Anda di halaman 1dari 3

D.

Fungsi Asbabun Nuzul

Persoalan asbabun nuzul baru menjadi wacana hangat pada era


tabi’in karena adanya kesulitan dalam memahami makna suatu teks
sehingga diperlukan pemahaman sebab-sebab turunnya ayat.Pengetahuan
tentang asbabun nuzul merupakan ilmu alat yang sangat penting dalam
menetapkan takwil yang lebih tepat dan tafsir yang lebih benar mengenai
ayat-ayat yang bersangkutan. Akan tetapi tidak semua ulama tafsir
membenarkan statemen yang demikian.Sebagian ulama tafsir menganggap
bahwa pengetahuan asbabun nuzul tidak begitu penting karena hal yang
demikian hanya merupakan pengetahuan sejarah Ada beberapa fungsi
yang dapat diambil dari mengetahui asbabun nuzul diantaranya ialah:1

1. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas


pensyariatan hukum, dan ini bermanfaat bagi orang yang beriman dan
orang yang tidak beriman.
Adapun bagi orang yang beriman maka akan bertambah imannya dan
timbul keinginan yang kuat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah SWT,
dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur`an, setelah nampak baginya
kemaslahatankemaslahatan dan keistimewaankeistimewaan dari
persyariatan hukum Islam dan untuk inilah al-Quran diturunkan
Adapun bagi orang yang beriman maka akan bertambah imannya dan
timbul keinginan yang kuat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah SWT,
dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur`an, setelah nampak baginya
kemaslahatankemaslahatan dan keistimewaankeistimewaan dari
persyariatan hukum Islam dan untuk inilah al-Quran diturunkan
2. Mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah:
"bahwasanya ungkapan (teks) Al-quran itu didasarkan atas
kekhususan sebab.

1
Syukraini Ahmad, Asbabul Nuzul:Dialog Antara Teks dan Realitas Kesejarahan, Jurnal At-Tibyan
Vol. I No.1 Januari–Juni 2016
3. Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat AlQuran
itu bersifat umum, namun membutuhkan pengkhususan yang
pengkhususannya itu sendiri justru terletak pada pengetahuan tentang
sabab turun ayat itu.
4. Memastikan makna ayat Al-Qur`an dan menghilangkan kerancuan
maknanya. Contoh seperti firman Allah SWT dalam surat al Maidah
[5]:93
Contoh kedua, dalam surat al Maidah [5]:93 Allah berfirman: “Tidak ada
dosa bagi orang orang beriman dan mengerjakan amalan amalan sholih
karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila
(selama itu) mereka tetap bertaqwa serta beriman, dan mengerjakan
amalan amalan sholih, kemudian mereka tetap bertaqwa dan beriman,
serta kemudian mereka (tetap juga) bertaqwa dan berbuat kebajikan. Dan
Allah mencintai orang orang yang berbuat kebajikan.” Secara tekstual, ayat
di atas menunjukkan bahwa meminum khamr tidak berdosa selama orang
yang bersangkutan tetap beriman dan bertaqwa serta berbuat kebaikan.
Sebagaimana yang diduga oleh Uthman Ibn Maz`un dan `Amr Ibn Ma`di
dengan mengatakan bahwa khamr itu boleh berdasarkan pada Al-Qur`an
surat al-Maidah ayat 93. Padahal sekiranya mereka berdua mengetahui
sabab nuzulnya niscaya mereka tidak akan mengatakan demikian. Sebab
nuzulnya adalah ketika turun ayat pengharaman khamr (QS. AlMaidah ayat
90), para sahabat menanyakan, bagaimana nasib mereka yang terbunuh
dalam perang fi sabilillah Syukraini Ahmad ASBAB NUZUL: Urgensi dan
Fungsinya dalam Penafsiran Ayat al-Qur’an (para syuhada`) yang sebelum
mereka meninggal dunia mereka meminum khamr padahal ia adalah
kotoran (rijsun) hukumnya haram? lalu turunlah ayat tersebut.(HR. Ahmad,
an-Nasai dan yang lainnya). 18 Dengan demikian, tidak bisa dikatakan
bahwa ayat itu membolehkan lagi minum khamr setelah turun QS.
AlMaidah ayat 90 yang secara terangterangan mengharamkan khamr.
Kerana yang dimaafkan dalam ayat 93 tersebut adalah perilaku para
sahabat yang telah meninggal dunia sebagai syuhada` dan ketika itu khamr
belum diharamkan
5. Dari sudut pendekatan historis, kajian asbabun nuzuljuga menjadi
pintu pembuka dalam mendapatkan pengetahuan yang lebih
menyeluruh tentang masyarakat dan kebudayaan di Arab pra-Islam
dan semasa Nabi Muhammad aktif berdakwah hingga meninggalnya.2
“Tidak ada dosa bagi orang orang beriman dan mengerjakan
amalan amalan sholih karena memakan makanan yang telah mereka
makan dahulu, apabila (selama itu) mereka tetap bertaqwa serta beriman,
dan mengerjakan amalan amalan sholih, kemudian mereka tetap bertaqwa
dan beriman, serta kemudian mereka (tetap juga) bertaqwa dan berbuat
kebajikan. Dan Allah mencintai orang orang yang berbuat kebajikan.”

E. Metode Penentuan Asbabun Nuzul

Tidak ada acara untuk mengetahui asbabun nuzul kecuali riwayat


yang shahih dari Nabi dan para sahabat yan menyaksikan turunnya ayat-
ayat Al-Quran dan mengetahui peristiwa yang terjadi atau pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi Muhammad SAW yang melatarbelakangi turunnya
ayat tersebut. Ada beberapa metode untuk mengetahui Asbabun nuzul
diantaranya sebagai berikut:

1. Mengambil yang paling sahih, dari riwayat-riwayat yang berbilang itu,


diperiksa dan dipilih kesahihannya untuk dijadikan pegangan.3
2. Apabila langkah pertama itu tidak memungkinkan, riwayat yang
berbilangnya bernilai sama-sama sahih, jalan keluarnya dengan cara
di-tarjih, apabila kedua riwayat kurang lebih sama sahihnya, akan
tetapi memungkinkan untuk di-tarjih, yang dipegang adalah yang rajih
dan meninggalkan yang marjuh.4

2
Syamsul Bakri, Asbabul Nuzul:Dialog Antara Teks dan Realitas Kesejarahan, Jurnal At-Tibyan Vol.
I No.1 Januari–Juni 2016
3
Siti Muslimah, dkk, Urgensi Asbāb Al-Nuzūl Menurut Al-Wahidi, Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an
dan Tafsir ,Vol.2, No.1 (Juni 2017), 47
4
Ibid, 47

Anda mungkin juga menyukai