Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKHLAK TASAWUF

Tugas Mata Kuliah

“STUDI KEISLAMAN”

Dosen Pengampu:

MOH.ROIS ABIN,M.Pd.I.

Disusun Oleh:

LENI NURSITASARI (1860406222109)

MUHAMMAD IKHSAN DIMAS HUDA (1860406222098)

LUTFI ERLISATUL HAFIFAH (1860406222121)

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “AKHLAK TASAWUF” ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhamad SAW. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas STUDI KEISLAMAN Manajemen
Keuangn Syariah juga untuk menambah wawasan kepada para pembaca dan juga
saya sebagai penulis. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor UIN SATU Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN SATU Tulungagung.
3. Bapak Muhammad Aswad, S. Ag., M. A., selaku Ketua Jurusan Manajemen
Keuangan Syariah UIN SATU Tulungagung.
4. Bapak Dr. Ahmad Supriyadi, M. Pd.I., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Keuangan Syariah UIN SATU Tulungagung.
5. Ibu Hj. Amalia Nuril Hidayati, S.E., M. Sy., selaku Koorprodi Manajemen
Keuangan Syariah UIN SATU Tulungagung.

Atas materi yang telah diberikan dan membantu dalam penyusunan makalah ini
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan, baik itu bagi para pembaca, maupun saya sebagai
penulis makalah. Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya
butuhkan agar saya dapat memperbaiki dari makalah ini. Terimakasih.

Tulungagung, september 2022

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................4
B. Rumusanmasalah................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Pengertian Akhlak Tasawuf................................................................................5
B. Urgensi Akhlak Tasawuf....................................................................................5
C. Ruang Lingkup Akhlak Tasawuf

D. Aliran,Tokoh,dan Ajaran Tasawuf dalam Islam

E. Tasawuf di Era Globalisasi

F. Persamaan dan Perbedaan Etika,Moral,dan Akhlak


BAB III
PENUTUP.........................................................................................................................6
A. Kesimpulan........................................................................................................6
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan aspek ajaran Islam yang mewariskan etika
kehidupan sederhana, zuhud, tawakkal, kerendahan hati, nilai-nilaikesabaran dan
semacamnya. Sedangkan dunia modern lebih banyak dimuati pemujaan materi,
persaingan keras disertai intrik tipu daya,keserakahan, saling menjegal antar
sesama, tidak mengenal halal haram,dan sebagainya. Ternyata efek kehidupan
dunia modern yang mengarah pada dunia glamor ini tidak menenangkan batin.
Sehingga trend kembali kepada agama nampaknya lebih berorientasi
spiritualisme..

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Pengertian Akhlak Tasawuf?
2. Bagaimana Urgensi Akhlak Tasawuf?
3. Bagaimana Ruang Lingkup Akhlak Tasawuf?
4. Bagaimana Aliran,Tokoh,dan Ajaran Tasawuf dalam Islam?
5. Bagaimana Tasawuf di Era Globalisasi
6. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Etika,Moral,dan Akhlak ?

C. Tujuan
1. Untuk Menambah pengetahuan pembaca.
2. Untuk Mengetahui cara dalam Pemograman Mata Kuliah.
3. Untuk Mengetahui cara membuat makalah dengan baik dan benar.
4. Untuk Mengetahui Motivasi Tentang Keorganisasian dan Beasiswa.
5. Untuk Mengetahui Investasi, GIS, serta Analisa Teknikal dan Fundamental.
BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN AKHLAK TASAWUF


Akhlak tasawuf merupakan suatu usaha dan upaya dalam rangka
mensucikan diri (tazkiyatunnafs) dengan cara menjauhkan diri dari pengaruh
kehidupan dunia atau zuhud yang meyebabkan lalai dari Allah SWT untuk
kemudian memusatkan perhatiannya hanya ditujukan kepada Allah SWT.
Menurut Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi bahwa tasawuf adalah ilmu yang
menerangkan tentang keadaan-keadaan jiwa (nafs) yang dengannya diketahui hal-
ihwal kebaikan dan keburukanjiwa, cara membersihkan diri dari sifat-sifat yang
buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk atau
menempuh jalan menuju Allah, dan meninggalkan larangan-larangan Allah SWT
dan menuju perintah-perintah Allah SWT
B.URGENSI AKHLAK TASAWUF
Menurut Mustafa Zahri bahwa sasaran ajaran tasawuf ialah akhlak dan
budi pekerti yang baik berdasarkan kasih dan cinta kepada Allah. Karena itu,
ajaran tasawuf sangat mengutamakan adab/nilai, baik dalam berhubungan antara
sesama manusia, dan terutama dalam hubungan dengan Allah. Adapun nilai nilai
akhak tasawuf antara lain :
Optimisme artinya mengharapakan. Optimisme jelas mengandung nilai
pendidikan Islam yang tinggi, karena untuk mewujudkan optimisme itu
diperlukan ikhtiar. Bila optimismenya itu adalah berharap untuk bertemu dengan
Allah tentulah ia harus mendekatkan diri kepadanya dengan cara beribadah seperti
sholat, puasa, zikir, dan amalan lainnya.
Istiqamah artinya tegak lurus. Istiqamah berarti teguh atau konsisten, maksudnya
konsisten pada jalan yang lurus dan benar dalam niat, perkataan dan perbuatan.
Sabar artinya bersabar atau tabah hatiatas sesuatu. Sabar jelas mengandung nilai-
nilai pendidikan Islam yang sangat tinggi, dengan bersikap sabar mendorong
manusia untuk selalu berpikir positif, berbuat dengan tenang tanpa menuruti hawa
nafsu, dengan bersabar mendorong manusia untuk fokus dan ikhlas dalam
beribadah kepada Allah, sehingga menghasilkan kualitas ibadah yang lebih
sempurna dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Ikhlas artinya murni atau bersih, maksudnya suatu amal perbuatan dilakukan
bersih dari pamrih. Amal itu dilaksanakan semata-mata karena Allah atau
menegakkan kebenaran, keadilan dan kejujuran, bukan karena mancari pujian,
popularitas, uang atau kekuasaan. Dalam tasawuf ikhlas merupakan salah satu
cara mendekatkan diri pada Allah. Zuhud artinya tidak ingin kepada sesuatu yang
bersifat keduniawian.
Wara` artinya saleh atau menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Wara` berarti
berpantang yang berarti meninggalkan hal hal yang syubhat dan yang tidak
bermanfaat.
Syukur artinya terima kasih, maksudnya berterima kasih kepada Allah atas nikmat
yang telah dilimpahkan kepada manusia.
Shidiq artinya benar atau jujur, maksudnya benar atau jujur dalam perkataan dan
perbuatan.
Malu artinya malu kepada Allah dan diri sendiri ketika akan melanggar ajaran
islam yaitu meninggalkan perintah Allah dan mengerjakan larangannya.
Uzlah artinya memisahkan atau mengasingkan diri dalam arti mengasingkan diri
dari pergaulan dengan masyarakan untuk menghindari maksiat dan kejahatan serta
melatih jiwa dengan melakukan ibadah, dzikir, doa, dan tafakkur tentang
kebesaran Allah dalam mendekatkan diri kepadanya.
C.RUANG LINGKUP AKHLAK TASAWUF
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung
dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh
kesadaran, bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut
akan menuju kontak komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan.
Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya
yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan.
Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama islam maupun di
luarnya. Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa “tasawuf/mistisisme
islam” adalah suatu ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat
mudah berada di hadirat Allah SWT (Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan” penuh
dirasakan guna memikirkan betul suatu hakikat kontak hubung yang mampu
menelaah informasi dari Tuhannya.

Tasawuf atau mistisisme dalam islam beresensi pada hidup dan berkembang
mulai dari bentuk hidup “kezuhudan” (menjauhi kemewahan duniawi). Tujuan
tasawuf untuk bisa berhubungan langsung dengan Tuhan. Dengan maksud ada
perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi beranggapan bahwa
ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal belum dianggap memuaskan
karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi. Dengan demikian, maka
tampaklah jelas bahwa ruang lingkup ilmu tasawuf itu adalah hal-hal yang
berkenaan dengan upaya-upaya atau cara-cara untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan yang bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus secara langsung
dari Tuhan.Kawasan pembahasan ilmu akhlak adalah seluruh aspek kehidupan
manusia baik sebagai individu perorangan atau kelompok

D.ALIRAN,TOKOH,dan AJARAN TASAWUF dalam ISLAM


Masa pengembangan tasawuf terjadi pada abad ke III dan ke IV H. Dalam
abad ini mulai muncul dua aliran yang saling bertentangan dari kalangan sufi,
yaitu tasawuf semifilosofis dan tasawuf sunni. Dua aliran besar tasawuf inilah
yang pada gilirannya berkembang di seluruh dunia Islam.

Tasawuf Semi-Filosofis

Para penganut aliran tasawuf semi-filosofis cenderung mengungkapkan


ungkapanungkapan ganjil (syathahiyat) serta bertolak dari keadaan fana’ menuju
pernyataan tentang terjadinya penyatuan ataupun hulul. Tasawuf model ini identik
dengan tasawuf tipe keadaan mabuk (sukr, intoxication), yang dikuasai oleh
perasaan kehadiran Tuhan, di mana para sufi melihat Tuhan dalam segala sesuatu
dan kehilangan kemampuan untuk membedakan antara makhluk-makhluk.
Keadaan ini disertai oleh keintiman (uns), rasa kedekatan Tuhan yang mencintai.
Menurut Kautsar, bahwasanya para sufi yang mabuk merasakan keintiman dengan
Tuhan dan sangat yakin pada kasih sayang-Nya, mereka juga menyatakan dengan
terangterangan persatuannya dengan Tuhan. Tokohnya yaitu Abu Yazid al-
Busthami, Abu Mansur al-Hallaj, Ibn Atha’, al-Syibli, Bundar Ibn Husain, Abu
Hamzah al-Baghdadi, Summun alMuhibb, dan beberapa sufi Irak. Dari mereka
inilah kemudian dapat ditemukan bibit-bibit ajarannya pada diri Ibn Arabi dalam
sistem ajaran wahdat al-wujud.Semua sufi tersebut mengakui bahwa semua itu
tidak akan tercapai tanpa melakukan latihan yang teratur (riyadhah). Ajaran yang
muncul di abad ini adalah paham fana’, baqa’, ittihad, dan hulul.

Tasawuf Sunni

Tasawuf sunni adalah tasawuf yang banyak dikembangkan oleh kaum salaf,
dimana ajaran-ajarannya lebih mengarah pada perilaku yang sesuai dengan al-
Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw., jalan untuk meningkatkan kualitas diri
kepada Allah, untuk melancarkan misi kaum salaf tersebut maka seorang calon
sufi haruslah terlebih dahulu memahami syari’at dengan sebaik mungkin. Selain
itu, tasawuf sunni mendasarkan pengalaman kesufiannya dengan pemahaman
yang sederhana, sehingga dapat dipahami oleh manusia pada umumnya. Tasawuf
sunni berbeda dengan tasawuf semi falsafi, jika para sufi
tasawuf semi-falsafi mengalami syathahiyat, kemabukan spiritual ataupun ekstase,
maka para sufi tasawuf sunni berada dalam keadaan sadar atau tidak mabuk.
Keadaan sadar atau tidak mabuk (shahw, sobriety) dipenuhi dengan rasa takut dan
hormat (haybah), rasa bahwa Tuhan betapa agung, perkasa, penuh murka, dan
jauh, yang tidak peduli dengan persoalan-persoalan kecil umat manusia. Sufi
dalam tasawuf sunni selalu dalam keadaan sadar sehingga terus dikuasai oleh rasa
takut dan hormat kepada Tuhan serta tetap khawatir terhadap kemurkaan-Nya.
Dari situlah mereka memelihara kesopanan (adab) terhadap Tuhan. Tasawuf tipe
ini tidak dapat dipisahkan dengan syari’at karena bagi para penganutnya, syari’at
adalah jalan awal yang harus ditempuh untuk menuju tasawuf.17 Tasawuf sunni
diprakarsai oleh Syaikh Junaid alBaghdadi. Beliau memagari tasawufnya dengan
al-Qur’an dan al-Hadis serta mengaitkan keadaan dan tingkatan rohaniah mereka
dengan keduanya.18 Ajarannya kemudian dikembangkan oleh al-Ghazali.19
Tujuan akhir dari tasawuf sunni adalah terbentuknya moral yang sempurna serta
menuai Ma’rifat Allah.Tasawuf sunni banyak pengikutnya terutama di negara-
negara yang bermazhab Syafi’i, hal ini dikarenakan penampilan paham dan ajaran-
ajarannya yang tidak terlalu rumit.

Adapun ciri-ciri dari tasawuf sunni yaitu:

1.Melandaskan diri pada al-Qur’an dan Sunnah,


2.Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat, sebagaimana terdapat
dalam
ungkapan syathahiyat,
3.Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan
manusia,

TOKOH SUFI SENTRAL DAN AJARANNYA

A. Dzu Al-Nun Al-Misri; Pencipta Teori Ma’rifat Abu al-Fayd Tauban bin
Ibrahim bin Ibrahim bin Muhammad al-Anshari (772 -860 M) yang
dijuluki Sahib al-Hut (pemilik ikan). Ia dikenal sebagai sufi yang
mengembangkan teori tentang ma‖rifat. Ma‖rifat dalam terma sufistik
memiliki pengertian yang berbeda dengan istilah ― ilm, yakni sesuatu
yang bisa diperoleh melalui jalan usaha dan proses pembelajaran.
Sedangkan ma‖rifat dalam terma sufi lebih merujuk pada pengertian salah
satu metodeyang bisa ditempuh untuk mencapai tingkatan
spiritual.Sebagaimana diketahui bahwa kalangan sufi membedakan jalan
sufistik ke dalam tiga macam: (1) makhafah (jalan kecemasan
danpenyucian diri; tokohnya adalah Hasan al-Basri); (2) mahabbah (jalan
cinta, pengorbanan dan penyucian diri, dengan tokohnya Rabi‖ah al-
Adawiyah); (3) ma‖rifah (jalan pengetahuan)

B. Abu Yazid Al-Busthami; Teori Al-Ittihad

Al-Busthami adalah orang pertama yang memakai istilah fana‖ sebagai


kosa kata sufistik. Dia mengadopsi teori monisme dari gnostisisme hindu-
budha. Konsep muraqabah (pendekatan spiritual) yang
dipahaminyadisejajarkan dengan ajaran samadi (meditation) yang pada
puncaknya mencapai ekstase (fana‖) di mana terjadi penyatuan antara ―yang
mendekat‖ (muraqib, yakni sufi) dan ―yang didekati‖ (muraqab, yakni Allah).
Pada konteks ini diketahui bahwa Busthami memilah antara konsep ibadah
dan ma‖rifah di mana ahli ibadah (ritual normatif) dipersepsikan sebagai orang
yang jauh untuk dapat meraih ma‖rifah (tingkat spiritualitas hasil pendakian
sufistik)

C. Al-Junaid Al-Baghdadi; Teori Wihdat Al-Wujud


Abu al-Qasim al-Junaid bin Muhammad al-Nehawandi alBaghdadi. Ia dikenal
sebagai tokoh yang mensistematisasikan beberapa kecenderungan tasawuf dan
mencoba mengislamisasi istilah-istilah tasawuf dengan istilah-istilah dari al-
Qur‖an. Ia digelari sayyid al-taifah dan juga tawus al-ulama‖ (burung merak
para ulama). Dia menjadi figur teladan dalam dunia ketasawufan Keseriusannya
mengkaji syariah memengaruhi corak pemikiran tasawufnya. Ia berpendapat
bahwa tasawuf secara praktis haruslah berada dalam bingkai tuntunan syari‖at.
Baginya, tasawuf tidaklah diperoleh dari kata-kata atau perdebatan atas sesuatu
hal,melainkan dari praktik hidup lapar, senantiasa bangun malam, dan
memperbanyak amal saleh. Dia mengkritik perilaku sebagian pihak yang
menjadikan wusul (mencapai penyatuan diri dengan Allah) sebagai tindakan dan
apologi untuk melepaskan diri dari tanggung jawab atau kewajiban hukum
syariah. Mazhab tasawufnya dikenal terikat kuat dengan al-Qur‖an dan al-Hadits.
Wacana cinta mistiknya senantiasa menuju kepada ―ketenangan jiwa‖ (sahw)
sebagai kontra wacana dari praktik kesufian yang berciri kemabukan (sukr).

E. TASAWUF DI ERA GLOBALISASI


Peran tasawuf dalam era globalisasi dapat dijadikan acuan agar selain ilmu
pengetahuan terkait teknologi manusia juga tidak mengesampingkan ajaran agama
islam yang ada karena melalui tasawuf ini seseorang disadarkan bahwa seluruh
sumber yang ada di dunia ini berasal dari Tuhan.

Dengan adanya bantuan dari tasawuf ini ilmu agama dan ilmu
pengetahuan tidak bertabrakan mereka ada di dalam satu tujuan yang sama dan
tidak berlawanan. Hubungan ilmu pengetahuan dan ketuhanan sangat jelas sekali.
Ilmu pengetahuan dapat mengantarkan kita pada tujuan dan agama dapat
menentukan arah tujuan. Selain itu tasawuf juga dapat melatih manusia untuk
memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti, sehingga manusia dapat
memiliki jiwa Istiqomah yang selalu diisi dengan nilai nilai ketuhanan.

Pada dasarnya tujuan tasawuf adalah untuk membimbing manusia agar


dapat memperoleh kedekatan yang hakiki terhadap Tuhan-nya. Caranya dengan
menghilangkan perilaku yang buruk dalam diri, kemudian menghiasinya dengan
akhlak yang mulia dan terpuji, sehingga terciptalah ketenangan dalam diri
seseorang. Kondisi kejiwaan yang stabil tersebut memberikan spirit dalam
berinteraksi dengan dunia kemodernan yang penuh dengan tantangan dan godaan.
Selain itu, tasawuf juga berperan sebagai penyembuh terhadap kehampaan
terhadap spiritual yang dialami manusia modern saat ini.

F.PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ETIKA,MORAL,DAN AKHLAK


Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.

Kedua, akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia
untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah
kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin
rendah pula kualitas kemanusiaannya.

Ketiga, akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang tidak


semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan,
tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan
dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan
keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat secara terus menerus, berkesinambungan, dengan tingkat
konsistensi yang tinggi.

Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral

Dari Seginya di bagi menjadi 2 bagian yaitu : Pertama berdasarkan tolak ukur dan
kedua berdasarkan sifat

1. Berdasarkan Tolak

-Akhlak tolak ukurnya al-qur’an dan As Sunnah

-Etika tolak ukurnya pikiran atau akal

-Moral tolak ukurnya norma hidup yang ada di masyarakat berupa adat atau
aturan tertentu.

2. Berdasarkan Sifat

-Etika bersifat teori

-Akhlak dan Moral bersifat praktis

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam konteks islam Akhlak Tasawuf dijadikan masyarakat untuk membentuk
kepribadian yang shalih dengan berperilaku baik dan mulia serta ibadahnya berkualitas
menurut ajaran agama islam yang sudah ada. Mereka yang masuk dalam sebuah
tharekat atau aliran tasawuf dalam mengisi keseharian dan diharuskan untuk hidup yang
kesederhanaan,jujur,istiqomah.

Anda mungkin juga menyukai