Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“SHALAT”

Dosen Pengampu : Dr. H. Asnar, M.Si

Disusun Oleh :

Ida Abdul Salim (2105056037)

Aprialdo Bang Tethun (2105056026)

Al Fajr Nur (2105056027)

Ayu Wulan Dari (2105056029)

Ni Luh Suparni Asih (2105056033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada Penulisan makalah kali ini,
penulis mengkaji tentang “Shalat” untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Islam

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih khususnya
kepada Bapak dosen dan teman-teman yang sudah membantu kami, semoga senantiasa diberikan
kesehatan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini dapat terselesaikan atas
bimbingan, dukungan, serta kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. H. Asnar, M.Si selaku dosen mata
kuliah Hukum Islam dan teman-teman yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran, masukan, serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Semoga dengan selesainya makalah ini, senantiasa dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Untuk kedepannya, penulis berharap agar dapat memperbaiki bentuk dan isi dari makalah
menjadi lebih baik lagi

Samarinda, 20 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Shalat ............................................................................................... 3


2.2 Dasar Hukum Shalat ......................................................................................... 4
2.3 Macam dan Jenis Shalat .................................................................................... 4
2.4 Tujuan Didirikannya Shalat .............................................................................. 6
2.5 Syarat-syarat Rukun Wajib Sahnya Shalat ....................................................... 7
2.6 Sunnah-sunnah Shalat ....................................................................................... 9
2.7 Hal-hal Yang Membatalkan Shalat ................................................................... 10
2.8 Hukum dan Ancaman Meninggalkan Shalat..................................................... 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 12


3.2 Saran .................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Shalat lima waktu merupakan latihan pembinaan disiplin pribadi, untuk secara teratur dan
terus menerus melaksanakannya pada waktu yang ditentukan dan sesuai dengan rukunnya
sehingga akan terbentuk kedisiplinan pada diri individu tersebut. Keterangan tersebut
menunjukkan bahwa pentingnya menunaikan shalat lima waktu, maka dibutuhkan peranan orang
tua dalam memotivasi anak agar bisa mengamalkan shalat lima waktu terutama sejak anak masih
kecil. Sebagai orang tua tentu bertanggung jawab atas shalat putra dan putrinya dan hendaknya
berlaku tegas sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam mendidik anak untuk
melaksanakan shalat.

Ibadah shalat tidak dapat dilakukan begitu saja, melainkan harus dipelajari tata cara dan
praktiknya sebagaimana yang telah Rasulullah SAW contohkan. Sebagai orang tua dalam
membimbing anak agar mampu dan mau melaksanakan shalat dengan benar, Rasulullah SAW
telah memerintahkan “didiklah anak-anakmu shalat sejak berumur 7 tahun, dan pukullah setelah
10 tahun”. Perintah Rasulullah SAW ini memiliki maksud agar dalam mendidik anak tidak
secara instant, melainkan bertahap, berlanjut dan konsisten dari umur 7 tahun. Usia 7 tahun bagi
anak merupakan golden age dimana anak memiliki kepekaan untuk meniru dan mencontoh apa
yang ia lihat dan dengar. Hal ini sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW agar tegas dalam
memerintah anak untuk melaksanakan shalat. Maka orang tua bertanggung jawab untuk
mendidik putra-putrinya shalat sejak masih kecil, apabila dibimbing shalat secara konsisten Insya
Allah anak akan dapat melaksanakan shalat dengan baik dan benar dengan penuh kesadaran.

Namun apabila sudah dibimbing sejak kecil perlu adanya evaluasi dan refleksi untuk
melakukan tindakan yang lebih tegas, kalau perlu dipaksa bahkan memukulnya sehingga jangan
sampai anak belum mampu dan mau shalat saat memasuki masa aqil baligh. Karena setelah
baligh anak sudah harus bertanggung jawab sendiri atas amal ibadahnya sendiri. Kewajiban
orang tua adalah memerintahkan anaknya untuk shalat. Perintah ini tentunya dapat dilaksanakan
manakala terlebih dahulu orang tua mengajarkan anaknya bagaimana beribadah yang benar.
Setelah ia mengajarkan, maka kewajiban berikutnya adalah memerintahkan anaknya shalat dan
mengontrolnya. Kewajiban Shalat termasuk ke dalam rukun Islam, diwajibkan ketika Rasulullah
SAW mi‟raj. Tetapi kewajiban shalat yang merupakan rukun Islam ini sering diabaikan dan
dianggap tidak penting, hal ini dapat dilihat dari banyaknya manusia yang tidak mengerjakan
shalat. maka perlu dibentuk mental yang sadar akan kewajiban shalat yang dipupuk sejak kecil
oleh orang tua di rumah serta dibina dan dididik sejak dini di sekolah. Pembinaan mental
seseorang sejak ia kecil, semua pengamalan yang dilalui, baik yang disadari atau tidak, ikut
menjadi unsur-unsur yang menyatu dalam kepribadian seseorang. Di antara unsur-unsur
terpenting yang akan menentukan corak kepribadian seseorang di kemudian hari adalah nilai-

1
nilai yang diambil dari orang tua. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, moral dan
sosial. Tetapi adakalahnya manusia sebagai ciptaan Allah sering lupa bahkan melalaikan waktu
sholat itu sendiri. Padahal di dalam Al-Qur’an sudah tertera sangat jelas perintah untuk
mendirikan Shalat untuk umat muslim,baik muslim sejak lahir ataupun bagi mualaf. Nah demi
kian lah juga tentang bahasan yang akan kita bahas pada makalah ini t ahas pada makalah ini
tentang pengertian entang pengertian perintah, macam dan tata cara shalat ,perintah, macam dan
tata cara shalat yang benar bagi umat muslim di seluruh dunia

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian shalat?


2. Apa yang menjadi dasar hukum shalat?
3. Apa saja macam dan jenis shalat itu sendiri?
4. Apakah tujuan didirikannya shalat?
5. Apa saja yang menjadi syarat-syarat rukun wajib sahnya shalat?
6. Apa saja yang menjadi Sunnah-sunnah shalat?
7. Apa saja hal-hal yang membatalkan shalat?
8. Bagaimana hukum dan ancaman meninggalkan shalat?

1.3 Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui pengertian shalat


2. Untuk dapat mengetahui dasar hukum shalat
3. Untuk dapat mengetahui macam dan jenis shalat
4. Untuk dapat mengetahui tujuan didirikannya shalat
5. Untuk dapat mengetahui syarat-syarat rukun wajib sahnya shalat
6. Untuk dapat mengetahui Sunnah-sunnah shalat
7. Untuk dapat mengetahui hal-hal yang membatalkan shalat
8. Untuk dapat mengetahui hukum dan ancaman meninggalkan shalat

1.4 Manfaat

1. Meningkatkan pemahaman mengenai pengertian shalat


2. Menambah wawasan mengenai dasar hukum shalat
3. Menambah wawasan mengenai macam dan jenis shalat
4. Meningkatkan pemahaman mengenai tujuan didirikannya shalat
5. Menambah wawasan mengenai syarat-syarat rukun wajib sahnya shalat
6. Meningkatkan pemahaman mengenai Sunnah-sunnah shalat
7. Meningkatkan pemahaman mengenai hal-hal yang membatalkan shalat
8. Menambah wawasan mengenai hukum dan ancaman meninggalkan shalat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Shalat

Shalat adalah pendakian orang-orang beriman serta doa orang-orang shaleh. Shalat
memungkinkan akal terhubung secara langsung dengan sang Pencipta, menghindarkan seluruh
kepentingan personal dengan material. Hal itu menyelamatkan diri dengan menghancurkan
depresi serta menghapus kegelisahan. Shalat adalah media terbesar untuk menghubungkan
seorang hamba dengan Tuhannya. Shalat juga menjadi wasilah (perantara) yang sangat penting
untuk membentuk tameng agama bagi seorang anak.

Pengertian shalat dari bahasa Arab As-sholah, sholat menurut Bahasa / Etimologi berarti
Do‟a dan secara terminology/istilah, para ahli fiqh mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara
lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam., yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah
ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepadaNya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesaranNya atau
medzohirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan
pekerjaan atau kedua duanya. Sebagaimana perintah-Nya dalam surah al-Ankabut ayat 45 yang
artinya :

“bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Shalat adalah rukun Islam yang kedua dan ia merupakan rukun yang sangat ditekankan
(utama) sesudah dua kalimat syahadat. Telah disyari’atkan sebagai sesempurna dan sebaik-
baiknya ibadah. Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah: zikir kepada Allah, tilawah
Kitabullah, berdiri menghadap Allah, ruku’, sujud, do’a, tasbih, dan takbir. Shalat merupakan
pokok semua macam ibadah badaniah. Allah telah menjadikannya fardhu bagi Rasulullah SAW
sebagai penutup para rasul pada malam Mi’raj di langit, berbeda dengan semua syari’at. Hal itu
tentu menunjukkan keagungannya, menekankan tentang wajibnya dan kedudukannya di sisi
Allah. Terdapat sejumlah hadits berkenaan dengan keutamaan dan wajibnya shalat bagi
perorangan. Hukum fardhunya sangat dikenal di dalam agama Islam. Barang siapa yang
mengingkari shalat, ia telah murtad dari agama Islam. Ia dituntut untuk bertobat. Jika tidak
bertobat, ia harus dihukum mati menurut ijma’ kaum muslimin.

Dari beberapa pengertaian diatas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan
ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan
diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara‟.

3
2.2 Dasar Hukum Shalat

Hukum shalat adalah wajib ‘aini dalam arti kewajiban yang ditujukan kepada setiap
orang yang telah dikenai beban hukum (mukallaf) dan tidak lepas kewajiban seseorang dalam
shalat kecuali bila telah dilakukannya sendiri sesuai dengan ketentuan nya dan tidak dapat
diwakilkan pelaksananya. Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dan harus
dilaksanakan berdasarkan ketetapan Alqur’an, sunnah dan Ijma’. Kewajiban itu diterima nabi
Muhammad SAW secara langsung yang diperintahkan oleh Allah di “sidratulmuntaha” sewaktu
Isra’ dan M’iraj. Setahun sebelum hijrah ke Madinah pada waktu yang telah dikenal yaitu Zuhur,
Ashar, Maghrib, Isya dan subuh shalat waktu yang pertama dilakukan oleh nabi Muhammad
SAW adalah shalat Zuhur.

Firman-firman Allah yang memerintahkan untuk melaksanakan Shalat seperti di dalam


Al-Quran surat Toha ayat 14 yang artinya: “sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan
(yang hak) selain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”.

Dalam ayat lain Allah berfirman Qur’an surah Al-Ankabut ayat 45 yang
artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Alqur’an) dan
dirikanlah Shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan perbuatan keji dan
Mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (Shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Dalil dalil di atas, semuanya berisi perintah untuk mengerjakan Salat bagi umat Islam

2.3 Macam dan Jenis Shalat

Seperti kita ketahui dan kita pelajari dibagi menjadi dua , yaitu Shalat Fardhu (wajib) dan Shalat
Tatawwu’ (sunnah).

A. Shalat Fardhu (Wajib)

Shalat Fardhu adalah shalat dengan status hukum fardhu, yakni wajib dilaksanakan.
Shalat fardhu sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni :

1. Fardhu 'Ain, yakni yang diwajibkan kepada individu. Termasuk dalam shalat ini
adalah shalat lima waktu dan shalat Jumat untuk pria.
2. Fardhu Kifayah, yakni yang diwajibkan atas seluruh muslim namun akan gugur dan
menjadi sunnat bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim yang lain. Yang
termasuk dalam kategori ini adalah shalat jenazah.

Shalat lima waktu adalah shalat fardhu (salat wajib) yang dilaksanakan lima kali sehari.
Hukum shalat ini adalah Fardhu 'Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim atau
muslimah yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali berhalangan karena sebab
4
tertentu. Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
"Waktu Zhuhur adalah apabila matahari telah condong sedikit ke Barat hingga bayangan
seseorang menyamai panjangnya, selama waktu Ashar belum tiba. Waktu Ashar adalah selama
matahari belum menguning, waktu Maghrib adalah selama mega merah belum menghilang,
waktu Isya adalah hingga separuh malam yang tengah, dan waktu Shubuh adalah sejak terbit
fajar sampai sebelum matahari terbit. Maka jika matahari telah terbit, janganlah kamu lakukan
shalat, karena matahari terbit di antara dua tanduk syetan. {Muslim 2/105} :

1. Subuh, terdiri dari 2 raka'at. Waktu Shubuh diawali dari terbirnya fajar, yakni cahaya
putih yang melintang di ufuk timur. Waktu shubuh berakhir ketika terbitnya Matahari
2. Zuhur, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Zhuhur diawali jika Matahari telah tergelincir
(condong) ke arah barat hingga bayangan seseorang menyamai panjangnya, dan berakhir
ketika masuk waktu Ashar
3. Ashar, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Ashar adalah selama matahari belum menguning.
Waktu Ashar berakhir dengan terbenamnya Matahari
4. Maghrib, terdiri dari 3 raka'at. Waktu Maghrib adalah selama mega merah belum
menghilang yang diawali dengan terbenamnya Matahari, dan berakhir dengan masuknya
waktu Isya
5. Isya, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Isya adalah hingga separuh malam yang tengah yang
diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat, dan berakhir hingga
terbitnya fajar keesokan harinya.

Khusus pada hari Jumat, Muslim laki-laki wajib melaksanakan Shalat Jumat di masjid
secara berjamaah (bersama-sama) sebagai pengganti Salat Zhuhur. Shalat Jumat tidak wajib
dilakukan oleh perempuan, atau bagi mereka yang sedang dalam perjalanan (musafir)

B. Shalat Sunnah (Tatawwu’)

Shalat sunah disebut juga salat an-nawâfil atau at-tatawwu’. Yang dimaksud dengan an-
nawâfil ialah semua perbuatan yang tidak termasuk dalam fardhu. Disebut an-nawâfil karena
amalan-amalan tersebut menjadi tambahan atas amalan-amalan shalat fardhu. Menurut
Mazhab Hanafi, shalat an-nawâfil terbagi atas 2 macam, yaitu :

1. Shalat masnunah ialah shalat-shalat sunah yang selalu dikerjakan Rasulullah, jarang
ditinggalkan, sehingga disebut juga dengan shalat mu’akkad (dipentingkan)
2. Shalat mandudah adalah shalat-shalat sunah yang kadang dikerjakan oleh Rasulullah,
kadang-kadang juga tidak dikerjakan, sehingga disebut dengan shalat ghairu mu’akkad
(kurang dipentingkan).

Shalat sunah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni:

1. Muakad, adalah shalat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir
mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf.

5
2. Ghairu Muakad, adalah shalat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti
shalat sunah Rawatib dan shalat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan,
seperti shalat khusuf yang hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana)

Salat sunah ada yang dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) diantaranya:

a) Shalat Wudhu
b) Shalat Tahiyyatul Masjid
c) Shalat Taubat
d) Shalat Dhuha
e) Shalat Tahajjud
f) Shalat Rawatib
g) Shalat Istikhoroh
h) Shalat Muthlaq
i) Shalat Safar

Sedangkan yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain:

a) Salat Tarowih
b) Shalat Dua Hari Raya
c) Shalat Gerhana
d) Shalat Istisqo’
e) Shalat Witir

2.4 Tujuan Didirikannya Shalat

Allah mewajibkan shalat atas seorang muslim agar ia taat dan patuh melaksanakannya,
perintah yang diwajibkan pada umumnya lebih mudah dilaksanakan jika jelas tujuan dan
manfaat terutama bagi orang yang melaksanakannya. Untuk ini semua Allah telah menetapkan
beberapa tujuan disyariatkannya shalat, yang mana tujuan tersebut sebenarnya untuk
kepentingan manusia itu sendiri. Diantara Tujuan Shalat antara lain :

1. Untuk Mengingat Allah

Substansi Shalat adalah mengingat Allah, Namun demikian hati yang selalu ingat kepada
Allah, Tuhan Yang Maha Sempurna, seseorang akan mendapat kekuatan batin dalam
menghadapi segala problem hidupnya. Dengan melaksanakan shalat ia akan selalu ingat
kepada Allah. Siapa yang memelihara dengan baik shalatnya, maka dia akan selalu
mengingat Allah, dan siapa yang demikian itu halnya, maka hatinya akan selalu terbuka
menerima cahaya Ilahi. Tidak dapat dipungkiri bahwa ibadah shalat merupakan salah satu
bentuk perwujudan tertinggi pengesaan seorang hamba kepada Rabbnya. Dengan shalat,
seorang hamba melakukan komunikasi langsung dengan Rabbnya. Memuja, tunduk,

6
mengakui ketuhanan, dan keesaan Allah secara mutlak dihadapan-Nya. Suatu kenyataan
bahwa tidak seorangpun yang sempurna, melainkan seseorang itu serba terbatas, sehingga
dalam menempuh perjalanan hidupnya yang sangat komplek ini, ia tidak luput dari kesulitan
dan berbagai masalah

2. Makna Shalat

Makna shalat adalah bertemunya dengan Tuhan. Ibadah shalat pada dasarnya merupakan
ajang untuk mendekatkan hubungan seseorang dengan Tuhannya, atau antara Pencipta
dengan makhluk-Nya. Dan dengan ini hati akan selalu dihadapi segala problem kehidupan
dengan rasa optimis, sabar dan rela sehingga ketenangan dan ketentraman hati yang selalu
didambakan oleh setiap orang akan selalu menyertai dalam hidupnya. Maka dapat
disimpulkan, dengan shalat kita selalu mengingat Allah. Dengan mengingat Allah dapat
memperoleh rasa tentram dan tenang hati, sehingga akan dapat menjalani hidup ini dengan
bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

3. Untuk Taat Kepada Allah

Tidak satupun yang diciptakan Allah di muka bumi ini tanpa maksud dan tujuan, untuk itu
pula Allah menghidupkan manusia di permukaan bumi ini. Allah menciptakan manusia
kemudian menghidupkan dengan tujuan agar manusia menghambakan diri kepada Nya,
sebagai sang Maha Pencipta. Ketaatan seorang hamba kepada Allah biasanya diwujudkan
lewat kontinuitas seseorang dalam menjalankan shalatnya. Karena rutinitas menurunkan
kesiapan mental khusus, seperti sabar, tekun memiliki kemauan dan lain-lain, oleh karena
perlu adanya dasar-dasar keimanan yang kuat dari masing-masing individu. Karena dengan
shalat seseorang telah dapat dikatakan ikut serta dalam menegakkan agama (Islam) dan
hamba yang taat kepada Allah.

4. Disiplin

Dengan mengulang-ulang shalat dalam sehari semalam lima kali, rasa tunduk dan takut
kepada Allah, dan berulang-ulang rasa itu akan mempengaruhi jiwa kita.34 Shalat wajib
lima waktu harus dilaksanakan dengan disiplin yaitu dengan menepati waktu-waktu shalat
yang telah ditentukan. Seseorang dikatakan disiplin bila selalu melakukan shalat tepat waktu
secara terus menerus, karena apabila sering terlambat atau bermalas-malas dalam
mengerjakan shalat akan dianggap gagal dalam mencapai keteraturan shalat

2.5 Syarat-syarat Rukun Wajib Sahnya Shalat

1. Syarat Wajib Shalat

7
a) Beragama islam
Hal ini dikarenakan objek yang dituntut untuk melaksanakan kewajiban syariat seperti
shalat dan zakat adalah orang Islam bukan orang kafir. Ini dasarkan pada fakta bahwa
orang-orang kafir bukanlah objek yang dituntut untuk melaksanakan kewajiban syariat
b) Baligh
Sebagaimana dalam sabda Rasulullah yang artinya: “dari Abu Hurairah RA berkata:
Rasulullah sawbersabda, perintahkan anak- anakmu untuk shalat ketika mencapai usia
7 tahun dan pukullah mereka jika (belum mengerjakan shalat) ketika usia 10 tahun dan
pisahkanlah tidurnya (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
c) Berakal
Sebagai hadis yang artinya : “ telah diangkat pena itu dari tiga perkara, yaitu anak-
anak sehingga dewasa (baligh), dari orang tidur sehingga ia bangun dan dari orang gila
sehingga ia sehat kembali”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
d) Mampu Melaksanakan
Kewajiban hanya dibebankan kepada orang yang mampu melaksanakan, sehingga
orang tidak mampu atau orang yang di paksa untuk meninggalkan sholat tidak wajib
melaksanakan nya

2. Syarat Sah Shalat


a) Suci dari hadats, baik hadats kecil maupun besar
b) Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis
c) Menutup aurat. Aurat laki-laki antar pusar sampai lutut dan aurat perempuan adalah
seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan
d) Telah masuk waktu shalat, artinya tidak sah bila dikerjakan belum masuk waktu
shalat atau telah habis waktunya. Sebagaiman diterangkan dalam surah An- Nisa ayat
103 yang artinya :
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman,
Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman
e) Menghadap Kiblat

3. Rukun Shalat

Rukun shalat bias juga disebut fardhu. Perbedaan antara syarat dan rukun shalat adalah
bahwa syarat merupakan sesuatu yang harus ada pada suatu pekerjaan amal ibadah itu
dikerjakan, sedangkan pengertian rukun atau fardu adalah sesuatu yang harus ada pada suatu
pekerjaan/amal ibadah pada waktu pelaksanaan suatu pekerjaan atau amal ibadah tersebut.
Rukun Shalat ada 13 yaitu:

a) Niat, yaitu menyengaja untuk mengerjakan shalat karena Allah SWT

8
b) Berdiri bagi yang mampu
c) Takbiratul Ihram
d) Membaca Surah Al-fatihah
e) Ruku’ dan Thumaninah
f) Itidal dengan Thum‟ninah
g) Sujud dua kali dengan thuma‟ninah
h) Duduk diantara dua sujud dengan thum‟ninah
i) Duduk yang terakhir
j) Membaca Tasyahud pada waktu duduk akhir
k) Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad SAW pada tasyahud akhir setelah membaca
tasyahud
l) Mengucapkan Salam
m) Thuma‟ninah pada setiap gerakan
n) Tertib, maksudnya ialah melaksanakan ibadah shalat harus berurutan dari rukun yang
pertama sampai yang terakhir

2.6 Sunnah-sunnah Shalat

Sunnah Shalat dibedakan menjadi dua macam, yaitu Sunnah Ab’ad dan Sunnah Hai’at

1. Sunnah Ab’Adh
Sunnah ab’ad adalah Sunnah yang apabila tidak dikerjakan harus mengganti dengan
sujud sahwi. Sunnah Ab’adh dibagi menjadi lima yaitu :
1. Tasyahud awal serta duduknya
2. Shalawat atas nabi pada tasyahud awal
3. Shalawat atas keluarga nabi pada tasyahud akhir
4. Qunut, serta berdiri ketika membacanya dalam shalat subuh dan shalat witir pada
pertengahan hingga akhir Ramadhan
5. Shalawat atas nabi dan keluarganya serta sahabatnya dalam akhir qunut

2. Sunnah Hai’at
Sunnah Hai’at adalah amalan sunnah dalam shalat fardu yang jika tertinggal karena lupa
atau sengaja ditinggalkan, maka shalatnya tetap sah dan tidak perlu Sujud sahwi.
Sunnah Hai’at dibagi menjadi beberapa macam yakni :
1. Mengangkat kedua belah tangan hingga sejajar dengan kedua belah telinga ketika
takbiratul Ihram, takbir Ruku’, i’tidal dan berdiri dari tasyahud awal
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di bawah dada di atas pusat ketika berdiri
3. Membaca doa Iftitah
4. Membaca ta’awudz (A’uudzu billahi minasy-syaithaanirrajiim) Sebelum membaca
Fatihah

9
5. Membaca amin setelah Fatihah
6. Membaca surat dari Al-qur’an setelah selesai membaca al-fatihah pada rakaat yang
pertama dan rakaat yang kedua
7. Mengeraskan suara, ketika membaca Fatihah, surat dan Takbir pada shalat Maghrib,
Isya, dan subuh dan menggunakan suara pada shalat Zuhur dan Ashar. (Tetapi bagi
perempuan pada setiap shalat dengan suara rendah)
8. Membaca Takbir ketika berpindah dari rukun ke rukun yang lain

2.7 Hal-hal Yang Membatalkan Shalat

Shalat dikatakan batal atau tidak sah apabila salah satu syarat dan rukun nya tidak
dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja. Berbagai hal yang dapat menyebabkan batalnya
shalat antara lain :

a. Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja


Apabila ada salah satu rukun shalat yang tidak dikerjakan dengan sengaja, maka
shalat itu menjadi batal dengan sendirinya. Misalnya, seseorang tidak membaca surah
al Fatihah lalu langsung Ruku, maka sholatnya menjadi batal

b. Berhadas
Bila seseorang mengalami hadas besar atau kecil, maka batal pula shalatnya. Baik
terjadi tanpa sengaja atau secara sadar

c. Terkena najiz baik badan, pakaian, atau tempat shalat


Bila seseorang yang salah terkena benda najiz, maka secara langsung shalatnya
menjadi batal. Namun yang dijadikan patokan adalah bila najis itu tersentuh tubuhnya
atau pakaiannya dan tidak segera ditepis atau tampiknya najis tersebut maka batallah
shalat tersebut

d. Dengan sengaja berbicara yang bukan untuk kemaslahatan shalat


Berbicara dengan sengaja yang dimaksud di sini bukanlah berupa bacaan bacaan
dalam Al-Quran, Zikir ataupun doa, akan tetapi merupakan pembicaraan yang sering
dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-harinya

e. Terbuka auratnya
Bila seseorang yang sedang melakukan sholat tiba tiba terbuka auratnyaa secara
sengaja, maka shalatnya otomatis menjadi batal. Baik dilakukan dalam waktu yang
singkat ataupun terbuka dalam waktu yang lama

f. Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalat

10
Seseorang yang sedang shalat, lalu tiba tiba terbetik niat untuk tidak shalat di dalam
hatinya, maka saat itu juga shalatnya telah batal. Sebab niatnya telah rusak. Meski
belum melakukan hal hal yang membatalkan shalatnya

g. Banyak bergerak
Gerakan yang banyak dan berulang ulang terus dan bukan merupakan gerakan yang
terdapat dalam shalat. Mazhab Imam Syafi’i memberikan batasan sampai tiga kali
gerakan berturut-turut sehingga seorang batal dari shalatnya

h. Membelakangi kiblat
Bila seseorang shalat dengan membelakangi kiblat dengan sengaja, atau di dalam
shalatnya melakukan gerakan hingga badannya bergeser arah hingga membelakangi
kiblat, maka shalatnya itu batal dengan sendirinya

2.8 Hukum dan Ancaman Meninggalkan Shalat

Islam telah menekankan dan menjelaskan dengan jelas dan gamblang segala hal yang
berkenaan dengan tata aturan kehidupan manusia. Hal mana yang harus dilakukan dan
dikerjakan dan hal yang mana yang harus dijauhi dan ditinggalkan. Sedangkan shalat
memiliki balasan tersendiri bagi mereka yang meninggalkannya. Meninggalkan shalat karena
ingkar adalah kafir dan keluar dari agama Islam, berdasarkan Ijma’ (kesepakatan) ulama
kaum muslimin. Adapun orang yang meninggalkan shalat karena malas sedangkan orang
tersebut masih tetap meyakini keduanya, maka menurut pendapat mayoritas ulama Salaf dan
ulama Khalaf orang tersebut tidak kafir, tetapi diperintahkan untuk bertaubat. Jika tidak mau
maka harus dihukum mati sebagai hadd (Hukuman) bukan karena kekafiran.

Jadi telah jelas bagi kaum muslimin saat ini bahwa meninggalkan sholat hingga waktu
berakhir tanpa uzur yang dibenarkan oleh syariat adalah sebuah kekufuran. Adapun bagi
orang orang yang meninggalkan sholat itu akan mendapatkan sanksi atau ancaman, antara
lain :

a. Dikecam sebagai orang kafir


b. Tidak boleh dishalatkan jenazah nya dan tidak boleh dimintakan ampunan dan
rahmat untuknya
c. Dimasukkan ke dalam neraka Wail
d. Pada hari kiamat ia akan dikelompokkan bersama Karun dan Fir’aun

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Shalat adalah pendakian orang-orang beriman serta doa orang-orang shaleh. Shalat
memungkinkan akal terhubung secara langsung dengan sang Pencipta, menghindarkan seluruh
kepentingan personal dengan material. Hal itu menyelamatkan diri dengan menghancurkan
depresi serta menghapus kegelisahan. Shalat adalah media terbesar untuk menghubungkan
seorang hamba dengan Tuhannya. Shalat juga menjadi wasilah (perantara) yang sangat penting
untuk membentuk tameng agama bagi seorang anak. Hukum shalat adalah wajib ‘aini dalam arti
kewajiban yang ditujukan kepada setiap orang yang telah dikenai beban hukum (mukallaf) dan
tidak lepas kewajiban seseorang dalam shalat kecuali bila telah dilakukannya sendiri sesuai
dengan ketentuan nya dan tidak dapat diwakilkan pelaksananya.

Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dan harus dilaksanakan berdasarkan
ketetapan Alqur’an, sunnah dan Ijma’. Shalat dikatakan batal atau tidak sah apabila salah satu
syarat dan rukun nya tidak dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja Islam telah
menekankan dan menjelaskan dengan jelas dan gamblang segala hal yang berkenaan dengan tata
aturan kehidupan manusia. Hal mana yang harus dilakukan dan dikerjakan dan hal yang mana
yang harus dijauhi dan ditinggalkan. Adapun orang yang meninggalkan shalat karena malas
sedangkan orang tersebut masih tetap meyakini keduanya, maka menurut pendapat mayoritas
ulama Salaf dan ulama Khalaf orang tersebut tidak kafir, tetapi diperintahkan untuk bertaubat.
Jika tidak mau maka harus dihukum mati sebagai hadd (Hukuman) bukan karena kekafiran.

3.2 Saran

Tulisan ini hanyalah bersifat pebdahuluan untuk itu perlu dilakukan penyempurnaan oleh semua
pihak yang bekecimpung dalam bidang akademik. Data dan isi dalam makalah yang dibuat
diperoleh dari berbagai sumber yang dijamin kebenerannya. Namun, tentu diperlukan
penyempurnaan dari berbagai aspek guna menyempurnakan makalah ini

12
DAFTAR PUSTAKA

Keikazeria, V. M., & Ngare, F. (n.d.). Komunikasi Interpersonal Ibu dan Anak dalam
Pembentukan Karakter Beribadah Anak. 1613–1629.
Khoiri, A. (n.d.). Penentuan Awal Waktu Shalat Fardhu Dengan Peredaran Matahari.
Komala. (n.d.). Shalat Wajib dan Shalat Sunnah Jurusan Ilmu Hadist Fakultas Ushuluddin.
191370027.
Mujiburrahman. (n.d.). Pola Pembinaan Ketrampilan Shalat Anak Dalam Islam Mujiburrahman.
Saifulloh, K. (n.d.). Mengqadha Shalat dalam Perspektif Fiqh. 7(2), 45–67.
Sholikhin, M. (2009). Panduan Shalat (Lengkap dan Praktis). 34–63.
Widya, A. (n.d.). Pengertian Shalat dan Hukum Pelaksanannya.
Zaenudin, E. (n.d.). Dalam berdakwah. 1, 1–8.

13

Anda mungkin juga menyukai