Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SYIAH

Disususn untuk memenuhi tugas

Mata kuliah Ilmu Kalam

Dosen : Dr. Dedi Setiawan,M.Pd.i

Disusun Oleh :

Rafa Aulia Fallah : 221250056

Nadya Saphira : 221260050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRSAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU METRO LAMPUNG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT. atas limpahan
rahmat, ridha dan karunianya. Sholawat dan salam tak lupa dihaturkan kepada
Nabi Muhammad Saw yang kita harap-harapkan safaatnya kelak di yaumul
kiamat nanti.
Penulisan makalah kami yang berjudul “SYIAH” ini dapat diselesaikan
oleh bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah yang berisi analisis dan
konkret ini dapat menjadi refrensi bagi pihak yang terkait untuk mempelajari lebih
dalam aliran-aliran Syiah, pengertian syiah, ajaran-ajaran Syiah dan
perkembangan syiah di indonesia. Selain itu juga kami berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru serta banyak pengetahuan mengenai
pemahaman syiah dan keterkaitan lain nya dengan konteks syiah setelah membaca
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini, masih memerlukan penyempurnaan
terutama pada bagian isi, kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca
demi penyempurnaan karya kami. Apabila terjadi terdapat banyak kesalahan pada
hasil karya kami, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan akhir kata semoga makalah dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Metro,07 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

A. Pengertian syiah dan latar belakang terbentuknya syiah......................3


B. Macam-macam syiah dan dokrin yang diterapkan...............................6
C. Pengertian sunni dan latar belakang terbentuknya sunni......................11
D. Perbedaan dokrin syiah dan sunni........................................................14

BAB III PENUTUP..........................................................................................15

1. Kesimpulan...........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah Islam mencatat bahawa hingga saat ini terdapat dua macam aliran
besar dalam Islam. Keduanya adalah Ahlusunnah (Sunni) dan Syi’ah. Tak dapat
dipungkiri pula, bahwa kedua aliran besar teologi ini kerap kali terlibat konflik
kekerasan satu sama lain. Syiah ini berbeda pendapatnya dengan aliran lain di
antaranya dalam pendirian, bahwa penunjukkan imam setsudah wafat Nabi
ditentukan oleh Nabi sendiri dengan nash. Nabi tidak boleh melupakan nash itu
terhadap pengangkatan itu secara bebas kepada umatnya dan khalayak umum.
Selanjutnya Syi’ah berpendirian bahwa seorang imam yang di angkat harus
ma’sum atau terpelihar dari dosa besar atau kecil, dan bahwa Nabi Muhammad
dengan nash meninggalkan wasiatnya untuk mengangkat Ali bin Abi Thalib
menjadi khalifahnya, bukan orang lain, dan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah
seorang sahabat yang pertama. Sunni adalah golongan umat Islam yang berkiblat
fiqh pada empat imam (Imam Maliki, Imam Syafi’I, Imam Hambali, dan Imam
Hanafi).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Apa pengertian Syiah dan latar belakang terbentuknya Syi’ah?

2. Macam-macam Syiah dan dokrin-doktrin yang diterapkan?

3. Apa pengertian Sunni dan latar belakang terbentuknya Sunni?

4. Apa perbedaan doktrin Syi’ah dan Sunni

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan penulisan makalah ini
sebagai berikut:

1. Mengetahui apa itu Syi’ah dan bagaimana terbentuknya Syi’ah

1
2. Mengetahui macam-macam Syi’ah dan doktrin-doktrinnya

3. Mengetahui apa itu Sunni dan bagaimana terbentuknya Sunni.

4. Mengetahui perbedaan doktrin Syi’ah dan Sunni

2
BAB II

ISI

1. Syiah

A, Pengertian dan Latar Belakang Kemunculan Syia’ah

Syi’ah secara bahasa verarti “pengikut”, “pendukung”, “partai’, atau


“kelompok”, sedangkan secara terminologis istilah ini dikaitkan dengan sebagian
kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaan merujuk pada
keturunan Nabi Muhammad SAW. Atau disebut sebagai ahl al-bait. Poin penting
dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama bersumber
dari ahl al-bait. Mereka menilak petunjuk-petunjuk keagamaan dri para sahabat
yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya. Menurut Ath-thabathaba’I (1903-
1981 M), istilah “Syi’ah” untuk pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali
(Syi’ah Ali), pemimpin pertama ahl al-bait pada masa Nabi Muhammad SAW.
Para pengikut Ali disebut Syi’ah, di antaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari,
Miqdad bin Al-Aswad, dan Ammar bin Yasir. Mengenai kemunculan Syi’ah
dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Menurut Abu
Zahrah, Syi’ah mulai muncul ke permukaaan sejarah pada masa akhir
pemerintahan Utsman bin Affan.

Selanjutnya, aliran ini tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali
bin Abi Thalib. Watt menyatakan bahwa Syi’ah muncul ketika berlangsung
peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Siffin. Dalam
peperangan ini, sebagai respons atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yan
ditawarkan Mu’awiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu
kelompok mendukung sikap Ali –disebut Syi’ah—dan kelompok lain menolak
sikap Ali disebut Khawarij. Berbeda dengan pandangan di atas, kalangan Syi’ah
berpendapat bahwa kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti
(khilafah) Nabi Muhammad SAW. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar,

3
Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya
Ali bin Abi Thalib yang berhak menggantikan Nabi. Ketokohan Ali dalam
pandangan Syi’ah sejalan dengan isyarat isyarat yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW. Pada masa hidupnya. Pada awal kenabian, ketika Muhammad
diperintahkan menyampaikan dakwah kepada 3 kerabatnya, yang pertama-tama
menerima adalah Ali bin Abi Thalib.

Pada saat itu Nabi mengatakan bahwa orang yang pertama-tama memenuhi
ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian
Muhammad, Ali merupakan orang yang menujukan perjuangan dan pengabdian
yang luar biasa besar. Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai peerus Nabi adalah
peristiwa Ghadir Khumm. Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir
dalam perjalanan dari Mekkah ke Madinah, di padang psir yang bernama ghadir
Khumm, Nabi memilih Ali sebagai penggantinya di hadapan massa yang penuh
sesak menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkam Ali
sebagai pemimpin umum umat (walyat-I ‘ammali), tetapi juga menjadikan Ali
sebagaimana Nabi, sebagai pelindung (wali) mereka. Berlawanan dengan harapan
mereka, ketika Nabi wafat dan jassadnya masih terbaring belum di kuburkan,
anggota keluarganya dan beberapa orang sahabat sibuk dengan persiapan
penguburan dan upacara pemakamannya. Teman-teman dan pengikut-pengikut
Ali mendengar kabar adanya kegiatan kelopo lain telah pergi ke masjid temapat
umat berkumpul menghadapi hilangnya pemimpin yang tiba-tiba. Kelompok ini
kemudian menjadi mayoritas, bertindak lebih jauh, dan dengan sangat tergesa-
gesa memilih kaum uslim dengan maksud menjaga kesejahteraan umat dan
memecahkan masalah mereka saat itu. Mereka melakukan hal itu tanpa berunding
dengan ahl al-bait,keluarganya ataupun sahabat-sahabatnya yang sedang sibuk
dengan upacara pemakaman, dan sedikit pun tidak memberitahukan mereka.
Dengan demikian, kawan-kawan Ali dihadapkanpada suatu keadaan yang sudah
tidak dapat berubah lagi (faith accompli).

Berdasarkan realitas itulah, demkian pandangan kaum Syi’ah, kemudian


muncul sikap di klangan sebagian kaum muslim yang menentang kekhalifahan
dan menolak kau mayoritas dalam masalah kepercayaan-kepercayaan tertentu.
Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti Nabi dan penguasa keagaaman yang

4
sah adalah Ali. Mereka berkeyakinan bahwa semua persoalan kerohanian dan
agama harus merujuk kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya.
Inilah yang kemudian disebut sebagai Syi’ah. Akan tetapi lebih dari itu, seperti
dikatakan Nasr, sebab utama munculnya Syi’ah terletak pada kenyataan bahwa
kemungkinan ini ada dalam wahyu Islam sehingga harus diwujudkan. Dalam
perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifan ahl al-bait di hadapkan
Dinasti Amawiyah dan Abasiyah, Syi’ah juga mengembangkan dokrin- 4
dokrinnya. Berkaitan dengan teologi, mereka mempunyai lima rukun iman, yaitu
tawhid (kepercayaan kepada keesaan Allah); nubuwwah (kepercayaan kepada
kenabian); ma’ad (kepercayaan akan adanya hidup akhirat); imamah (kepercayaan
terhadap adanya imamah yang merupakan hak ahl al-bait); dan adl (keadaan
ilahi). Dalam Eksiklopedi Islam Indonesia , ditulis bahwa perbedaan antara Sunni
dan Syi’ah terletak pada doktrin imamah. Selanjutnya, meskipun mempunyai
landasan keimanan yang sama, Syi’ah tidak bisa mempertahankan kesatuannya.
Dalam perjalan sejarah, kelompok ini akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte.
Perpecahan yang terjadi di kalangan Syi’ah terutama dipicu oleh masalah doktrin
imamah. Di antara sekte-sekte Syi’ah adalah Itsna Asyariah, Sabi’ah, Zuidiah, dan
Ghullat.

B. Syi’ah Itsna ‘Asyariah (Syi’ah Dua Belas/Syi’ah Imamiah)

1. Asal-usul Penyebutan Imamiah dan Syi’ah Itsna ‘Asyariah

Dinamakan Syi’ah Imamiah karena yang menjadi dasar akidahnya adalah


persoalan imam dalam arti pemimpin religio-politi, yaitu bahwa Ali berhak
menjadi khalifah bukan hanya kecakapannya atau kemuliaan akhlaknya, tetapi ia
telah ditunjukkan dan pantas menjadi khalifah pewaris kepemimpinan Nabi
Muhammad SWA. Ide tentang hak ‘Ali dan keturunya untuk menduduki jabatan
imam atau khalifah telah ada semenjak Nabi wafat, yaitu dalam perbincangan
politik dii Saqifah Bani Sa’idah. Syi’ah Itsna Asyariah sepakat bahwa Ali adalah
penerima wasiat Nabi Muhammad SAW., seperti yang ditunjukkan nash. Al-
ausiya (penerima wasiat) setelah Ali bin Abi Thalib adala keturunan dari garis
Fatimah, yaitu Hasan bin Ali dan Husen bin Al sebagaimana yang disepakati.
Bagi Syi’ah Itsna Asyariah, Al-Ausiya yang dikltuskan setelah Husen adalah Ali

5
Zainal Abidin, kemudia secara berturut-turut; Muhammad AlBaqir (w. 115 H/733
M), Abdullah Ja’far Ash-Shadiq (w. 148 H/765 M), Musa AlKazhim (w. 183
H/799 M). Ali Ar-rida (w. 254 H/799 M), Muhammad Al-Jawwad (w. 220 H/835
M), Ali Al-Hadi (w. 254 H/874 M), Hasan Al-Askari dan terakhir adalah
Muhammad Al-Mahdi sebagai imam kedua belas. Pengikut sekre Syi’ah telah
berbai’at di bawah dua belas imam, mereka dikenal dengan sebutan Syi’ah Itsna
Asyariah (itsna Asyariyah). 1 Rozak Abdul, Anwar Rosihon, Ilmu Kalam , CV
PUSTAKA SETIA: Bandung, 2013, Hal. 111-115 5 Nama dua belas (Itsna
Asyariyah) ini mngandung pesan penting dalam tinjaua sejarah, yaitu bahwa
golongan ini terbentuk setelah semua imam yang berjumlah 12 itu lahir.

2.Doktrin-doktrin Syi’ah Itsna Asyariah

Dalam sekte Syi’ah Itsna Asyariah, dikenal konsep Ad-Din atau konsep ini
menjadi akar atau fondasi pragmatism agama. Yang memiliki 5 akar, yaitu:

a. Tauhid (the devine unity)

Tuhan adalah Esa, baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah
mutlak. Ia bereksistensi dengan sendiri-Nya. Tuhan beresksistensi sebelum ada
ruang dan waktu. Tuhan tidak membutuhkan sesuatu, Ia berdiri sendiri, tidak
dibatasi oleeh ciptaan-Nya

b. Keadilan (the devine justice)

Tuhan menciptakan kebaikan di alam semesta merupakan keadilan. Ia tidak


pernah menghiasi ciptan-Nya dengan ketidakadilan, karena ketidakadilan dan
kezhaliman terhadap yang lain merupak tanda kebodohan dan ketidakmampuan,
sementara Tuhan adalah Mahatahu dan Mahakuasa. Tuhan memberikan akal
kepada manusia untuk mrngetahuui benar dan slah melalui perasaan. Manusia
dapat menggunakan penglihatan, pendengaran dan inra lainnya utuk melakukan
perbuatan baik atau perbuatan buruk.

c. Nubuwwah (apostleship)

Setiap makhluk di samping telah diberi insting, secara alami jua masih
membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari Tuhan maupun dari manusia. Rasul

6
merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus
memberikan acuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk di alam
semesta ini. Dalam keyakinan Syi’ah Itsna Asyariyah, Tuhan telah mengutus
124.000 Rasul untuk memberikan petunjuk.

d. Ma’ad (the last day)

Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan Tuhan di


akhirat, setiap muslim harus yakin keberadaan kiamat dan kehidupan sci setelah
dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan.

e. Imamah (the devine guidance)

Imamah adalah institusi diinagurasikan Tuha untuk memberikan petunjuk


manusia yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan
Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir.

C. Syi’ah Ismailiyah/Syi'ah Sab'iah (Syi'ah Tujuh)

1. Asal-usul Penyebutan Syi'ah Syab'iah

Kemunculan Syi'ah Sab'iah dan Syi'ah Itsna 'Asyariah yaitu setelah wafatnya
imam keenam, Abu Abdullah Ja'far Shadiq pada tahun 148 H. Sebagai pengganti
Abdullah Ja'far Shadiq, sekte sab'iyah meyakini bahwa penggantinya adalah
Ismail putra dari Ja'far Shadiq. Ismail sendiri telah ditunjuk oleh ayahnya. Namun
Ismail wafat mendahului ayahnya. Walaupun beliau telah wafat, satu kelompok
syi'ah tetap mempercayai dan menganggap bahwa Ismail sebagai Imam Ketujuh.
Kepercayaan yang terhenti pada Ismail bin Ja’far shadiq sebagai Imam Ketujuh
ini menjadikah Syi'ah Ismailiyah disebut juga Syi’ah Sab'iah.3 Syi’ah Sab’iah
dinamakan juga Syi'ah Isma'iliyah karena dinisbatkan pada imam ketujuh, Ismail
bin Ja'far Ash-Shadiq. Berikut tujuh Imam yang dipercaya oleh Syi'ah Syab'iah
ialah:

1. Ali bin Abi Thalib

2. Hasan bin Ali

3. Husein bin Ali

7
4. Ali Zainal Abidin

5. Muhammad Al- Baqir

6. Ja'far Ash-Shadiq

7. Ismail bin Ja'far Ash-Shadiq

Terdapat dalam beberapa riwayat, yang mengemukakan bahwa ayah Ismail


yaitu Imam Ja'far berupaya meyakinkan kelompok Syi’ah yang meyakini bahwa
Ismail belum wafat. Menurut Ja'far yang meninggal adalah jasad Ismail
(dianbilnya ruh dari jasad), sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa AS,
diangkatnya ruh oleh Allah SWT kemudian akan diturunkan pada hari kiamat.
Akan tetapi tetap saja ada kelompok yang tidak percaya bahwa Ismail meninggal
sebagaimana Nabi Isa, dan akan hadir kembali dihari kiamat sebagai penyelamat.5
Salah satu kelompok yang tidak percaya bahkan membatalkan Ismail bin Ja'far
sebagai Imam adalah Syi'ah Ay'ariah dengan alasan Ismail berkebiasan tidak
terpuji dan juga karena dia telah wafat (143H/760 M). Menurut Sekte Asy'ariah
yang seharusnya menggantikan Ja'far adalah Musa Al-Kadzim, yaitu adik Ismail.
Syi'ah sab'iah menolak pembatalan tersebut dan tetap menganggap Ismail sebagai
Imam ketujuh. Dan sepeninggalnya diganti oleh putranya yang tertua, Muhammad
bin Ismail.

D. Syi'ah Zaidiyah

1. Asal usul penamaan Syi’ah Zaidiyah

Setelah wafatnya Ali Zainal Abidin (imam keempat) sekte Zaidiah terbentuk.
Golongan ini mengusung Zaid sebagai imam kelima pengganti Ali Zaenal
Abidin.8 Sekte ini berbeda dengan sekte Syi’ah lainnya yang mengakui
Muhammad Al-Baqir, anak Zainal Abidin yang lain, sebagai imam ke lima. Dari
nama Zaid pula sekte ini dinamakan Zaidiyah. Sekte ini merupakan sekte Syi'ah
yang moderat dan merupakan sekte yang paling dekat dekat dengan Sunni.

2.Doktrin Imamah menurut Syi'ah Zaidiyah

Syi’ah Zaidiyah mengembangkan doktrin imamah yang khas, yaitu sekte ini
menolak pandangan yang menyatakan bahwa seorang imam yang mewarisi

8
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Selanjut seorang imam harus memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: A. Merupakan keturunan ahlul bait, baik yang bergaris
hasan maupun husen. B. Memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai upaya
mempertahankan diri atau menyerang C. Kecenderungan intelektualitasme yang
dibuktikan dengan ide dan karya dalambidang keagamaan. D. Mereka menolak
kemaksuman imam. Seseorang dapat dipilih menjadi imam meskipun mafdhul
(bukan yang terbaik), sementara pada saat yang sama ada yang afdhal. Dengan
doktrin seperti ini, Syi'ah Zaidiah sering mengalami krisis dalam keimanan.
Faktor penyebab nya adalah karena terbukanya kesempatan untuk
memproklamasikan diri sebagai imam dari setiap keturunan ahlul bait, dan tidak
seorang pun yang memprolamasikan diri atau pantas diangkat sebagai imam.10
Sekte Zaidiyah ini mengakui keabsahan khilafah atau imamah Abu Bakar
AsSiddiq dan Umar bin Khattab, juga imamah tidak harus dengan nas tetapi boleh
dengan ikhtiar (pemilihan), dan sekte ini beraliran teologi Mu'tazilah karena
adanya hubungan dekat antara Wasil bin Atha dengan Zaid bin Ali sehingga
tokoh-tokoh mu'tazilah berasal dari sekte Zaidiyah, seperti Qadir Abdul Jabbar,
penulis kitab Syarh al-usul al-Khamsah.1

E. Syi'ah Ghulat

1. Asal usul penamaan Syi'ah Ghulat

Kata “ghulat” berasal dari ghala-yaghulu-ghuluw yang artinya bertambah dan


naik. Ghalah bi ad-Din artinya memperkuat dan menjadi ekstrem sehingga
melampaui batas. Golongan ini memuja Ali bin Abi Thalib sangat berlebihan,
bukan hanya kepada Ali saja kepada imam-imam yang lainpun sama, menganggap
para imam bukan manusia biasa, Melainkan jelmaan Tuhan bahkan dianggap
Tuhan itu sendiri. Ada beberapa orang yang secara khusus dianggap Rasul setelah
Nabi Muhammad SAW. Pendapat ekstrem tersebut yang menjadikan kelompok
ini diberi gelar ekstrem (ghuluw). Menurut Ibnu Khaldun dan ulama-ulama Syi'ah,
sekte ini dipandang golongan yang sesat dan tidak diakui sebagai sekte Syi’ah,
bahkan juga tidak sebagai golongan Islam sekalipun, karena telah jauh
menyimpang dari ajaran Islam terutama masalah tauhid, seperti mengutuk Ali
binAbi Thalib karena tidak menuntuk hak sebagai pengganti atau khalifah sesudah

9
Nabi Muhammad SAW, padahal inti ajaran syi'ah itu memuliakan Ali. Sekte
ekstrem ini dianggap telah punah dan sangat sulit dilacak genealogi pemikiran
dari tiga kelompok besar sekte Syi’ah lainnya (Syi'ah Itsna ‘Asyariyah, Syi'ah
Syabiah, Syiah Zaidiah). Sekte ini dipandang telah keluar dari Islam sehingga
keberadaannya juga dianggap telah punah.

2.Golongan dan Doktrin-doktrin Syi'ah Ghulat

Syi’ah Ghulat terdapat dalam dua golongan yaitu golongan As-Sabaiyah dan
AlGurabiyah.

1. Golongan As-Sabaiyah berasal dari nama Abdullah bin Saba, yang


menganggap Ali bin Abi Thalib sebagai jelmaan Tuhan atau bahkan Tuhan itu
sendiri. Menurut golongan ini Ali masih hiduo, yang terbunuh di Kuffah bukanlah
Ali, melainkan yang diserupakan Tuhan dengan Ali.

2. Golonga Al-Gurabiyah, merupakan golongan yang tidak seekstrim As-


Sabaiyah dalam memuja Ali. Menurut golongan ini, Ali merupakan manusia
biasa, tetapi seharusnya Ali bin Abi Thalib yang menjadi utusan Allah SWT,
bukan Nabi Muhammad SAW. Mereka berpandangan Malaikat Jibril salah alamat
dalam menyampaikan wahyu, sehingga Allah menganggkat Nabi Muhammad
SAW bukan Ali bin Abi Thalib.16 Menurut Syahrastani, yang membuat mereka
ekstrem adalah empat doktrin dibawah ini:

1. Tanasukh, adalah keluarnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat pada
jasad lain. Paham ini diambil dari Falsafah Hindu.

2. Bada' adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendak-Nya sejalan dengan


perubahan ilmu-Nya, serta dapat memerintahkan perbuatan kemudian
memerintahkan sebaliknya.

3. Raj'ah ada hubungannya dengan mahdiyah. Paham ini terdapat dalam ajaran
seluruh syi’ah. Syiah Ghulat memercayai Imam Mahdi Al-Muntazhar yang akan
datang ke bumi. Seluruh Syi’ah berbeda pendapat tentang siapa yang akan
kembali. 4. Tasbih artinya menyerupakan atau mempersamakan, seperti
menyerupakan salah seornag imam dengan Tuhan atau menyerupakan Tuhan

10
dengan makhluk. Paham ini diambil dari paham Hululiyah dan tanasukh dengan
khalik.

2. Sunni

Pengertian

Sunni adalah sebutan pendek bagi ahlus sunnah wal jamaah, yang mana ahlus
sunnah wal jamaah ini adalah sebuah aliran pemikiran islam. Secara etimologi
ahlus sunnah wal jamaah diambil dari kata As-sunnah dan al-jamaah. As-sunnah
menurut bahasa arab adalah ath-tariqah, yang memiliki arti metode, kebiasaan,
perjalanan hidup, atau perilaku, baik terpuji atau tercela. Sedangkan al-jamaah
menurut bahasa berasal dari kata al-ijtima yang berarti berkumpul atau bersatu.
Sedangkan secara terminologi as-sunnah adalah petunjuk yang telah dilakukan
oleh Rasulullah Saw. Dan para sahabatnya, baik tentang ilmu, I’tiqad(keyakinan),
perkataan atau perbuatan. Dan al-jamaah menurut terminologi adalah generasi
pertama dari ummat islam, yakni kalangan sahabat, tabiin, tabiut tabiin serta
orang-orang yang mengikuti dalam kebaikan hingga hari kiamat karena
berkumpul atas kebenaran. Jadi ahlus sunnah wal jamaah adalah orang yang
mempunyai sifat dan karakter mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw. Para
sahabat, tabiin, tabiut tabiin dan para ulama yang berpegang teguh kepada sunnah
Nabi.

2.Sejarah munculnya istilah Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Penamaan istilah ahlus sunnah wal jamaah ini sudah ada sejak generasi
pertama islam pada kurun yang dimuliakan Allah, yaitu generasi Sahabat, Tabiin,
dan Tabiut tabiin. Sejarah penamaan istilah ini dimulai dari peristiwa ricuhnya
perpolitikan yang mengatasnamakan islam. Yakni dimulai dari wafatnya Nabi
Muhammad Saw. Yang menyebabkan tertundanya pemakaman jasad Nabi
Muhammad Saw. Pada saat itu umat islam menjadi berkelompok yang masing-
masing kelompok memiliki pendapat berbeda mengenai kepemimpinan ummat
islam.

11
Nabi Muhammad Saw. Semasa hidupnya adalah seorang pemimpin agama dan
sekaligus pemimpin negara. Pada semasa hidupnya nabi Muhammad tidak pernah
menunjuk secara langsung siapa yang menggantikan beliau memimpin negara dan
umat islam. Karena inilah alasan mengapa terjadi tertundanya pemakaman jasad
nabi Muhammad Saw. Namun pada saat terjadi peristiwa pengangkatan atau
penunjukkan Sahabat Abu bakar As-sidiq menjadi khalifah umat islam, muncullah
kelompok yang tidak menerima penunjukkan atau pengangkatan tersebut. Salah
satunya adalah kelompok yang mengklaim bahwa yang sah menjadi khalifah atau
pengganti rasulullah adalah Ali Bin Abi Thalib yang kemudian hari disebut
dengan kelompok syiah. Sedangkan kelompok selain syiah adalah ahlus sunnah
wal jamaah atau lebih dikenal dengan sebutan sunni. Kelompok inilah yang tetap
konsisten hingga kini dalam memegang teguh sunnah rasulullah, para sahabat,
tabiin, tabiut tabiin dan para ulama yang berpegang teguh kepada mereka.20
Kelompok/pemikiran inilah (ahlus sunnah wal jamaah) yang banyak diikuti atau
diterima para ulama salaf dan umat islam hingga kini.

3. Kaidah dan Prinsip Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam mengambil dan
Menggunakan Dalil.

1. Sumber akidah adalah kitabullah (Alquran), Sunnah Rasulullah yang Shahih


dan ijma salafus shalih.

2. Setiap Sunnah yang shahih yang berasal dari Rasulullah wajib diterima,
walaupun sifatnya ahad

3. Yang menjadi rujukan dakam memahami alquran dan as-sunnah adalah nash-
nash (teks alquran dan hadits) yang menjelaskannya, pemahaman salafus shalih
dan para ulama yang mengikuti jejak mereka.

4. Prinsip-prinsip utama dalam agama (Ushuluddin) semunya sudah diatur dalan


alquran dan as-sunnah.

5. Berserah diri (taslin), patuh, dan taat hanya kepada Allah SWT.

6. Dalil aqli (akal) yang benar akan sesuai dengan dalil naqli (nash yang shahih).

12
7. Rasulullah Saw. Adalah Ma’shum (dipelihara oleh Allah dari kesalahan) dan
para sahabat secara keseluruhan dijauhkan allah dari bersepakat diatas kesesatan.

8. Bertengkar dalam masalah agama itu tercela, akan tetapi mujadalah


(berbantahan) dengan cara yang baik itu di masyruah (disyariatkan).

4. Prinsip-Prinsip yang disepakati Ahlus Sunnah wal Jamaah

1. Akidah ahlus sunnah wal jamaah tentang sifat-sifat Allah : itsbat bilaa takyif
(membenarkan tanpa mempersoalkan bentuknya) dan mensucikanNya tanpa
mengingkariNya.

2. Ahlus sunnah wal jamaah berpendapat mengenai alquran : Alquran adalah


kalamullah dan bukan makhluk.

3. Ahlus sunnah wal jamaah meyakini bahwa Allah tidak bisa dilihat oleh
siapapun didalam kehidupan dunia.

4. Ahlus sunnah bersepakat bahwa orang-orang mukmin dapat melihat rabbnya


disurga dengan kedua mata mereka.

5. Ahlus sunnah wal jamaah mengimani semua berita keadaan setelah mati yang
disampaikan oleh Rasulullah Saw.

6. Ahlus sunnah wal jamaah mengimani qadar Allah dengan segala tingkatnya.

7. Ahlus sunnah wal jamaah berpendapat bahwa iman adalah ucapan dan
perbuatan juga dapat bertambah dan berkurang.

8. Ahlus sunnah wal jamaah meyakini bahwa iman mempunyai pokok dan
cabang. 9. Ahlus sunnah wal jamaah bersepakat terhadap kemungkinan
berkumpulnya antara siksa dan pahala pada diri seseorang.

10. Ahlus sunnah wal jamaah mencintai dan mendukung sahabat rasul, ahlul bait,
dan isteri-isteri rasulullah tanpa meyakini adanya kema’shuman terhadap siapapun
kecuali rasulullah saw.

13
11. Ahlus sunnah wal jamaah membenarkan adanya karomah para wali dan
kejadian kejadian luar biasa yang diberikan allah kepada mereka.

12. Ahlus sunnah wal jamaah bersepakat untuk memerangi siapapun yang keluar
dari syariat islam sekalipun dia mengucapkan dua kalimat syahadat.

13. Ahlus sunnah wal jamaah berperang bersama pemimpin-pemimpin mereka


baik pemimpin yang baik maupun pemimpin yang durhaka demi menegakkan
syariat islam.

3. Perbedaaan Doktrin-doktrin Syi'ah dan Sunni

1. Pengikut Syi'ah ekstrem mengkafirkan sahabat Nabi Muhammad SAW, dan


orang Islam yang mengikuti sahabat Nabi.

2. Pendapat Syi'ah tentang Al-Qur’an, mereka berpendapat bahwa Al-Qur’an


yang ada pada saat ini bukan yang asli, isi kandungan Al-Qur’an telah dikurangi
dan ditambah oleh para sahabat, sementara yang asli (lengkap) ada ditangan Ali
yang kemudian diwariskan kepada putera-puteranya, sekarang ditangan Imam
Mahdi Al-Muntadzar.

3. Pemikiran kaum Syi’ah terhadap Sunnah. Sebagian kaum Syi’ah tidak


menerima hadits atau riwayah dari selain Ahlul Bait. Jadi hanya riwayat dari jalur
Ahlul Bait saja yang mereka terima.

4. Konsep Imamah dalam Ahlussunah Wal Jama'ah Rukun Iman ada 6, namun
dalam Syiah ada 7, menambahkan imamah sebagai rukun iman. Dalam Syi'ah
imamah sangat berpengaruh besar dalam kehidupan spiritual, individu, sosial dan
semua yang berkaitan dengan kehidupan manusia.

5. Konsep Taqiyah, yang berarti menampakkan ucapan dan perbuayan yang


berlawanan dengan apa yang disimpan dalam hati. Konsep dan doktrin ini
diberlakukan Syi'ah dengan tujuan untuk melindungi Islam dan madzhab Syi’ah.
Dan jika orang Syi’ah tidak mengikuti taqiyah, maka pemikiran Syi'ah akan
berakhir dalam kepunahan.

14
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Syi’ah secara bahasa verarti “pengikut”, “pendukung”, “partai’, atau


“kelompok”, sedangkan secara terminologis istilah ini dikaitkan dengan sebagian
kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaan merujuk pada
keturunan Nabi Muhammad SAW. Atau disebut sebagai ahl al-bait. Poin penting
dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama bersumber
dari ahl al-bait. Mereka menilak petunjuk-petunjuk keagamaan dri para sahabat
yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya. Syi’ah terbagi menjadi empat, yaitu:

1. Syi’ah Itsna Asyariyah

2. Syi’ah Ismialiyah

3. Syi’ah Zaidiyah

4. Syi’ah Ghulat

Sunni adalah sebutan pendek bagi ahlus sunnah wal jamaah, yang mana ahlus
sunnah wal jamaah ini adalah sebuah aliran pemikiran islam. Jadi ahlus sunnah
wal jamaah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter mengikuti sunnah
Nabi Muhammad Saw. Para sahabat, tabiin, tabiut tabiin dan para ulama yang
berpegang teguh kepada sunnah Nabi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Oki Setiana Dewi, “Syiah: Dari Kemunculannya Hingga Perkembangannya di


Indonesia”,
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, CV PUSTAKA SETIA: Bandung,
2013
Muhammad Abdul Hadi Al-Mishri, Manhaj dan aqidah ahlussunnah wal jamaah
Ahmad Atabik, “MELACAK HISTORITAS SYI’AH (Asal Usul, Perkembangan
dan AliranAlirannya)”,
Jurnal Akidah dan Studi Keagamaan Vol.3, No.2, 2015 Digilib.uinsby.ac. paham
sunni.
Yazid bin abdul qodir, Syarah aqidah ahlussunnah wal jamaah.
Ratu Suntiah dan Maslani, Ilmu Kalam

16

Anda mungkin juga menyukai