Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam/tauhid yang berjudul
SYI’AH
Dosen Pengampu: Bpk. Drs. H. Ruswanto, M. Ag

Disusun Oleh:
Nama Kelompok : Hauzzan Felgiansyah 2211010094
Icha kurniawati 2211010097
Kelas : C
Semester : II
Jurusan : Pendidikan Agama Islam

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023/1444H

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatan atas kehadirat ALLAH SWT, yang
telah meluapkan rahmat, taufik, dan hidayahNYA. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Ilmu kalam/Tauhid dengan judul “SYI’AH”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, dukungan, saran, dan
kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan dan
bahkan kritik yang memotivasi saya dari berbagai pihak. Dan akhirnnya makalah
ini selesai susuai dengan target.Alhamdulillah. Kami berharap semoga makalah
ini dapat memberi manfaat dan berguna bagi perkembangan dunia
pendidikan .Aamiin Ya Robbal alamin.
Bandar Lampung, 07 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan .......................................................................................................1
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
2.1 Pengertian dan Sejarah Munculnya Syi'ah................................................3
2.2 Sekte-Sekte Syi'ah.....................................................................................6
2.3 Ajaran-Ajaran Syi'ah................................................................................10
BAB III PENUTUP.......................................................................................20
3.1 Kesimpulan...............................................................................................20
3.2 Saran.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Madzhab syi’ah ini pertama lahir dalam Islam yang dimana Madhab syi'ah
memiliki visi politiknya sendiri, sebagian dekat dan sebagian lain jauh dari
agama. Madzhab ini tampil pada akhir masa pemerintahan Utsman, kemudian
tumuh dan berkembang pada masa Ali. Setiap kali Ali berhubungan dengan
masyarakat, mereka semakin mengagumi bakat-bakat. Kekuatan beragama, dan
ilmunya. Karena itu para propagandis Syi'ah mengeksploitasi kekaguman mereka
terhadap Ali untuk menyebarkan pemikira-pemikiran mereka tentang dirinya.
Diantara pemikiran itu ada yang menyimpang, dan ada pula yang lurus.
Ketika keturunan Ali yang sekaligus keturunan Rasulullah mendapat perlakuan
zalim yang semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan pada masa Bani
Umayyah, rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin mendalam. Mereka
memandang Ahlulbait ini sebagai Syuhada dan korban kedzaliman. Dengan
demikian, semakin meluaslah daerah madzhab Syi'ah dan pendukungnya semakin
banyak. Golongan syi’ah beranggapan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan
anak keturunannya lebih berhak menjadi Khalifah daripada orang lain,
berdasarkan wasiat Nabi. Masalah Khalifah ini adalah soal politik yang dalam
perkembangan selanjutnya mewarnai pandangan mereka dibidang agama.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Syi’ah?
2. Bagaimana Sejarah Syi’ah?
3. Apa saja aliran-aliran yang ada di syi’ah?
4. Bagaimana ajaran/sekte yang ada didalam Aliran syi’ah?
5. Siapa saja tokoh-tokoh yang ada didalam aliran Syi’ah?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian Syi’ah
2. Untuk Mengetahui Sejarah Syi’ah
3. Untuk Mengetahui aliran-aliran yang ada di syi’ah
4. Untuk Mengetahui ajaran/sekte yang ada didalam Aliran syi’ah

1
5. Untuk Mengetahui tokoh-tokoh yang ada didalam aliran Syi’ah
1.4 Manfaat
Dengan adanaya makalah ini saya berharap sedikit saja kepada teman-
teman di kelas C, karena kata Ali Bin Abi Thalib bahwa ”berharap kepada
manusia adalah hal yang terpahit dalam hidupmu”. Jadi saya hanya berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pendengar seperti: para
pendidik dapat mengetahui sedikit lebih dalam tentang “SYI’AH”. Yang
InsyaAllah makalah ini dibuat dengan baik dan benar.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Sejarah Munculnya Syi'ah
Syi'ah menurut bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau
kelompok, sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum muslimin yang
dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi
Muhammad SAW. Atau oang yang disebut sebagai Ahl albait,point penting dalam
dokrin syiah adalah pernyataan segala petunjuk keagamaan dari para sahabat yang
bukan Alh Al-baith atau para pengikutnya.
Pengertian bahasa terminologis di atas hanya merupakan dasar yang
membedakan syiah dengan syi'ah yg lain. Didalamnya belum ada penjelasan yang
memadai mngenai syiah .Pengertian di atas merupakan titik tolak penting bagi
mazhab syi'ah dalam mengembangkan dan membangun doktrin-doktrinnya yang
meliputi egala aspek kehidupan, seperti imamah, taqiyah, mut'ah dan sebagainya.
Ada orang yahudi yang pertama kali menyebarjan racun di dalam aga
Islam ini untuk memalingkan putra-putra islam dari agama dan akidah yang lurus.
Pemimpin kaum kaum jahat munafik, yang menyembunyikan kekufuran dan
menampakkan islam adalah seorang yahudi Abdullah bin saba’. Dia yang geram
melihat islam tersiar dan tersebar di jazirah arab, di imperium romawi, negeri-
negeri persia sampai ke afrika dan masuk jauh di asia, bahkan sampai sudah
tersebar di perbatasan-perbatasan Eropa.1
Fitnah ini terus menggelinding. Mereka mencampur pemikiran mereka
dengan akidah-akidah yang rusak. Dan mereka menyebut diri mereka sebagai
"Surah All (Pendukung Ali), padahal Ali memberici mereka, bah kan Ali sendiri
telah menghukum dan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, begitu pula
putra-putra dari keturunan Ali membenci dan me- laknat mereka, akan tetapi
kenyataan ini dirahasiakan dan ditutup-tutupi serta kemudian diubah dan diganti
secara licik dan keji. Pada waktu itu orang-orang Majusi juga menyimpan dendam

1
MAMDUH FARHAN AL-BUHAIRI, GEN SYI’AH SEBUAH TINJAUAN SEJARAH, PENYIMPANGAN
AQIDAH DAN KONSPIRASI YAHUDI (Jakarta Timur: DARUL FALAH, 2001).

3
terhadap Islam, maka bertemulah Majusi dan Yahudi menyatukan rencana dan
misi mereka untuk menumpas Islam.2
Munculnya Syi'ah dalam beberapa pendapat di kalangan para ahli ilmu
kalam memang terdapat sedikit perbedaan. Namun dari sekian pendapat-pendapat
yang disampaikan secara garis besar akan mengarah kepada satu kesamaan
tentang bagaimana golongan Syi'ah ini muncul. Syi’ah berarti pengikut
(pendukung paham). Dipakai kata ini untuk satu orang, dua orang atau banyak
orang, baik lelaki ataupun perempuan. Kemudian kata ini dipakai secara khusus
buat orang yang mengangkat Ali dan keluarganya untuk menjadi khalifah dan
berpendapat bahwa Ali dan keluarganyalah yang berhak menjadi khalifah.3
Menurut Thabathbai, istilah Syi'ah untuk pertama kalinya ditunjukkan
pada para ahli pengikut Ali (Syi'ah Ali), pemimpin pertama ahl al-bait pada masa
Nabi Muhammad SAW. Para pengikut Ali disebut Syi'ah itu di antaranya adalah
Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqad bin Al-Aswad, dan Ammar bin Yasir. Mengenai
kemunculan Syi'ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para
ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi'ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan
Usman bin Affan kemuadian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan
Ali bin Abi Thalib.
Adapun menurut Watt, Syi'ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung
peperangan antara Ali dan Mu'awiyah yang dikenal dengan Perang Siffin. Dalam
perang ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan
Muawiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok
mendukung sikap Ali-kelak disebut Syi'ah dan kelompok lain menolak sikap Ali,
kelak disebut Khawarij.
Kalangan Syi'ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi'ah berkaitan
dengan masalah pengganti (khilafah) Nabi SAW. Mereka menolak kekhalifahan
Abu Bakar, Umar bin Khathab, Usman bin Affan karena dalam pandangan
mereka hanya Ali bin Abi Thalib lah yang berhak menggantikan Nabi.

2
MAMDUH FARHAN AL-BUHAIRI, GEN SYI’AH SEBUAH TINJAUAN SEJARAH, PENYIMPANGAN
AQIDAH DAN KONSPIRASI YAHUDI (Jakarta Timur: DARUL FALAH, 2001).
3
Tengku Muhammad Hasbi Ash-ShiddieqS, Ilmu Tauhid/Kalam (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2009).hal. 209

4
Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syi'ah tersebut sejalan dengan isyarat-
isyarat yang diberikan oleh Nabi SAW pada masa hidupnya. Bukti utama tentang
sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm.
Diceritakan bahwa ketika kembali dari haju terakhir dalam perjalanan dari
Mekah ke Madinah, di suatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm, Nabi
memilih Ali sebagai penggantinya di hadapan massa yang penuh sesak yang
menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkan ali sebagai
pemimpin umum umat (waluat-i 'ammali), tetapi juga menjadikan Ali
sebagaimana Nabi sendiri, sebagai pelindung (wali) mereka. Namun, realitas
ternyata berbicara lain.
Ali Hasan menyebutkan bahwa Mazhab ahlul bait adalah mazhab yang
lebih dahulu lahir dalam sejarah, karena bukan imam Ash-Shadiq yang
meletakkan batu pertama dan menaburkan benihnya, melainkan Rasul sendiri.
Mazhab ini lahir pada masa Nabi dan Iman pertama Ali bin Abi Thalib. Secara
historis, akar aliran Syi'ah terbentuk segera setelah kematian Nabi Muhammad,
yakni ketika Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama pada pertemuan tsaqifah
yang diselenggarakan di Dar al-Nadwa, di Madinah.4
Dalam pertemuan itu Ali tidak hadir karena sibuk mengurus jenazah Nabi.
Namun ada juga yang berpendapat bahwa Syi'ah benar-banar muncul ketika
berangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah, yang dikenal dengan perang
Shifin, Dari kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa, kemunculan syi’ah
berkaitan dengan masalah siapa yang berhak menggantikan Nabi dalam
memimpin umat, akan tetapi golongan syi’ahlah yang menentukan bahwa Imam
Ali-lah yang berhak memegang jabatan khalifah, sesudah Nabi.
Setelah Ali menjadi khalifah dan rakyat mengakuinya, nyatalah pada
mereka bahwa Ali adalah orang yang besar, berilmu dan mempunyai agama yang
kuat. Berdasarkan realitas itulah, muncul dikalangan sebagian kaum mukmin yang
menentang dan menolak kekhalifahan dari kaum tertentu. Mereka tetap
berpandapat bahwa Nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka

4
Ali Hasan M, Perbandingan Mazhab (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003).

5
berkeyakinan bahwa semua perasaan kerohanian dan agama harus merujuk
kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya.
Perbedaan pedapat dikalangan para ahli ilmu kalam mengenai Syi'ah. Para
ahli berpegang teguh pada fakta sejarah, perpecahan memang mulai mencolok
pada msa pemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh momentumnya yang
paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib tepatnya setelah perang
Shifin. Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan Hadist-hadist yang mereka terima dari
ahli bait, berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW wafat
dan kekhalifahan jatuh ketangan Abu Bakar.
Segara setelah itu terbentuklah syi’ah. Bagi mereka pada masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka
bergerak dibawah permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin-
doktrin Syiah pada masyarakat. Tampaknya Syi’ah sebagai salah satu faksi Islam
yang bergerak seecara terang-terangan, memang baru muncul pada masa
kekholifahan Ali bin Abi Thalib, sedangkan Syi’ah sebagai doktrin yang diajarkan
secara diam-diam oleh ahli bait.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian mengenai Syi’ah
yakni golongan umat Islam yang terlampau mengagungkan keturunan Nabi.
Mereka mendahulukan keturunan Nabi, untuk menjadi khalifah. Dalam hal ini
golongan syi’ah menetapkan bahwa Imam Ali-lah yang paling berhak memegang
jabatan kholifah setelah Nabi. Tapi Ali membantah dengan adanya pendapat
seperti itu, karena jabatan kholifah tidak hany dipegang oleh orang-orang yang
menjadi keturunan Nabi, melainkan orang-orang yang berhak, mampu dalam
memimpin serta telah disepakati oleh umat.
Mutakallim lain yang sering disebut-sebut masyhur dalam Syi’ah adalah
Yunus bin Abdur Rahman al-Qimmi, keluarga Naubakht keturunan Persia yang
dipelopori oleh Abu Sahal an-Naubakhti yang banyak mengarang buku, di
antaranya kitab al-Itstifaa’ fil Imamah, kitab Ibthal al Qiyas, dan lalin-lain.
2.2 Sekte-Sekte Syi'ah
Syi'ah secara global terbagi menjadi beberapa sekte:
1. Al-Kaisaniyah

6
Pengikut Mukhtar bin Abi Ubaid Ats-Tsaqafiy disebut ‘Kaisaniyah’ karena
Mukhtar juga dikenal dengan nama “Kaisan”, ada yang menyebut bahwa dia
mengadopsi pemahamannya dari seorang budak milik Ali bin Abi Thalib
Radhiyallahu ‘anhu yang bernama “Kaisan”. Awalnya mereka muncul untuk
menuntut balas atas terbunuhnya Al- Husein bin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu
‘anhu, namun pada akhirnya mereka juga terpecah menjadi ragam sekte, di
antaranya:
 Al-Mukhtariyah
Pengikut Al-Mukhtar bin Abi Ubaid Ats-Tsaqafiy
 Al-Hasaniyah
Pengikut Abu Hasyim bin Muhammad bin Al-Hanafiyah
 Al-Bayaniyah
Pengikut Bayan bin Sam’an At-Tamimiy, termasuk sekte yang menuhankan Ali
bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu.
 Ar-Rizamiyah
Pengikut Rizan bin Razm, termasuk sekte yang meyakini reinkarnasi, ada pula
yang membatasi agama pada satu bab, yaitu ma’rifatul iman.
Masing-masing sekte di atas terpecah menjadi ragam paham dan madzhab,
namun 2 prinsip yang mereka sepakati:
– Meyakini keimaman Muhammad bin Al-Hanafiyah.

– Meyakini Al-Bada pada Allah SWT, yakni Allah SWT tidak mengetahui
segala sesuatu hingga terjadinya sesuatu tersebut. Ini adalah akidah kufur.
2. Az-Zaidiyah
Pengikut Zaid bin Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib. Mereka
mengkhususkan imamah pada keturunan Fathimah bintu Rasulullah Radhiyallahu
‘anha, mengambil prinsip akidah mereka dari Washil bin ‘Atha’ Al-Mu’taziliy
sehingga mayoritas Zaidiyah hingga sekarang yang banyak tersebar di Yaman
adalah Mu’tazilah dalam bab akidah.
Mereka secara pribadi tidak bara’ (memusuhi) dari Abu Bakar
Radhiyallahu ‘anhu dan Umar Radhiyallahu ‘anhu, sehingga mereka ditinggalkan

7
(Rafdh) oleh syiah-syiah lainnya yang kemudian dikenal dengan nama
“Zaidiyah”. Tapi sekte-sekte zaidiyah ini pada generasi berikutnya terjadi
perubahan besar dan mereka juga mencela para sahabat.
Sekte zaidiyah terpecah menjadi 3:
 Al-Jarudiyah
Pengikut Abul Jarud Ziyad bin Abi Ziyad. Sekte ini dengan tegas mengafirkan
para sahabat, karena tidak membaiat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, tapi
membaiat Abu Bakar.
 As-Sulaimaniyah/Al-Jaririyah
Pengikut Sulaiman bin Jarir Az-Zaidi. Sekte ini dengan tegas mengafirkan
sejumlah sahabat yaitu ‘Utsman bin Affan, ‘Aisyah, Zubair dan Thalhah
Radhiyallahu ‘anhu.
 Ash-Shalihiyah/Al-Butriyah
Pengikut 2 orang: Al-Hasan bin Shalih bin Hayy dan Katsir An-Nawa Al-Abtar,
mereka berdua satu madzhab dalam akidah. Akidah mereka sama dengan As-
Sulaimaniyah hanya saja mereka tidak mengafirkan Utsman Radhiyallahu ‘anhu,
tidak mencela dan tidak pula memujinya. Uniknya sekte Sulaimaniyah dan
Shalihiyah mereka mengafirkan sekte Al- Jarudiyah, karena mereka mengkafirkan
Abu Bakr, Umar, begitu pula sebaliknya Al- Jarudiyah mengafirkan Sulaimaniyah
dan Shalihiyah karena tidak berani mengkafirkan 2 sahabat tersebut.
Demikianlah ciri-ciri ahlul bid’ah satu sama lain saling mengafirkan hanya
karena beda keyakinan. Ke-3 sekte Zaidiyah ini, sepakat bahwa pelaku dosa besar
di hari kiamat nanti kekal dalam neraka selamanya, ini adalah akidah khawarij dan
mu’tazilah.
3. Al-Ghulat
Demikian Muhammad Abdul Karim Asy-Syihirstaniy menjuluki mereka
dalam kitabnya “Al-Milal wan Nihal”. Disebut demikian karena meyakini para
imam mereka adalah Ilah (sesembahan) atau memiliki sifat-sifat ilahiyah.
Paham mereka diadopsi dari 4 kekufuran:
 Madzhab Hululiyah, meyakini adanya makhluk yang memiliki titisan
ilahiyah.

8
 Madzhab Tanashukhiyah, reinkarnasi yang diambil dari paham majusi
sekte Al- Muzdakiyah, Brahmana Hindu, Filsafat dan Shabi’ah.
 Madzhab Yahudi yang menyerupakan Al-Khalik dengan makhluk.
 Madzhab Nashara yang menyerupakan makhluk dengan Al-Khalik.
Dalam perjalanannya mereka juga terjatuh pada keyakinan Rafidhah
secara umum yaitu raj’ah dan bada’. Yang termasuk dalam sekte ekstrem Al-
Ghulat adalah:
 Al-Kamiliyyah
 Al-Hisyamiyyah
 Al-Mughiriyah
 As-Sabaiyyah
 Al-‘Albaiyyah, pengikut ‘Albaa bin Dzira’ As-Saduusiy Al-Asadiy
 Al-Manshuriyyah, pengikut Abu Manshur Al-Ijliy yang mengaku dirinya
nabi dan rasul
 Al-Khattabiyah, pengikut Abul Khattab Muhammad bin Abi Zainab Al-
Ajda’ Al- Asadiy yang meyakini para imam adalah nabi, lalu menjadi ilah.
Sebagian sekte mereka yaitu Ma’mariyyah, juga menghalalkan zina,
khamr dan ragam keharaman lainnya. Mereka juga meninggalkan shalat
dan segenap kewajiban-kewajiban agama.
 An-Nushairiyah, pengikut Muhammad bin Nushair An-Numairiy yang
mengaku sebagai nabi, meyakini bahwa Abul Hasan Al-Askari adalah
Rabb, meyakini paham reinkarnasi pada Al-Askari, menghalalkan
keharaman-keharaman agama, membolehkan nikah dengan mahram dan
menghalalkan homo seksual. Mereka juga menyakini Ali adalah Ilah,
sebagian sekte mereka yaitu Ishaqiyayah meyakini bahwa Ali RA adalah
Nabi. Paham ini ternyata banyak tersebar di masa ini di wilayah Syiria dan
sekitarnya, mereka juga dikenal dengan Ibahiyyah karena menghalalkan
semua yang haram.
Sekte-sekte Ghulat di atas memiliki banyak nama dan julukan yang
berbeda di setiap negara dan wilayah. Di antara julukannya adalah: Al-

9
Khurramiyyah, Al-Khudziyyah, Al- Muzdikiyyah, As-Sinbadziyyah, Ad-
Daquliyyah dan Al-Mubayyidhah. Di antara sekte Rafidhah ekstrem Ghulat
adalah Al-Ismailiyyah Al-Bathiniyyah Al-Qarramithah.
Mereka juga disebut Al-Muzdakiyyah, Al-Ta’limiyyah, Al-Mulhidah di
zaman sekarang lebih dikenal dengan nama: Makarimah dan Nakhawilah. Mereka
inilah yang dikenal dengan aliran kebatinan yang memahami ayat dengan paham
lahir dan batin, rumus-rumus yang tidak bisa dipahami. Sekte inilah yang banyak
tersebar di Mesir dengan sebutan Al- Fathimiyyah dan sempat jaya di era Al-
Qaddah Ubaidillah bin Maimun dengan sektenya Al- Ubaidiyyah.
2.3 Ajaran-Ajaran Syi'ah
Dalam sekte Syi’ah terdapat beberapa kelompok, ada yang ekstrim
(Ghulat), moderat, dan ada juga yang liberal. Di antara kelompok yang ekstrim
ada yang menempatkan Sayyidina Ali pada derajat kenabian, bahkan ada yang
sampai mengangkat Ali pada derajat keTuhanan. Kaum Syi’ah, sejak menjadi
pengikut Ali sesudah peristiwa perang jamal dan shiffin, pasukan Ali terpecah
menjadi empat golongan:
Kelompok pertama, Syi’ah yang mengikuti Sayyidina Ali. Mereka tidak
mengecam para sahabat. Dalam diri mereka terdapat rasa cinta dan memuliakan
para sahabat Nabi Saw. mereka sadar betul bahwa yang mereka perangi adalah
saudara sendiri. Oleh sebab itu, mereka segera berhenti memerangi mereka,
bahkan ketika terjadi tahkim mereka menerima keputusan-keputusan yang dibuat
oleh kelompok lainnya.
Kelompok kedua, mereka yang mempercayai bahwa Sayyidina Ali
memiliki derajat yang lebih tinggi daripada para sahabat lainnya. Kelompok ini
disebut tafdhiliyah. Ali memperingatkan mereka dengan keyakinan ini dan akan
menghukumi dera bagi para sahabat yang masih berkeyakinan tersebut. Kelompok
Syi’ah sekarang, mereprentasikan kelompok ini.
Kelompok ketiga, yang berpendapat bahwa semua sahabat Nabi adalah
kafir dan berdosa besar. Mereka disebut Saba’iyah, mereka adalah para pengikut
Abdullah bin Saba’.

10
Kelompok keempat, kelompok Ghulat, yaitu mereka yang paling sesat,
paling bid’ah di antara empat kelompok di atas. Mereka berpendapat bahwa Allah
telah masuk pada diri Nabi Isa.
Sementara, Abu Zahrah menjelaskan bahwa kelompok ekstrim yang
karena keekstrimannya telah keluar dari Islam, sementara kelompok Syi’ah
dewasa ini menolak untuk memasukkan mereka dalam golongan madzhabnya. Di
antara aliran-aliran Syi’ah itu adalah sebagai berikut:
1. Syi’ah Saba’iyah
Aliran Syi’ah Saba’iyah adalah pengikut Abdullah bin Saba’ seorang
Yahudi dari suku al-Hirah yang masuk Islam. Ia termasuk yang paling keras
menentang Utsman dan para pejabatnya. Banyak pemikiran sesat yang
disebarluaskan secara bertahap oleh Abdullah bin Saba’. Temanya adalah
mengenai Ali bin Abu Thalib. Ia mengembangkan pemikiran di tengahtengah
masyarakat sebagaimana di muat dalam Taurat, setiap Nabi mempunyai penerima
wisatnya, dan Ali adalah penerima wasiat Muhammad. Ketika Ali terbunuh,
Abdullah berusaha merangsang kecintaan rakyat kepada Ali dan perasaan
menderita karena kehilangan Ali dengan cara menyebarkan
kebohongankebohongan. Di antaranya, bahwa yang terbunuh bukanlah Ali,
namun setan yang menyerupai Ali, sedangkan Ali naik ke langit sebagaimana
dinaikkannya nabi Isa ke langit. Yang lebih parah adalah keyakinan Sabaiyah
bahwa Tuhan bersemayam dalam diri Ali dan diri imam sesudah wafatnya.
2. Ghurabiyah
Aliran Ghurabiyah ini keyakinannya tidak sampai menempatkan Ali
sebagai Tuhan, akan tetapi lebih memuliakan Ali ketimbang Nabi Muhammad.
Mereka beranggapan bahwa risalah kenabian seharunya jatuh kepada Ali, namun
Jibril salah menurunkan wahyu kepada Muhammad. Kelompok ini disebut
Ghurabiyah karena mereka berpendapat bahwa Ali mirip dengan Nabi
Muhammad, sebagaimana miripnya seekor burung gagak (ghurab), dengan
burung gagak lainnya. Pandangan aliran ini disanggah oleh Ibnu Hazim,
pandangan ini muncul karena ketidak tahuan mereka tentang sejarah dan keadaan

11
yang sebenarnya. Pada waktu Muhammad diangkat menjadi rasul Ali masih
kanakkanak, belum pantas untuk mengemban risalah kenabian.
3. Kaisaniyah
Penganut aliran Kaisaniyah ini adalah pengikut al Mukhtar ibn ‘Ubaid al-
Tsaqa. Al- Mukhtar asal mulanya berasal dari kalangan khawarij, kemudia masuk
ke dalam kelompok Syi’ah yang mendukung Ali. Nama Kaisaniyah berhubungan
erat dengan nama Kaisan, yang menurut satu kalangan adalah nama lain dari al-
Mukhtar. Aliran ini mempunyai keyakinan ketidak tuhanan para imam dari ahlul
bait sebagaimana yang dianut aliran Saba’iyah, namun didasarkan atas paham
bahwa seroang imam adalah pribadi yang suci dan wajib dipatuhi. Mereka
percaya sepenuhnya akan kesempurnaan pengetahuannya dan keterpeliharaannya
dari dosa karena ia merupakan simbol dari ilmu Ilahi. Para penganut aliran
Kaisaniyah juga berkeyakinan adanya doktrin bada’, yaitu keyakinan bahwa Allah
mengubah kehendak-Nya sejalan dengan perubahan ilmu-Nya, serta dapat
memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintahkan sebaliknya.
4. Hakimiyah dan Druz
Druz atau Hakimiy mengakui terus imamah anak-anak dan keturunan
Muhammad ibn Isma’il (Imam ketujuh mereka). Mereka berkeyakinan bahwa
walaupun Isma’il betul telah meninggal di masa hidup ayahnya, namun dia tetap
sebagai imam yang sah, kemudian imamahnya itu berpindah kepada anaknya,
Muhammad ibn Isma’il, dan keturunannya.
Tokoh yang mendirikan sub sekte ini adalah al-Hasan ibn Muhammad al-
Shabbah, yang mulai ajarannya pada tahun 483 H. Kemudian, dia pindah ke Mesir
pada masa kekuasaan Dinasti Fatimiyah, yang didirikan oleh salah seorang
keturunan Muhammad ibn Isma’il, yakni Ubaidillah al-Mahdiy.
1. Syi’ah Imamiyah
Dewasa ini, kelompok-kelompok Syi’ah yang berada di dunia Islam
seperti Iran, Irak, Suriah, dan negara Islam lainnya, adalah golongan yang
membawa nama Syi’ah Imamiyah. Dalam masalah imamah, kelompok Syi’ah
Imamiyah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad melalui
nash.17 Syi’ah Imamiyah merupakan kelompok Syi’ah orang-orang Syi’ah yang

12
mempromosikan keimaman Ali ras langsung sesudah Rasulullah saw., dan
menyatkan bahwa terdapat dalil yang sahih dan eksplisit mengenai keimaman Ali
ra. Kelompok ini bersepakat tentang keimaman Ali ra., dan diteruskan kepada
kedua putranya (Hasan dan Husain), lalu kepada putra Husain Zainal Abidin,
terus kepada, anaknya, Muhammad al-Baqir, di, dilanjutkan oleh anaknya, Ja’far
ash-Shadiq. Setelah imam Ja’far ini, mereka berselisih pendapat mengenai
siapakah selanjutnya yang berhak menjadi imam setelah itu. Mereka membagi
keimaman itu dari kalangan mereka sendiri.
Pada masa berikutnya, kelompok Syi’ah Imamiyah ini menjadi Imamah
Itsna Asyriyah (juga disebut dengan Syi’ah Ja’fariyah). Aliran ini berpendapat
bahwa setelah Ja’far ashShadiq, imamah berpindah kepada putranya, Musa al-
Kazhim, lalu kepada putranya Ali Ridha, kemudian kepada putranya Muhammad
al-Jawwad, selanjutnya kepada putranya, Ali alHadis, berlanjut kepada putranya
Hasan al-‘Askary, kemudia kepada putranya, Muhammad al-Mahdi al-Muntadzar
(al-Mahdi yang ditunggu-tunggu) yang merupakan imam kedua belasa bagi
mereka. Aliran Syi’ah Itsna Asyriyah ini berkeyakinan bahwa imam yang ke dua
belas (al-mahdi) tidak mati, tapi menghilang selama masa tertentu, dan kelak akan
muncul kembali untuk memenuhi dunia dengan keadilan dan keamanan, setelah
merajalelanya kedzaliman dan kegelapan.
Selain kelompok Syi’ah Ja’fariyah, terdapat kelompok Syi’ah Itsna
Asyriyah lain yaitu kelompok Syi’ah Isma’iliyah, kelompok ini berpendapat
bahwa imamah setelah Ja’far ashShadiq perpindah kepada puteranya Ismail,
berdasarkan nash dari bapaknya, lalu beralih atau diwariskan kepada putranya
Muhammad al-Maktum, yang merupakan imam pertama dari imam-imam lain
yang hilang menurut keyakinan mereka. Imamimam sesuh al-Maktum semuanya
tersembunyi, sampai akhirnya mereka menganggap bahwa Abdullah, kepala kaum
Fathimiyah, sebagai imam mereka. Syi’ah Imamiyah Ismailiyah terkenal pula
dengan bermacam-macam sebutan lain, di antaranya: Bathiniyah, Qaramithah,
Haramiyah, Sab’iyah dan lain-lainnya.
Pada masa kekinian, penganut madzhab Syi’ah Imamiyah secara umum,
menempati daerah-daerah Irak, Iran, Suriah, Libanon dan beberapa negara

13
lainnya. Hampir setengah penganutnya berada di Iran dan Iraq. Mereka hidup
menjalankan agama Islam bermadzhab Syi’ah sesuai aturan yang mereka tetapkan
baik dalam bidang aqidah, aturan-aturan perdata, hukum waris, wasiat, zakat, dan
seluruh bidang ibadah. Pada mulanya mereka secara rukun, bisa hidup
berdampingan dengan kelompok sunni (ahlussunnah wa al-jama’ah).
Menurut ajaran Syi’ah Imamiyah, seorang Syi’ah Imamiyah dapat
menetapkan undang-undang, segala ucapannya adalah syari’at dan tidak mungkin
sesuatu yang berasal dari para imam bertentang dengan syari’at. Terkait dengan
pembuatan undang-undang fungsi imam sebagai berikut:
1. Nabi Muhammad meninggalkan rahasia-rahasia syari’at untuk
dititipkan kepada para imam yang merupakan penerima wasiatnya.
Nabi tidak menerangkan seluruh hukum, namun hanya menjelaskan
sebagainnya saja, yang sesuai dengan zamannya, sementara sebagian
lagi ditinggalkan agar para penerima wasiat menjelaskan kepada kaum
muslimin sesuai dengan zaman setelah ia wafat.
2. Mereka memupunyai doktrin bahwa ucapan dan perbuatan imam
merupakan syari’at Islam. Sebab, imam bertugas sebagai penyempurna
risalah kenabian, maka ucapannya dalam bidang agama merupakan
syari’at. Ucapan para imam itu setaraf dengan sabda Nabi Muhammad
karena merupakan titipan Nabi kepada mereka.
3. Menurut mereka, para imam memiliki hak untuk melakukan takhshish
terhadap nash-nash yang bersifat umum dan melakukan taqyid
terhadap nash yang bersifat mutlak. Karena seorang imam memiliki
kedudukan sebagai mana disebutkan di atas dalam penetapan hukum,
maka aliran Imamiyah menetapkan bahwa seorang imam bersifat
ma’shum (terhindar dari kesalahan dan dosa).
2. Syi’ah Zaidiyah
Secara genelogi, Zaidiyah adalah salah satu sekte Syi’ah yang dinisbatkan
kepada Imam Zaid bin Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abu Thalib. Ia menyatakan
perang terhadap khalifah Hisyam ibn Abd Malik, dan akhirnya disalib di Kufah.
Di masa hidupnya, Zaid berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan dan

14
memiliki hubungan baik dengan para ulama di zamannya. Di antara ulama yang
berhubungan dan menjadi gurunya adalah Washil ibn ‘Atha’ dan Abu Hanifah.
Jika dibandingkan dengan kelompok Syi’ah lainnya, kelompok Syi’ah
Zaidiyah ini lebih moderat dan lebih dekat dengan paham Ahlussunnah wal
Jama’ah. Sebab mereka tidak mengangkat para imam kepada derajat kenabian,
bahkan tidak sampai mendekati itu.
Menurut mereka, para imam perupakan manusia paling utama setelah Nabi
Muhammad. Mereka juga tidak mengkafirkan para sahabat, khususnya mereka
yang telah dibai’at Ali ra., mereka juga mengakui kepemimpinan mereka.23
Zaidiyah berpendapat bahwa Sayyidina Ali merupakan orang yang paling pantas
menjadi Imam sepeninggal Rasulullah Saw., karena ialah orang yang paling dekat
dan mirip dengan sifatsifat yang pernah disebutkan Rasulullah sebelumnya. Dan
untuk Imam sesudah Ali haruslah dari keturunan Fatimah.
Itulah sifat-sifat yang terbaik seorang Imam (al-afdal). Namun, jika
sifatsifat itu tidak dapat dipenuhi, maka bolehlah yang lain diangkat menjadi
imam. Imam bentuk kedua ini disebut dengan istilah almafd}u>l. Berdasarkan
pendapat ini, Syi’ah Zaidiyah bisa menerima Abu Bakar, Umar dan Utsman. Di
sisi lain, Imam Zaid dalam pandangan hukum tidak jauh berbeda dengan imam
Ahlussunnah lainnya, kalaupun ada perbedaan tidaklah banyak.
Dalam metode istinbath juga tidak jauh beda dengan dari metode para
ulama semasanya seperti Abu Hanifah, Ibnu Abu Laila, Utsman al-Bitti, az-Zuhri,
dan lain baik ulama Madinah maupun Ulama’ Irak. Menurut madzhab Zaidiyah
peranan akal dalam masalah akidah sama dengan golongan Mu’tazilah yang
menggunakan akal sebagai kekuatan besar untuk memahami wahyu dan syariat.24
Syi’ah Zaidiyah mempunyai doktrin tentang bolehnya memba’iat dua
imam dalam dua daerah kekuasaan yang berbeda selama mereka memiliki sifat-
sifat yang sah menjadi imam, dan selama keduanya dipilih secara bebas oleh ahl
al-hall wa al-aqd. Berangkat dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa mereka
tidak membenarkan adanya dua imam dalam satu daerah kekuasaan, karena hal itu
akan mengakibatkan rakyat membaiat dua orang imam, semenatara perbuatan itu
dilarang oleh hadis shahih.

15
Dalam doktrin aqidah, mereka berkeyakinan bahwa aliran Zaidiyah
percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal dalam neraka, selam
mereka belum bertaubat dengan taubat yang sebenarnya. Dalam hal ini mereka
mengikuti faham Mu’tazilah. Hal ini disebabkan tokoh Mu’tazilah bernama
Washil ibn Atha’ merupakan guru dari Imam Zaid. Namun, hubungan ini pulalah
yang membuat sebagian penganut Syi’ah marah terhadap Zaid karena Washil
ragu-ragu ketika menentukan posisi Ali dalam perang Jamal melawan pendukung
Mu’awiyah dari Syam. Sebab, Washil tidak sepenuhnya yakin, Ali dalam posisi
yang benar.
Pada era berikutnya, akibat kelemahan aliran Zaidiyah dan serangan
pemikiran dari aliran-aliran Syi’ah lainnya, dasardasar pemikiran aliran ini
menjadi goyah atau kalah dan mati. Karena itu generasi berikutnya dari Zaidiyah
tidak membenarkan pengangkatan imam yang mafdul (bukan yang terbaik),
sehingga mereka dianggap termasuk aliran yang ekstrim. Mereka adalah yang
menolak dan menentang kekhalifahan atau keimaman Abu Bakar dan Umar
dengan begitu hilanglah ciri khas dari aliran Zaidiyah generasi pertama.
Berdasarkan realitas ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa aliran
Zaidiyah terbagi menjadi dua:
1) para penganut aliran Zaidiyah generasi pertama, kelompok ini tidak
dianggap sebagai kelompok yang ekstrim dan mengakui keimaman
Abu Bakar dan Umar.
2) penganut Zaidiyah generasi belakanganan, mereka inilah yang
dipandang ekstrim.
Sementara, penganut aliran Zaidiyah yang berada di Yaman dewasa ini,
lebih dekat kepada aliran Zaidiyah generasi pertama yang moderat.
3. Syi’ah Ghulat
Istilah ghulat berasal dari kata ghala artinya bertambah dan naik. Abu
Zahrah menjelaskan bahwa golongan ini adalah kelompok yang menempatkan Ali
pada derajat ketuhanan dan ada yang mengangkat paa derajat kenabian, bahkan
lebih tinggi dari Nabi Muhammad. Gelar ekstrim yang diberikan pada kelompok
ini berkaitan dengan pendapatnya ang janggal yaitu,ada beberapa orang yang

16
khusus dianggap Tuhan dan juga ada beberapa orang yang dianggap Rasul setelah
Nabi Muhammad.
Walaupun dalam Syi’ah terdapat beberapa aliran, namun pokok-pokok
paham mereka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hak Kekhalifaan sesudah Rasulullah adalah Ali ibn Abi Thalib, karena itu
kekhalifaan Abu Bakar, Umar dan Utsman bukan hak mereka.
2. Khalifah – dalam istilah mereka iman – harus ditunjuk oleh Nabi.
3. Imam adalah Ma’shum, tidak berdosa dan tidak boleh diganggu gugat.
Dalam perkembangan berikutnya, kaum Syi'ah terpecah menjadi 22 aliran,
di antaranya (Sirajuddin, 2001: 115-116) sebagai berikut.
a. Syi'ah Sabaiyah, yaitu Syi'ah pengikut Abdullah bin Saba'. Golongan
Syi'ah Sabaiyah ini termasuk golongan Syi'ah yang "gullat", artinya Syi'ah
yang berlebihan karena memercayai bahwa Nabi Muhammad akan
kembali ke dunia seperti Nabi Isa. Mereka meyakini bahwa 'Ali belum
mati, tetapi bersembunyi dan akan lahir ke dunia kembali; Mereka
menyatakan bahwa Jibril bersalah menurunkan wahyu yang seharusnya
diturunkan kepada 'Ali, tetapi dia memberikannya kepada Muhammad.
Petir dan kilat adalah suara 'Ali yang sedang marah. Ruh Tuhan turun
kepada 'Ali serta keyakinan-keyakinan ganjil lainnya.
b. Syi'ah Kaisaniah, yaitu Syi'ah pengikut Mukhtar bin Ubai As- Saqafi.
Golongan ini tidak memercayai keberadaan rüh Tuhan dalam tubuh 'Ali,
tetapi mereka yakin bahwa para Imam orang Syi'ah adalah ma'shum
(sebagaimana para Nabi) dan masih memperoleh wahyu.
c. Syi'ah Imamiyah, yaitu golongan Syi'ah yang percaya kepada dua belas
Imam yang ditunjuk langsung oleh Nabi Muhammad SAW. yaitu mulai
'Ali sampai imam yang ke-12, yakni Al Mahdi, seorang Imam yang lenyap
dan akan keluar pada akhir zaman. Kelompok Syi'ah macam ini sekarang
berkuasa di Iran. Said Jamaluddin Al-Afgani, guru Muhammad Abduh
adalah seorang penganut paham Syi'ah Imamiyah dari Persi ini (Ahmad
Amin, t.t.: 191).

17
d. Syi'ah Isma'iliyah, yaitu Syi'ah yang memercayai 7 orang Imam mulai 'Ali
hingga Ismail bin Jafar Ash-Shaddiq yang lenyap dan akan keluar pada
akhir zaman. Syi'ah ini banyak tersebar di Pakistan, murid Aga Khan.
e. Syi'ah Zaidiyah, yaitu Syi'ah pengikut Imam Zaid bin 'Ali bin Husein bin
'Ali bin Abi Thalib. Syi'ah Zaidiyah, yang beredar di Yaman adalah Syi'ah
sederhana, bukan "ghullat". Mereka tidak mengafirkan Abu Bakar, Umar,
dan Utsman r.a., tetapi mereka berkeyakinan bahwa 'Ali lebih mulia
daripada Abu Bakar, Syi'ah Zaidiyah ber'itiqad bahwa orang Muslim yang
melakukan dosa bes (Juragan Desa, 2019)ar, kalau mati sebelum bertobat,
ia kafir, dan kekal di dalam neraka. (Ahmad Amin, t.t.: 136-137)
menyatakan sebagai berikut:
"Imam kaum Zaidiyah, Zaid bin 'Ali adalah murid dari Washil bin Atha',
pemimpin Kaum mu'tazilah". Oleh karena itu, Mazhab Zaidiyah
mendekati Mazhab mu'ta-zilah. Menurut Syahrastani, semua murid Zaid
berpaham mu'tazilah. Orang-orang Zaidiyah banyak mengarang kitab-
kitab ushuluddin, hadis dan fiqh yang khusus bagi mereka. Salah seorang
di antaranya yang terkenal dalam abad mutakhir ialah Imam Syaukani
yang banyak mengarang dalam ushuluddin dan fiqh, termasuk "Nailul
Authar", yang beredar di Indonesia."5
Hadist Syi’ah yang ada di dalam kitab Al-kafi karya Imam al-kulaini yang
dimana isinya ada beberapa pujian terhadap Ulama Syi’ah. Dan ini akan kami
kutip beberapa sebagai berikut:
1) Sebagian ulama (Syi’ah) meyakini bahwa kitab al-Kafi telah
dipresentasikan kepada al-Qa’im ‘Alaihissalam, beliau menganggap baik
kitab al-Kafi dan berkata, “Cukup bagi Syi’ah kita”.
2) Abdul Husain Syarafuddin berkata: Kitab terbaik yang pernah
dikumpulkan diantara empat kitab yang merupakan referensi utama Syi’ah
dalam hal Ushul dan Furu’, dari sejak generasi awal hingga zaman ini,
yaitu: Kitab Al-Kafi, Kitab at-Tahdzib. Kitab al-Istibshar dan Kitab Man
La Yahdhuruhu al-Faqih. Semuanya Mutawatir dan isi kandungannya

5
Taufik Rahman, Tauhid Ilmu Kalam, Cet. 1 (Bandung: PUSTAKA SETIA, 2017).

18
dijamin keshahihannya. Kitab al-Kafi terdepan, terbesar, terbaik dan
terbagus.6
3) Ayat yang sempurna menurut Al-kafi terdapat di Al-quran dalam surah Al-
Ahzab ayat 71. Sebagai berikut:
‫هّٰللا‬
ِ ‫ ع‬Y‫ ْم َو َم ْن يُّ ِط ِع َ َو َرسُوْ لَهٗ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا‬Yۗ‫يُّصْ لِحْ لَ ُك ْم اَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوْ بَ ُك‬
‫َظ ْي ًما‬
Artinya:
71. Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-
dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang
dengan kemenangan yang besar.
kemudian di dalam arti yang kami tebalkan, didalam kitab Al-Kafi ini
merupakan ayat yang sempurna bahwa Ali dan kekuasaan para imam yang taat
kepada Allah. Dan ayat ini dari Abu Abdillah “ Dari Abu Abdillah ‘Alaihissalam,
tentang firman Allah Swt, “Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam
hal kekuasaan Ali dan kekuasaan para imam setelahnya, sungguh ia telah
menang dengan kemenangan yang besar”.7

BAB III
PENUTUP
6
Abd Somad, “Mengenal Referensi Hadits Syi’ah Kitab al-kafi Karya Imam Kulaini (W.329H),”
2014. Hal. 2
7
Somad. Hal. 3

19
3.1 kesimpulan
Munculnya aliran Syi’ah adalah satu bentuk ketidakpuasan kelompok
kaum muslimin pada penguasa yang di luar dari keturunan Nabi Muhammad.
Mereka berkeyakinan bahwa khalifah sepeninggal Nabi haruslah keturunan dari
Fatimah.
Dalam Aliran Syi’ah terdapat banyak sekte-sekte, namun di antaranya
yang sangat berpengaruh ada empat, yaitu Sab’iyah (Syi’ah Tujuh),
Imamiyah/Itsna Asy’ariyah, Zaidiyah, dan Ghulat.
3.2 Saran
Sangat diperlukan bagi kita untuk mempelajari Aliran Syi'ah ini, karena
dengan belajar aliran ini kita bisa mengetahui seluk-beluk dari ajaran Syi'ah.
Misalnya tentang tokoh-tokoh Syi'ah. Dan agar kita juga bisa mengambil
kekurangan dan kelebihan dari aliran Syi'ah.

DAFTAR PUSTAKA

20
AL-BUHAIRI, MAMDUH FARHAN. GEN SYI’AH SEBUAH TINJAUAN
SEJARAH, PENYIMPANGAN AQIDAH DAN KONSPIRASI YAHUDI.
Jakarta Timur: DARUL FALAH, 2001.
Hasan M, Ali. Perbandingan Mazhab. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Rahman, Taufik. Tauhid Ilmu Kalam. Cet. 1. Bandung: PUSTAKA SETIA, 2017.
Somad, Abd. “Mengenal Referensi Hadits Syi’ah Kitab al-kafi Karya Imam
Kulaini (W.329H),” 2014.
Tengku Muhammad Hasbi Ash-ShiddieqS. Ilmu Tauhid/Kalam. Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009.

References
Buana, S. (2022, November 30). Sejarah Kemunculan Syi’ah. Retrieved from
Muslim.or.id: https://muslim.or.id/8770-sejarah-kemunculan-syiah.html
Juragan Desa. (2019). Pokok Ajaran Dan Dasar Syi'ah. Diambil kembali dari
Juragan Desa: https://www.juragandesa.net/2019/11/pokok-ajaran-dan-
dasar-syiah.html
Mushlihin, S. M. (202, juli 29). Druz atau Hakimiy; Sekte Syiah Ismailiyah.
Diambil kembali dari referensimakalah.com:
https://www.referensimakalah.com/2012/07/druz-atau-hakimiy-sekte-
syiah-ismailiyah.html
Solihah, W. (2018, Oktober 3). Sejarah Munculnya Aliran Syi'ah dan Macam-
macam Aliran Syi'ah. Retrieved from Kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/wardatus87118/5bb414f043322f50800efe03
/sejarah-

21

Anda mungkin juga menyukai