Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU AKHLAK

KORELASI ILMU AKHLAK DENGAN


PENDIDIKAN DAN FILSAFAT

DOSEN PENGAMPU:
Dr. H. MUKHTAR MASUD, M.A

KELOMPOK 4
NURUL HATISA (2220203884206009)
DEWI SAFITRI (2220203884206010)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang senantiasa melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini sebagai

salah satu tugas pada Mata Kuliah Ilmu Akhlak. Makalah ini berjudul “Korelasi Ilmu Akhlak

dengan Pendidikan dan Filsafat”. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada

junjungan Nabi besar Muhammad Saw. yang membawa perubahan pada manusia dari zaman

jahiliyah menuju ke zaman terang benderang seperti sekarang ini.


Penulis menyadari, dalam penyusunan dan penulisan makalah ini ini masih banyak

kekurangan disebabkan oleh keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman. Namun

akhirnya penulisan makalah ini bisa terselesaikan berkat karunia dari Allah Swt. Makalah ini

tidak akan terselesaikan tanpa adanya semangat dan kesabaran penulis dalam menyelesaikan

penulisan ini serta bantuan, bimbingan dan dorongan dari orang-orang yang berada disekeliling

penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah mengajar, membimbing

dan mengarahkan penulis selama dalam proses pembelajaran utamanya dalam pembelajaran

Ilmu Akhlak. Penulis berterima kasih karena telah menerima bimbingan dan bantuan dari

bapak Mukhtar selaku dosen mata kuliah Ilmu Akhlak.

Akhir kata penulis momohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan dalam

penulisan makalah Kami dan sekaligus memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah memabntu dalam penulisan makalah ini. Semoga dengan

bantuan yang diberikan kepada Kami senantiasa bernilai ibdah di sisi Allah.SWT. Aamiin Ya

Rabbal Alamiin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Ujung Lero, 09 Oktober 2022

Penulis
Anggota Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 2
C. Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
A. Korelasi Ilmu Akhlak dengan Pendidikan ............................................................................... 3
B. Korelasi Ilmu Akhlak dengan Filsafat ....................................................................................... 6
BAB III................................................................................................................................................. 10
PENUTUP............................................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa
yang harus diperbuat oleh sebagian manusia terhadap sesamanya dan menjelaskan tujuan yang
hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan yang lurus yang harus
diperbuat.

Pendidikan keimanan mendidik pribadi menjadi muslim harus ada upaya untuk
menyempurnakan sikap dan perilaku yang dapat berfungsi sebagai hamba yang kuat iman dan
taqwanya sehat jasmani dan rohani nya bagus hubungan sosialnya serta terampil dalam
hidupnya. Pendidikan Iman merupakan upaya menumbuhkan kembangkan kondisi
kepercayaan hamba untuk meyakini bahwa Allah adalah wujud yang ada tidak didahului oleh
wujud yang lain yang keberadaannya bersifat baqa, kemudian percaya bahwa malaikat Allah
termasuk hambanya yang mulia karena tidak pernah menyalahi perintahnya tidak pernah
melebihi serta mengurangi sedikitpun lalu menumbuhkembangkan kepercayaan bahwa kitab
Allah yang disebut kitab suci yang merupakan kalam yang mengandung kebenaran mutlak
diturunkan kepada rasulnya melalui Malaikat Jibril, dan percaya bahwa rasul yang diutus untuk
memimpin umat dengan tuntutan kitab sucinya merupakan figur dari manusia pilihan yang
memiliki kondisi fisik dan rohani yang sempurna serta perilaku yang mulia kemudian
menumbuhkembangkan kepercayaan bahwa manusia sudah di alam yang lain yang disebut
alam akhirat adalah kehidupan selama-lamanya sesudah melalui proses pemeriksaan dan
pembalasan dari seluruh amalan yang dikerjakan manusia ketika masih hidup di dunia.

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada
dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa korelasi antara ilmu akhlak dengan Pendidikan?

2. Apa korelasi antara Ilmu akhlak dengan Filsafat?

3. Apa tujuan pendidikan dan filsafat dalam pmengembangkan Ilmu Akhlak?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui korelasi antara ilmu akhlak dengan Pendidikan.

2. Untuk mengetahui korelasi antara ilmu akhlak dengan filsafat

3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan dan filsafat dalam mengembangkan Ilmu


Akhlak.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Korelasi Ilmu Akhlak dengan Pendidikan
Ilmu pendidikan banyak dijumpai dalam berbagai literatur yang banyak berbicara
mengenai berbagai aspek yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan Pendidikan.
Dalam ilmu pendidikan di antara lain dibahas tentang rumusan tujuan Pendidikan, materi
pelajaran atau kurikulum guru, metode, sarana dan prasarana, lingkungan bimbingan proses
belajar mengajar dan lain sebagainya. Semua aspek pendidikan tersebut ditujukan pada
tercapainya tujuan Pendidikan.

Tujuan pendidikan ini dalam pandangan Islam banyak berhubungan dengan kualitas
manusia yang berakhlak. Ahmad D Marimba misalnya mengatakan bahwa tujuan pendidikan
adalah identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu menjadi hamba Allah yang
mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya. Sementara itu, Mohd.
Athiyah al-Abrasy, mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah Jiwa dari pendidikan
Islam menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari Pendidikan. Selanjutnya,
Al-Attas mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik. Kemudian
Abdul Fatah Jalal mengatakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah.

Jika rumusan Dari keempat tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan antara satu dan
lainnya, maka dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya seorang
hamba Allah yang patuh dan tunduk melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya serta memiliki sifat-sifat dan Akhlak Yang Mulia. Rumusan ini dengan jelas
menggambarkan bahwa antara pendidikan Islam dengan ilmu akhlak ternyata sangat berkaitan
erat. Pendidikan Islam merupakan sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi orang
berakhlak.

Pendidikan dalam pelaksanaannya memerlukan dukungan orang tua di rumah, guru di


sekolah dan pimpinan serta tokoh masyarakat di lingkungan. Kesemua lingkungan ini

3
merupakan bagian integral dari pelaksanaan Pendidikan, yang berarti pula tempat
dilaksanakannya pendidikan akhlak1

Antara akhlak dengan ilmu pendidikan memiliki hubungan yang sangat mendasar
dalam hal teoretis dan pada tatanan praktiknya. Dunia pendidikan sangat besar sekali
pengaruhnya terhadap perubahan akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa
memahami dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Semula anak belum tahu
perhitungan, tetapi setelah memasuki dunia pendidikan sedikit banyak mengetahui. Kemudian
dengan bekal ilmu tersebut, mereka memiliki wawasan luas dan diterapkan ke dalam tingkah
laku ekonomi. Begitu juga apabila siswa diberi pelajaran “akhlak”, pendidikan mengajarkan
bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan
Penciptanya (Tuhan).

Dengan demikian, posisi pendidikan strategis sekali jika dijadikan pusat perubahan
perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke perilaku yang baik. Oleh karena itu,
dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan untuk bisa dijadikan agen perubahan sikap dan
perilaku manusia. Dari tenaga pendidik (pengajar) misalnya, perlu memiliki kemampuan
profesionalitas dalam bidangnya. Dia harus mampu memberi wawasan, materi, mengarahkan
dalam membimbing anak didiknya ke hal yang baik. Dengan penuh perhatian, sabar, ulet, tekun
dan berusaha secara terus-menerus, pengajar hendaknya melakukan pendekatan psikologis.
Jangan sekali-kali tenaga pendidik berbuat kesalahan perilaku atau sikap di depan para siswa,
karena akibat dirinya akan mempengaruhi pola pikir anak. Jadi apa yang dilakukan, diajarkan,
dan dicontohkan oleh pengajar sangat berkaitan erat sekali terhadap pola pikir, perkembangan
dan perilaku siswa.

Unsur lain yang perlu diperhatikan adalah materi pengajaran. Apabila materi
pengajaran yang disampaikan oleh pendidik menyimpang dan mengarah ke perubahan perilaku
menyimpang, inilah suatu keburukan dalam Pendidikan. Namun sebaliknya, apabila materinya
baik dan benar setidaknya siswa akan terkesan dalam Sanubari pribadinya, pengasuh materi
tersebut akan memotivasi bagaimana harus bertindak yang baik dan benar.

1
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Hal. 32-33.

4
Lingkungan sekolah dalam dunia pendidikan merupakan tempat bertemunya semua
watak. Perilaku dan masing-masing anak yang berlainan. Ada anak yang nakal, berperilaku
baik dan sopan dalam bahasanya, beringas sifatnya, lancar pembicaraannya pandai
pemikirannya, dan lain sebagainya. Kondisi pribadi anak yang demikian rupa, dalam interaksi
antara anak satu dengan anak lainnya akan saling mempengaruhi juga pada kepribadian anak.

Dengan demikian, lingkungan pendidikan mempengaruhi jiwa anak didik. Dan akan
diarahkan kemana anak didik dan perkembangan kepribadian.2

Kita kenal adanya faktor-faktor Pendidikan: yang didalamnya terdapat faktor tujuan
faktor pendidik, faktor anak didik, faktor lingkungan dan faktor alat.

Tujuan pendidikan yang akan dicapai dalam Islam, adalah terciptanya kemampuan
peserta didik dalam menata kehidupannya: dengan cara penanaman ilmu dan keterampilan
pada anak. Ini merupakan tujuan awal menurut Islam. Mengenai tujuan akhirnya, maka peserta
didik dibekali dengan pendidikan akhlak. Saleh Abdu Al-Aziz mengatakan, rumusan tujuan
pendidikan Islam adalah menciptakan kemampuan bekerja bagi anak, untuk mampu hidup
dengan baik (li-kasbi al-‘ayshi) dan menanamkan nilai spiritual (agama) dalam dirinya, untuk
mendapatkan ridho Allah dengan mengutip ayat 77 dari surah al-Qasas tentang sarana
pendidikan yang didalamnya terdapat materi pelajaran.

َ‫كِاءٱ َ هكَّٱ هَُٱ َكٰ تَا ْٓاَي ِ ِغ ْتٱ‬ ْ َ ‫َي َِ َسحأْن َ يَايٱ َْن‬
ْ ََ ‫كايا ٰسن َل‬
‫َٱ ْٓف َدأيفٱ ٰي ْت َل ََْاا هَُٱ سحأن‬ْ َِّ ‫َ ََد ْأ ُّْنٱ ُّ َْبحي ل هُٱ َْ هن‬
“Dan Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu membuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang
yang berbuat kerusakan"

Harus diberikan kepada anak didik dengan nuansa pendidikan akhlak, sehingga ilmu
dan keterampilan yang diberikan kepadanya, selalu terkait dengan nilai akhlak. Manakala ilmu
tersebut diamalkan, selalu diterapkan dengan cara-cara yang baik, tidak melanggar nilai dan

2
Drs. Zahruddin AR, M.M.Si, Hasanuddin Sinaga, S. Ag., M. A., Pengantar Studi Akhlak, Hal. 59-60.

5
norma agama serta norma-norma yang berlaku di masyarakat. Bahkan sebaiknya, jenjang
pendidikan dengan macam-macam kurikulumnya, mestinya harus selalu ada materi pendidikan
agama dan pendidikan akhlak didalamnya. Ini merupakan suatu upaya untuk memagari dan
memberikan rambu-rambu kepada setiap ilmu dan keterampilan, agar tidak digunakan untuk
menyusahkan orang lain, tetapi sebaliknya, selalu digunakan untuk mencapai kemakmuran,
keamanan, dan ketentraman hidup bagi manusia. Dengan demikian, terlihat betapa erat kaitan
antara ilmu akhlak dengan ilmu Pendidikan, karena pelaksanaan dan proses pendidikan pada
anak, harus selalu ada nuansa akhlak di dalamnya3

Ayat dan hadis hubungan ilmu akhlak dengan pendidikan :

َ‫ٰٓ ْ ََِّ ل َْ هَي َٰب ْ َِّ ْن سن ٰٓ ت ِف سٰهيْبَا ۡ َل ََىَ تف ۥَهَ َي‬


َ ‫ََّ َد ُ ك‬

“Musa berkata kepada Khidhr: 'Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?',” (QS Al-
Kahfi: 66).

‫ ِْيَ ْب ْا ٓب ا ْه كَ يَاي سَّكف َن‬، ‫ ِْيَ ْب ْا ٓب ا ْه ك ِْاخ سَّكف ََن‬، ‫ِيَْ ْب ْا ٓب ا ْه سَّكف ََۡي ََن‬

"Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu.


Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu. Dan barang siapa yang
menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu." (HR. Ahmad)

B. Korelasi Ilmu Akhlak dengan Filsafat


Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada
dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Filsafat memiliki bidang-bidang
kajiannya mencakup berbagai disiplin ilmu antara lain:

a) Metafisika : Penyelidikan dibalik alam yang nyata.


b) Kosmologi : Penyelidikan tentang alam (filsafat alam)
c) Logika : Pembahasan tentang cara berpikir cepat dan tepat.
d) Etika : Pembahasan tentang tingkah laku manusia.
e) Theodica : Pembahasan tentang ke-Tuhanan
f) Antropologia : Pembahasan tentang manusia.

3
Drs. Mahjuddin, M. Pd. I., Akhlak Tasawuf II “Pengertian Ma’rifah Bagi Sufi Klasik Dan Penemuan
Kebahagiaan Batin Bagi Sufi Kontemporer, Hal.5-6.

6
Dengan demikian, jelaslah bahwa akhlak termasuk dalam salah satu komponen dalam
filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu tersebut
kian meluas dan berkembang akhirnya membentuk disiplin ilmu tersendiri dan terlepas dari
filsafat. Demikian juga akhlak, dalam proses perkembangannya, sekalipun masih diakui
sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan ilmu yang mempunyai
identitas sendiri.4

Filsafat sebagaimana diketahui adalah suatu upaya berpikir mendalam, radikal, sampai
ke akar-akarnya, universal dan sistematik dalam rangka menemukan inti atau hakikat mengenai
segala sesuatu. Dalam filsafat segala sesuatu dibahas untuk ditemukan hakikatnya. Kita
misalnya melihat berbagai merek kendaraan, lalu kita memikirkannya, membandingkan antara
satu dan lainnya, kemudian kita menemukan inti atau hakikat kendaraan, yaitu sebagai sarana
transportasi. Dengan menyebut sarana transportasi, maka seluruh jenis dan merk mobil apa pun
sudah tercakup di dalamnya.

Diantaranya objek pemikiran filsafat yang erat kaitannya dengan ilmu akhlak adalah
tentang manusia. Para filsuf Muslim seperti Ibnu Sina (9980-1037 M) dan al-Ghazali (1059-
1111 M) memiliki pemikiran tentang jiwa.

Ibnu Sina misalnya mengatakan bahwa jiwa manusia merupakan satu unit yang
tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tiap kali ada
badang yang sesuai dan dapat menerima jiwa lahir di dunia ini sesungguhnya jiwa Manusia tak
mempunyai fungsi-fungsi fisik dan dengan demikian berhajat pada badan namun untuk
menjalankan tugasnya sebagai daya yang berpikir jiwa Masih berhajat pada badan karena pada
permulaan wujudnya badan lah yang menolong jiwa manusia untuk dapat berpikir panca indra
yang lima dan daya daya batin dari jiwa binatang lah seperti Indra bersama estimasi dan
rekoleksi menolong jiwa manusia untuk memperoleh konsep konsep dan ide-ide dari alam
sekelilingnya. Jika jiwa manusia telah mencapai kesempurnaan sebelum ia berpisah dengan
badan, maka ia selamanya akan berada dalam kesenangan, dan jika ia berpisah dengan badan
dalam keadaan tidak sempurna, karena semasa bersatu dengan badan ia selalu dipengaruhi oleh
hawa nafsu badan, maka ia akan hidup dalam keadaan menyesal dan terkutuk untuk selama-
lamanya di akhirat.

4
Drs. Zahruddin AR, M.M.Si, Hasanuddin Sinaga, S. Ag., M. A., Pengantar Studi Akhlak, Hal. 60-61.

7
Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibnu Sina tersebut memberi petunjuk
bahwa dalam pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau sumber yang dapat dikembangkan
lebih lanjut menjadi konsep ilmu akhlak.

Dalam pada itu al-ghazali membagi umat manusia ke dalam tiga golongan. Pertama
kaum awam, yang berpikir sederhana sekali. Kedua kaum pilihan yang akalnya tajam dan
berpikir secara mendalam. Ketiga kaum penengkar. Kaum awam dengan daya akalnya
sederhana sekali tidak dapat menangkap menangkap hakikat-hakikat. Mereka mempunyai sifat
lekas percaya dan menurut. Golongan ini harus dihadapi dengan sifat memberi nasihat dan
petunjuk. Kaum pilihan yang daya akalnya kuat dan mendalam harus dihadapi dengan sikap
yang menjelaskan hikmah-hikmat, sedang kaum peningkat dengan sikap mematahkan argumen
argument. Pemikiran Al Ghazali Al Ghazali ini memberi petunjuk adanya perbedaan cara dan
pendekatan dalam menghadapi seseorang sesuai dengan tingkat dan daya tangkapnya.
Pemikiran yang demikian akan membantu dalam merumuskan metode yang pendekatan yang
tepat dalam mengajarkan akhlak.

Pemikirannya tentang manusia dapat pula kita jumpai pada Ibnu Khaldun. Dalam
melihat Manusia, Ibnu Khaldun berdasarkan diri pada asumsi-asumsi kemanusiaan yang
sebelumnya lewat pengetahuan yang ia peroleh dalam ajaran islam. Ia melihat Manusia sebagai
makhluk berpikir. Oleh karena itu, manusia mampu melahirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sifat sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Lewat kemampuan
berpikirnya itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian
terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses semacam ini melahirkan
peradaban.

Tetapi dalam kacamata Ibnu Khaldun, kelengkapan serta kesempurnaan manusia tidak
lahir dengan begitu saja, melainkan melalui suatu proses tertentu. Proses tersebut dewasa ini
dikenal dengan nama evolusi. Berbeda dengan Charles Darwin (1809-1882 M) yang melihat
proses kejadian manusia sebagai hasil evolusi makhluk-makhluk organic. Ibnu Khaldun
menghubungkan kejadian manusia (sempurna) dalam perkembangan dan pertumbuhan alam
semesta.

8
Dalam pemikiran Ibn Khaldun tersebut tampak bahwa manusia adalah makhluk budaya
yang kesempurnaannya baru akan terwujud manakala ia berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya. Ini menunjukkan tentang perlunya pembinaan manusia, termasuk dalam pembinaan
akhlaknya.

Jauh sebelum itu, Al-Qur’an telah pula menggambarkan manusia dalam sosoknya yang
sempurna melalui istilah Basyar, insan dan al-nas. Musa Asy’arie melalui penelitiannya yang
mendalam terhadap Al-Qur’an berkesimpulan bahwa melalui aktivitas basyariahnya manusia
dalam kehidupannya sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas basyariahnya manusia dalam
kehidupannya sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas lahiriahnya yang dipengaruhi oleh
dorongan kodrat alamiahnya, seperti makan, minum, bersetubuh, dan akhirnya mati
mengakhiri kegiatannya.5

Ayat dan hadis hubungan ilmu akhlak dengan filsafat:

‫كَدَ ْأ ْفا ْٓ ِ ُّغد هك َاَك كََا‬ ‫ُ َ ِ ل َي‬ ْ ‫ل ك هْل ِاس َفَي ِ ََي َكلََّ كَأهَت تى‬
‫س ه‬ ْ ِّ ‫ين ْ َِّن َ ْرا َاك َك هْن يَأ ََف َكج َل ِْيَب‬ ْ ‫كَسه‬
‫ل‬ ْ ‫َ تك ْد َاَن َِِّّْ ْفا ِْ ْا ِي‬

“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan)
yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara
manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya” Ar-Rum : 8.

ْ ‫َّد َك كَ ْاَي َْن َسي هَۡ ْاِّه َّحََْ َه ََا َْن تكْٰسي َِّهسي ِ كٓايََى كَكف‬
‫ْ كَْف كَ ْدغاَْ كَا كْذ‬

“(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa,
“Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk
yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” Al-Kahfi : 10

5
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Hal. 33-35.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Jadi hubungan antara ilmu akhlak dengan pendidikan menurut kami sangatlah penting,
karna dari pendidikan lah dapat terbentuk suatu akhlak seseorang, dimana dari apa yang tidak
kita ketahui menjadi kita ketahui.
Filsafat dan ilmu akhlak memang sangat erat hbungannya, karena filsafat membahas
tentang manusia, dan manusia mempunyai jiwa yang menimbulkan perilaku. Dan perilaku
tersebut disebut akhlak. Kemudian pemikiran filsafat ini menjelaskan tentang manusia yang
dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu akhlak.

B. .Saran

Dengan selesainya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena itu saran dan masukkan dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nata, A (2015), “Ilmu Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,”, Jakarta: Rajawali Pers.
M. Syamhudi, H (2015), “Akhlak-Tasawuf” Malang, Jatim : Madani Media.
Mahjuddin, Haji (2010), “Akhlak Tasawuf II”, Jakarta: Kalam Mulia.
Zahruddin AR (2004), “Pengantar Studi Akhlak”, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

11

Anda mungkin juga menyukai