DAN PESANTREN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Studi Pesantren dan
Aswaja
DISUSUN OLEH:
MALANG
2023- 2024
Puji syukur selalu Kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga Saya bisa
menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Studi Pesantren dan ASWAJA tentang
“Definisi dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah dan Pesantren”.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
2.1 Definisi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah................................................................4
2.1.1 Definisi Etiomologis(Bahasa)........................................................7
2.1.2 Definisi Terminologis(Istilah.........................................................8
III
BAB I PENDAHULUAN
1
dinamika sosial politik pada waktu itu, lebih khusus sejak peristiwa Tahqim
yang melibatkan Sahabat Ali dan sahabat Muawiyyah sekitar akhir tahun
40 H.
Kemudian pada masa kita sekarang ini, meski di negara kita
khususnya Indonesia banyak bermacam macam golongan yang ada, namun
hampir setiapnya memiliki keyakinan bahwa mereka semua menganut
paham yang sama yakni paham Ahlussunnah wal Jama’ah. Dan kemudian
hal ini di implementasikan dalam setiap aspek pendidikan di Indonesia baik
itu pendidikan di elmbaga madrasah, sekolah, maupun Pondok Pesantren.
Ahli sunnah wal jamaah pemikiranya menggunakan pemikiran al
asyari dan hukum fiqihnya menggunakan imam madzhab sehingga
golongan aswaja inilah golongan yang sifatnya luas, Disamping itu Pondok
Pesantren juga merupakan Lembaga Pendidikan yang paling bernuansa
Nusantara dan sangata kental dengan budaya Indonesia. Dari uraian diatas
maka penulis tertarik mengangkat tema ASWAJA (Ahlus sunnah wal
jama‟ah).
2
2. Guna memahami betul sejarah awal kemunculan Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, hakikat kemunculannya, serta tujuan Ahlus Sunnah wal
Jama’ah.
3. Untuk memahami arti dari Pesantren baik dari segi bahasa maupun
istilah di Indonesia
4. Untuk memahami sejarah dan hakikat pesantren di Indonesia
3
BAB II PEMBAHASAN
1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab–Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997, cet. 14), hlm. 46.
2
Al-Fairuzabadi, Al-Qamus al-Muklit (Beirut :Muassasah al-Risalah, 1987), 1245
3
Ahmad Amin, Zuhr al-Islam, Vol.IV (Beirut: Dar al-Kitab al ‘Arabi, 1953), 96.
4
Ibid.
4
orang Khawarij ataupun Rafidah (Shi’ah). Akan halnya untuk kaum
Mu’tazilah, karena mereka tidak menerima Ijma’ sebagai suatu sumber
hukum.5
2.1.2 Definisi Terminologis(Istilah)
ASWAJA adalah kepanjangan kata dari “Ahlus sunnah wal
jama‟ah”. Ahlus sunnah berarti orang-orang yang menganut atau
mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dan Wal Jama‟ah berarti
mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi
definisi Ahlus sunnah wal jama‟ah yaitu; “ Orang-orang yang mengikuti
sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat (maa ana alaihi
waashhabi), baik di dalam syariat (hukum Islam) maupun akidah dan
tasawuf. Definisi Ahlus sunnah Wal jama‟ah ada dua bagian yaitu:
definisi secara umum dan definisi secara khusus:
1. Definisi Aswaja Secara umum adalah satu kelompok atau golongan
yang senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi SAW. Dan
Thoriqoh para shabatnya dalam hal aqidah, amaliyah fisik (fiqih) dan
hakikat (Tasawwuf dan Akhlaq).
2. Definisi Aswaja secara khusus adalah Golongan yang mempunyai
I‟tikad/ keyakinan yang searah dengan keyakinan jamaah Asy’ariyah
dan Maturidiyah. Menurut pengertian istilah (terminologi) al-sunnah,
berarti penganut sunnah Nabi Muhammad saw, yaitu mengikuti apa-apa
yang datang dari Nabi
5
Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahl Al-Sunnah
AlJama’ah (Surabaya : Khalista, 2010), 32.
5
2.2.1 Masa Rasulullah SAW.
Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, istilah Aswaja sudah pernah
ada tetapi tidak menunjuk pada kelompok tertentu atau aliran tertentu. Yang
dimaksud dengan Ahlussunah wal Jama’ah adalah orang-orang Islam secara
keseluruhan. Ada sebuah hadits yang mungkin perlu dikutipkan telebih
dahulu:
إن بني إسرائیل تفترق على ثنتین وسبعین ملة وستفترق أمتي على ثالث وسبعین ملة النار إال ملة
قال ما انا علیھ وأصحابي كلھم في: قالوا من ھي یارسول هلال،واحدة
Artinya : Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya bani Israil akan
terpecah menjadi 70 golongan dan ummatku terpecah menjadi 73 golongan
dan semuanya masuk neraka kecuali satu golongan. Para Shahabat bertanya:
Siapa yang satu golongan itu? Rasulullah SAW. menjawab : yaitu golongan
dimana Aku dan Shahabatku berada.
6
Kubu Muawiyah mendelegasikan Amru bin Ash dan kubu Ali
diwakili Abu Musa al Asy'ari. Amru bin Ash adalah seorang politisi,
pada saat forum ia menyarankan agar perundingan dimulai dengan
pemerintahan yang kosong. Maksud dari Amru bin Ash ia
menginginkan kubu Ali secara simbolik meletakkan jabatannya terlebih
dahulu. Abu musa yang notabene adalah ulama langsung mengiyakan
tawaran dari Amru bin Ash. Dengan cerdik Amru bin Ash
mempersilahkan Abu Musa untuk mendeklarasikan peletakan jabatan
karena dirasa ia lebih tua dan alim.
Setelah Abu Musa memproklamirkan peletakan jabatan Ali, Amru
bin Ash bukannya malah bergantian mengatakan sama, tetapi malah
menyatakan jabatan yang dilepas dari kubu Ali kini menjadi milik
Muawiyah. "Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia, Abu
Musa al Asyari mewakili khalifah Ali telah meletakan jabatan. Maka
dengan ini jabatan khalifah saya ambil untuk diserahkan pada
Muawiyah bin Abu Sofyan". Maka pada detik itu Muawiyah yang kalah
perang fisik dengan kubu Ali, giliran menang ketika taktik politik.
Kekhalifahan Ali pun berpindah ke tangan Muawiyah.
Efek dari peristiwa itu umat islam terpecah menjadi 3 kubu. Kubu
Ali terbelah menjadi 2 yakni kubu Syiah dan Khawarij. Dan satu lagi
adalah kubu Muawiyah. Kelompok Syiah adalah pendukung Ali,
kelompok Muawiyah pendukung Muawiyah, dan kelompok Khawarij
yakni kubu yang tidak pada pihak Ali maupun Muawiyah. Kelompok
menilai kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak tidak sah
karena tidak menggunakan hukum Allah atau Al-Qur'an sehingga
mereka memutuskan Khawarij (Kharaja: keluar).
Sebagian besar masyarakat saat itu (kecuali kelompok Muawiyah)
menilai perpindahan kekuasan dari Ali ke Muawiyah berjalan dengan
tidak sah dan licik. Untuk mengatasi pandangan itu maka khalifah
membuat aliran bernama Jabariyah. Kemunculan aliran ini dalam
rangka melegitimasi kekuasaan Muawiyah yang menyatakan bahwa
7
manusia tidak punya kekuasaan untuk berkehendak. Inti dari aliran
Jabariyah, semua yang dilakukan oleh manusia sudah dikehendaki oleh
Allah. Termasuk ketika Muawiyah dapat mengambil kekuasaan dari
tangan Ali itu juga kehendak Allah.
2. Masa Pemerintahan Bani Umayyah
Selama masa pemerintahan Bani Umayah muncul aliran bernama
Qodariyah yang diusung oleh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin
Ali bin Abi Thalib (cucu Ali bin Abi Thalib). Aliran ini mengajarkan
sebaliknya dari aliran Jabariyah. Bahwa ketika manusia berkehendak,
Allah tidak ikut campur, maka manusia harus bertanggungjawab atas
perbuatannya. Ketika masa Bani Umayah paham ini hanya sebagai
kritik atas paham Jabariyah. Namun ketika memasuki pemerintahan
Bani Abasiyah, paham Qadariyah dijadikan spirit pembangunan.
Kemudian turunan dari paham ini dengan sedikit modifikasi
mengatasnamakan paham Mu'tazilah.6
Ditengah-tengah polarisasi dan pertentangan antarkelompok itu,
terdapat sejumlah sahabat nabi yang mencoba menghindarkan diri dan
kemudian melakukan gerakan-gerakan kultural dan menekuni bidang
keilmuan dan keagamaan. Mereka Antara lain adalah Umar bin Abbas,
Ibnu Mas’ud, Dan Lain-lain. Kegiatan serupa juga dikembangkan oleh
generasi tabi’in yang dipelopori oleh Hasan Al Basri (w. 110/728 H)
bersama para tabi’in lainnya. Arus baru inilah yang oleh para peneliti
disebut Proto Sunnism7 atau yang oleh Marshall G.S. Hodgson disebut
Jama’I e Sunni.8 Dari kegiatan mereka inilah kemudian lahir
sekelompok muhaddithun (para ahli hadits), fuqaha, dan mufassirun.
Termasuk di dalam kelompok ini adalah empat imam madhab, yakni
6
Moch. Ari Nasichuddin, Aswaja Sejarah Dinamika Umat Islam Dan Analisis Sosial
http://www.kmnu.or.id/konten-291-aswaja-sejarah-dinamika-umat-islam-dan-analisis-sosial.html,
diunggah pada Sabtu, 23 April 2016 pukul 08.47 WIB
7
Muhammad Qasim Zaman, Religion and Politics under the Early ‘Abbasids : The
Emergence of the Proto-Sunni Elite (Leiden :Brill Academic Publisher, incorporated, t.t).
8
Marshall G.S. Hodgson, The Venture of Islam, Vol. 1 (Chicago: chicago University Press,
1971), 267-268
8
Abu Hanifah, Malik bin Annas, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I, dan
Ahmad bin Muhammad bin Hambal. Mereka menghasilkan banyak
sekali karya. Selain pada spesialisasi mereka, masing-masing juga
menulis ‘Ilm Kalam´ untuk memberikan sanggahan argumentative
terhadap pendapat-pendapat yang dinilai memiliki kecenderungan
mengabaikan sunnah Nabi dan para sahabat dalam
menginterpretasikan ayat-ayat Al Qur’an mengenai persoalan-
persoalan pokok agama (al- Usul al-Din). Golongan yang mengikuti
pola inila yang kemudian dikenal dengan sebutan Ahlu Sunnah.
Ada juga yang berpendapat bahwa pondok berarti ruang tempat tidur,
wisma atau hotel sederhana. Karena pondok secara umumnya memang
merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh
dari tempat asalnya.10 Pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama
pendidikan Islam tradisonal dimana para siswanya tinggal bersama dan
belajar ilmu-ilmu keagamaan dibawah bimbingan seorang kyai. Asrama
9
Adnan Mahdi, “Sejarah Peran Pesantren Dalam Pendidikan di Indonesia,” Islamic
Review, Vol. II, No.1 (2013), hlm. 3
10
Nining Khairotul Aini, Model Kepemimpinan Transformasional Pondok Pesantren
(Surabay: CV Jakad Media, 2021), hlm. 73.
9
untuk para santri berada dalam komplek pesantren dimana tempat
tinngalnya kyai.11
Adapun istilah pesantren berasal dari kata santri. kata “santri” juga
merupakan penggabungan antara dua suku kata sant (manusia baik) dan tra
(suka menolong), sehingga kata pesantren dapat diartikan sebagai tempat
mendidik manusia yang baik.12
11
Herman, “Sejarah Pesanatren di Indonesia,”Tadrib Vol. VI, No. 2 (2013), hlm. 50.
12
Hadi Purnomo, Menejemen Pendidikan Pondok Pesantren (Yogyakarta: Bilndung
Pustaka Utama, 2017), hlm. 23.
13
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011), hlm. 138.
14
Ibid, hlm 138.
10
2.4.1 Perkembangan Pesantren dimasa sebelum Penjajah dan
ketika adanya Penjajah
15
Sejarah (kemenag.go.id)
16
Ibid.
11
masa Hindu-Buddha di Nusantara. Kala itu, lembaga pendidikan lokal
berupa padepokan dan dukuh banyak didirikan untuk mendidik
para cantrik.17 Pada masa sebelum Islam masuk ke Nusantara sudah
terdapat sistem pendidikan yang diadakan Oleh orang-orang Hindu, nah
kemudian ketika masuknya ulama’ atau proses penyebaran agama Islam
dan juga campur tangan para Walisongo, yang menyebarkan agama
Islam dengan cara Akulturasi Budaya, jadi Lembaga Pendidikan
tersebut di akulturasi menjadi sarana Pendidikan Islam yang khas bagi
Nusantara yang sekarang kita kenal dengan Istilah Pondok Pesantren.
17
Mengenal Sejarah Pesantren di Indonesia - Nasional Tempo.co
18
Sejarah (kemenag.go.id)
12
Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) tanggal 27 Desember
1945, yang menyebutkan:
Tugas dari bagian tersebut sesuai dengan salah satu nota Islamic
education in Indonesia yang disusun oleh Bagian Pendidikan
Departemen Agama pada tanggal 1 September 1956, yaitu :
19
Sejarah (kemenag.go.id)
13
3) mengadakan Pendidikan Guru Agama serta Pendidikan Hakim
Islam Negeri.
Setitik harapan timbul untuk nasib umat Islam setelah terjadinya era
reformasi, pondok pesantren mulai berbenah diri lagi dan mendapatkan
20
Marwan Sarijo, Sejarah Pondok Pesantren …, h. 109-110.
14
tempat lagi di kalangan pergaulan nasional. Salah satunya adalah
pendidikan pondok pesantren diakui oleh pemerintah menjadi bagian dari
sistem pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas). “Pondok pesantren tidak lagi dipandang
sebagai lembaga pendidikan tradisional yang illegal, namun pesantren
diakui oleh pemerintah sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai
kesetaraan dalam hak dan kewajibannya dengan lembaga pendidikan
formal lainnya.”21
21
Microsoft Word - UNDANG Undang No. 20 tahun 2003 (kemdikbud.go.id)
15
Nomor 10 Tahun 2005 Tentang Unit Organisasi Dan Tugas Eselon I
Kementerian Negara Republik Indonesia.
Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja, Peraturan Presiden Nomor 7
Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara, serta Peraturan
Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama, ketentuan
mengenai tugas dan fungsi Direktorat Pesantren dan Pendidikan Diniyah
berikut organisasi dibawahnya ditetapkan melalui Peraturan Menteri Agama
Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Agama.
16
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan mengenai Definisi dan Sejarah Ahlussunnah
Wal Jama’ah dan Pesantren dapat diambil Kesimpulan, diantaranya:
1. Bahwa yang dimaksud dengan Ahlussunnah wal Jamaah adalah
mayoritas Ummat Muslim yang menganut segala pengajaran yang
berdasar dari perkataan maupun perbuatan yang berasal dari Nabi
Muhammad SAW.
2. Pondok pesantren merupakan tempat untuk menimbah ilmu agama
yang memiliki ciri khas terdiri atas adanya kiai, asrama, masjid,
kitab kuning dan pengasuh. Dalam perjalanan sejarahnya dimulai
sejak awal mula masuk ke Nusantara. Walaupun peristilahan pondok
pesantren berbeda antara satu daerah dengan daerah laiinya tetapi
memiliki fungsi yang sama.
3. Eksistensi pondok pesantren tetap diakui keberadaanya dari masa ke
masa. Sampai kepada masa kemerdekaan, mulai dari orde lama, orde
baru sampai kepada era reformasi. Yang diharapkan dari pondok
pesantren di era ini adalah mampu menjawab tantangan global
sehingga pondok pesantren tidak terkikis dan ketinggalan dalam
berbagai hal.
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis sangatlah sadar bahwa makalah
ini masihlah jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis memohon kepada
pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat membangun kepada diri
penulis.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab–Indonesia (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997, cet. 14)
Ahmad Amin, Zuhr al-Islam, Vol.IV (Beirut: Dar al-Kitab al ‘Arabi, 1953)
Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahl Al-
Sunnah AlJama’ah (Surabaya : Khalista, 2010)
Moch. Ari Nasichuddin, Aswaja Sejarah Dinamika Umat Islam Dan Analisis
Sosial http://www.kmnu.or.id/konten-291-aswaja-sejarah-dinamika-umat-islam-
dan-analisis-sosial.html, diunggah pada Sabtu, 23 April 2016 pukul 08.47 WIB
Muhammad Qasim Zaman, Religion and Politics under the Early ‘Abbasids :
The Emergence of the Proto-Sunni Elite (Leiden :Brill Academic Publisher,
incorporated, t.t)
Sejarah (kemenag.go.id)
18
Marwan Sarijo, Sejarah Pondok Pesantren
19