Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TENTANG
WUDHU DAN MANDI

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


FIQIH IBADAH
Dosen pengampu : Dr.H.Usman

Di susun oleh :
Deni Sawaludin (210204051)

PROGRAM STUDI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MATARAM 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja danpuji syukur atas kehadirat–Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah‒Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ushul
fiqhi, fiqhi dan syariah.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami ucapkan
banyak terimakasih pada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah
kami.

Telepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata susunankalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami meneriama segala saran dan keritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Mataram 21 Februari 2022


Penyusun : Deni Sawaludin

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………….………........................... ii

DAFTAR ISI……………………………………………………..…………………....…… iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….………...… 1

A. Latar belakang……………………………………………….………………….. 1
B. Rumusan masalah……………………………………………….……………..... 1
C. Tujuan Pembahasan……………………………………...…………………….... 1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...………….. 2

A. Wudhu…………………..………………….............................………………… 2
1. Pengertian Wudhu…………………………………………………………… 2
2. Tingkatan Wudhu……………………………………………………………. 2
3. Syarat-Syarat Wudhu………………………………………………………… 3
4. Rukun Wudhu………………………………………………………………... 3
5. Beberapa Sunnah Wudhu……………………………………………………. 3
6. Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu………………………………………… 4
7. Hikmah Wudhu………………………………………………………………. 4
B. Mandi…………………..………………………………………………………... 5
1. Pengertian Mandi…………………………………………………………….. 5
2. Penyebab Mandi Wajib………….…………………………………………… 5
3. Rukun Mandi………………………………………………………………… 6
4. Sunnah Mandi………………………………………………………………... 6
5. Mandi Sunnah………………………………………………………………... 6
6. Hikmah Mandi……………………………………………………………….. 7

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………….... 8

A. Kesimpulan………...……………………………………………………………. 8
B. Saran……………………...………………………………………………...…… 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah kebersihan, Allah
mensyariatkan wudhu sebagai syarat sah shalat, tawaf, dan menyentuh mushaf. Ia juga
mewajibkan mandi besar dari junub, haid, dan nifas, menyunahkan mandi besar pada
hari Jum’at dan sebelum melaksanakan Shalat Id. Bahkan, Islam sangat menganjurkan
pemeluknya untuk senantiasa memperhatikan kebersihan dan kesucian pakaian, badan,
dan tempat dari berbagai najis dan kotoran. Allah Swt. juga memotivasi kita untuk
melakukan itu semua, sesuai dengan firman Allah :

َ‫ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّرين‬

“Sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang bertobat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri.” (Al-Baqarah: 222)
Ada keringanan bagi orang yang tidak bisa melakukan wudhu atau mandi dengan
air karena udzur tertentu yaitu bisa tayamum sebagai penggantinya. Tayamum dilakukan
dengan debu yang suci dan dengan syarat serta rukun yang sudah diatur dalam syariat
Islam. Sebagaimana dalam firman Allah Q.S Al-Maa’idah ayat 6 yang artinya:

“Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat buang air,
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah dengan
tanah yang baik (bersih)...”

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan whudu ?
2. Apa yang dimaksud dengan mandi ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan  wudhu
2. Mengetahui yang dimaksud dengan mandi

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. WUDHU
1. Pengertian Wudhu
Kata wudhu’ dengan dibaca dhommah huruf dhlo’ nya adalah sebutan untuk
sebuah pekerjaan. Sedangkan kata Al wadhu’ dibaca fathah huruf dhlo’nya adalah
sebutan untuk sesuatu yang digunakan untuk wudhu’. Wudhu diwajibkan pada malam
isra’ bersama sama diwajibkannya shalat. Wudhu’ termasuk syariat umat terdahulu.
Hal ini didasarkan pada hadist: “Ini adalah wudhu’-ku, wudhu’-nya para nabi, dan
wudhu’-nya kekasihku, yakni Ibrahim”.1
Wudhu merupakan cara bersuci yang tujuan utamanya untuk menghilangkan
hadas kecil, seperti keluar angin dari dubur (kentut), buang air besar, buang air kecil,
dan tidur nyenyak. Wudhu itu menjadi salah satu syarat untuk menunaikan ibadah
seperti shalat. Tentang hal ini, Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:

‫ ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَى‬d‫وس‬ ِ dِ‫ ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف‬d‫وهَ ُك ْم َوَأ ْي‬dd‫لُوا ُو ُج‬d‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى الصَّال ِة فَا ْغ ِس‬
ِ ‫حُوا بِ ُر ُء‬d‫ق َوا ْم َس‬d
‫ن‬dِ ‫ْال َك ْعبَ ْي‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, serta sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki...” (QS. Al-Maa’idah : 6).

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah dibawakan air
wudhu, kemudian berwudhu dengan membasuh kedua telapak tangannya sebanyak
tiga kali, lalu membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, setelah itu membasuh kedua
tangannya tiga kali. Kemudian, beliau kumur-kumur dan mengeluarkan air yang telah
dimasukkan kedalam hidung sebanyak tiga kali. Lalu, mengusap kepalanya dan dua
telinganya.”(HR. Abu Dawud).2

2. Tingkatan Wudhu
Wudhu memiliki beberapa tingkatan hukum, yaitu wajib, sunnah, makruh, dan
haram. Penjelasan mengenai masing-masing tingkatan wudhu adalah sebagai berikut.
1) Wajib
Status wudhu menjadi wajib dilakukan oleh setiap muslim sebagai syarat sah-
nya shalat. Baik shalat wajib, shalat sunnah, shalat jenazah, sujud tilawah, tawaf,
dan menyentuh mushaf.
2) Sunnah
Setiap muslim disunnahkan berwudhu ketika akan melaksanakan segala amal
kebaikan, seperti ketika hendak berzikir, sebelum tidur, sebelum melakukan
hubungan suami istri, sebelum mandi wajib atau sunnah. Seseorang juga
disunnahkan untuk tajdid (memperbarui) wudhu setelah berbuat maksiat, ketika
1
Muhammad Nadjib Sadjak, Terjamah Matan At-Taqrib wa al-Ghoyah  (Jatirogo: Kampong Kyai, 2013),
hlm.4.
2
M. Amrin Rauf, Buku Pintar Agama Islam (Jogjakarta : Sabil, 2011), hlm. 17.

v
dirundung kemarahan, akan membaca Al-Qur’an, setelah memandikan jenazah.
Tajdid juga disunnahkan ketika akan kembali shalat, meskipun ia belum batal dari
wudhu sebelumnya, dan sebagainya.
3) Haram
Diharamkan bagi setiap muslim berwudhu dengan air hasil ghashab
(pemakaian sesuatu tanpa izin pemilik nya), atau hasil mencuri, dan semisalnya.
Rasulullah Saw bersabda, yang artinya: ”Barang siapa yang berbuat sesuatu yang
tidak di ajarkan dalam ajaran kita, maka tertolak.” (HR.Muslim).3

3. Syarat-Syarat Wudhu
1) Islam.
2) Mumayiz.
3) Tidak berhadas besar.
4) Dengan air yang suci dan menyucikan.
5) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit.4

4. Rukun Wudhu
Rukun adalah suatu yang dikerjakan ketika melakukan suatu perbuatan. Adapun
rukun wudhu ada enam. Berikut keenam rukun wudhu tersebut:
1) Niat : ketika membasuh muka
2) Membasuh muka dengan rata, mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga bawah
dagu, dan dari telingan kanan hingga telinga kiri.
3) Membasuh kedua tangan mulai dari ujung jari sampai siku-siku.
4) Mengusap sebagian rambut kepala.
5) Membasuh kaki sampai kedua mata kaki.
6) Tertib (berturut-turut)5

5. Beberapa Sunah Wudhu


a) Mambaca basmalah pada permulaan wudhu.
b) Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan.
c) Berkumur-kumur.
d) Membasuh lubang hidung sebelum berniat.
e) Menyapu sebagian rambut kepala dengan air.
f) Memasukkan air ke hidung.
g) Mendahulukan anggota kanan daripada kiri.
h) Menyela-nyela jari-jari tangan dan kaki.
i) Menyapu kedua telinga luar dan dalam.
j) Membasuh setiap anggota 3 kali.
k) Berturut-turut antara anggota.
l) Bersiwak.
m)Jangan bercakap-cakap saat wudhu.
3
Nur Sillaturrohmah dan Budiman Mustofa, Fiqih muslimah terlengkap (Surakarta: Al-Qudwah, 2014),
hlm.64.
4
Sulaiman Rasjid,  Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Al Gesindo, 2014),  hlm. 24.
5
Moh. Rifa’i, Tuntunan Sholat Lengkap (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2013), hlm. 16-17.

vi
n) Membaca 2 kalimat syahadat dan menghadap kiblat ketika wudhu.
o) Berdoa sesudah selesai wudhu.
p) Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai wudhu.6

6. Hal-Hal yang Membatalkan Wudhu
1) Keluar sesuatu dari dua pintu atau salah satunya.
Sabda Rasulullah Saw. yang artinya :
“Allah tidak menerima salat seseorang apabila ia berhadas (keluar sesuatu dari
salah satu kedua lubang) sebelum ia berwudhu.”(Sepakat Ahli Hadits)
2) Hilang akal.
Artinya karena mabuk atau gila. Demikian pula karena tidur dengan tempat
keluar angin yang tidak tertutup. Sedangkan tidur dengan tempat keluar angin yang
tertutup, maka tidaklah batal wudlunya.
Sabda Rasulullah Saw. yang artinya :“Kedua mata itu tali yang mengikat pintu
dubur. Apabila kedua mata itu tidur, terbukalah ikatan pintu itu. Maka
barangsiapa yang tidur, hendaklah ia berwudhu.” (Riwayat Abu Dawud)
3) Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan.
4) Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan, baik kemaluan diri
sendiri maupun orang lain. Menyentuh ini hanya membatalkan wudhu yang
menyentuh saja.
Sabda Rasulullah Saw. yang artinya :Dari Ummi Habibah. Ia berkata, “Saya telah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Barang siapa menyentuh kemaluannya,
hendaklah ia berwudhu’.” (Riwayat Ibnu Majah) 7

7. Hikmah Wudhu
Wudhu dapat menciptakan  kesehatan jasmani dan rohani, seperti dapat dikaji
dalam tata cara berwudhu.
a. Niat berwuhu, menyuruh orang agar dalam melakukan apapun dibekali dengan
tekat yang baik, tidak ragu-ragu dan tanpa pamrih.
b. Berkumur untuk membersihkan mulut dari kotoran-kotoran yang bisa
membahayakan perut. Dan juga agar mulut dijaga jangan sampai mengeluarkan
perkataan-perkataan yang kotor dan menyakitkan orang
c. Membersihkan hidung, agar pernapasan lancer, tidak tersumbat oleh kotoran-
kotoran
d. Membasuh muka, agar muka selalu bersih. Berarti juga perintah supaya muka kita
selalu berseri-seri dalam menghadapi setiap orang.
e. Membersihkan kedua tangan dari tapak tangan sampai ke siku. Karena itulah
anggota tangan yang banyak beraktivitas supaya selalu bersih. Termasuk
membersihkannya dari pekerjaan tangan yang baik, seperti mencuri, memukul
orang lain dan sebagainya
f. Mengusap sebagian kepala, dimana terdapat otak sebagai sarana berpikir, agar
pikiran senantiasa bersih dan digunakan untuk memikirkan sesuatu yang baik.

6
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Al Gesindo, 2014),  hlm. 25-30.
7
Sulaiman Rasjid,  Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Al Gesindo, 2014),  hlm. 30-33.

vii
g. Membersihkan kedua telinga agar selalu bersih dan dapat digunakan untuk
mendengarkan suara-suara yang baik dan berguna.
h. Membersihkan kedua kaki. Sebagai anggota badan yang membawa dan menyangga
untuk manusia agar selalu bersih. Begitu pula langkahnya agar melangkah pada
jalan-jalan baik.
i. Tertib, berarti mengajarkan agar hidup ini rapi, tertib dan disiplin8

B. MANDI
1. Pengertian Mandi
Menurut bahasa, mandi adalah mengalirkan air. Sedangkan menurut istilah,
mandi adalah mengalirkan air ke seluruh anggota badan dengan cara-cara tertentu,
sebagai mana yang telah diatur dalam syariat. Dalam kondisi tertentu, setiap muslim
harus melakukannya, kadang-kadang disunnahkan untuk melakukannya. Pada kondisi
tertentu, setiap muslim harus melakukan mandi yang bukan mandi biasa atau disebut
dengan “mandi besar”.

Firman Allah Swt. tentang perintah mandi :

‫َوِإ ْن ُك ْنتُ ْم جُ نُبًا فَاطَّهَّرُوا‬


“Dan jika kamu junub, maka mandilah.” (Al-Maa’idah: 6)

2. Penyebab Mandi Wajib


Setiap muslim diwajibkan mandi besar, jika mengalami kondisi berikut:
a. Sedang dalam hadats besar, seperti setelah junub atau melakukan hubungan suami
istri.
b.  Sesudah keluar mani, yaitu cairan putih lengket yang keluar saat syahwat
seseorang meninggi, baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Dengan tidak
sengaja, seperti bermimpi.
c. Setelah haid dan nifas. Jika telah selesai dari haid maupun nifas, seorang wanita
wajib bersuci untuk mengangkat hadasnya dengan melaksanakan mandi besar. Hal
ini sebagai mana disinggung dalam Surat Al-Baqarah: 222.
ْ َ‫وه َُّن َحتَّى ي‬ddُ‫يض َوال تَ ْق َرب‬
َ‫ِإ َذا تَطَهَّرْ ن‬dَ‫رْ نَ ف‬ddُ‫طه‬ ِ ‫ا َء فِي ْال َم ِح‬d‫ا ْعت َِزلُوا النِّ َس‬ddَ‫ َو َأ ًذى ف‬dُ‫لْ ه‬ddُ‫يض ق‬ ِ ‫ك َع ِن ْال َم ِح‬ َ َ‫َألُون‬d‫َويَ ْس‬
ُ ‫فَْأتُوه َُّن ِم ْن َحي‬
َ‫ْث َأ َم َر ُك ُم هَّللا ُ ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِينَ َويُ ِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّرين‬

Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran".
Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang
yang menyucikan diri.

8
Ahmad Musthofa hadna, Fiqih (Semarang : Wicaksana ), hlm 15-16

viii
d. Setelah melahirkan, baik anak yang dilahirkan itu cukup umur ataupun tidak,
seperti keguguran.
e. Mati, dan matinya itu bukan mati syahid.

Sabda Rasulullah Saw.:

Beliau berkata tentang orang yang mati dalam peperangan Uhud, “Janganlah
kamu mandikan mereka.” (Riwayat Ahmad)

3. Rukun Mandi
Mandi besar tentunya harus berbeda dengan tata cara mandi biasanya. Sebab,
mandi yang dimaksud ini tujuan utamanya adalah untuk membersihkan diri dari
hadats besar. Ia harus melaksanakan mandi dengan sebaik mungkin.
Adapun cara-cara mandi yang sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw
yaitu :
1) Menghadirkan niat di dalam hati
2) Membersihkan farj (kemaluan)
3) Mencuci kedua telapak tangan
4) Berwudhu dengan sunah-sunnah nya
5) Mengguyur kepala tiga kali, dimulai dari sebelah kanan, kemudian kiri, dengan
meratakan seluruh air dan menekankan ke kulit kepala.

4. Sunah Mandi
1) Membaca basmallah pada permulaan mandi.
2) Berwudhu’ sebelum mandi.
3) Menggosok-gosok seluruh badan dengan tangan.
4) Mendahulukan bagian kanan daripada kiri.
5) Berturut-turut.9

5. Mandi Sunah
Disunnahkan untuk melakukan mandi besar :
1) Sebelum melaksanakan shalat pada hari Jum’at.
2) Ketika hendak melaksanakan Shalat Id, baik Idul Fitri maupun Idul Adha.
3) Ketika hendak melaksanakan Shalat Khusuf, untuk gerhana matahari maupun
gerhana bulan.
4) Sesudah memandikan jenazah.
5) Ketika akan memasuki kota Mekkah.

9
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Al Gesindo, 2014), hlm. 37

ix
6. Hikmah Mandi

Dalam kehidupan manusia, mandi hamper menjadi bagian dari kebutuhan


hidupnya. Dan dalam ajaran islam, mandi tidak sekedar rutinitas saja, tetapi telah
diatur dengan tata cara, sehingga akan membersihkan arti penting dalam kehidupan
ini, bukan sekedar untuk menghilangkan kotoran atau keringat yang ada di permulaan
kulit. Karena itu ajaran islam ada mandi hukumnya wajib, seperti junub, haid,
wiladah, nifas, dan memandikan mayit. Dan ada pula yang hukumnya Sunnah, seperti
mandi hendak salat jum’at, salat ied, salat gerhana, baru sembuh dari gila dan
sebagainya.

Dari pensyariatan mandi ini dapat di petik beberapa hikmah, diantaranya :

1) Dapat mendekatkan diri kepada Allah, sebab mandi adalah ibadah dan setelah
itupun seseorang dapat menjalankan ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur’an dan
sebagainya
2) Dapat menyegarkan badan dan memulihkan kekuatan yang dapat pula berpengaruh
pada kesegaran jiwa. Karena itu dalam praktek penyembuhan penyakit, ketagihan
“narkoba” ada yang menggunakan cara memandikan pasien.
3) Membangkitkan kepercayaan diri dan membuka peluang persahabatan. Sebab
orang yang sudah mandi akan merasa tidak mwngganggu ketenangan orang lain.10

BAB III
10
Ahmad Musthofa hadna, Fiqih (Semarang : Wicaksana ), hlm 17

x
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wudhu merupakan cara bersuci yang tujuan utamanya untuk menghilangkan hadas
kecil, seperti keluar angin dari dubur (kentut), buang air besar, buang air kecil, dan tidur
nyenyak. Wudhu itu menjadi salah satu syarat untuk menunaikan ibadah seperti shalat.
Mandi adalah mengalirkan air ke seluruh anggota badan dengan cara-cara tertentu,
sebagai mana yang telah diatur dalam syariat. Dalam kondisi tertentu, setiap muslim
harus melakukannya, kadang-kadang disunnahkan untuk melakukannya. Pada kondisi
tertentu, setiap muslim harus melakukan mandi yang bukan mandi biasa atau disebut
dengan “mandi besar”.
Tayamum ialah mengusap debu ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan
beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai keringanan
untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan.
Wudhu, tayamum dan mandi tidak dilakukan dengan sembarangan. Ada aturan yang
mengikatnya seperti syarat dan rukun. Ada juga sunnah-sunnahnya, dan wudhu maupun
tayamum bias batal karna suatu hal.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, kami sebagai penulis menyadari bahwa
makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami sebagai penulis
memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan
maupun percetakan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif demi untuk menyempurnakan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah
ini bermanfaat dan kita bisa mengambil hikmah yang terkandung di dalamya. Amiin.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Rasjid, Sulaiman. 2014. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Al Gesindo.


Rauf, M. Amrin. 2011. Buku Pintar Agama Islam. Jogjakarta : Sabil.
Rifa’i, Moh. 2013. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Sadjak, Muhammad Nadjib. 2013. Terjamah Matan At-Taqrib wa al-Ghoyah. Jatirogo:
Kampong Kyai.
Silaturrohmah, Nur dan Budiman Mustofa. 2014. Fikih Muslimah Terlengkap.
Surakarta: Al-Qudwah.
Mustafa, Ahmad. 2001. Fiqih. Semarang : Wicaksana

Anda mungkin juga menyukai