Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Najis dan Hadas

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Praktek Ibadah

Disusun Oleh:

Dina Apriyani :2122108

Rani Anggraini :2122088

Zahra Tullatifah:2122112

Dosen Pengampu:

Dr.Rahmi, MA.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK

BUKITTINGGI

1445 H/ 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT. Yang mana telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bimbingan dan Praktek Ibadah yang berjudul ”
Wudhu ”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibuk Dr. Rahmi,MA selaku dosen pengampu
mata kuliah Bimbingan dan Praktek Ibadah, yang telah memberikan arahan kepada saya dalam
menyusun makalah ini sesuai tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini memiliki banyak kekurangan
baik dalam hasil maupun sistematika penulisannya. Oleh sebab itu, penulisan mengharapkan
saran dan kritik yang membangun sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi penulis
kesempurnan makalah ini.

Bukittinggi, 5 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 5

2.1 Pengertian Wudhu ............................................................................................. 5


2.2 Dalil Wudhu ...................................................................................................... 6
2.3 Fardhu Wudhu .................................................................................................. 8
2.4 Rukun Wudhu ................................................................................................... 8
2.5 Hal-hal Membatalkan Wudhu ........................................................................... 10

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 12


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap orang yang akan melaksanakan sholat tentu akan berwudhu terlebih
dahulu. Banyak yang kita lihat orang berwudhu asal-asalan atau tidak
sempurna. Kadang-kadang ada bagian anggota wudhu yang tidak terkena air.
Padahal kalau mereka tau betapa agungnya syariat Islam tentang wudhu ini
tentu akan berusaha menyempurnakan wudhunya. Dari kegiatan yang
dilakukan dengan berwudhu, jelas sekali prinsip Islam dalam menjaga
kebersihan anggota tubuh yang sering terbuka. Kebersihan pangkal kesehatan.
Ini dilakukan minimal 5 kali sehari. Belum lagi kalau ditinjau dari segi
rohaninya.
Semua anggota tubuh dari sering bermaksiat, sering berbuat dosa. Tangan
mungkin diperhunakan untuk memukul orang, mengambil milik orang lain,
mulut mungkin mnenyakiti hati orang, atau memakan barang haram, hidung
mungkin mencium hal-hal yang tidak boleh dicium, mata yang ada dimuka
memandang hal-hal yang tidak layak dipandang, telinga mungkin sering
mendengar kata-kata yang tidak pantas untuk didengar. Dan kaki mungkin
sering dipergunakan untuk melangkah ke tempat yang dilarang Allah swt.
Dengan melakukan wudhu dengan sempurna, rohani dan jasmani menjadi
bersih, jernih dan segar. Maka dapat disimpulkan bahwa wudhu sangat penting
bagi setiap umat islam. Karena tanpa berwudhu tidaklah sah sholat seseoramg.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian wudhu’?
2. Apa dalil yang mendasari wudhu’?
3. Bagaimana fardhu wudhu’?
4. Bagaimana rukun wudhu’?
5. Apa saja hal-hal yang membatalkan wudhu’?

1.2 Tujuan Penulisan


Dalam penulisan ini, Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian wudhu’;
2. Untuk mengetahui apa dalil wudhu’;
3. Untuk mengetahui fardhu wudhu’;
4. Untuk mengetahui rukun wudhu’;
5. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan wudhu’.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian wudhu’.


Wuḑu‟ menurut bahasa berarti kebersihan. Sedangkan menurut istilah
adalah sifat yang nyata yang dilakukan dengan anggota badan tertentu, yang
dapat menghilangkan hadaś kecil yang ada hubungannya dengan shalat.1
Menurut wahbah Zuhayli dalam bukunya Al-Fiqhu Al-Islami Waadillatuhu,
mendefinisikan “wuḑu” adalah air yang suci pada anggota badan (muka,
tangan, sebagian kepala dan kaki) berdasarkan sifat yang telah ditetapkan oleh
syara”. Menurut Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-Taujiri, yang
dimaksud dengan pengertian wudhu adalah sebagai berikut: “wudhu adalah
sebuah ibadah (pengabdian) karena Allah dengan menggunakan air yang suci
pada anggota tubuh manusia berdasarkan sifat yang khusus (ditentukan).
Dengan perkataan lain, wudhu adalah membasuh sebagian anggota badan
dengan syarat dan rukun tertentu setiap akan melakukan ibadah terutama shalat
dan ibadah lainnya seperti ketika akan membaca al-Qur`an”.2
Sedangkan menurut istilah syara‟ wuḑu‟ adalah: membasuh muka, kedua
tangan sampai siku, mengusap sebagian kepala dan membasuh kaki didahului
dengan niat dan dilakukan dengan tertib. Perintah wuḑu‟ diberikan kepada
orang yang akan mengerjakan şalat, dan menjadi salah satu dari syarat sahnya
şalat.

2.2 Dalil Wudhu’.


Dalil tentang wudhu’ terdapat dalam Qs. Al-Maidah: 6.
‫س ُح ْوا ِب ُر ُء ْو ِس ُك ْم‬ َ ‫ق َوا ْم‬ ِ ِ‫ص ٰلوةِ َفا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم َوا َ ْي ِد َي ُك ْم ِا َلى ْال َم َراف‬ َّ ‫ٰ ْٓياَيُّ َها َّال ِذيْنَ ٰا َمنُ ْْٓوا اِذَا قُ ْمت ُ ْم اِ َلى ال‬
َ‫سفَر اَ ْو َج ۤا َء اَ َحد ِ ِّم ْن ُك ْم ِ ِّمن‬ َ ‫ع لى‬ ٰ َ ‫اط َّه ُر ْوا َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم َّم ْرضٰ ْٓ ى اَ ْو‬ َّ َ‫َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْع َبي ِْن َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا ف‬
‫س ُح ْوا ِب ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِ ِّم ْنهُ َما‬ َ ‫ام‬ ْ َ‫ط ِيِّبًا ف‬َ ‫ص ِع ْيدًا‬ َ ‫س ۤا َء فَلَ ْم ت َِجد ُْوا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُم ْوا‬ َ ِِّ‫ْالغ َۤاىِٕطِ ا َ ْو ٰل َم ْست ُ ُم الن‬
َ‫علَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُر ْون‬ َ ُ‫علَ ْي ُك ْم ِ ِّم ْن َح َرج َّو ٰلك ِْن ي ُِّر ْيدُ ِلي‬
َ ‫ط ِ ِّه َر ُك ْم َو ِليُتِ َّم نِ ْع َمت َه‬ َ ‫ّللاُ ِليَ ْج َع َل‬
ٰ ُ‫ي ُِر ْيد‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak
melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.
Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan

1
Khoirul Abror, Fiqih Ibadah,(Yogyakarta: Phoenix Publisher, 2019), hlm.35.
2
Syakir Jamaluddin, Fiqih Ibadah, (Yogyakarta: Latifah, 2010), hlm.40.

5
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka
jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik
(suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur”.
Adapun hadis-hadis yang menjelaskan tentang bagaimana berwudhu`
sangatlah banyak yang diantaranya adalah sebagai berikut:3
a. HR. Bukhari dan Muslim
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw.
bersabda: “Allah SWT tidak akan menerima shalat salah seorang
diantara kalian apabila memiliki hadats sehingga ia berwudhu`.
b. HR. Al-Baihaqi
Diriwayatkan dari Salman, bahwa apabila seorang hamba
berwudhu`, maka gugur dosa-dosa darinya seperti gugurnya daun
dari pohon ini.
c. HR. Ahmad dan Abu Dawud
Bahwa Rasulullah s.a.w., bersabda: “Tidak sah shalatnya seseorang
yang tidak mempunyai wudhu`, dan tidak sah wudhu bagi orang
yang tidak menyebutkan nama Allah SWT”.
d. HR. Imam Malik dan Asy-Syafi’i
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Apabila tidak memberatkan atas
umatku, tentu sudah aku perintahkan mereka supaya bersiwak pada
tiap-tiap wudhu`”.

2.3 Fardhu wudhu

Fardhu wudhu atau kondisi wajib seseorang berwudhu yaitu manakala


seseorang akan melakukan hal-hal berikut ini :4
a. Melakukan Shalat
Untuk melakukan shalat diwajibkan berwudhu', baik untuk shalat
wajib maupun shalat sunnah. Termasuk juga di dalamnya sujud
tilawah. Dalilnya Seperti yang dijelaskan dalam Qs. Al- Maidah:6,
sebagai berikut:

3
Ibid, hlm.42.
4
Ahmad Sarwat, Fiqih Thaharah, (Jakarta: Du Center Press, 2010), hlm.119.

6
‫س ُح ْوا‬ ِ ِ‫ص ٰلوةِ فَا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم َواَ ْي ِد َي ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬
َ ‫ق َوا ْم‬ َّ ‫ٰيْٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْْٓوا اِذَا قُ ْمت ُ ْم اِلَى ال‬
َّ ‫ِب ُر ُء ْو ِس ُك ْم َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْع َبي ِْن َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا فَا‬
‫ط َّه ُر ْوا‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak
melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai
ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke
kedua mata kaki.”
b. Menyentuh Mushaf
Jumhur ulama umumnya menyatakan bahwa diharamkan
menyentuh mushaf Al-Quran bila seseorang dalam keadaan hadats
kecil, atau dalam kata lain bila tidak punya wudhu'.5 Al-Malikiyah
dan Asy-Syafi'iyah mengatakan bahwa haram bagi orang yang
dalam keadaan hadats kecil untuk menyentuh mushaf meski pun
dengan alas atau batang lidi. Sedangkan Al-Hanafiyah meski
mengharamkan sentuhan langsung, namun bila dengan
menggunakan alas atau batang lidi, hukumnya boleh. Syaratnya, alas
atau batang lidi itu suci tidak mengandung najis.

َ ‫س ْٓهۥُ ِإ َّّل ٱ ْل ُم‬


َ‫ط َّه ُرون‬ ُّ ‫َّّل يَ َم‬
Artinya: Tidak ada yang menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan.(Qs.Al-Waqiah: 79)

Keharaman menyentuh mushaf bagi orang yang berhadats kecil ini


sudah menjadi ijma' para ulama yang didukung 4 mazhab utama.
Sedangkan pendapat yang mengatakan tidak haram, yaitu pendapat
mazhab Daud Ad-Dzahiri. Dalam pandangan mazhab ini, yang
diharamkan menyentuh mushaf hanyalah orang yang berhadats
besar, sedangkan yang berhadats kecil tidak diharamkan.
c. Tawaf di Seputar Ka`bah
Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum berwudhu` untuk tawaf di
ka`bah adalah fardhu. Kecuali Al-Hanafiyah. Hal itu didasari oleh
hadits Rasulullah SAW yang berbunyi : 6
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tawaf di
Ka`bah itu adalah shalat, kecuali Allah telah membolehkannya
untuk berbicara saat tawaf. Siapa yang mau bicara saat tawaf, maka
bicaralah yang baik-baik”. (HR.Tirmizi)

5
Ibid, hlm.120.
6
Ibid, hlm.122.

7
2.4 Rukun Wudhu’
1. Niat, yaitu suatu kemauan yang tertuju kepada perbuatan (berwudu)
demi memenuhi ketentuan perintah Allah dan mengharap ridha-
Nya.7 Dasarnya adalah hadis berikut:
“Dari Umar bin Khaththab r.a, ia berkata: Rasulullah saw. telah
bersabda: Bahwa sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niat;
dan bagi tiap urusan menurut apa yang diniatkan”. (H. R.Bukhari dan
Muslim).
2. Membasuh muka
Para Ulama telah sepakat bahwa membasuh muka itu, pada dasarnya
adalah: rukun dalam wuḑu‟. Perintah membasuh muka terdapat
dalam Q.S. 5 Al-Maidah: 5.
‫فَا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم‬
Artinya: “maka basuhlah wajahmu”

Yang dimaksud dengan (batas) muka adalah daerah yang berada


ditepi dahi sebelah atas sampai tepi bawah dagu, dan dari centil
(pinggir) telinga kanan sampai centil telinga kiri; dan membasuh
muka hanya diwajibkan satu kali saja, sedangkan untuk
penyempurnaannya sampai tiga kali hukumnya sunnah.
Membasuh kedua Tangan.
Dasar ditetapkannya farḑu yang ketiga ini adalah firman Allah Swt

ِ ‫َوا َ ْي ِد َي ُك ْم اِلَى ْال َم َرا ِف‬


‫ق‬

Atinya: "Dan (basuhlah) tanganmu beserta siku tanganmu.

Siku yang dimaksud disini, adalah batas engsel yang meng-


hubungkan lengan dengan tangan; atau pertemuan antara lengan
dengan pergelangan.

3. Menyapu (mengusap kepala)


Maksudnya adalah mengusap kepala dengan tangan yang dibasahi
air,dan pengertian mengusap kepala disini tidaklah diharuskan
seluruh kepala, melainkan sebagiannya saja sudah cukup, karena
“ba” pada “biruusikum”, adalah littab‟iḑ (untuk sebagian).

7
Nasri Hamang Najed, Fikih Islam dan Metode Pembelajarannya, (Bandung: Elex Media
Komputindo, 2018), hlm.33.

8
Hadiś yang mengutarakan tentang menyapu kepala cukup
sebagiannya, adalah hadiś yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Al-
Mughirah sbb:
“Sesungguhnya Nabi s.a.w berwuḑu”, maka mengusap ubun-
ubunnya dan lalu menyapu surbannya juga beliau menyapu atas dua
khufnya”.
Kepala yang dimaksud adalah yang biasa ditumbuhi rambut, mulai
dari atas dahi sampai pada tengkuk (bagian belakang kepala), Jika
rambut tidak ada,8 maka cukup menyapu kulit kepala saja, karena
hal itu dipandang sebagai pengganti rambut.

4. Membasuh Kaki serta kedua Mata Kaki.


Berdasarkan firman Allah:

‫َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْع َبي ِْن‬

Artinya: Dan (basuhlah) kakimu beserta mata kakimu.


Kata “arjulakum” atau pada “aidiakum” bukanlah pada pamsahu
biruusikum, karenanya bukan mengusap kaki beserta kedua mata
kaki, melainkan membasuh kaki dengan sempurna beserta kedua
mata kaki.9 Mengenai membasuh kaki ini, didasarkan pula oleh
Hadiś
Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah:

Artinya:” Bahwasannya Nabi s.a.w melihat seorang laki-laki tidak


membasuh tumitnya dikala berwudhu”, maka Nabi bersabda:
celakalah bagi tumit-tumit dari api neraka (orang tidak sempurna
dibasuhnya)”.
Hadiś ini menegaskan betapa pentingnya untuk menyempurkan
kaki, sehingga rasullullah memberikan ultimatum bagi seseorang
yang tidak menyempurkan membasuh kaki, termasuk membasuh
tumitnya, karena tumit ini terletak agak dibelakang bagian kaki,
sehingga seringkali air tidak merata sampai mengenai tumit.

8
Op.Cit, hlm.41.
9
Muhammad Fauzil Adzim, Fikih Materi Thaharah,(Yogyakarta: Mizan Pustaka,2020, hlm.9.

9
5. Tertib dalam Mengerjakan Wuḑu
Tertib dalam mengerjakan wuḑu‟ (pelaksanaan wuḑu‟) itu,
dimaksud untuk mensucikan anggota tubuh satupersatu sesuai
dengan urutannya sebagaimana dikehendaki dalam Al-Qur‟an; yaitu
diawali dengan membasuh muka, kedua tangan, menyapu kepala dan
diakhiri dengan membasuh kaki.

2.5 Hal-hal yang membatalkan wudhu’

1. Sesuatu Yang Keluar Dari Kemaluan.


Dan yang keluar itu bisa apa saja termasuk benda cair seperti air
kencing, air mani, wadi, madzi, darah, nanah, atau cairan apapun.10
Juga bisa berupa benda padat seperti kotoran manusia, batu ginjal,
batu akik, cacing dan lainnya. Dan termasuk juga najis yang
wujudnya berupa benda gas seperti kentut. Semuanya itu bila keluar
lewat dua lubang qubul dan dubur maka wudhunya menjadi batal.
2. Tidur.
Tidur yang membatalkan wudhu adalah tidur yang membuat
hilangnya kesadaran seseorang.11 Termasuk juga tidur dengan
berbaring atau bersandar pada dinding. Sedangkan tidur sambil
duduk yang tidak bersandar kecuali pada tubuhnya sendiri, tidak
termasuk yang membatalkan wudhu' sebagaimana hadits berikut :
"Siapa yang tidur maka hendaklah dia berwudhu'
(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Dan dari hadis lain sebagai berikut:
“Dari Anas ra berkata bahwa para shahabat Rasulullah SAW
tidur kemudian shalat tanpa berwudhu'” (HR. Muslim)
Abu Daud menambahkan :
“Hingga kepala mereka terkulai dan itu terjadi di masa Rasulullah
SAW.”
3. Hilang Akal
Hilang akal baik karena mabuk atau sakit. Seorang yang minum
khamar dan hilang akalnya karena mabuk, maka wudhu' nya batal.
Demikian juga orang yang sempat pingsan tidak sadarkan diri, juga
batal wudhu'nya. Demikian juga orang yang sempat kesurupan atau
menderita penyakit ayan, dimana kesadarannya sempat hilang

10
Muhammad Ajib, Fiqih Wudhu Versi Mazhab Syafi’I,(Jakarta: Rumah Fiqih Publishing,2019),
hlm.30.
11
Muhammad Azzam, Fiqih Ibadah,(Jakarta:Amzah,2013), hlm.56.

10
beberapa waktu, wudhu'nya batal. Kalau mau shalat harus
mengulangi wudhu'nya.
1. Sentuhan Kulit Dengan Yang Bukan Mahram.
Perlu diketahui bahwa jika sentuhan yang terjadi adalah menyentuh
kuku, gigi dan rambut wanita maka wudhunya tidak batal.Apabila
sentuhan kulit dengan kulit yang ada kain yang menghalangi maka
wudhunya juga tidak batal.12 Begitu juga sentuhan dengan sesama
mahram wudhunya juga tidak batal.
2. Bagi yang masih bingung apa itu mahram. Mudahnya mahram
adalah orang yang haram kita nikahi seperti ibu kandung kita
misalnya. Maka
sentuhan dengan ibu kandung tidak batal.Dan sebaliknya bukan
mahram adalah orang yang halal kita nikahi. Seperti wanita lain yang
bukan keluarga kita misalnya. Maka jika sentuhan kulit dengan kulit
maka wudhunya batal.
3. Menyentuh Qubul.
Adapun yang termasuk membatalkan wudhu adalah menyentuh
kemaluan depan dengan telapak tangan tanpa penghalang.13 Adapun
jika ada kain yang menghalangi maka wudhunya tidak batal.Dalil
yang melandasi hal ini adalah hadits:
“Siapa yang menyentuh kemaluannya maka harus berwudhu” (HR.
Ahmad dan At-Tirmizy)
4. Menyentuh Dubur.
menyentuh kemaluan belakang (dubur) dengan telapak tangan tanpa
penghalang.Adapun jika ada kain yang menghalangi maka
wudhunya tidak batal.

12
Ibid, hlm.31.
13
Ibid, hlm.33.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Wudhu merupakan salah satu syarat untuk diterimanya ibadah shalat. Maka
dari kita harus mempelajari dan mendalami hal-hal yang berkaitan dengan
wudhu agar ibadah kita kepada Allah Swt tidak sia-sia. Baik itu sunnah wudhu,
rukun wudhu, hal-hal yang membatalkan wudhu himgga kekeliruan dalam
wudhu semuanya harus kita perhatikan dan amalkan dalam kehidupan sehari-
hari. Wudhu bertujuan untuk menyucikan diri dan membersihkan diri dari
kotoran agar pada saat melaksanakan ibadah, sudah dalam keadaan bersih.
Wudhu bukan hanya pelengkap ibadah shalat saja, melainkan kunci utama yang
menentukan sah atau tidaknya shalat , maka dari itu wudhu harus dilakukan
secara baik dan benar sesuai dengan tata cara yang berlaku

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini ditulis, Penulis banyak berharap untuk para
pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya demi membangun
kesempurnaan makalah pengamatan ini. Saran penulis kepada pembaca adalah
perlunya pemahaman mengenai wudhu yang telahdijelaskan diatas dan
menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang mebacanya dan dapat dipahami serta diambil
kesimpulannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abror, Khoirul. 2019. Fiqih Ibadah. Yogyakarta: Phoenix Publisher.

Adzim, Muhammad Fauzil. 2020. Fikih Materi Thaharah. Yogyakarta: Mizan


Pustaka.

Ajib, Muhammad. 2019. Fiqih Wudhu versi Mazhab Syafi’i. Jakarta: Rumah
Fiqih Publishing.

Azzam, Muahmmad. 2013. Fiqih Ibadah. Jakarta: Amzah.

Najed, Nasri hamang. 2019. Fikih Islam dan Metode Pembelajarannya.


Bandung: Elex Media Komputindo.

Sarwat, Ahmad. 2010. Fiqih Thaharah. Jakarta; Du Center Press.

13

Anda mungkin juga menyukai