Anda di halaman 1dari 17

POKOK POKOK PEMIKIRAN KALAM SYI’AH

Makalah Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu :

Ulfah Maspupah M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Ade Nur Khikmah 214110403118

2. Lailatul Mukarromah 214110403063

3. Lian Anis Al afadz 214110403131

4. Tatiana Nur Melia 214110403022

Kelas : 3 PBA C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K. H. SAIFUDDIN ZUHRI

PURWOKERTO TAHUN 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karuniaNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Pokok – pokok Pemikiran Kalam
Mu‟tazilah ” Diharapkan makalah ini dapat memberikan ilmu kepada kita semua tentang
Pokok-pokok Pemikiran Kalam Mu‟tazilah.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, yang menjadi
penutup para nabi yakni Nabi Muhammda SAW, karena atas jasa dan perjuangan beliau lah
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan yang penuh dengan kebodohan menuju
zaman yang yang terang benderang dan penuh dengan ilmu dan nilai-nilai Islam. Dengan
bacaan sholawat semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di hari qiyamat, Aamiin.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala urusan kita.Aamiin

Purwokerto, 17 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................... iii

PENDAHULUAN................................................................................................. iii

A. Latar Belakang ........................................................................................... iii

B. Rumusan Masalah......................................................................................... iii

C. Tujuan Makalah ....................................................................................... iii

BAB II ...................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................5

A.Pengertian Kalam Syi‟ah ...............................................................................5

B. Sejarah Syi‟ah …………………………………………………………….6

C. Macam Macam Ajaran Kalam Syi‟ah........................................................... 7

D. Macam Macam Aliran Syi‟ah..............................................................11

E.Asal Usul dan Dokrin Syi‟ah..............................................................13

BAB III ................................................................................................................15

PENUTUP...........................................................................................................15

A. Kesimpulan........................................................................................................ 15

B. Kritik dan Saran............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks sejarah para sahabat sering berberda pendapat dalam menafsirkan dan
menyikapi banyak hal. Kendati demikian mereka tetap bersatu dalam ikatan persaudaraan.
Perbedaan pendapat dalam masalah agamapun adalah suatu kenyataan yang tak terbantahkan.
Perbedaan tersebut sudah menjadi sunatullah. Mengutip perkataan mentri agama bisa jadi
perbedaan-perbedaan tersebut telah terkamtub di Lauhil Mahfudz sebagai sekenario ilahi
untuk menjaga kehormatan manusia sebagai ciptaan terbaik-Nya.

Perbedaan dalam bidang teologi Islam memunculkan dua sekte besar yaitu suni dan syiah
yang hingga saat ini tak pernah surut dari pembahasan dalam kehidupan keberagamaan dan
diskursus studi keislaman. Perbedaan mendasar antara suni dan syiah terkait konsep
relativisme dalam memahami ayat-ayat al Quran dan Hadits. Salah satu contohnya adalah
hadits tentang “ikutilah sunahku dan sunah para khalifah sesudahku” Dari hadits di atas
difahami oleh suni bahwa ada kewajiban untuk mengikuti para khalifah setelah nabi, namun
dalam konteks syiah mereka tidak menjalankan hadits tersebut namun Syiah meyakini adanya
imamah dan tidak sebaliknya. Konsep imamah ini yang kemudian memunculkan sekte-sekte
dalam teologi syiah sendiri.

Perdebatan tentang suni dan syiah yang tak henti bahkan MUI sendiri mengeluarkan fatwa
tentang kesesatan syiah. Lantas apa yang melatar belakangi kesesatan syiah itu sendiri.
Terkadang ketidak tahuan atau ketidak fahaman yang akhirnya membuat kita mengambil
kesimpulan secara sepihak. Oleh karenanya, makalah ini ditulis untuk mengenal syiah lebih
jauh bertolak dari pengertian, sejarah, ajaran, dan sekte Syiah hingga perkembangan syiah di
Indonesia. Semoga makalah sederhana ini dapat memberikan gambaran yang utuh, obyektif,
mengenai Syiah, yang pada gilirannya dapat memperkaya wawasan kita sebagai seorang
muslim tentang keanekaragaman madhab teologis di dalam islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan syi‟ah ?

2. Apa yang melatar belakangi munculnya Aliran syi‟ah?

3. Apa saja macam macam aliran syi‟ah?

4. Apa saja ajaran kalam syi‟ah?


C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui pengertian syi‟ah

2. Mengetahui sejarah lahirnya aliran syi‟ah

3. Mengetahui tokoh – tokoh aliran syi‟ah

4. Mengetahui ajaran pokok aliran syi‟ah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syiah

Syiah secara etimologi berarti pengikut, pecinta, pembela, yang ditujukan kepada ide,
individu atau kelompok tertentu. Syiah dalam arti kata lain dapat disandingkan juga dengan
kata tasyaiyu‟ yang berarti patuh/menaati secara agama dan mengangkatkeraguanorang yang
ditaati itu dengan penuh keikhlasan tanpa keraguan

Syiah dalam Bahasa Arab : ‫ ش ي عة‬dan Bahasa Persia: ‫ ش ي عه‬ialah salah satu aliran atau
mazhab dalam Islam. Syiah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti
juga Sunni menolak Imam dari Imam Syiah. Bentuk tunggal dari Syiah adalah Syi‟i (Bahasa
Arab: ‫ ) ش ي عي‬menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali.

Dalam defenisi lain Syiah adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali

‫ ش ي عة ع لي‬artinya “pengikut Ali”, yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat


khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: “Wahai Ali, kamu dan
pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung” (ya Ali anta wa syi‟atuka humul Faizun).

Adapun Syiah secara terminologi memiliki banyak pengertian. Belum ada pengertian yang
mampu mewakili seluruh pengertian Syiah. Kesulitan ini terjadi karena banyaknya sekte-
sekte dalam paham keagamaan Syiah. Dalam Ensiklopedi Islam, Syiah yaitu kelompok aliran
atau paham yang mengidolakan Ali bin Abi Thalib. Dan keturunannya, yakni imam-imam
atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad Saw.
Akan tetapi, pengertian ini dibantah oleh kelompok di luar Syiah karena dipandang tidak
dapat mewakili fakta yang sebenarnya. KH Sirojudin Abbas menilai bahwa tidak semata-
mata kelompok Syiah saja yang mencintai (mengidolakan) Ali bin Abi Thalib tetapi
kelompok Ahlu Sunnah juga mencintai Ali, dan bahkan seluruh umat muslim juga mencintai
Ali dan keturunannya.

Muhammad Husain Thabathaba‟i dalam bukunya Syiah Islam memberikan pengertian bahwa
Syiah adalah salah satu aliran dalam Islam yang berkeyakinan bahwa yang paling berhak
menjadi imam umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad saw ialah kelluarga Nabi saw
sendiri yakni Ahlulbait. Dalam hal ini, „Abbas bin „Abdul Muththalib (paman Nabi saw) dan
„Ali bin Abi Thalib (saudara sepupu sekaligus menantu Nabi saw) beserta keturunannya.

Menurut Syahrastani syiah adalah kelompok masyarakat yang menjadi pendukung Ali bin
Abi Thalib. Mereka berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib adalah imam dan khalifah yang
ditetapkan melalui nash dan wasiat rasulullah baik secara terang-terangan maupun implisit.
Artinya bahwa imamah harus dari jalur Ali dan jika terjadi dalam sejarah imam bukan dari
keturunan Ali hal itu merupakan kedzaliman dan taqiyah dari pihak keturunan Ali. Sehingga
imamah menurut syiah bukan hanya sebatas maslahat agama tetapi aqidah yang menjadi
tiangnya agama”.

Multidefenisi tentang syiah tidak terlepas dari konteks sejarah kemunculan syiah itu sendiri.
Dari paparan di atas bisa disimpulkan bahwa syiah adalah orang-orang yang mencintai
ahlulbait kemudian term tentang syiah secara defenisi berkembang ketika dikaitkan dengan
peristiwa abritase dalam persoalan khilafah Ali bin Abi Thalib. Dimana pemaknaan syiah
bukan hanya sebatas orang-orang yang mencintai ahlul bait tapi mereka adalah orang-orang
yang mencintai ahlul bait dan mendukung Ali bin Abi Thalib terkait ke khalifahan. Yang
kemudian secara teologis kepemimpinan Ali bin Abi Thalib didukung dengan bukti autentik
sejarah nabi dalam peristiwa yang terkenal “ ghadir khum” pemahaman ini ditopang dengan
dua hadits lain yakni hadits Safinah dan hadits staqalain. Kemudian munculah defensi syiah
menjadi sebuah madzah teologis dalam islam.

B. Sejarah Syiah

Kalangan sejarawan dan peneliti umumnya mengklasifikasi kemunculan Syiah dalam Dua
periode yaitu semasa hidup Nabi Muhammad saw dan pasca pembunuhan Husain bin Ali.
Pertama, pandangan bahwa Syiah terbentuk pasca wafatnya Nabi Muhammad saw. Kalangan
yang mendukung pandangan ini antara lain:
1. Ibnu Khaldun, yang berkata, “Syiah muncul ketika Rasulullah saw. Wafat. Saat itu
ahlul Bait memandang dirinya lebih berhak memimpin umat Islam. Kekhalifahan hanyalah
hak mereka, bukan untuk orang Quraisy lain. Saat itu pula sekelompok sahabat Nabi saw.
Mendukung Ali bin Abi Thalib dan memandangnya lebih berhak ketimbang yang lain untuk
menjadi pemimpin. Namun, ketika kepemimpinan itu beralih kepada selain Ali, mereka pun
mengeluhkan kejadian itu.

2. Dr. Ahmad Amin, yang berkata, “Benih pertama Syiah adalah sekelompok orang
yang berpendapat bahwa selepas wafatnya Nabi Muhammad saw, Ahlul Bait beliaulah yang
lebih utama menjadi khalifah dan penerus beliau ketimbang yang lain.

3. Dr. Hasan Ibrahim, yang berkata, “Tidak disangsikan lagi, setelah Nabi Muhammad
Saw. Wafat, kaum Muslimin berselisih soal siapa khalifah beliau. Akhirnya, tampak
kekhalifahan itu jatuh ke tangan Abu Bakar, dan keputusan tersebut mengakibatkan bangsa
arab terbelah dalam dua kelompok: Jama‟iyah dan Syiah.

4. Yaqub, yang berkata, “Sekelompok individu yang enggan membaiat Abu Bakar
merupakan benih pertama Syiah. Di antara mereka yang paling masyhur adalah Salman
Farisi, Abu Dzar Ghifari, Miqdad bin Aswad, dan Abbas bin Abdil Muttalib.

hadis yang diriwayatkan Suyuthi dari Ibnu Asakir yang menafsirkan ayat ketujuh surah Al-
Bayyinah. Hadis itu diriwayatkan melalui matarantai periwayat yang sampai pada Jabir bin
Abdillah, yang mengatakan, “Suatu hari, kami (duduk-duduk) bersama Nabi Muhammad
saw. Lalu Ali datang. Nabi saw. Kontan bersabda menyambut kedatangan Ali, „Demi Yang
jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh dia (Ali) dan Syiah (pendukung/pengikut)nya
adalah orang-orang yang selamat di Hari Kiamat.”19 Setelah itu, turunlah firman Allah swt.
Yang berbunyi: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh mereka itulah
sebaikbaik makhluk”

Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, yang berkata bahwa Rasulullah saw.
Bersabda kepada beliau, “Bukankah kamu mendengar firman Allah swt. „Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh mereka itulah sebaik-baik makhluk.‟ Mereka
(sebaik-baik makhluk) itu adalah kamu dan syiahmu, (dan) janji pertemuanku dengan kalian
adalah telaga (Haudh), dan ketika umat-umat berdatangan untuk hisab (perhitungan) maka
kalian akan dipanggil dengan sebutan manusia-manusia yang mulia dan terkemuka terkait
itullah mengapa Abu Hatim Razi berpendapat bahwa nama mazhab pertama yang muncul
dalam Islam adalah Syiah, dan saat itu istilah tersebut menjadi julukan bagi empat sahabat
Nabi saw. Yang terdiri dari Abu Dzar, Ammar, Miqdad, dan Salman Farisi. Juga, pasca
perang Siffin, para pendukung Ali bin Abi Thalib. Dikenal dengan sebutan “Syiah”.
C. Macam - macam ajaran Kalam Syi'ah

1. Kalam Syî‟ah Imâmiyah (Itsna „Asyariyah)

Imâmiyah adalah kelompok Syî‟ah yang berpendapat bahwa ‗Alî bin Abî Thâlib secara nash
dinyatakan sebagai imam bukan hanya disebut sifatnya bahkan ditunjuk orangnya
sebagaimana telah dipaparkan pada Normasifitas Syî‟ah di atas.

Adapun secara tersirat seperti Nabi mengutus Abû Bakar memimpin umat Islâm menunaikan
ibadah haji yang dikenal dengan haji akbar. Kemudian Rasûlullâh mengutus ‗Alî bin Abî
Thâlib untuk membacaan surat al-Baraah, selain itu ‗Alî tidak pernah diperintah Rasûlullâh
untuk bergabung dengan pasukan lain tetapi ia langsung mendapat perintah untuk memimpin
peperangan.

Dalam perkembangannya Syî„ah Imâmiyah juga mengalami perkembangan menjadi beberapa


kelompok, antara lain: Al-Baqiriyah alJa‟fariyah al-Waqifiyah, Al-Nawusiyah, Al-
Afthahiyah, Al-Sumaithiyyah, AlIsma‟iliyyah, Al-Musawiyyah dan Al-Mufadhaiyah, dan
Al-Itsna „Asyriyah. Dan Syî‟ah Al-Itsna „Asyriyah ini yang akan menjadi fokus penulis
dalam pembahasan ini.

Masing-masing aliran Syî„ah di atas memiliki konsep tentang ilmu kalam tersendiri
berdasarkan pemahaman masing-masing mengenai imâmah, pokok-pokok paham mereka
dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hak Kekhalifaan sesudah Rasulullah adalah Ali ibn Abi Thalib, karena itu
kekhalifaan Abu Bakar, Umar dan Utsman bukan hak mereka.

2. Khalifah – dalam istilah mereka iman – harus ditunjuk oleh Nabi.

3. Imam adalah Ma„shum, tidak berdosa dan tidak boleh diganggu gugat.

Dalam konteks tulisan ini, penulis fokus dan membatasi pembahasan hanya pada pemikiran
kalam Syî‟ah Itsna „Asyriyah. Hal ini didasarkan pada dua pertimbangan,

Pertama, karena aliran ini merupakan aliran Syî‟ah yang mayoritas dan terbesar sampai saat
sekarang ini. Kedua, dalam konsep imâmah aliran Syî‟ah ini berhasil membangun negara
sendiri diera kontemporer, yakni Republik Iran. Sementara itu aliran lain mulai merosot
tajam, walaupun pada era klasik mereka pernah berjaya seperti mendirikan Dinasti Buwaih
(Syî‟ah Zaidiyah) dan Dinasti Fathimiyah (Syî‟ah Ismâ‟îliyah). Mazhab Syî‟ah diyakini
sebagai mazhab Rasûlullâh dan ahl al-bait, dimana ajarannya dapat dipertahankan secara
turun menurun dibawah bimbingan para imam Syî‟ah pada saat ini. Secara prisip, ajaran
Mazhâb Syî‟ah dikenal dengan konsep Ushûl al-Dîn yang mempunyai lima akar yaitu:
a. Tauhîd (ke-Esa-an Tuhan)

Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensinya. Ke-Esa-an Tuhan adalah muthlâq, Ia
bereksistensi dengan sendiri-Nya. sebelum ada ruang dan waktu, Tuhan adalah Qâdim.
Maksudnya Tuhan bereksistensi dengan sendirinya sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan
waktu diciptakan oleh Tuhan. Tuhan Mahatahu, Maha Mendengar, Selalu hidup, mengerti
semua bahasa, selalu benar dan bebas berkehendak. Ke-Esa-an Tuhan tidak tersusun
(murakkab). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri sendiri, tidak dibatasi oleh
ciptaannya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata.

b. (Al-„Adl)Keadilan

Tuhan menciptakan kebaikan di alam ini merupakan keadilan. Ia tidak pernah menghiasi
ciptaan-Nya dengan ketidakadilan. karena ketidakadilan dan kezhaliman merupakan tanda
kebodohan dan ketidakmampuan dan sifat ini jauh dari keabsolutan dan kehendak Tuhan.

Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui perkara yang benar atau salah
melalui perasaan. Manusia dapat menggunakan penglihatan, pendengaran, dan indera lainnya
untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Jadi, manusia
dapat memanfaatkan potensi berkehendak sebagai anugerah Tuhan untuk mewujudkan dan
bertanggung jawab atas perbuatannya.

Menurut Syî„ah bahwa Allah tidak berbuat dzalim kepada seseorang dan tidak melakukan
sesuatu yang buruk menurut akal sehat. Akal yang mengatakan bahwa buruk bagi Allah itu
mustahil maka kaum Syî‟ah menetapkan sifat al-Adl hanya pantas dipunyai atau bagi Allah
sedangkan syara‟ hanya memperkuat dan memberi tanda-tandanya saja, bahkan akal tanpa
bantuan syara„ tidak dapat menentukan baik buruk. Mereka memberi makna keadilan Tuhan
dengan pengertian menafikan kemungkinan Tuhan berbuat zhalim. Tuhan adalah zat yang
Maha Adil, yang tidak mungkin ada kezaliman pada ketetapan dan hukum-hukum-Nya. Dia
memberi pahala bagi orang-orang yang taat dan memberi siksa bagi orang-orang yang
berbuat dosa. Dia tidak membebani hamba-hamba-Nya dengan sesuatu yang tidak disanggupi
dan tidak menyiksa mereka melebihi dari siksa yang seharusnya mereka terima.

c. Nubuwwah

Setiap makhluk sekalipun telah diberikan insting, pasti tetap membutuhkan petunjuk, baik
dari Tuhan ataupun dari manusia. Rasul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang
secara transenden diutus untuk memberikan acuan dalam membedakan antara yang baik dan
yang buruk dialam semesta. Dalam keyakinan Syî‟ah Itsna Asyriyah: Tuhan telah mengutus
124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia. Syî‟ah Itsna „Asyriyah percaya
muthlak tentang ajaran tauhîd dengan kerasulan sejak Nabi Adam hingga Muhammad dan
tidak ada lagi Nabi atau rasul setelah muhammad. Mereka percaya adanya kiamat.

Kemurnian dan keaslian alQur„an jauh dari tahrîf, perubahan, atau tambahan. Hal terpenting
dalam keyakinan mereka tentang kenabian adalah masalah ishmah (maksum). Mereka
meyakini tentang kesempurnaan sifat-sifat para nabi. Kitab-kitab Allah yang diturunkan
kepada nabi adalah mu„jizat. Menurut golongan Syî„ah bahwa imam-imam mereka itu
sebagaimana para nabi adalah bersifat al-„ishmah atau ma‟shûm, yaitu dalam segala tingkah
laku, tidak pernah berbuat dosa besar maupun kecil, tidak ada tanda-tanda berlaku maksiat,
tidak boleh berbuat salah ataupun lupa. Mereka berpendapat bahwa para imam itu menerima
wahyu karena itu tidak salah dan senantiasa benar.

d. Ma‟âd (hari kiamat)

Ma‟âd adalah hari akhir (kiamat) untuk menghap pengadilan Tuhan diakhirat. Setiap muslim
harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus
dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah transit dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.
Mereka juga menyakini tentang keterangan yang ada dalam al-Qur„an dan Sunnah tentang
surga, neraka, alam barzakh, shirāt, al-A„raf, al-kitab (catatan amal manusia).

Salah satu doktrin tentang ma‟âd adalah doktrin Raj‟ah yaitu keyakinan akan dihidupkannya
kembali sejumlah hamba Allah yang paling shaleh dan sejumlah hamba Allah yang paling
durhaka untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt., di muka bumi bersama
dengan munculnya Imâm Mahdi.

Di kalangan Syî„ah, paham Mahdiyah merupakan i‟tiqâd yang berkenaan bahwa kelak akan
muncul seorang imam yang dinamakan al-Mahdî, yaitu pemimpin yang akan
mengembangkan keadilan dan memusnahkan kezaliman.

Al-Raj`ah adalah keyakinan yang mempercayai bahwa sebagian manusia akan mengalami
proses reinkarnasi atau hidup kembali ke dunia setelah mereka mengalami kematian. Mereka
adalah orang-orang yang telah berbuat zalim dan menganiaya para imam dan ahl al-bait,
setelah itu baru Allah menghidupkan kembali para imam dan ahl al-bait, setelah itu baru
Allah menghidupkan kembali para imam satu persatu, dimulai dari ‗Alî ibn Abî Thâlib,
sampai dengan Hasan al-‗Askarî. Namun sebelum kedatangan mereka, akan muncul terlebih
dahulu imam Mahdî al-Muntazhar, sebagai pembuka jalan bagi raj`ah-nya para imam yang
lain. Raj`ah mereka ke dunia ini adalah sebagai pengganti atas hak syar„inya dalam khalifah
yang belum terwujudkan pada kehidupan sebelum raj„ah.

e. Imâmah

Imâmah adalah Institusi yang di inagurasikan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia
yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai
nabi dan rasul terakhir.

Dalam paham Syî‟ah, pelanjut kenabian dan pembimbing selain nabi adalah sebuah
keharusan pula yang dikenal dengan imâm, yang menjadi washî (pemerima wasiat), Khalîfah
(pengganti), dan walî (pemimpin) setelah nabi Muhammad Saw.

Imâmah berasal dari bahasa Arab berakar dari kata Imam, yang berasal dari kata amma yang
berarti menjadi ikutan. Kata imâm berarti ―Pemimpin atau contoh yang harus diikuti atau
yang mendahului‖ dalam konteks Syî‟ah konsep Imâmah berarti meyakini bahwa Allah Swt.,
melalui lisân para nabi-Nya telah mengangkat orang yang memiliki kualitas tinggi untuk
menjadi pemimpin umat.

D. MACAM MACAM ALIRAN SYI’AH

1. Syiah Ghulat

Seorang ulama Ahlussunnah, Muhammad Abu Zahrah, mengatakan kelompok Syiah


ektremis ini hampir dapat dikatakan telah punah.

Di dalam Syiah Ghulat terdapat beberapa golongan, yakni As-Sabaiyah, Al-Khaththabiyah,


Al-Ghurabiyah, Al-Qaramithah, Al-Manshuriyah, An-Nushaiziyah, Al-Kayyaliyah, Al-
Kaisaniyah, dan lainnya.

Menurut Asy-Syahrastany, As-Sabaiyah adalah pengikut Abdullah bin Saba' yang konon
pernah berkata kepada Sayyidina Ali: “Anta Anta,” yang berarti "Engkau adalah Tuhan". Ia
juga menyatakan sahabat Nabi ini memiliki tetesan ketuhanan.

Sementara Al-Khaththabiyah adalah penganut aliran Abu Al-Khaththab Al-Asady yang


menyatakan Imam Ja'far Ash-Shadiq dan leluhurnya adalah Tuhan. Sementara Imam Ja'far
mengingkari dan mengutuk kelompok ini. Lantaran sikap tersebut, pemimpin kelompok ini,
Abu Al-Khaththab, mengangkat dirinya sebagai imam.

Golongan Al-Ghurabiyah percaya malaikat Jibril diutus Allah untuk Ali bin Ali Thalib ra.
Namun, mereka menilai malaikat Jibril keliru dan berkhianat sehingga menyampaikan wahyu
kepada Nabi Muhammad.

Sementara Syiah Qaramithah dikenal sangat ekstrem karena menyatakan Syyidina Ali bin
Abi Thalib adalah Tuhan. Kelompok ini pernah berkuasa di Bahrain dan Yaman, serta
menguasai Mekah pada 930 Masehi.
2. Syiah Ismailiyah

Kelompok ini tersebar di banyak negara, seperti Afganistan, India, Pakistan, Suriah, Yaman,
serta beberapa negara barat, yakni Inggris dan Amerika Utara.

Kelompok ini meyakini Ismail, putra Imam Ja'far Ash-Shadiq, adalah imam yang
menggantikan ayahnya, yang merupakan imam keenam dari aliran Syiah secara umum.
Ismail dikabarkan wafat lima tahun sebelum ayahnya (Imam Ja'far) meninggal dunia.

Namun menurut kelompok ini, Ismail belum wafat. Syiah Ismailiyah meyakini kelak Ismail
akan tampil kembali di bumi sebagai Imam Mahdi.

3. Syiah Az-Zaidiyah

Ini adalah kelompok Syiah pengikut Zaid bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain
bin Ali bin Abi Thalib r.a. Zaid lahir pada 80 H dan terbunuh pada 122 H. Zaid dikenal
sebagai tokoh yang melakukan perlawanan terhadap kekuasaan semena-mena yang
diterapkan Yazid, putra Muawiyah pada zaman Bani Umayyah.

Kendati golongan ini yakin kedudukan Ali bin Abi Thalib ra lebih mulia ketimbang Abu
Bakar, Umar, dan Utsman, mereka tetap mengakui ketiganya sebagai khalifah yang sah.
Lantaran masih menganggap tiga sahabat nabi yang lain, Syiah Az-Zaidiyah dinamakan Ar-
Rafidhah, yakni penolak untuk menyalahkan dan mencaci.

Dalam menetapkan hukum, kelompok ini menggunakan Al-Quran, sunah, dan nalar. Mereka
tidak membatasi penerimaan hadis dari keluarga Nabi semata, tetapi mengandalkan juga
riwayat dari sahabat-sahabat Nabi lainnya.

4. Syiah Istna Asyariah

Kelompok ini dikenal juga dengan nama Imamiyah atau Ja'fariyah yang percaya 12 imam
dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah SAW.
Syiah Istna Asyariah merupakan mayoritas penduduk Iran, Irak, dan ditemukan juga di
beberapa daerah di Suriah, Kuwait, Bahrain, India, Saudi Arabia, dan beberapa daerah bekas
Uni Sovyet. Ini adalah kelompok Syiah mayoritas.

E. ASAL USUL DAN DOKTRIN DOKTRIN SYI’AH

Dinamakan Syi'ah Imamiyah karena menjadi dasar aqidahnya adalaah persoalan imam
dalam arti pemimpinn religio politik, yakni Ali berhak menjadi kholifah bukan hanya karna
kecakapannya atau kemuliaan akhlaqnya , tetapi juga karena ia di tunjuk nas dan pantas
menjadi kholifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Syi'ah itsna Asy'Ariyah sepakat bahwa ali adalah penerima wasiat nabi muhammada seperti
yang di tunjukkan nas. Adapun Al- Ausiyah (penerima wasiat) setelah Ali bin Abi Thalib
adalah keturunan dari garis Fatimah , yaitu Hasan Bin Ali kemudian Husein bin Ali sebagai
mana yang disepakati.

Doktrin-doktrin Syi'ah Itsna Asyariyah

Tauhid

Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-nya.keesaan tuhan adalah mutlak.ia
bereksistensi dengan sendirinya.tuhan adalah qadim.Maksudnya,tuhan bereksistensi dengan
sendirinya sebelum ada ruang dan waktu.

Keadilan

Tuhan menciptakan kebaikan dialam semesta ini merupakan keadilan.ia tidak pernah
menghiasi ciptaan-nya dengan ketidakadilan.karena ketidak adilan kelaliman terhadap yang
lain merupakan tanda kebodohan dan ketikmampuan dan sifat ini jauh dari keabsolutan dan
kehendak tuhan.

Nubuwwah

Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting,masih membutuhkan petunjuk,baik petunjuk


dari tuhan maupun dari manusia.Dalam kenyakinan syi'ah itsna Asyariyah ,tuhan telah
mengutus 124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia.

Ma'ad
Ma'ad adalah hari akhir(kiamat)untuk menghadap pengadilan tuhan di akhirat.setiap muslim
harus nyakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah di nyatakan bersih dan lurus
dalam pengadilan tuhan.

Imamah

Imamah adalah institusi yang diinagurasikan tuhan untuk memberikan petunjuk manusia
yang dipilih dari keturunan ibrahim dan dielegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai
Nabi dan Rasul terakhir.

Syi'ah Sab'iyah (Syi'ah Tujuh)

Asal-usul penyebutan syi'ah sab'iyah

Istilah syi'ah sab'aiyah (syiah tujuh) dianalogikan dengan syi'ah itsna asyariyah. Istilah itu
memberikan pengertian bahwa sekte syi'ah sab'iyah hanya mengakui tujuh imam, yaitu ali,
hasan, husain, ali ja'far. Karena dinisbathkan pada imam ketujuh, isma'il bin ja'far as-shadiq,
syi'ah sab'iyah disebut juga syi'ah isma'iliyah.

Doktrin imamah dalam pandangan syi'ah sab'iyah

Berkaitan daengan pilar (rukun) pertama, yaitu iman, Qadi an-nu'man (974 M) memerincinya
sebagai berikut. Iman kepada Allah, tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah,
iman kepada surga, iman kepada neraka, iman kepada hari kebangkitan, iman kepada hari
pengadilan, iman kepada para Nabi dan Rasul, iman kepada imam, percaya, mengetahui, dan
membenarkan imam zaman.

Kedua, seorang imam harus mempunyai sifat walayah, yaitu kemampuan esoterik untuk
menuntun manusia kedalam rahasia-rahasia Tuhan.

Ajaran syi'ah sab'iyah lainnya

Ajaran sab'iyah lainnya pada dasarnya sama dengan ajaran sekte-sekte syi'ah lainnya.
Perbedaannya terletak pada konsep kemaksuman imam, adanya aspek batin pada setiap yang
lahir, dan penolakannya terhadap al-mahdi al-muntazar.

Syi'ah zaidiyah

Asal-usul penamaan zaidiyah

Disebut zaidiyah karena sektea ini mengakui Zaid bin ali sebagai imam ke-lima, putra imam
ke empat, Ali zainal abidin. Kelompok ini berbeda sekte syi'ah lain yang mengakui
Muhammad al-baqir, putra Zainal abidin yang lain, sebagai imam kelima. Dari nama Zaid bin
ali inilah, nama zaidiyah diambil.

Doktrin imamah menurut syi'ah zaidiyah


Imamah, sebagimana telah disebutkan. Merupakan doktrin fundamental dalam syi'ah secara
umum. Berbeda dengan doktrin imamah yang dikembangkan syi'ah lain, syi'ah zaidiyah
mengembangkan doktrin imamah yang tipikal.

Doktrin-doktrin syi'ah zaidiyah lainnya

Berbeda dengan syi'ah lain, zaidiyah menolak nikah mut'ah (temporer). Tampaknya ini
merupakan implikasi dari pengakuan mereka atas kekhalifahan Umar bin khattab. Seperti
diketahui, nikah mut'ah merupakan salah satu jenis pernikahan yang dihapuskan pada masa
Nabi SAW.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Syiah secara etimologi berarti pengikut, pecinta, pembela, yang ditujukan kepada ide,
individu atau kelompok tertentu. Syiah dalam arti kata lain dapat disandingkan juga dengan
kata tasyaiyu‟ yang berarti patuh/menaati secara agama dan mengangkatkeraguanorang yang
ditaati itu dengan penuh keikhlasan tanpa keraguan

Syiah dalam Bahasa Arab : ‫ ش ي عة‬dan Bahasa Persia: ‫ ش ي عه‬ialah salah satu aliran atau
mazhab dalam Islam. Syiah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti
juga Sunni menolak Imam dari Imam Syiah. Bentuk tunggal dari Syiah adalah Syi‟i (Bahasa
Arab: ‫ ) ش ي عي‬menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali.

Dalam defenisi lain Syiah adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali

‫ ش ي عة ع لي‬artinya “pengikut Ali”, yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat


khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: “Wahai Ali, kamu dan
pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung” (ya Ali anta wa syi‟atuka humul Faizun).

B. Kritik dan Saran

Dari awal hingga akhir penulisan makalah diatas, tentunya penulis berharap yang
terbaik dan sudah berusaha sebaik mungkin. Adapun kesalahan-kesalahan yang terdapat
dalam makalah merupakan keterbatasan pengetahuan penulis. Maka dari itu kami selaku
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar mengembangkan serta
menambah wawasan penulis untuk lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Sirojuddin. I‟itiqad Ahlussunnad Wal-Jama‟ah. (Jakarta: Pustaka Tarbiyah. 1992)

Ahmad Bin Ya‟qub, Târîkh Al-Ya‟qûbî, (Muassasah „Ilmi, Bairut, Libanon, T.T), Jld. 2

Ahmad Shubhi, Nazdariyyah Al-Imâmah, (Dar-Nadhoh Al-„Arabiyyah, 1991)

Ahmad Wa‟ili, Huwayyat At-Tasayyu‟, Terj.Nasir Dimyati, (Tehran, Muassasah


AsShibthayn, Al‟alamiyyah, 2012)

Al-Nemr, Abdul Mun‟eim, Sejarah Dan Dokumen-Dokumen Syiah (T.Tp.: Yayasan Alumni
Timur Tengah, 1988)

Asy-Syahrastani, Al-Milal Wa An-Nihal (Beirut, Darl Fikr, T-Th)

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 5 (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997)

Kamil Mushtafa al-Syaiby, Al-Shilah Bayn Al-Tashawwuf Wa Al-Tasyayyu‟, (Maktabah

Ibnu Taimiyyah, Kuwait,1886)

Thabathaba‟i. Islam Syiah: Asal-Usul Dan Perkembangannya. Diterjemahkan Dari Syi‟ite


Islam. Penerjemah: Djohan Effendi. ( Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1989)

Shihab, M. Quraish. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah: Kajian Atas

Konsep Ajaran Dan Pemikiran. (Tangerang: Lentera Hati. 2007)

Anda mungkin juga menyukai