Disusun oleh :
Kelompok 3 : 1. Arora Yuliani (2323130163
2. Sinta (2323
3. Andika (2323
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Istinja dan perkara yang membatalkan wudhu” ini dapat kami
selesaikan dalam kurun waktu yang telah di tentukan. Sholawat berserta salam tidak lupa kita
junjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah memberi kita kesempatan untuk
merasakan dunia yang penuh dengan ilmu teknologi yang serba canggih pada saat ini.
Selain itu kami ucapakan terimakasih kepada bapak Abdur Rahim S.H.M.H sebagai dosen
pengampuh mata kuliah fiqih ibadah yang telah memberi kami kesempatan untuk
mempelajari lebih dalam tentang istinja dan perkara yang membatalkan wudhu, Serta kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah karena untuk mempelajari dan mengkaji
lebih dalam tentang istinja dan perkara yang membatalkan wudhu, selain itu kami berharap
dengan adanya makalah ini dapat membantu teman-teman sekalian untuk dapat memahami
materi ini lebih dalam lagi. Kami selaku penyusun makalah ini menyadari masih banyak
terdapat kekurangan baik dari penyusunan maupun tata cara penyampaian dalam makalah ini,
maka dari itu kami siap menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kami
bisa memperbaiki dan bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat untuk semuanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Istinja.....................................................................................................
B. Hukum Istinja..........................................................................................................
C. Alat-Alat istinja.......................................................................................................
D. Cara Beristinja.........................................................................................................
E. Adab Tata Cara Beristinja.......................................................................................
F. Tempat-tempat Yang Dilarang Dalam Beristinja....................................................
G. Etika Dalam Beristinja.............................................................................................
H. Doa Istinja Dan Hikmahnya....................................................................................
I. Perkara Yang Membatalkan Wudhu........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang komprensif yaitu menjelaskan semua hal atau aspek
dalam segala kehidupan manusia, mulai dari hal yang berkaitan dengan hubungan
antara manusia dengan Allah (Hablum min Allah) dan juga yang berkaitan dengan
hubungan antara manusia dengan sesamanya (Hablum minan Nas). Allah telah
menjelaskan syari’at islam dengan sempurna. Tidaklah ada satupun dari perkara yang
kecil maupun besar, dari perkara-perkara yang bersentuhan dengan kehidupan dan
kemaslahatan umat manusia. Salah satunya yang mendapat perhatian tinggi dari islam
adalah masalah istinja. Rasulullah shallallahu’alaihiwassalam telah menggambarkan
dalam suatu riwayat shahi, bahwa ada orang yang di azab dalam kuburnya dengan
sebab tidak membersikan dirinya dari kencing yang menimpa dirinya, dan rasulullah
menggambarkan pula bahwa kebanyakan siksa kubur adalah dari sebab kencing. Hal
ini memberikan gambaran kepada kita, bahwa perkara yang berkaitan dengan adab
istinja dan buang air sangatlah penting untuk diketahui dan kemudian kita praktikkan
dalam kehidupan kita. Dalam makalah singkat ini penulis akan menjelaskan hal yang
harus dimengerti untuk melakukan istinja, mulai dari bagimana cara beristinja hingga
doa dan hikmah beristinja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Apa pengertian dari istinja?
2. Hukum beristinja?
3. Alat-Alat Istinja?
4. Cara beristinja?
5. Adab tata cara beristinja?
6. Tempat-tempat yang dilarang untuk beristinja?
7. Etika dalam beristinja?
8. Doa istinja?
9. Perkara yang membatalkan wudhu?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari istinja
2. mengetahui hukum istinja
3. Mengetahui tempat-tempat yang dilarang untuk beristinja
4. Mengetahui tata cara beristinja
5. Mengetahui alat-alat beristinja
6. Mengetahui etika dalam beristinja
7. Mengetahui doa istinja dan hikmahnya
8. Mengetahui perkara apa saja yang dapat membatalkan wudhu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istinja
Menurut etimologi, istinja adalah menghilangkan “al-najwa”, yaitu kotoran yang
keluar ketika buang air besar, atau sesuatu yang keluar dari tubuh berupa angin
(kentut) maupun kotoran. Arti lain dari kata “Istinja” adalah mengusap atau
membersihkan tempat keluarnya kotoran. Istinja menurut bahasa artinya terlepas atau
selamat, sedangkan menurut pengertian syariat islam adalah bersuci setelah buang air
kecil. Secara lengkapnya istinja adalah menghilangkan sesuatu yang keluar dari
kubul atau dubur dengan menggunakan air suci untuk mensucikan atau batu yang
suci, atau benda-benda lain yang memiliki fungsi sama dengan air dan batu.
Dalam pendapat lain sebagaimana dijelaskan oleh Rosidin dalam buku Pendidikan
Agama Islam, kata istinja berasal dari akar kata naja' yang artinya bebas dari penyakit
(kotoran). Jadi, disebut istinja karena orang yang beristinja berusaha bebas dari
penyakit dan menghilangkan penyakit tersebut.
B. Hukum Beristinja
Buang hajat merupakan kebutuhan sehari-hari manusia, baik buang air besar
maupun buang air kecil, mungkin dalam sehari lebih dari sekali mereka membuang
hajat. Buang hajat yang lancar merupakan tanda kesehatan tubuh, tersendatnya buang
hajat adalah indikasi adanya ketidakberesan pada tubuh. Agama Islam selalu
memperhatikan hal-hal besar ataupun kecil dalam kehidupan manusia. Termasuk
buang hajat dan istinja, bila selesai buang hajat, kita wajib ber-istinja, yaitu
menghilangkan bekas kotoran yang keluar dari salah satu lubang kemaluan, baik
dubur (anus) maupun kubul (vagina dan penis).Untuk menghilangkan kotoran
tersebut, diutamakan menggunakan air yang suci.
Para fuqaha memiliki pendapat tentang hukum istinja. Berikut ini adalah beberapa
pendapat dari berbagai kalangan yaitu :
Menurut Al-Muzanni
Beliau berkata bahwa kami sepakat tentang bolehnya mengusap dengan
batu, maka tidaklah wajib menghilangkannya sebagaimana mani. Kalangan
Asy-Syafi’i berpendapat dengan berdalilkan pada hadits Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam bersabda, "sesunggunya hanya aku
bagi kalian laksana seorang ayah. Maka jika salah seorang dari kalian pergi
buang air hendaklah dia tidak menghadap Kiblat dan jangan pula
membelakanginya, dan hendaklah dia beristinja dengan menggunakan tiga
batu". Hadits ini diriwayatkan Imam As Syafi'i dalam Musnadnya dan dalam
kitab hadits yang lain dengan sanad shahih. Sebagaimana ia dengan maknanya
juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, An-Nasa'i dan Ibnu Majah dalam Sunan
mereka dengan sanad-sanad yang shahih.
C. Alat-Alat Istinja
Istinja hendaklah dilakukan dengan menggunakan air, batu, atau yang semacamnya,
yaitu benda-benda yang keras, suci dan mampu menghilangkan kotoran dan juga
barang tersebut bukanlah barang yang berharga (terhormat) menurut syara’. Diantara
alat yang bisa digunukan untuk beristinja adalah kertas, potongan kain, kayu dan kulit
kayu. Dengan menggunakan alat-alat ini, maka tujuan istinja akan tercapai sama
seperti ketika menggunakan batu. Cara yang paling baik adalah dengan menggunakan
bahan yang keras dan juga air sekaligus. Yaitu, dengan menggunakan kertas dan
semacamnya, kemudian diikuti dengan menggunakan air, karena benda najis itu akan
hilang dengan kertas ataupun batu dan bekasnya akan hilang dengan menggunakan
air. Menggunakan air saja adalah lebih baik daripada menggunakan batu saja atau
seumpamanya, karena air mempu menghilangkan zat najis dan juga bekasnya.
Berbeda dengan batu, benda kertas dan seumpamanya. Diriwayatkan dari sahabat
Anas bin Malik, bahwa ketika ayat ke-108 Surah At-Taubah turun, yaitu “....Di
dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri....”
Rasulullah Saw bersabda, “Wahai Kaum Ansar! Sesungguhnya Allah Swt telah
memuji kalian berkaitan dengan masalah bersuci. Apakah (jenis-jenis) bersuci yang
telah kamu lakukan?” dan mereka menjawab “kami berwudhu untuk shalat, mandi
karena jinabah dan ber-istinja dengan air.” Rasulullah berkata “Pahalanya adalah
untuk kalian, maka hendaklah kalian menggamalkannya.” Riwayat Ibnu Majah, Al-
Hakim, dan aAl-Baihaqi dan sanadnya hasan. Hadist ini didukung oleh kata-kata Ibnu
Abbas, “Ayat berikut ini diturunkan kepada penduduk, “Di dalamnya ada orang yang
ingin membersihkan diri, dan Allah mengasihi orang yang menyucikan dirinya!" Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka tentang cara bersuci
lalu mereka menjawab, "Kami menggunakan batu dan disusuli dengan air." (Nashbur
Rayah, jilid 1 halaman 218 dan seterusnya).
D. Cara Beristinja
Cara beristinja dapat dilakukan dengan salah satu tiga cara sebagai berikut :1
1. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil
dengan air sampai bersih. Ukuran bersih ini ditentukan oleh keyakinan
masing-masing.
2. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil
dengan batu, kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air.
3. Membasuh dan membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil
dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih. Membersihkan
tempat keluarnya kotoran air besar atau air kecil ini sekurang-kurangnya
dengan tiga batu yang memiliki tiga permukaan sampai bersih. Rasullulah saw
bersabda sebagai berikut :
Dan Rasulullah Saw Bersabda : “Takutlah kalian dari dua perkara yang
menyebabkan laknat!”. Para sahabatnya bertanya “ Wahai Rasullulah, apa dua
perkara yang menyebabkan laknat tersebut?”. Rasulullah Saw menjawab : “Orang
yang buang hajat dijalan manusia dantempat berteduh mereka.” (HR.Muslim)
2. Dibawah Pohon
Hal ini karena akan mengganggu terhadap orang yang akan memanfaatkan
phon tersebut, baik dalam hal memetik buah yang dapat dimanfaatkan maupun
mengambil kayu atau dahannya. Dan seorang muslim tidaklah boleh mengganggu
sesamanya, sebagimana keumuman ayat 58 dari surat al-ahzab diatas, dan juga
seorang muslim dilarang memudharatkan orang lain dan membalas kemudharatan
dengan kemudharatannya yang semisalnya.
3. Disumber air
Hal ini karena mengotori sumber air tersebut dan bahkan bisa jadi akan
menajiskannya. Hal tersebut memungkinkan kenapa bila najis yang keluar dari
orang yang buang hajat tersebut sampai kepada derajat mengubah rasa, warna,
atau bau air yang ada disumber air tersebut. Disamping itu buang air ditempat ini
juga mengganggu orang yang akan memanfaatkan sumber air tersebut. Disamping
itu, buang air ditempat ini juga akan mengganggu orang yang akan memanfaatkan
sumber air tersebut. Seorang muslim tidaklah boleh mengganggu sesamanya,
sebagaimana keumuman ayat 58dari surat al-Ahzabdiatas, dan juga seorang
muslim dilarang memudharatkan orang lain dan membalas kemudharatan dengan
kemudharatan yang semisalnya.
Selain itu,kencing disumber air merupakan salah satu hal yang dapat
menyebabkan laknat sebagaimana disebut kandala mhaditshasan yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud: Rasulullah Saw bersabda: "Takutlah dari tiga
perkara yangmenyebabkanlaknat!!Yaitu:buangairbesardisumberair jalan raya, dan
tempat berteduh."
4. Dilubang
Seseorang ketika buang air kecil di tanah lapang dilarang melakukan kencing
dilubang tempat serangga atau binatang melata lainnya.Larangan disini bersifat
makruh,bukan haram,karena itulah ia menjadi diperbolehkan jika lauberhajat
kepadanya dan tidak ada tempat yang lain kecuali lubang tersebut. Dasar dari
larangan ini adalah:
b) Ditakut kanter dapat serangga dan hewan melata lainnya yang bertempat
tinggal ditempat tersebut,sehingga kencing kita akan merusak tempat
tinggalnya atau ia akan keluar dan menyakiti kita. sedangkan kita sedang
kencing atau barang kali akeluar secara tiba-tiba lalu kita menghindarinya
dan akhirnya kita tidak selamat dari percikan kencing kita atau yang lebih
besar dari pada hal itu.
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ُقْم ُتْم ِاَلى الَّص ٰل وِة َفاْغ ِس ُلْو ا ُوُجْو َهُك ْم َو َاْيِدَيُك ْم ِاَلى اْلَم َر اِفِق
َو اْمَس ُحْو ا ِبُرُءْو ِس ُك ْم َو َاْر ُج َلُك ْم ِاَلى اْلَك ْع َبْيِۗن َو ِاْن ُكْنُتْم ُج ُنًبا َفاَّطَّهُرْو ۗا َو ِاْن ُكْنُتْم َّم ْر ٰٓض ى
َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َاْو َج ۤا َء َاَح ٌد ِّم ْنُك ْم ِّم َن اْلَغ ۤا ِٕىِط َاْو ٰل َم ْس ُتُم الِّنَس ۤا َء َفَلْم َتِج ُد ْو ا َم ۤا ًء َفَتَيَّمُم ْو ا
َص ِع ْيًدا َطِّيًبا َفاْمَس ُحْو ا ِبُوُجْو ِهُك ْم َو َاْيِد ْيُك ْم ِّم ْنُهۗ َم ا ُيِر ْيُد ُهّٰللا ِلَيْج َعَل َع َلْيُك ْم ِّم ْن َحَر ٍج
َّو ٰل ِكْن ُّيِر ْيُد ِلُيَطِّهَر ُك ْم َو ِلُيِتَّم ِنْع َم َتٗه َع َلْيُك ْم َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak
melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku
serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki.
Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan,
kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak
memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan
bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur.”
2. Tidur
Selanjutnya hal yang dapat membatalkan wudu adalah tidur karena dapat
menghilangkan kesadaran, dalam sebuah hadis dijelaskan:
َفَم ْن َناَم َفْلَيَتَو َّض ْأ
Artinya: “Barang siapa yang tidur maka berwudhulah,” (HR. Abu Dawud).
Sementara dalam keterangan lain tidur bisa tidak membatalkan wudhu kecuali
posisi duduk menetap seperti duduknya orang bersila.