
wahdah.or.id. syarat-syarat sah dan rukun wudhu. Diakses 30 Oktober 2021, dari
https://wahdah.or.id/syarat-syarat-sah-dan-rukun-wudhu/
islam.nu.or.id. Makalah tentanh thaharah, istinja dan wudhu (2018). Diakses 30 Oktober
2021, dari https://islam.nu.or.id/post/read/79265/empa[ CITATION Mak18 \l
1033 ]t-hikmah-disyariatkannya-bersuci-dalam-islam
29