Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AIK 1
THAHARAH

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. Hesti Kurniati 221186206110


2. Lusi Yana 221186206200
3. Reggia Nizi Amanda 221186206215
4. Dini Safitri 221186206203

DOSEN PENGAMPU :

IRI HAMZAH, S.H.I., M.H.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadiran Allah SWT


yang mana telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
AIK 1, dengan judul: “Thaharah”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Muara Bungo, April 2023

Penulis Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A. Thaharah............................................................................................... 2
B. Wudhu’................................................................................................. 3
C. Tayammum........................................................................................... 3
D. Hal – hal yang Membatalkan Wudhu dan Tayammum........................ 5
E. Mandi Junub.......................................................................................... 9
F. Syarat dan Ketentuan Mandi Junub......................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus
terlebih dahulu bersuci atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang
bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan segala seluk beluknya
adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena
diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang
akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan,
pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga thaharah
dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah
saat menjalankan ibadah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari thaharah?
2. Apa pengertian dari wudhu’?
3. Apa pengertian dari tayammum?
4. Apa saja hal-hal yang membatalkan wudhu dan tayamum?
5. Apa pengertian dari mandi junub?
6. Apa saja syarat dan ketentuan mandi junub?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari thaharah
2. Untuk mengetahui pengertian dari wudhu’
3. Untuk mengetahui pengertian dari tayammum
4. Untuk mengetahui apa saja hal-hal yang membatalkan wudhu dan
tayamum
5. Untuk mengetahui pengertian mandi junub
6. Untuk mengetahui apa saja syarat dan ketentuan dari mandi junub

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Thaharah
Thaharah berarti kebersihan dan kesucian dari berbagai kotoran
atau bersih dan suci dari kotoran atau najis yang dapat dilihat (najis hissi)
dan najis ma’nawi (yang tidak kelihatan zatnya) seperti aib dan
kemaksiatan. Sedangkan dalam buku yang lain secara etimologi
“thaharah” berarti “kebersihan” ketika dikatakan saya menyucikan pakaian
maka yang dimaksud adalah saya membersihkan pakaian. Dalam buku
Fiqh ibadah secara bahasa ath-thaharah berarti bersih dari kotoran-kotoran,
baik yang kasat mata maupun tidak.
Sedangkan menurut istilah atau terminologi thaharah adalah
menghilangkan hadas, menghilangkan najis, atau melakukan sesuatu yang
semakna atau memiliki bentuk serupa dengan kedua kegiatan tersebut.
Dalam buku yang lain mengatakan bahwa thaharah adalah bersih dari najis
haqiqi yakni khabast atau najis hukmi yakni hadast, devenisi yang dibuat
oleh mazhab maliki dan hambali sama dengan devenisi yang digunkan
oleh ulama mazhab hanafi mereka mengatakan bahwa thaharah adalah
menghilangkan apa yang menghalangi sholat yaitu hadats atau najis
dengan menggunakan air ataupun menghilangkan hukumnya dengan
tanah.
Al-Imam ibnu Qodamah al Maqdisi mengatakan bahwa thaharah
memiliki 4 tahapan yakni :
1. Menyucikan lahir dari hadats, najis-najis, dan kotoran-kotoran.
2. Menyucikan anggota tubuh dari dosa dan kemaksiatan.
3. Menyucikan hati dari akhlak-akhlak tercela dan sifat-sifat buruk.
4. Menyucikan hati dari selain Allah.
Kebersihan lahir ialah bersih dari kotoran dan hadats, kebersihan
dari kotoran, cara menghilangkan dengan menghilangkan kotoran itu pada
tempat ibadah, pakaian yang dipakai pada badan seseorang. Sedangkan
kebersihan dari hadats dilakukan dengan mengambil air wudhu dan mandi.

2
3

Thaharah dari hadats ada tiga macam yakni mandi, wudhu, dan
tayammum. Alat yang digunakan untuk mandi dan wudhu adalah air dan
tanah(debu) untuk tayammum. Dalam hal ini air harus dalam keadaan suci
lagi menyucikan atau di sebut dengan air muthlak sedangkan tanah/debu
harus memenuhi beberapa syarat yang di tentukan.

B. Wudhu’
Menurut bahasa, pengertian wudhu berasal dari kata wadha’ah
yang berarti kebersihan dan baik. Sederhananya pengertian wudhu adalah
salah satu cara menyucikan anggota tubuh dengan air. Hal ini berkaitan
dengan seorang muslim diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan
salat. Berwudu bisa pula menggunakan debu yang disebut dengan
tayammum.
Pengertian wudhu merupakan tindakan yang wajib dilakukan oleh
umat Muslim, terumata ketika hendak melakukan ibadah salat, thawaf di
kakbah dan menyentuh Al-Qur’an. Berikut ayat Al-Qur’an yang
mewajibkan seorang Muslim untuk berwudu sebelum hendak melakukan
salat. Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman jika kalian berdiri untuk
(mendirikan) salat maka cucilah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan
kalian hingga ke siku-siku dan basuhlah kepala-kepala kalian den
(cucilah) kaki-kaki kalian hingga kedua mata kaki..." (QS. Al-Maidah
[5]:6)

C. Tayammum
1. Pengertian Tayammum
Tayammum adalah mengusapkan debu ke muka dan kedua tangan
sampai sikut dengan rukun dan syarat tertentu. Tayammum adalah
pengganti wudhu dan mandi sebagai rukhsoh (keringanan) untuk orang
yang tidak dapat menggunakan air karena sebab-sebab sebagai berikut:
a) Tidak adanya air.
4

b) Sakit, apabila seseorang menggunakan air maka bertambah parah


penyakitnya atau lambat sembuhnya menurut keterangan ahli
medis.
c) Sedang dalam perjalanan.
d) Air yang sedikit namun air tersebut sangat dibutuhkan hayawan
muhtarom (hayawan yang haram dibunuh) karena kehausan.
Dasar hukum tayammum adalah Q.S. al-Maidah ayat 6:
Artinya: “dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.”
2. Syarat Tayammum
1. Menggunakan tanah yang bersuci dan berdebu
2. Bersuci dari najis terlebih dahulu.
3. Sudah masuk waktu sholat.
4. Berusaha mencari air, tetapi tidak dapat.
5. Tayammum hanya berlaku untuk satu kali sholat fardhu.
3. Rukun Tayammum
1. Memindahkan debu ke muka dan ke kedua tangan sampai sikut.
2. Niat
Nawaituttayammuma listibaahatissholati lillahi ta’ala.
Artinya: “saya niat tayam mum agar diperbolehkan sholat karena
Allah ta’ala”
Niat dibaca ketika mengusap bagian pertama dari muka.
3. Mengusap muka
4. Mengusap kedua tangan sampai sikut.
5. Tertib
4. Sunnah-sunnah Tayammum
1. Membaca basmalah
2. Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri
3. Berturut-turut
5

D. Hal – hal yang Membatalkan Wudhu dan Tayammum


1. Hal – hal yang membatalkan wudhu
Sebaik-baiknya muslim adalah menjaga diri dari perkara yang
membatalkan wudhu. Sebab, wudhu termasuk bagian dari syarat sah
salat yang ditegaskan dalam riwayat hadits Rasulullah SAW.
Artinya: "Allah tidak menerima salat salah seorang kamu bila
berhadats sampai ia berwudhu." (HR Bukhari)
Belum lagi, wudhu merupakan bagian dari thaharah yang
bermakna suci dari hadats dan najis. Baik yang sifatnya terlihat
maupun tidak
10 Hal yang Membatalkan Wudhu
1. Segala yang Keluar dari Kemaluan
Segala sesuatu yang keluar dari salah satu kemaluan.
Contohnya seperti kencing, buang air besar, madzi, wadi, mani,
maupun kentut. Dari Abu Hurairah yang mengutip perkataan
Rasulullah SAW
Artinya: "Allah tidak menerima sholat salah seorang kamu
bila berhadats sampai ia berwudhu." (HR Bukhari).
Namun, ada pengecualian mengenai hal ini. Lendir yang
keluar dari kemaluan perempuan secara terus menerus dan
bertambah banyak saat kelelahan atau berjalan dan hamil maka hal
itu tidak membatalkan wudhunya.
2. Muntah dan Sejenisnya
Mengeluarkan makanan dari mulut atau muntah bisa
membatalkan wudhu. Namun, terdapat dua pendapat mengenai hal
ini, Mazhab Hanafi dan Hambali berpendapat muntah dapat
membatalkan wudhu jika yang keluar seukuran kadar satu mulut
penuh.
6

Kedua, bagi Mazhab Maliki dan Syafi'i berpendapat wudhu


tidak batal karena muntah. Hal ini sesuai dengan contoh Rasulullah
SAW pernah muntah dan tidak mengambil air wudhu.
3. Hilang Kesadaran
Hilang akal, baik karena gila, pingsan, mabuk, atau
disebabkan oleh obat-obatan, baik sedikit maupun banyak.
Diketahui dari buku Fikih Sunnah Wanita karya Abu Malik Kamal
ibn Sayyid Salim, kondisi ini disebut lebih berat dibandingkan
dengan tidur.
4. Tidur Lelap
Tidur adalah perkara yang membatalkan wudhu dengan
landasan dari keterangan hadits Rasulullah SAW. Dikisahkan dari
Shafwan ibn 'Asal, Rasulullah SAW pernah menyamakan
kedudukan tidur dengan kondisi buang air besar dan buang air
kecil.
"Saat sedang berpergian, Rasulullah SAW memerintahkan
kami untuk melepaskan khuff (sepatu) kami selama tiga hari tiga
malam kecuali karena junub, (dan dibolehkan untuk tetap
memakainya) karena buang air besar, buang air kecil, dan tidur."
(HR Ahmad, An Nasa'i, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Abu Malik Kamal ibn Sayyid Salim menafsirkan hadits di
atas sebagai tidur yang lelap. Dengan kata lain, tidur yang tidak
menyisakan kesadaran dan tidak merasakan apa-apa maupun
menangkap suara di sekelilingnya, sehingga tidak merasakan
apapun ketika ada sesuatu yang keluar darinya.
Di samping itu, mayoritas fuqaha sepakat, tidur yang
menjadi penyebab membatalkan wudhu adalah tidur dalam posisi
yang memudahkan keluarnya angin. Seperti, tidur berbaring
dengan posisi miring atau tidur sambil duduk dengan posisi miring
pada salah satu pinggang.
7

5. Menyentuh Kemaluan
Menyentuh kemaluan tanpa ada batas, baik itu kemaluan
sendiri atau kemaluan orang lain, adalah hal yang membatalkan
wudhu. Dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban, Rasulullah
SAW bersabda,
Artinya: "Siapa yang membawa tangannya ke
kemaluannya, tanpa ada yang membatasi, maka wajib berwudhu."
(HR Abu Daud, An Nasa'i, dan Tirmidzi)
Perlu dicatat, bagi perempuan yang tidak sengaja
menyentuh kemaluan dengan penghalang, seperti kain atau
sebagainya maka hal itu tidak membatalkan wudhu. Berikut juga
perempuan yang menyentuh kemaluan bayinya.
6. Tertawa Terbahak-bahak
Tertawa terbahak-bahak ketika sholat. Menurut Mazhab
Hanafi, tertawa dalam sholat dapat membatalkan wudhu. Pasalnya,
perbuatan ini bertentangan dengan keadaan sedang bermunajat
kepada Allah SWT.
Namun, masih ada perbedaan pendapat mengenai hal ini.
Ada pendapat yang menyebut hal ini tidak membatalkan wudhu
karena lemahnya dalil yang ada.
Melainkan, ada dalil dari sahabat nabi yang dianggap lebih
kuat derajatnya menyebutkan bahwa orang yang tertawa hanya
perlu mengulangi salat (HR Bukhari). Dalam artian, tidak perlu
mengulangi wudhunya.
7. Makan Daging Unta
Menurut Syaikh Muhammad Al-Utsaimin dalam buku
Syarah Riyadhus Shalihin (Jilid II) memakan daging unta baik
dalam keadaan matang maupun mentah dapat membatalkan wudhu.
Hal ini didasarkan dari sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan
dari Jabir bin Samurah RA berikut. Ia berkata,
8

Artinya: Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah


SAW, "Apakah saya harus berwudhu karena memakan daging
kambing?" Beliau menjawab, "Kalau kamu mau, berwudhulah;
kalau tidak mau tidak usah." Orang itu bertanya lagi, "Apakah
saya harus berwudhu karena memakan daging unta?" Beliau
menjawab, "Ya, berwudhulah karena memakan daging unta." (HR
Muslim)
Selebihnya, muslim dibolehkan untuk makan dan minum
setelah berwudhu. Artinya, kegiatan tersebut tidak membatalkan
wudhu yang sudah dilakukan.
"Makan daging kambing, sapi, kuda tidak membatalkan
wudhu," tulis Syaikh Muhammad Al-Utsaimin dalam bukunya.
8. Darah dan Nanah
Mengutip Kitab Fiqhul Islam wa Adillathuhu karya Prof Dr
Wahbah Az-Zuhaili, sesuatu yang keluar tidak melalui dua
kemaluan, seperti darah, nanah, dan nanah yang bercampur dengan
darah bisa membatalkan wudhu dengan syarat (menurut madzhab)
mengalir ke tempat yang wajib disucikan. Bila setetes, dua tetes
tidak diwajibkan berwudhu.
Hal ini sesuai dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda,
"Wudhu hendaklah dilakukan bagi setiap darah yang mengalir."
9. Memandikan Mayat
Hal lain yang dapat membatalkan wudhu adalah
memandikan mayat. Keterangan ini dilandasi dari hadits riwayat
Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, Abu Hurairah berkata, "Sekurang-
kurangnya dia hendaklah berwudhu, karena biasanya tangan
mereka tidak terselamat dari menyentuh kemaluan mayat."
10. Ragu
Terakhir, perasaan ragu pada wudhu juga menjadi perkara
yang membatalkan wudhu. Ketika seseorang sudah berwudhu
namun dirinya ragu, maka diharuskan untuk mengulang wudhunya.
9

Menurut Mazhab Maliki, barangsiapa yang merasa yakin


bahwa dirinya suci kemudian dia ragu tentang terjadinya hadats,
maka dia wajib berwudhu. Hal ini juga berlaku ketika dia yakin
berhadats dan ragu masih suci.
2. Hal – hal yang membatalkan Tayammum
Syaikh Ahmad bin Al-Hasan Al-Ashbihani Abu Syuja’ dalam kitab
Al-Taqrib menyebutkan hal-hal yang membatalkan tayamum ada tiga.
Pertama, setiap apapun yang membatalkan wudu. Hal-hal yang
membatalkan wudu juga membatalkan tayamum.
Kedua, menemukan air sebelum melakukan shalat. Karena
tayamum adalah pengganti dari air. Saat sudah ada air maka
tayumumnya batal. Tentu ini tidak berlaku bagi yang bertayamum
karena sakit.
Ketiga, murtad atau keluar dari Islam. Apabila murtad, walau
hanya sebentar, maka tayamumnya batal.

E. Mandi Junub
Mandi junub adalah mandi wajib yang harus dilakukan untuk
menghilangkan hadas besar. Mandi junub adalah salah satu praktik
penyucian diri yang wajib dilakukan bagi mereka yang dalam keadaan
junub.
Selain itu, mandi junub adalah sesuatu yang juga diwajibkan bagi
wanita yang telah selesai masa haid maupun nifas. Mandi junub adalah
sesuatu yang penting untuk diketahui, karena terkait dengan persoalan
ibadah dalam agama Islam.
Hal itu terkait dengan sejumlah syarat sah ibadah yang mewajibkan
seseorang harus dalam keadaan suci dari hadas besar maupun hadas kecil.
Dengan kata lain, orang yang dalam keadaan junub dilarang melaksanakan
sholat, berdiam diri atau duduk di masjid, thawaf atau mengelilingi
Ka'bah, melafalkan ayat Alquran dan menyentuh mushaf.
10

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, mandi junub adalah


sesuatu yang terkait dengan persoalan ibadah. Oleh karena itu, mandi
junub tidak sama dengan mandi biasa seperti yang dilakukan sehari-hari.
Mandi junub adalah praktik penyucian diri yang untuk melakukannya
harus mengikuti tata cara yang sesuai dengan hukum Islam.
"Dan jika kamu junub, maka mandilah." (QS. Al Maidah: 6)
F. Syarat dan ketentuan mandi junub
a) Adapun syarat-syarat dari mandi wajib adalah sebagai berikut:
1. Niat dalam hati
2. Beragama Islam
3. Berakal sehat
4. Air yang digunakan suci dan mubah
5. Tidak ada hal-hal yang menghalangi sampainya air ke kulit
6. Telah berhentinya hal-hal yang mewajibkan mandi
b) Rukun mandi wajib
Ada beberapa rukun mandi wajib yang harus dilakukan agar suci
dari hadas. Berikut rukun mandi wajib menurut mazhab Syafi'i.
1. Niat
Niatkan mandi wajib dengan benar, yaitu untuk
menghilangkan hadas besar di sekujur tubuh karena Allah Swt.
Karena dalam melakukan segala sesuatu hal perlu menggunakan
niat yang baik dan benar, sebagaimana yang dijelaskan pada
hadits riwayat Bukhari dan Muslim berikut.
‫ِإَّنَم ا اَأْلْع َم اُل ِبالِّنَّيِة‬
Artinya: "Sesungguhnya semua perbuatan itu bergantung
pada niatnya." (HR Bukhari dan Muslim).
2. Membersihkan najis di seluruh tubuh
Rukun mandi wajib yang selanjutnya adalah membersihkan
najis yang menempel di seluruh tubuh. Imam an-Nawawi
mengatakan bahwa mandi wajib baru dikatakan benar apabila
11

najis dalam tubuh sudah hilang. Oleh karena dianjurkan untuk


membuang kotoran terlebih dahulu sebelum mulai mandi wajib.
3. Mengguyur menggunakan air sampai terkena ke seluruh tubuh
Rukun mandi wajib ketiga menurut mazhab Syafi'i adalah
mengguyur sampai terkena ke seluruh tubuh. Hal ini sesuai
dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. di mana beliau
melakukan mandi wajib sampai air masuk ke sela-sela rambut.
Berikut hadis yang artinya:
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; dia berkata, "Bahwa jika
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mandi dari janabah maka
beliau mulai dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian
berwudu sebagaimana wudunya untuk shalat, kemudian
memasukkan jari-jarinya ke dalam air kemudian menyela dasar-
dasar rambutnya, sampai beliau menyangka air sampai ke dasar
rambutnya kemudian menyiram kepalanya dengan kedua
tangannya sebanyak tiga kali kemudian beliau menyiram seluruh
tubuhnya." (HR. Bukhari dan Muslim).

c) Niat Mandi Wajib


Berikut adalah niat mandi wajib secara umum:
‫َنَو ْيُت اْلُغ ْس َل ِلَر ْفِع اْلَح َد ِث ْاَالْك َبِر َفْر ًضاِ ِهلل َتَع اَلى‬
Nawaitul ghusla liraf 'il hadatsil akbari fardhal lillaahi ta'aala
Artinya: "Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari
janabah, fardhu karena Allah Ta'ala."
1. Niat Mandi Wajib Setelah Haid
‫َنَو ْيُتاْلُغ ْس َلِلَر ْفِع ْالَح َد ِثْاَألْك َبِرِم َنْا اْلَح ْيِضِ ِهلل َتَع اَلى‬
Nawaitu ghusla liraf'il hadatsil akbari minal haidil fardhal lillahi
ta'ala
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk
menghilangkan hadas besar dari haid, fardhu karena Allah Ta'ala."
12

2. Niat Mandi Wajib Setelah Nifas


‫َنَو ْيُتاْلُغ ْس َلِلَر ْفِع ْالَح َد ِثْاَألْك َبِرِم َنْا الِّنَفاِسِ ِهلل َتَع اَلى‬
Nawaitu ghusla liraf'il hadatsil akbari minal nifaasi fardhal lillahi
ta'ala
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk
menghilangkan hadas besar dari nifas, fardhu karena Allah Ta'ala."
3. Niat mandi junub (setelah berhubungan intim)
‫َنَو ْيُتاْلُغ ْس َلِلَر ْفِع ْالَح َد ِثْاَألْك َبِرِم َنْاِلجَناَبِةَفْر ًضاِللِهَتَع اَلى‬
Nawaitul ghusla liraf'il hadatsil akbari minal janabati fardhal lillahi
ta'ala
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk
menghilangkan hadas besar dari jinabah, fardu karena Allah Ta'ala."
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut istilah atau terminologi thaharah adalah menghilangkan
hadas, menghilangkan najis, atau melakukan sesuatu yang semakna
atau memiliki bentuk serupa dengan kedua kegiatan tersebut.
2. Pengertian wudhu merupakan tindakan yang wajib dilakukan oleh
umat Muslim, terumata ketika hendak melakukan ibadah salat, thawaf
di kakbah dan menyentuh Al-Qur’an. Sedangkan Tayammum adalah
mengusapkan debu ke muka dan kedua tangan sampai sikut dengan
rukun dan syarat tertentu.
3. 10 hal yang membatalkan wudhu yaitu: 1) Segala yang Keluar dari
Kemaluan, 2) Muntah dan Sejenisnya, 3) Hilang Kesadaran, 4) Tidur
Lelap, 5) Menyentuh Kemaluan, 6) Tertawa Terbahak-bahak, 7)
Makan Daging Unta, 8) Darah dan Nanah, 9) Memandikan Mayat, dan
10) Ragu.
4. Syaikh Ahmad bin Al-Hasan Al-Ashbihani Abu Syuja’ dalam kitab
Al-Taqrib menyebutkan hal-hal yang membatalkan tayamum ada tiga.
Pertama, setiap apapun yang membatalkan wudhu, kedua, menemukan
air sebelum melakukan shalat, dan yang ketiga, murtad atau keluar dari
Islam.
5. Mandi junub adalah mandi wajib yang harus dilakukan untuk
menghilangkan hadas besar.
6. Adapun syarat-syarat dari mandi wajib adalah sebagai berikut:
a) Niat dalam hati, b) Beragama Islam, c) Berakal sehat, d) Air yang
digunakan suci dan mubah, d) Tidak ada hal-hal yang menghalangi
sampainya air ke kulit, dan e) Telah berhentinya hal-hal yang
mewajibkan mandi.

13
14

B. Saran
Setelah penulis mencoba sedikit menguraikan hal – hal mengenai
thaharah, penulis berharap semoga dapat diterima dan dipahami oleh para
pembaca. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan
kesadaran baik bagi penulis sendiri ataupun para pembaca tentang betapa
pentingnya thahara dalam kehidupan sehari – hari. Karena segala amal
sesuatu didahului dengan thaharah, baik thaharah secara fisik mauapun
secara batin.
DAFTAR PUSTAKA

Husnul, A. (2021, November 13). Pengertian Wudhu, Rukun, dan Tata Caranya
Sesuai Sunah. Retrieved from LIPUTAN6:
https://www.liputan6.com/hot/read/4709911/pengertian-wudhu-rukun-dan-
tata-caranya-sesuai-sunah
Indonesia, t. C. (2022, Juni 09). Pengertian dan Macama-macam Thaharah dalam
Islam. Retrieved from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220607142004-289-
805857/pengertian-dan-macam-macam-thaharah-dalam-islam
Tomi, S. (2022, November 30). Sama Seperti Wudhu, Begini Cara dan Hal yang
Membatalkan Tayamum. Retrieved from krjogja.com:
https://www.krjogja.com/berita-lokal/read/483012/sama-seperti-wudhu-
begini-cara-dan-hal-yang-membatalkan-tayamum

15

Anda mungkin juga menyukai