Anda di halaman 1dari 14

“PEMIKIRAN KALAM SYI’AH”

Disusun Oleh

Nama : Nim :

Rahmad Afriansyah 112017059

Syukri Adlani 112021031

Al Uyun 112021029

Dosen Pembimbing : Rahmat Saputra, MA.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI TGK DIRUNDENG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ACEH BARAT
2022
KATA PENGANTAR

‫ــــــــــــــــــم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْيم‬


ِ ‫س‬
ْ ِ‫ب‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemikiran Kalam
Syi’ah”. Shalawat beserta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan alam Nabi
Muhammad SAW, yang telah mendidik dan menjadikan kita sebagai manusia yang
berakhlak mulia serta taat kepada Allah SWT.

Adapun tujuan dari penulisan dari Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Rahmat Saputra, MA. pada mata kuliah Ilmu Kalam Selain itu, Makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang semangat mahasiswa disaat mengikuti
perkuliahan saat ini bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Rahmat Saputra, MA. selaku
dosen pada mata kuliah Ilmu Kalam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari,
makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Meulaboh, 12 September 2022

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 2

1. Pengertian Syi’ah ....................................................................................................... 2

2. Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Syiah ........................................................ 3

3. Doktrin Pokok Ajaran Syiah ...................................................................................... 3

4. Ajaran Syi’ah.............................................................................................................. 4

5. Nikah Mut’ah.............................................................................................................. 6

6. Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah Secara Umum................................................... 6

7. Sekte Syi’ah................................................................................................................ 7

8. Tokok-tokoh Syiah’ah................................................................................................ 7

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9

B. Kritik Dan Saran......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran dalam islam itu banyak sebagai yang pernah di gambarkan oleh nabi semasa
hidupnya dalam sebuah hadits, di katakan umat islam akan terpecah sampai 73 firqah,
demikian katanya : "yahudi akan terpecah atas 71 aliran, nasrani akan berpecah atas 72 aliran,
sedang umatku akan terbagi bagi dalam 73 aliran". (al hadits). Salah satu golongan tersebut
ialah Syiah, syiah ini berbeda pendapatnya dengan aliran lain di antaranya dalam pendirian,
bahwa penunjukan imam sesudah wafat nabi di tentukan oleh nabi sendiri dengan nash. nabi
tidak boleh melupakan nash itu terhadap pengangkatan khalifahnya, sehingga menyerahkan
pekerjaan pengangkatan itu secara bebas kepada umatnya dan halayak ramai. selanjutnya
syi'ah berpendirian bahwa seseorang imam yang di angkat itu harus ma'sum atau terpelihara
dari pada dosa besar atau dosa kecil, dan bahwa nabi muhammad dengan nash meninggalkan
wasiatnya untuk mengangkat Ali bin abi thalib menjadi khalifahnya, bukan orang lain, dan
bahwa ali bin abi thalib adalah seorang sahabatnya yang pertama dan utama.
Aliran syiah sejalan dengan mu'tazilah mengenai tauhid dan keadilan, dan
menyalahinya dalam 3 pendirian yang lain. orang orang syiah sepaham dengan asyi'ari dalam
masalah dosa besar dan dosa kecil, amar ma'ruf dan nahi munkar. mereka berbeda dengan
mu'tazilah dan asyi'ari dalam persoalan wa'ad dan wa'id karena mereka berkeyakinan bahwa
Allah selalu menepati janji bagi mereka yang berbuat kebajikan, dan tidak wajib menjalankan
janjinya kepada hambanya yang berbuat jahat, baginya terserah kurnia mengampuninya.tidak
berhak di putuskan dengan hukum akal, bahwa tuhan menyalahi janjinya akan memberi
pahala kepada hambanya yang berbuat baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian aliran syiah.?
2. Bagaimana sejarah kemunculannya.?
3. Bagaimana pokok ajarannya.?
4. Apa saja sekte dalam Syiah.?
5. Siapa tokoh-tokoh aliran syiah.?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui, Dan Memahami Semua Topik Pembelajaran Tentang Pemikiran
Kalam Syi’ah

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Syi’ah
            Syiah adalah aliran sempalan dalam islam dan syiah merupakan salah satu dari sekian
banyak aliran-aliran sempalan dalam islam. Sedangkan yang dimaksud aliran-aliran sempalan
dalam islam adalah aliran yang ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran
islam yang sebenarnya telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa
agamanya disebut ahli bid’ah.
            Siapa yang dimaksud dengan syi’ah.? Sebelum menjelaskannya, terlebih dulu perlu
digarisbawahi bahwa kelompok Syi’ah pun menamai mereka sebagai Ahlussunnah, dalam
pengertian bahwa mereka juga mengikuti tuntunan sunnah Nabi Muhammad Saw, dan
memang semua kaum muslim harus mengakui dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw,
karena tanpa mengikutinya seseorang tidak dapat menjalankan secara baik dan benar ajaran
Islam.
Kata Syi’ah secara etimologi berarti “Pembela atau Pengikut”, sedangkan
menurut terminologi Syi’ah berarti “Mereka yang menyatakan bahwa Sayyidina Ali bin Abi
Thalib adalah yang paling utama diantara para  sahabat dan yang berhak untuk memegang
tampuk kepemimpinan dan imamah atas umat islam, demikian pula anak cucunya”.  Prof.
Dr. M. Quraish Shihab mengutip pendapat Syekh Muhammad Jawad Maghniyah
memberikan definisi tentang kelompok Syi’ah, bahwa mereka adalah “Kelompok yang
meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw, telah menetapkan dengan Nash (pernyataan yang
pasti) tentang khalifah Beliau dengan menunjuk Imam Ali bin Abi Thalib”.

Rasulullah Saw, diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk membuat


kelompok-kelompok atau syiah ini syiah itu. Allah berfirmaan :
‫ص ُمو ْا بِ َح ۡب ِل ٱهَّلل ِ َج ِم ٗيعا َواَل تَفَ َّرقُو ۚ ْا‬ ۡ ‫َو‬
ِ َ‫ٱعت‬
“Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama ) Allah dan janganlah kalian
bercerai berai (berkelompok-kelompok).” (Qs. Ali Imran : 103)

2
2. Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Syiah
Mengenai kemunculan syi’ah dalam sejarah terdapat perbedaan dikalangan ahli.
Menurut Abu Zahrah, syi’ah mulai muncul pasda masa akhir pemerintahan Usman bin
Affaan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pewmerintahan Ali bin Abi Thalib,
adapun menurut Watt, syi’ah baru benar-benar. Muncul ketika berlangsung peperangan
antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Dalam peperangan ini,
sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbritase yang ditawarkan Mu’awiyah. Pasukan
Ali diceritakan terpecah menjadi dua. Satu kelompok mendukung sikap Ali (Syi’ah) dan
kelompok mendak sikap Ali (Khawarij).
            Kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syi’ah berkaitan dengn
masalah penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menlak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin
Khathtab, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib 
yang  berhak mengantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan syi’ah tersebut
sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa hidupnya. Pada awal
kenabian ketika Muhammad SAW diperintahkan menya,paikan dakwah ke kerabatnya, yang
pertama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu
mengatakan bahwa orang yang pertama menemui ajakannya akan menjadi penerus dan
pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan orang yang luar biasa
besar.
            Akan tetapi pendapat yang paling populer adalah bahwa sekte ini baru lahir setelah
gagalnya perundingan antara pasukan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan pihak Sayyidina
Mu’awiyah bin Abi Sufyan di Siffin yang lazim disebut sebagai peristiwa al-
Tahkim  (arbitrase) akibat kegagalan itu, sejumlah paasukan Alimenentang kepemimpinan
beliau dan keluar dari pasukan beliau, mereka ini disebut golongan Khawarij orang-orang
yang keluar dari barisan Sayyidina Ali. Sebagian besar orang yang tetap setia kepada
Khalifah disebut Syi’ah Ali (pengikut/golongan Ali).

3. Doktrin Pokok Ajaran Syiah


Dalam syiah terdapat apa yang namanya ushuluddin (pokok-pokok agama)
dan furu’uddin (masalah penerapan agama). Syiah memiliki lima ushuluddin :
1. Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa.
2. Al-adl, bahwa Allah SWT adalah Maha adil.

3
3. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan syiah meyakini keberadaan para nabi sebagai
pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia.
4. Al-Imamah, bahwa syiah meyakini adanya imam-imam yang senatiasa memimpin
umat sebagai penerus risalah kenabian.
5. Al-Ma’ad, bahwa akan terjadi hari kebangkitan

Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam al-quran yang menginformasikan bahwa
Allah Maha kuasa menciptakan Takdir.

4. Ajaran Syiah
Perbedaan pandangan dalam konsep Imamah (kepemimpinan) yang menjadikan sekte-
sekte bermunculan. Sebagaimana diketahui dalam kasus aliran syiah, bahwa persoalan
imamah merupakan salah satu doktrin syiah yang tetap menjadi prinsip. Persoalan pemimpin
mereka punya pandangan yang diyakini turun temurun. Berikut penjelasannya dan beberapa
doktrin yang terdiri atas tauhid, taqiyah, mu’tah, bada, dll.
1. Imamah (Khalifah)
Kaum Syi’ah menggunakan kata “imam” untuk orang yang menggantikan Rasulullah
Saw. Kaum Syi’ah meyakini bahwa seorang imam memiliki kedudukan, sifat-sifat derajat
dan fungsi yang sama dengan Rasulullah Saw, tanpa ada perbedaan sedikitpun. Bagi mereka
yang mempelajari Syi’ah, akan mengakui bahwa sejak zaman Nabi Saw, sejak ada Syi’ah
Ali (pengikut ali) yang berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib adalah orang kedua setelah
Rasul yang kedudukannya terhadap Rasul seperti Nabi Harun sesudah Nabi Musa  dan
benihnya ditabur oleh Rasulullha Saw, sejak permulaan kenabiannya.  Sebagaimana yang
tersurat dalam Al-Qur’an bahwa Nabi Harun adalah washi (pengganti kepemimpinan) Nabi
Musa saat ia akan menerima wahyu di Bukit Tursina.  Syiah berpendapat, imam adalah dasar
dari ajaran islam, tidak sempurna iman seseorang kecuali dia harus percaya kepada imam.
Bagi mereka imam sama kedudukannya setingkat nabi, bahkan ada yang mengatakan
melebihi.

2. Tauhid
Tauhid pada prinsipnya adalah keesaan Tuhan dalam sifat, perbuatan, dan dzat-Nya,
serta kewajiban mengesakan dalam beribadah kepada-Nya. Dalam prinsip al-
tauhid (keesaan Allah), Syiah meyakini bahwa Allah Swt. adalah Zat Yang Mahamutlak,
yang tidak dapat dijangkau oleh siapa pun(laa tudrikuhul abshar wahua yudrikul abshar).
Dia Maha sempurna. Jauh dari segala cela dan kekurangan. Bahkan, Dia adalah
kesempurnaan itu sendiri danmutlak sempurna, mutlaq al-kamal wal kamal
almuth laq. Syiah meyakini bahwa Allah adalah Zat Yang tak terbatas dari segala sisi;
ilmu, kekuasaan, keabadian, dan sebagainya. Oleh karena itu, Dia tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu, karena keduanya terbatas. Tetapi pada waktu yang sama, hadir di setiap
ruang dan waktu karena Dia berada di atas keduanya.
4
            Secara umum syiah mempercayai bahwa Tuhan mereka adalah Allah SWT. Hanya
saja ada pandangan-pandangan mendasar dalam hal yang kemudian disebut dengan konsep
tauhid ini. Mereka percaya bahwa Allah adalah Tunggal dan tidak ada sekutu. Tetapi dalam
syiah, mereka kemudian menyebut-nyebut ; wahai Ali, wahai Husein dan keturunan Ali
lainnya saat berdoa. Mereka meminta-minta pada orang yang sudah meninggal yang dalam
aliran Sunni sebagai aliran terbesar Islam dunia sebagai dosa.
            Selain itu syiah juga tidak mengakui bahwa Allah bersifat maha mendengar dam
melihat. Alasannya jika Allah demikian, maka Allah sama saja dengan Manusia. Syiah juga
meyakini Allah tidak bisa melihat hal-hal yang akan terjadi.

3. Bada’
Al-Bada’ memiliki dua arti : pertama adalah arti leksikal yang hanya mungkin
disandarkan pada keberadaan yang terbatas. Dan hal ini pasti tak pantas dinisbatkan kepada
Allah Swt. Adapun arti kedua adalah pengubahan takdir karena amal salih atau tindakan jahat
hamba. Dalam al-Qur’an disebutkan Qs. al-Ra’du : 39 dan Qs. al-Ra’du : 11.
            Bada’ secara bahasa adalah “menampakkan atau diketahuinya sesuatu setelah
sebelumnya tidak nampak atau tidak diketahui”. Dalam konteks terminologi, syiah meyakini
bahwa Allah mampu mengubah peraturan atau keputusan yang semula telah ditetapkan dan
menggantinya dengan yang baru. Sederhananya, ilmu Allah itu dinamis karena bisa saja
berubah-ubah sesuai kebutuhan dan fenomena terkini.
            Bada’ adalah salah satu akidah Syi’ah yang memiliki tempat tersendiri dalam
keyakinan mereka. Betapa akidah ini memiliki urgensitas yang setara dengan akidah-akidah
Syi’ah yang lain, sampai-sampai ada riwayat dalam kitab hadits Al-Kafi  (salah satu kitab
induk Syi’ah)  mereka yang menyatakan sebagai berikut :
َ ‫ ما ُعبَ َد هللا بشي ٍء‬.
‫مثل البدا ِء‬
Artinya : “tidak ada penyembahan kepada Allah Swt, yang lebih baik dari pada bada’”,

4. Taqiyah     
Taqiyah dari segi bahasa adalah pemeliharaan atau penghindaran. Sedangkan menurut
istilah adalah “meninggalkan sesuatu yang wajib demi memelihara diri atau menghindar
dari ancaman atau gangguan”. Setiap penganut Syi’ah harus memiliki sifat taqiyah, dengan
tujuan agar misi dan rencana perluasan ajaran syi’ah dapat berjalan mulus dan sesuai dengan
rencana.
Taqiyah merupakan tindakan menyembunyikan kebennaran dan menutupi keyakinannya
dari orang-orang yang berbeda dengan syiah. Tujuannya untuk menjaga dari marabahaya
yang bisa saja menghampiri masalah harta, kekuasaan dan juga aqidah. Taqiyah ini kemudian
posisinya sepert sholat. Jika dilanggar maka pelakunya berdosa dan jatuh menjadi kafir.
Tidak melakukan taqiyah, berarti belum sempurna agama seseorang.

5
5. Raj’ah (ingkarnasi).
Salah satu ajaran Syi’ah adalah Raj’ah (ingkarnasi). Syi’ah Imamiyah sepakat meyakini
doktrin ini sebagai salah satu ajaran mereka. Dalam Syi’ah, raj’ah merupakan kelanjutan dari
episode kehadiran al-Mahdi, dimana menurut keyakinan mereka, semua Imam Ahlul Bait dan
ornag-orang yang memusuhinya pasca kedatangan al-Mahdi akan dibangkitkan kembali dari
kematian, mereka akan berhadap-hadapan dalam suatu medan pertempuran.
5. Nikah Mut’ah
Asal kata Mut’ah  ialah sesuatu yang dinikmati atau diberikan untuk
dinikmati. Misalnya benda yang diberikan sebagai “ganti rugi” kepada istri yang telah
dicerai. Demikian pula kata kerja tamatta’a dan istamta’a, berasal dari kata yang sama yang
berarti “menikmati atau bernikmat-nikmat  dengan sesuatu”. Haji tamattu’ disebut demikian
karena memberikan kemudahan (kenikmatan) bagi yang mengerjakannya.
Pengertian nikah mut’ah  menurut Syi’ah Imamiyah disebutkan : nikah mut’ah ialah
apabila seorang wanita mengawinkan dirinya dengan anda dalam keadaan tidak ada
hambatan apapun (pada diri wanita tersebut) yang membuatnya haram dinikahi, sesuai
dengan aturan Agama.
 Kaum Syi’ah meyakini bahwa sangat besar pahala bagi seseorang yang melakukan
nikah mut’ah dalam hal ini Sayyid Fathullah al-Kasyani meriwayatkan dalam Tafsir Manhaj
Ash-Shadiqin dari Nabi Saw sesungguhnya dia bersabda “barangsiapa yang melakukan
mut’ah satu kali, maka dia seperti derajat Husain As. Barang siapa yang melakukan mut’ah
dua kaili maka dia seperti derajat Hasan As. Barangsiapa yang melakukan nikah mut’ah tiga
kali maka dia seperti Imam Ali bin Abi Thalib. Barangsiapa yang melakukan nikah mut’ah
empat kali maka dia seperti  derajatku (Rasulullah Saw)”.

Demikian itulah pendapat para imam kami yang dua belas, dari kalangan ahlu al-
bait dan mereka ini diikuti oleh Syi’ah (para pendukung dan pecinta) mereka, tetap halal
untuk selama-lamanya. Sekitar 20 sahabat Rasulullah Saw dan tabi’in yang melakukan nikah
mut’ah antara lain Imran bin Husain, Jabir bin Abdullah, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin
Umar, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abu Sa’id al-Khudri, Salmah bin Umayyah bin Khalaf,
Ma’bad bin Umayyah, Zubair bin Awam, Khalid bin Muhajir… dan lainnya.
6. Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah Secara Umum :
Pada Rukun Iman : Syi’ah hanya memiliki 5 rukun Iman tanpa menyebut keimanan
kepada para Malaikat, Rasul dan Qodho dan Qodar, yaitu : 1. Tauhid (Keesaan Allah), 2. Al
‘Adl (Keadilan Allah), 3. Nubuwwah (Kenabian), 4. Imamah (Kepemimpinan Imam), 5.
Ma’ad (Hari kebangkitan dan pembalasan). (lihat ‘Aqa’idul Imamiyyah oleh Muhammad
Ridho Mudhoffar dll.).
Pada Rukun Islam : Syi’ah tidak mencantumkan Syahadatain dlm rukun Islam, yaitu :
1. Sholat, 2. Zakat, 3. Puasa, 4. Haji, 5. Wilayah (Perwalian) (lihat Al Kafie juz II hal. 18).

6
Syi’ah meyakini bahwa Al-Qur’an sekarang ini telah dirubah, ditambah atau dikurangi dari
yg seharusnya. (lihat Al-Qur’an Surat Al _Baqarah/ 2:23). Karena itu mereka meyakini : Abu
Abdillah (Imam Syi’ah) berkata : “Al-Qur’an yang dibawa oleh Jibril a.s. kepada Nabi
Muhammad saw. Adalah tujuh belas ribu ayat (Al Kafi fil Ushul juz II hal 634).
Al-Qur’an mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu disebut Mushaf Fatimah (lihat
kitab Syi’ah Al Kafi fil Ushul juz I hal 240-241 dan Fathul Khithob karangan Annuri Ath
Thibrisy). Syi’ah meyakini bahwa para sahabat sepeninggal Nabi saw. Mereka murtad,
kecuali beberapa orang saja seperti : Al-Miqdad bin al_Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan
Salman Al Farisy (Ar Raudhah minal Kafi juz VIII hal. 245, Al-Ushul minal Kafi juz hal.
244) Syi’ah menggunakan senjata taqiyyah yaitu  berbohong, dengan cara menampakkan
sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya, untuk mengelabuhi (Al Kafi fil Ushul juz II
hal. 217).
7. Sekte Syiah
Beberapa ulama’ dan ahli sejarah berbeda pendapat mengenai firqah (kelompok-
kelompok) besar Syi’ah antara lain, Abdul Mannan dalam bukunya Syi’ah Tantangan Umat
Islam Indonesia  membagi Syi’ah terdiri dari lima kelompok besar : Al-Kisaniyah, (yang
terpecah belah menjadi 4 kelompok). Az-Zaidiyah, (yang terpecah belah
menjadi 3 kelompok). Al-Imamiyah, (yang terpecah belah menjadi 7 kelompok). Al-Ghaliyah
(syi’ah ekstrim). Dan Isma’iliyah.  Sedangkan menurut Prof. Dr. M. Quraish Syihab dalam
bukunya Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan.! membagi Syi’ah terdiri
dari empat kelompok besar :
Syi’ah Ghaliyah (Syi’ah Ghulat-Syi’ah Ekstrim), Syi’ah Ismailiyah dan cabang-
cabangnya, Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Itsna Asy’ariyah. Sejarah membuktikan bahwa Syi’ah
terpecah menjadi bayak golongan Syekh Abu Muhammad al-Wailatutturi al-Malibari dalam
kitabnya Hidayatul Muwaffiqin menyebutkan Syi’ah terdapat 20 pecahan/cabang.
8. Tokoh-Tokoh Aliran Syiah   
Dalam pertimbangan Syi’ah, selain terdapat tokoh-tokoh populer seperti ‘Ali bin Abi
Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua tokoh Ahlulbait yang mempunyai
pengaruh dan andil yang besar dalam pengembangan paham Syi’ah, yaitu Zaid bin ‘Ali bin
Husain Zainal ‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq. Kedua tokoh ini dikenal sebagai orang-orang
besar pada zamannya. Pemikiran Ja’far al-Shadiq bahkan dianggap sebagai cikal bakal ilmu
fiqh dan ushul fiqh, karena keempat tokoh utama fiqh Islam, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal, secara langsung atau tidak langsung
pernah menimba ilmu darinya.
Oleh karena itu, tidak heran bila kemudian Syaikh Prof. Dr.  Mahmud Syaltut al
Azhari, mantan Rektor Universitas al-Azhar, Mesir, mengeluarkan fatwa yang kontroversial
di kalangan pengikut Sunnah (Ahlussunnah—pen.). Mahmud Syaltut berfatwa membolehkan
beribadah mengikuti Fiqh Syi’ah Ja’fariyah atau Fiqh Ja’fari Itsna ‘Asyariyah,  suatu fatwa
yang belum pernah diberikan oleh ulama’-ulama’ madzhab empat.

7
Ulama’-ulama’ Syi’ah antara lain :
NO ULAMA’ SYI’AH KLASIK ULAMA’-ULAMA’ SYI’AH MODERN
1 Ali bin Abi Thalib Nashr bin Muhazim
2 Hasan bin alia z-Zaki Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa al-Asy’ari
3 Husain bin Ali asy-Syahid Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi
4 Ali bin Husain Zainal Abidin Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi
5 Muhammad bin Ali al-Baqir Muhammad bin Hasan bin Furukh al-Shaffar
6 Ja’far bin Muhammad Shadiq Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi al-
Samarqandi
7 Musa bin Ja’far al-Kazhim Sayyid Muhammad Husain Kaysful Ghitha’
8 Ali bin Musa ar-Ridha Syaikhul Masyayikh, Muhammad al-Kulaini
9 Muhammad bin Ali al-Jawwad Ibn ‘Aqil al-‘Ummani
10 Ali bin Muhammad al-Hadi Muhammad bin Hamam al-Iskafi
11 Hasan bin Ali al-Askari  Muhammad bin ‘Umar al-Kasyi
12 Muhammad bin al-Hasan al- Ibn Qawlawaeh al-Qomi
Mahdi.[31]
Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain al-
Thabathaba’i
Ayatullah Ruhullah Khomeini
Sayyid Husseyn Fadhlullah
Murtadha Muthahhari
Syekh ‘Ali Syari’ati.

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Syiah adalah salah satu aliran islam yang meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib dan
keturunanya adalah imam – imam atau para pemimpin agama dan umat setelah nabi
Muhamad SAW wafat. Para penulis sejarah islam berbeda pendapat mengenai awal mula
lahirnya Syiah, pikiran yang paling menonjol terletak pada persoalan imamah, selain
persoalan imamah juga menimbulkan sekte – sekte dalam Syiah itu sendiri, ajaran yang
terpenting yang berkaitan dengan khilafah adalah al – ismah, al – mahdi, al – taqiyyah, dan ar
– ra’agh. Kini Syiah dengan berbagai alirannya masih tersebar cukup luas di Iran. Syiah
merupakan mazhab resmi negara, di samping itu Syiah juga terdapat di Irak, Pakistan, India,
danYaman.
Dimata syiah, Ali adalah tokoh yang paling sempurna, tanpa cela dan dosa serta
memiliki daya karismatik yang besar. Banyak sekali hadits yang dibuat untuk menunjukkan
kelebihan dan keutamaannya. Dia adalah orang yang paling setia terhadap Nabi. Paling
berani, paling gagah, paling pintar, paling arif dan paling bijaksana.
B. KRITIK DAN SARAN
Dari beberapa penjelasan di atas pemakalah pasti tidak lepas dari kesalahan penulisan
dan rangkaian kalimat. Dan kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan para pembaca, khususnya
pembimbing mata kuliah Ilmu Kalam. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya konstruktif (membangun), agar dapat dibuat acuan dalam terselesainya makalah
kami yang berikutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abu Muhammad al-Malibari, 2007. Hidayatul Muwaffiqin, terj. Ahmad


Sunarto, Ahlussunnah wal Jama’ah Sebagai Aqidah Yang Menunjukkan Ke Jalan
Yang Lurus. Kediri : Pon. Pes. Hidayatuth Thullab. Cet-1.
Abdul Mannan, 2012. Syi’ah Tantangan Umat Islam Indonesia. Kediri : tp.
Abdur Razak dan Rosihan Anwar , 2006. Ilmu Kalam. Bandung: Puskata Setia. Cet-2.
Ahmad Qusyairi Isma’il dkk, 2008. Mungkinkah Sunnah-Syi’ah dalam Ukhuwah.? (Jawaban
Atas Buku Dr. M. Quraish Shihab Sunnah-Syi’ah Bergandengan
Tangan.!). Pasuruan : Pustaka Sidogiri. Cet-2.
Chuzaimah T. Yanggo, 2002. Problematika Hukum Islam Kontemporer 1.  Jakarta : Pustaka
Firdaus. Cet-4.
Kh. Sahilun A. Natsir, 2010. Pemikiran Kalam (Tologi Islam) Sejarah, Ajaran dan
Perkembangannya. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Cet-1.
Majalah Sidogiri : Edisi 109 Safar 1437 H/2016.
M. Quraish Shihab, 2007. Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan.! Mungkinkah.? Kajian atas
Konsep Ajaran dan Pemikiran.  Jakarta : Lentera Hati. Cet-2.
Muhammad Abu Zahrah, 2008. Aliran Politik dan Aqidah Islam. Terj. Abd. Rahman Dahlan
dan Ahmad Qarib, Jakarta: Logos.
Muhammad Anis, 2013. Islam dan Demokrasi Perspektif Wilayah Al-Faqih. Bandung :
Mizan. Cet-1
O. Hashem, 2011. Syi’ah Ditolak Syi’ah Dicar.   Cet-5. Yogyakarta : Rausyan Fikr Institute.
Sayyid Husain al-Musawi, 2010. Mengapa Saya Keluar dari Syi’ah. Jakarta Timur : Pustaka
Al-Kautsar. Cet-8.
Sayyid Syarafuddin al-Musawi, 1996. Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah-Syi’ah. Bandung :
Mizan. Cet-6.

Tim Ahlul Bait Indonesia (ABI), 2012. Buku Putih Madzhab Syi’ah. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Ahlul Bait Indonesia. Cet-4.

10
11

Anda mungkin juga menyukai