Di susun oleh :
kelompok 10
Mela Komalasari –1862050091
Riza Lestari S. –1862050088
Bayu Ariani –1862050122
Yulianti Pertiwi –1862050108
Marlina Supriani -1862050125
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Konsep Istinja Dalam Ajaran Islam ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah PAI (Pendidikan Agama Islam) dengan dosen pengampu Aden
Sudarman,M.Pd.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
beberapa hal yang harus di mengerti untuk melakukan istinja , mulai dari
bagaimana cara beristinja hingga do’a dan hikmah beristinja. Bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu pak Aden
sudarman,M.Pd. selaku dosen mata kuliah PAI (Pendidikan Agama Islam) yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang komprehensif yaitu menjelaskan semua hal
atau aspek dalam segala kehidupan manusia, mulai dari hal yang berkaitan
dengan hubungan antara manusia dengan Allah (Hablum min Alloh) dan juga
yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan sesamanya (Hablum
min an Nas).
Allah telah menjelaskan syari’at Islam dengan sempurna. Tidaklah ada
sesuatupun dari perkara yang kecil maupun yang besar, dari perkara-perkara
yang bersentuhan dengan kehidupan dan kemaslahatan umat manusia. Salah
satu hal yang mendapat perhatian tinggi dari islam adalah masalah istinja’.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam telah mengabarkan dalam suatu
riwayat yang shahih, bahwa ada seorang yang di adzab dalam kuburnya dengan
sebab tidak membersihkan dirinya dari kencing yang menimpa dirinya, dan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam telah mengabarkan pula bahwa
kebanyakan siksa kubur adalah dari sebab kencing. Hal ini memberikan
gambaran kepada kita, bahwa perkara yang berkaitan dengan adab istinja’ dan
buang air, sangatlah penting untuk diketahui dan kemudian kita praktekkan
dalam kehidupan kita.
Dalam makalah singkat ini penulis akan memaparkan beberapa hal
yang harus dimengerti untuk melakukan istinja, mulai dari bagaimana cara
beristinja hingga doa dan hikmah beristinja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Apa Pengertian dan dasar hukum istinja ?
2. Apa saja Syarat dan fardu istinja dan hal yang wajib di lakukan
dengan istinja ?
3. Yang membatalkan istinja ?
4. Sunnah dalam istinja ?
5. Tata cara istinja ?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari istinja’
2. Untuk mengetahui dasar hukum istinja ‘
3. Untuk mengetahui apa saja syarat istinja’
4. Untuk mengetahui sunnah istinja’
5. Untuk mengetahui tata cara istinja’
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Istinja menurut bahasa artinya terlepas atau selamat, dari bahasa Arab
ااْل ِ ْستِ ْن َجاء. Sedangkan istinja menurut istilah syariat Islam ialah bersuci sesudah
buang air besar atau buang air kecil. Dalam kitab fiqih istinja’ berarti
menghilangkan atau meringankan najis dari qubul dan dubur.
Mayoritas ulama sepakat bahwa istinja’ hukumnya wajib. Beristinja ini
hukumnya adalah wajib bagi orang yang baru saja buang air besar maupun
buang air kecil, baik dengan air ataupun dengan benda selain air. Benda
selain air yang dapat digunakan untuk beristinja ialah benda yang keras dan
kesat seperti batu, kertas atau daun-daun yang sudah kering.
Akan tetapi yang paling utama dalam istinja’ adalah diawali dengan batu
kemudian diteruskan dan disempurnakan dengan memakai air bersih, batu
disini berfungsi sebagai pengangkat kotoran dan air sebagai pembersih atau
penghilang bekas kotoran tersebut, sehingga bersihnya menjadi lebih
maksimal.
Namun apabila menginginkan memilih salah satu maka air lebih utama
digunakan karena air bisa mengangkat najis dan bekasnya sekaligus tidak
seperti batu yang masih meniggalkan bekas, dengan catatan batu tersebut
kering dan digunakan sebelum najisnya kering. Hal ini hanya berlaku untuk
najis yang tidak sampai meluber dari tempat keluarnya.
Hukum Istinja
2. Sunnah: Istinja hukumnya sunnah jika yang keluar adalah najis yang tidak kotor.
Contohnya cacing.
5. Haram: Haram namun sah jika beristinja dengan benda hasil ghashab. Istinja
hukumnya haram dan tidak sah jika beristinja dengan benda yang dimuliakan
seperti buah-buahan.
6. Khilaf al-aula yakni antara mubah dan makruh: Jika beristinja dengan air zam-
zam.
B. SYARAT ISTINJA
syarat yang berkaitan dengan benda yang dipakai istinja:
1. Benda yang dipakai istinja’adalah benda padat dan kering, seperti batu atau tisu.
Karena itu tidak sah istinja’ menggunakan benda cair, semisal air cuka.
2. Benda yang digunakan adalah benda yang suci, bukan benda yang najis, seperti
kotoran hewan atau benda yang terkena najis.
3. Benda tersebut bisa menghilangkan kotoran yang keluar, maka dari itu tidak sah
beristinja’ dengan menggunakan benda yang yang halus, seperti debu yang lembut
atau pohon bamboo yang halus.
4. Benda tersebut tidak dimuliakan, jadi tidak boleh dan tidak sah istinja’ dengan
benda yang dimuliakan, semisal kertas yang bertuliskan nama Alloh, malaikat atau
nama para rosul dan nabi, contoh lainnya seperti kitab – kitab atau buku – buku
tentang ilmu agama, seperti tafsir, hadits dan fiqih.
A. KESIMPULAN
1. Istinja ialah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil. Dalam
kitab fiqih istinja’ berarti menghilangkan atau meringankan najis dari
qubul dan dubur.
2. Beristinja ini hukumnya adalah wajib bagi orang yang baru saja buang air
besar maupun buang air kecil, baik dengan air ataupun dengan benda
selain air, seperti batu, kertas atau daun-daun yang sudah kering.
3. Cara beristinja dapat dilakukan dengan salah satu tiga cara sebagai berikut,
yaitu membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau
air kecil dengan air, batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih,
4. Tempat-tempat yang dilarang untuk melakukan istinja’ yaitu, Di tempat
berteduh dan di jalan umum, Di bawah pohon yang dimanfaatkan manusia,
di lubang dan juga di sumber air.
B. SARAN