Anda di halaman 1dari 10

Konsep istinja dalam ajaran islam

Sebagai syarat pemenuhan tugas mata kuliah


PAI (pendidikan Agama Islam)
Dosen pengampu : Aden Sudarman,M.Pd.

Di susun oleh :
kelompok 10
Mela Komalasari –1862050091
Riza Lestari S. –1862050088
Bayu Ariani –1862050122
Yulianti Pertiwi –1862050108
Marlina Supriani -1862050125

Program studi : PG-PAUD


Fakultas : Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS PANCA SAKTI

Alamat Jl. Raya Hankam No.54, RT005/RW002, Jatirahayu,


Kec. Pd. Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat 17414
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Konsep Istinja Dalam Ajaran Islam ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah PAI (Pendidikan Agama Islam) dengan dosen pengampu Aden
Sudarman,M.Pd.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
beberapa hal yang harus di mengerti untuk melakukan istinja , mulai dari
bagaimana cara beristinja hingga do’a dan hikmah beristinja. Bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu pak Aden
sudarman,M.Pd. selaku dosen mata kuliah PAI (Pendidikan Agama Islam) yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Canjur,10 November 2021


 

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................1


A. Latar Belakang .......................................................................1
B. Perumusan Masalah ...............................................................1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................2
BAB II ISI PEMBAHASAN ....................................................................3
A. Pengertian dan Dasar Hukum Istinja ...................................3
B. Syarat dan fardu istinja dan hal yang wajib di lakukan
dengan istinja ..........................................................................4
C. Yang membatalkan istinja .....................................................4
D. Sunnah dalam istinja ..............................................................4
E. Tata cara istinja ......................................................................5
BAB III PENUTUP ..................................................................................6
A. Kesimpulan ...............................................................................6
B. Saran ..........................................................................................6
C. Daftar Pustaka ..........................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang komprehensif yaitu menjelaskan semua hal
atau aspek dalam segala kehidupan manusia, mulai dari hal yang berkaitan
dengan hubungan antara manusia dengan Allah (Hablum min Alloh) dan juga
yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan sesamanya (Hablum
min an Nas).
Allah telah menjelaskan syari’at Islam dengan sempurna. Tidaklah ada
sesuatupun dari perkara yang kecil maupun yang besar, dari perkara-perkara
yang bersentuhan dengan kehidupan dan kemaslahatan umat manusia. Salah
satu hal yang mendapat perhatian tinggi dari islam adalah masalah istinja’.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam telah mengabarkan dalam suatu
riwayat yang shahih, bahwa ada seorang yang di adzab dalam kuburnya dengan
sebab tidak membersihkan dirinya dari kencing yang menimpa dirinya, dan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam telah mengabarkan pula bahwa
kebanyakan siksa kubur adalah dari sebab kencing. Hal ini memberikan
gambaran kepada kita, bahwa perkara yang berkaitan dengan adab istinja’ dan
buang air, sangatlah penting untuk diketahui dan kemudian kita praktekkan
dalam kehidupan kita.
Dalam makalah singkat ini penulis akan memaparkan beberapa hal
yang harus dimengerti untuk melakukan istinja, mulai dari bagaimana cara
beristinja hingga doa dan hikmah beristinja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Apa Pengertian dan dasar hukum istinja ?
2. Apa saja Syarat dan fardu istinja dan hal yang wajib di lakukan
dengan istinja ?
3. Yang membatalkan istinja ?
4. Sunnah dalam istinja ?
5. Tata cara istinja ?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari istinja’
2. Untuk mengetahui dasar hukum istinja ‘
3. Untuk mengetahui apa saja syarat istinja’
4. Untuk mengetahui sunnah istinja’
5. Untuk mengetahui tata cara istinja’
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Istinja menurut bahasa artinya terlepas atau selamat, dari bahasa Arab
‫ ااْل ِ ْستِ ْن َجاء‬. Sedangkan istinja menurut istilah syariat Islam ialah bersuci sesudah
buang air besar atau buang air kecil. Dalam kitab fiqih istinja’ berarti
menghilangkan atau meringankan najis dari qubul dan dubur.
Mayoritas ulama sepakat bahwa istinja’ hukumnya wajib. Beristinja ini
hukumnya adalah wajib bagi orang yang baru saja buang air besar maupun
buang air kecil, baik dengan air ataupun dengan benda selain air. Benda
selain air yang dapat digunakan untuk beristinja ialah benda yang keras dan
kesat seperti batu, kertas atau daun-daun yang sudah kering.
Akan tetapi yang paling utama dalam istinja’ adalah diawali dengan batu
kemudian diteruskan dan disempurnakan dengan memakai air bersih, batu
disini berfungsi sebagai pengangkat kotoran dan air sebagai pembersih atau
penghilang bekas kotoran tersebut, sehingga bersihnya menjadi lebih
maksimal.
Namun apabila menginginkan memilih salah satu maka air lebih utama
digunakan karena air bisa mengangkat najis dan bekasnya sekaligus tidak
seperti batu yang masih meniggalkan bekas, dengan catatan batu tersebut
kering dan digunakan sebelum najisnya kering. Hal ini hanya berlaku untuk
najis yang tidak sampai meluber dari tempat keluarnya.

Hukum Istinja

Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi mengatakan istinja hukumnya fardhu.


Ulama Hanafiyah berkata bahwa hukum istinja atau aktivitas lain yang
menggantikan kedudukannya seperti istijmar adalah sunnah muakkadah, baik
bagi laki-laki maupun perempuan.

Sementara itu, Hasan ibn Salim al-Kaf dalam al-Taqrirat al-Sadidah


sebagaimana dijelaskan Rosidin membagi hukum istinja menjadi 6 jenis.
Antara lain sebagai berikut:
1. Wajib: Istinja hukumnya wajib jika yang keluar adalah najis yang kotor lagi
basah. Seperti air seni, madzi, dan kotoran manusia.

2. Sunnah: Istinja hukumnya sunnah jika yang keluar adalah najis yang tidak kotor.
Contohnya cacing.

3. Mubah: Jika beristinja dari keringat.

4. Makruh: Istinja hukumnya makruh jika yang keluar adalah kentut.

5. Haram: Haram namun sah jika beristinja dengan benda hasil ghashab. Istinja
hukumnya haram dan tidak sah jika beristinja dengan benda yang dimuliakan
seperti buah-buahan.

6. Khilaf al-aula yakni antara mubah dan makruh: Jika beristinja dengan air zam-
zam.

B. SYARAT ISTINJA
syarat yang berkaitan dengan benda yang dipakai istinja:
1. Benda yang dipakai istinja’adalah benda padat dan kering, seperti batu atau tisu.
Karena itu tidak sah istinja’ menggunakan benda cair, semisal air cuka.
2. Benda yang digunakan adalah benda yang suci, bukan benda yang najis, seperti
kotoran hewan atau benda yang terkena najis.
3. Benda tersebut bisa menghilangkan kotoran yang keluar, maka dari itu tidak sah
beristinja’ dengan menggunakan benda yang yang halus, seperti debu yang lembut
atau pohon bamboo yang halus.
4. Benda tersebut tidak dimuliakan, jadi tidak boleh dan tidak sah istinja’ dengan
benda yang dimuliakan, semisal kertas yang bertuliskan nama Alloh, malaikat atau
nama para rosul dan nabi, contoh lainnya seperti kitab – kitab atau buku – buku
tentang ilmu agama, seperti tafsir, hadits dan fiqih.

C. YANG MEMBATALKAN ISTINJA


Segala sesuatu yang keluar dari salah satu kemaluan , seperti kencing, buang air
besar, madzi, mani, maupun kentut, dalam hadist abu hurairah, rasullullah SAW
bersabda , “Allah SWT tidak akan menerima sholat salah seorang dari kamu jika
dia berhadats sehingga dia berwudhu”.
D. SUNNAH DALAM ISTINJA
1. Jangan membawa sesuatu yang bertuliskan nam allah SWT ke dalam
kamar mandi
2. Menutup diri dan menjauh dari manusia ketika sedang buang air. Hal itu
berdasarkan jabir bin abdullah meriwayatkan, “kami pernah keluar
bersama rasulullah SAW ketika di perjalanan ,beliau tidak menunaikan
hajatnya di daerah terbuka, namun beliau pergi ke tempat yang jauh
sampai tidak nampak dan tidak terlihat”.
3. Pastikan membaca do’a ketika memasuki kamar mandi agar terbebas dari
gangguan jin.
4. Pastikan mendahulukan kaki kiri dan keluar menggunakan kaki kanan
ketika ke kamar mandi.

E. TATA CARA ISTINJA


Cara beristinja dapat dilakukan dengan salah satu tiga cara sebagai berikut:
1) Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air
kecil dengan air sampai bersih. Ukuran bersih ini ditentukan oleh
keyakinan masing-masing.
2) Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air
kecil dengan batu, kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air.
3) Membasuh dan membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air
3
kecil dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih.
Membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil ini sekurang-
kurangnya dengan tiga buah batu atau sebuah batu yang memiliki tiga
permukaan sampai bersih. Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut:
“Sesungguhnya Nabi saw. melalui dua buah kuburan, kemudian beliau bersabda:
Sesungguhnya kedua orang yang berada dalam kubur itu sedang disiksa. Adapun
salah seorang dari keduanya sedang disiksa karena mengadu-ngadu orang,
sedangkan yang satunya sedang disiksa karena tidak menyucikan kencingnya.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Istinja ialah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil. Dalam
kitab fiqih istinja’ berarti menghilangkan atau meringankan najis dari
qubul dan dubur.
2. Beristinja ini hukumnya adalah wajib bagi orang yang baru saja buang air
besar maupun buang air kecil, baik dengan air ataupun dengan benda
selain air, seperti batu, kertas atau daun-daun yang sudah kering.
3. Cara beristinja dapat dilakukan dengan salah satu tiga cara sebagai berikut,
yaitu membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau
air kecil dengan air, batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih,
4. Tempat-tempat yang dilarang untuk melakukan istinja’ yaitu, Di tempat
berteduh dan di jalan umum, Di bawah pohon yang dimanfaatkan manusia,
di lubang dan juga di sumber air.

B. SARAN

Dengan adanya pembahasan tentang Konsep Istinja Dalam Ajaran


Islam ini, di harapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang konsep
istinja dalam ajaran islam, sehingga dapat mengamalkannya dan
memanfaatkannya di waktu tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
C. DAFTAR PUSTAKA

Harun, Nasrun. 2000. Fiqh Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama.


Madarik Yahya. 2009. Tata Cara Bersuci (online)
http://madarikyahya.wordpress.com/2009/10/20/tata-cara-bersuci
Diakses Selasa, 20 Februari 2018
Muawiyah, Abu. 2008. Adab-Adab Istinja (Buang Air) (online)
http://alatsariyyah.com/adab-adab-istinja-buang-air.html
Diakses Selasa, 20 Februari 2018
Mustaqim, Fauzul. 2015. Istinja (online)
http://www.fauzulmustaqim.com/2015/11/pengertian-tata-cara-dan-tujuan-
istinja.html diakses Senin, 19 Februari 2018
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jilid 1-2. Bandung: PT Al- Ma’arif
Supiana dan Karman. 2001. Materi PAI. Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai