Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DIROSAH ISLAMIYAH

TENTANG MAKNA SYI’AH

Disusun Oleh :

Kelompok 8

Cindy Permata Putri

Tri Nadia

Dosen Pengampu : Sofyan Mukhlisin, LLB, LLM

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TAZKIA BOGOR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat berupa kesempatan
dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar, guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Dirosah Islamiyah, dengan judul “ Makna
Sy’ah ”Makalah ini berisi tentang pemahaman Makna Syi’ah. Dengan ini kami berharap
semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.

Namun terlepas dari itu, Kami menyadari dalam penulisan makalah ini memiliki
banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Kami berharap semoga makalah “Makna Syiah” ini bermanfaat dan memberikan
inspirasi terhadap pembaca.

Bogor, 17 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan................................................................................................. 1

BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................. 2

A. Pengertian Syia’ah.... ...................................................................................... 2

B. Sejarah Syia’h................................................................................................. 3

C. Pendiri Syi’ah dan tokoh-tokoh kelompok


syia’ah.............................................................................................................. 6

D. Aqidah dan pemikiran kelompok syi’ah.................................................................... 8

E. Bantahan islam terhadap syi;ah................................................................................. 13

BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................... 15

A. Kesimpulan.......................................................................................................... 15

B. Saran.................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Semula aliran yang lebih pada segi politik, yaitu dukungan kepada ahlu bait tapi lama
kelamaan berubah lebih kea rah teologis. Berbagai macam hal terjadi sehingga Syi’ah
terpecah menjadi beberapa sekte-sekte yang kesemuanya memiliki perbedaan tersendiri.

Walaupun demikian Syi’ah tetap kuat dan menyebar Bebagai macam literature
menjelaskan tentang munculnya Syi’ah. Ada yang mengatakan Syi’ah sudah ada sejak
sepeninggalan Nabi Muhammad saw yaitu ketika terpilihnya abu bakar sebagai khlifah
pengganti Nabi Muhammad saw yang telah meninggal dunia. Sedang beberapa literature lain
mengatakan Syi’ah muncul waktu perang shiffin, yaitu perang antara khalifah ali bin abu
thalib dengan bani ummaiyah.hingga Indonesia. Perkembangan yang tak disangka-sangka,
yang semula dikira hanya sebuah isu kini menjadi nyata.

B.    Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah tentang kepemilikan adalah sebagai berikut :

1.      Apa definisi dan karakteristik syi’ah ?

2.      Siapa saja pendiri dan tokoh-tokoh kelompok syi’ah ?

3.      Apa saja aqidah dan pemikiran kelompok syi’ah ?

4. Bagaimana bantahan islam terhadap syi’ah ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan memahami tentang syi’ah.

2. Mengetahui pendiri dan tokoh-tokoh kelompok syi’ah.

3. Mengetahui apa saja aqidah dan pemikiran kelompok syi’ah.

4. Dapat menjelaskan bagaimana bantahan islam terhadap syi’ah.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syi’ah

Syi’ah (Bahasa Arab: ‫شيعة‬, Bahasa Persia: ‫ )شیعه‬ialah salah satu aliran atau mazhab
dalam Islam. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti juga
Sunni menolak Imam dari Imam Syi'ah. Bentuk tunggal dari Syi'ah adalah Syi'i (Bahasa
Arab: ‫شيعي‬.) menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali. Sekitar 90% umat
Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah.Istilah Syi'ah
berasal dari kata Bahasa Arab ‫شيعة‬  Syī`ah. Bentuk tunggal dari kata ini adalah Syī`ī  ‫شيعي‬.

"Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali ‫ شيعة علي‬artinya "pengikut
Ali", yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu
Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali, kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang
beruntung" (ya Ali anta wa syi'atuka humulfaaizun)

Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu
juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara.Adapun menurut
terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sangat
utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum
muslimin, demikian pula anak cucunya sepeninggal beliau. Syi'ah, dalam sejarahnya
mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami
perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan mazhab.

Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah sumber
pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah Nabi
Muhammad SAW, dan pembawa serta penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah.

Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan
menantu Nabi Muhammad SAW dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus
kekhalifahan setelah Nabi Muhammad SAW, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang
diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah
langsung oleh Nabi Muhammad SAW, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.

Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan yang
tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan
hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari
Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.

Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah

2
(juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte
dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.

B. Sejarah Syi’ah

Syi’ah adalah sebutan bagi kelompok pendukung khalifah Ali bin abi thalib. Para
pendukung khalifah ali r.a ini sebenarnya sudah ada sejak hari wafatnya Nabi SAW. Ketika
diadakan pertemuan di saqafilah bani sa’diah antara golongan muhajirin dengan ansar,
sebagian keturunan  bani hasyim dan sebagian kaum muhajirin sebenarnya menjagokan ali
sebagai khilifah pengganti Nabi SAW. Namun suara meraka kalah besar dengan suara
pendukung Abu Bakar sehingga dialah yang terpilih. Disamping itu, pada saat pertemuan
tersebut ali tidak hadir karena sedang mengurusi jenazah Nabi SAW. Ketika Ali terpilih
sebagai khalifah menggantikan Utsman, mereka mulai menguatkan barisan namun belum
terbentuk sebuah gerakan.

1 .     Perang Shiffin

Ketika perang Shiffin terjadi perpecahan dalam kubu Ali, yang pada saat itu memiliki
kesempatan yang sangat besar untuk menang. Tetapi karena Ali memilih perundingan hal
itulah yang menyebabkan perpecahan. Karena keputusannya untuk melakukan perundingan
ternyata mendapat tentangan dari pendukungnya sendiri. Hingga akhir salah seorang
komandan pasukan Ali yang bernama Hurqus dari bani tamin keluar membantuk barisan
sendiri dengan mebawa 12 ribu orang pasukan. Dan kelompok Hurqus ini kelak dikenal
sebagai khawarij.

Sebagai bentuk reaksi atas golongan khawarij, muncul pula golongan pendukung Ali
yang menyatakan kesetiaan mereka kepada Ali. Mereka menyatakan siap membela Ali
bahkan siap mati bersamanya. Golongan ini kemudian dikenal dengan sebutan syi’atul Ali
(pengikut Ali), dan pada akhirnya menjadi embrio lahirnya Syi’ah.

2.      Bani Umayah dan Hasan

Dengan cara kotor bani umayah memenangkan perundingan. Dan ketika Ali
meninggal dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam (sisa kelompok khawarij) ketika akan
sholat, hal ini membuka kesempatan bagi bani umayah mengikrarkan diri sebagai khalifah
dan berakhirlah kepemimpinan Khulafa al-rasyidin.

Ketika khalifah Ali r.a telah wafat, para pengikut Ali kemudian mengangkat Hasan
bin Ali (putra dari Ali dan Fatimah) sebagai khalifah baru. Sehingga terjadi dua
kepemimpinan yaitu Muawiyah dan Hasan.

Hasan yang tak ingin membuka konflik dengan Muawiyah, disamping ia tidak
berambisi untuk menjadi khalifah, tiga bulan setelah di baiat oleh pendukungnya Hasan

3
mengikat perjanjian dengan Muawiyah. Yang dalam perjanjiannya Hasan mengakui
kekhalifahan Muawiyah dengan beberapa syarat. Syarat yang diajukan oleh Hasan yaitu
Muawiyah tidak menaruh dendam kepada orang-orang yang mendukung Hasan, serta mau
memaafkan dan menjamin keselamatan mereka; kursi kekhalifahan setelah Muawiyah harus
diserahkan kepada pilihan umat, bukan diwariskan kepada keturunannya; pajak dari Ahwaz
dan salah satu distrik di Persia, diperuntukkan bagi Hasan; dan Muawiyah harus membayar
kompensasi sebesar lima juta dirham dari bendahara Kuffah, member satu juta dirham tiap
tahun untuk Hasan, dan dua juta dirham untuk saudaranya, Husain.

Dalam literature Syi’ah dinyatakan bahwa setelah perjanjian damai tersebut Hasan
berkali-kali berusaha di bunuh, bahkah usaha tersebut telah dilakukan sebanyak 70 kali.
Hingga pada akhirnya Hasan harus mati oleh racun yang diletakkan istrinya yang ke tiga di
makanan yang dia makan.

3.      Yazid dan Husein

Umayah tidak menepati janjinya, ketika merasa ajalnya sudah dekat dia tidak
mengembalikan pemilihan khalifah kepada umat, tetapi mewariskannya kepada anaknya yang
bernama Yazid. Tetapi keputusan tersebut banyak menadao tetangan dari berbagai pihak.
Ketika Yazid telah diangkat menggantikan ayahnya,  kawasan Timur seperti Hijaz, Persia,
Khurasan, dan Irak tidak memberkan baiat kepada Yazid. Sehingga terhajid pemaksaan untuk
memenetapkan Yazid sebagai khalifah.

Hai ini dekelathu oleh Husai, dan sebagia benuk protesnya, Husei dan para
pengikutnya kemudian pindah ke mekah. Tak lama setelah menetap di mekah, datang utusan
dari kuffah. Melalui utusan tersebut, penduduk kuffah meminta kesediannya menjadi
khalifah. Dan permohonan tersebut di penuhi oleh Husein.

Setelah mendapat baiat dari 30000 penduduk kuffah, Husein pergi ke irak bersama
keluarga dan pengikutnya, guna untuk mendapatkan baiat dari penduduk disana. Tetapi
rencana tersebut telah di dengar oelh Yazid di Damaskus, sehingga dia memerintahkan
Abdullah bin Ziyad, gubernur Persia, untuk menangkap Husein dan menggagalkan baiat
penduduk irak atas Husein.

Rombongan Husein yang hanya 73 orang dihadang oleh 2000 orang tentara di suatu
kawasan yang bernama Shiraf. Rombongan kecil ini disesak hingga ke daerah yang kering
dan gersang yang bernama Karbala. Disana mereka diserbu oleh 4000 orang. Pembunuhan
sadis pun terjadi disana, dimana seluruh keluarga Husein di penggal lehernya dan di bawa ke 
kota Kuffah, guna di persembahkan kepada gubernur Abdullah bin Ziyad.

4.      Syi’ah

Pembunuhan sadis atas Husein dipadang Karbala menumbukan kemarahan berat bagi
pengikutnya, terutama bagi golongan Syi’ah yang menyakini bahwa khalifah haruslah ahlul
bait.
4
Dengan keyakinan bahwa Umayah yang telah melanggar perjanjian dan membunuh Hasan,
sedangkan Yazid yang telah membunuh Husein membangkitkan semangat patriotic kaum
Syi’ah untuk melakukan perlawanan bersenjata.

Perlawanan pertama ditunjukkan oleh Mukhtar al Salaqafi bersama penngikutnya,


kemudian dilanjutkan oleh Zaid bin Ali, cucu Husein, lalu perlawanan Yahya bin Zaid, serta
pemberontakan Nafs al Zakiyah.

Pada awalnya kelompok Syi’ah hanya dibentuk karena situasi politik yang
berkembang pada masa itu, namanu seiring berjalannya waktu keyakinan kelompok Syi’ah
mulai beralih kearah Teologis. Inti dari ajaran teoligis kelompok Syi’ah adalah berpusat pada
keyakinan bahwa hanya ahlul bait yang pantas menggantikan kepemimpinan sepeninggalan
Nabi saw.

Di tahun-tahun berikutnya, Syi’ah terpecah menjadi beberapa sekte. Hal itu terjadi
karena mereka harus memilih pengganti Husein, ada sekelompok yang berpendapat bahwa
yang berhak menggantikannya adalah putra Husein sendiri, Ali Zainal Abidin (satu-satunya
yang selamat adri tragedy pembataian di Karbala), sedangkan kelompok yang lain memilih
Muhammad bin Hanifiyah, putra Ali dan istri selain Fatimah. Akibatnya muncul sekte-sekte
baru dalam Syi’ah. Beberapa sempalan aliran Syi’ah yaitu Kaisaniyah, Ghulat, Zaidiyah, dan
Imamiyah. 2 golongan yang disebutkan pertama tidak mampu bertahan dan leyap.

a) Syi’ah Zaidiyah

Nama aliran ini dinisbatkan pada nama pendirinya, Zaid bin Ali Zainal Abidin,
seorang ahli tafsir dan fiqih di zamannya. Dia adalah putra dari Ali bin Husein Abidin.Pada
masa berikutnya aliran ini pecah kembali menjadi beberapa sekte, diantaranya adalah Syi’ah
Jarudiyah, Sulaimaniyah, dan Shalihiyah. Syi’ah Jarudiyah adalah pengikut Abu Jarud Ziyad
bin Abd al-Ziyad. Sekte ini beranggapan bahwa Nabi Muhammad SAW telah menunjuk Ali
sebagai penerusnya (walaupun secara tidak langsung).Syi’ah Sulaimaniyah adalah pengikut
Sulaiman bin Jarir, yang beranggapan bahwa sekalipun Ali adalah pemimpin terbaik pasca
Nabi saw. Tetapi mereka masih mengakui kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, namun tidak
mengakui kepemimpinan Utsman bin Affan.

Sedangkan Syi’ah Shalihiyah adalah pengikut Katsir al-Nu’man al-Akhtar dan Hasan
bin Shaleh al-Hayy. Golongan ini memiliki pandangan yang hamper sama dengan Syi’ah
Sulaimaniyah, tetapi perihal Utsman mereka lebih memilih diam.

b) Syi’ah Imamiyah

Kemunculan golongan ini berawal dari permasalahan siapa yang akan menggantikan
kepemimpinan Ja’far al-Shadiq, seorang ahli tafsir , hadist, fiqh, filsafat, fisika, yang masih
keturunan Ahlul Bait. Berbeda dengan Syi’ah Zaidiyah yang bersifat ekstrem dan bernuansa
politis, Syi’ah Imamiyah ini lebih bersifat moderat dan lebih menekankan pada bidang ilmu
pengetahuan, pemikiran, dan filsafat. Hal ini sesuai dengan semangat yang dibawa oleh Ja’far
5
al-Shadiq yang lebih menekankan pada bidang ilmu pengetahuan.Ja’far al-Shadiq lebih suka
berjuang pada jalur pendidikan. Karean itu ia melanjutkan perjuangan ayahnya mengajar di
perguruan masjid Nabawi dan merupaka perguruan pertama yang mengajarkan filsafat.

Kebesaran nama Ja’far al-Shadiq meresahkan khalifah yang memimpin kala itu,
sehingga dia berkali-kali berusaha membunuh Ja’far al-Shadiq. Dan usaha terakhir yang dia
lakukan adalah dengan memasukkan racun pada makanan Ja’far al-Shadiq. Ja’far al-Shadiq
meninggal dan dimakamkan di depan makam ayah dan kakeknya, serta makam Hasan bin
Ali.Sepeninggalan Ja’far al-Shadiq, golongan ini terpecah menjadi tiga golongan. Golongan
pertama meyakini bahwa yang berhak menggantikan Ja’far al-Shadiq adalah Ismail, putra
Ja’far al-Shadiq walaupun telah meninggal lebih dahulu. Golongan kedua meyakini bahwa
yang berhak menggantikan Ja’far al-Shadiq adalah Musa al-Kazim, putra Ja’far al-Shadiq.
Golongan ini kemudian di kenal dengan sebutan Syi’ah Itsna Asy’ariyah atau golongan
Syi’ah yang meyakini 12 imam. Sedangkan golongan ketiga berpendapat bahwa tidak ada
yang mampu menggantikan kepemimpinan Ja’far al-Shadiq. Golongan ini kemudian di kenal
dengan nama Sy’ah al-Waqfiyyah

C. Pendiri Syi’ah dan Tokoh-tokoh Kelompok Syiah

1) Abdullah bin Saba’

Pencetus paham syiah ini adalah seorang yahudi dari negeri Yaman (Shan’a) yang
bernama Abdullah bin saba’ al-himyari, yang menampakkan keislaman di masa
kekhalifahan Utsman bin Affan.Abdullah bin Saba’ mengenalkan ajarannya secara terang-
terangan, ia kemudian menggalang massa, mengumumkan bahwa kepemimpinan (imamah)
sesudah Nabi Muhammad seharusnya jatuh ke tangan Ali bin Abi Thalib karena petunjuk
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (menurut persangkaan mereka).

Menurut Abdullah bin Saba’, Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman telah
mengambil alih kedudukan tersebut. Dalam Majmu’ Fatawa, 4/435, Abdullah bin Shaba
menampakkan sikap ekstrem di dalam memuliakan Ali, dengan suatu slogan bahwa Ali
yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari
segala dosa).Keyakinan itu berkembang terus-menerus dari waktu ke waktu, sampai kepada
menuhankan Ali bin Abi Thalib. Ali yang mengetahui sikap berlebihan tersebut kemudian
memerangi bahkan membakar mereka yang tidak mau bertaubat, sebagian dari mereka
melarikan diri.

Abdullah bin Saba’, sang pendiri agama Syi’ah ini, adalah seorang agen Yahudi
yang penuh makar lagi buruk. Ia disusupkan di tengah-tengah umat Islam oleh orang-orang
Yahudi untuk merusak tatanan agama dan masyarakat muslim. Awal kemunculannya
adalah akhir masa kepemimpinan Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan. Kemudian berlanjut di
masa kepemimpinan Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib. Dengan kedok keislaman, semangat
amar ma’ruf nahi mungkar, dan bertopengkan tanassuk (giat beribadah), ia kemas berbagai

6
misi jahatnya. Tak hanya aqidah sesat (bahkan kufur) yang ia tebarkan di tengah-tengah
umat, gerakan provokasi massa pun dilakukannya untuk menggulingkan Khalifah ‘Utsman
bin ‘Affan. Akibatnya, sang Khalifah terbunuh dalam keadaan terzalimi. Akibatnya pula,
silang pendapat diantara para sahabat pun terjadi. (Lihat Minhajus Sunnah karya Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah, 8/479, Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah Ibnu Abil ‘Izz hlm. 490,
dan Kitab At-Tauhid karya Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hlm. 123)Rafidhah
pasti Syi’ah, sedangkan Syi’ah belum tentu Rafidhah. Karena tidak semua Syi’ah
membenci Abu Bakr dan ‘Umar sebagaimana keadaan Syi’ah Zaidiyyah, sekte syiah yang
paling ringan kesalahannya.

2) Dua belas Imam

Disebut juga Imamiyyah atau Itsna 'Asyariah (Dua Belas Imam) karena mereka percaya
bahwa yang berhak memimpin kaum Muslim hanyalah para Imam dari Ahlul-Bait, dan
mereka meyakini adanya dua belas Imam. Aliran ini adalah yang terbesar di dalam Syiah.
Urutan Imamnya adalah:

1. Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin


2. Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
3. Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
4. Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5. Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
6. Jafar bin Muhammad (703–765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
7. Musa bin Ja'far (745–799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim
8. Ali bin Musa (765–818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha
9. Muhammad bin Ali (810–835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau
Muhammad at Taqi
10.Ali bin Muhammad (827–868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi
11.Hasan bin Ali (846–874), juga dikenal dengan Hasan al-Askari
12.Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi

Zaidiyyah
Disebut juga Syiah Lima Imam karena merupakan pengikut Zaid bin 'Ali bin Husain bin 'Ali
bin Abi Thalib. Mereka dianggap moderat karena tidak menganggap ketiga khalifah sebelum
'Ali tidak sah. Urutan Imamnya adalah:

1. Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin


2. Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
3. Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
4. Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5. Zaid bin Ali (658–740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid, adalah anak Ali
bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir.
7
Ismailiyyah
Disebut juga Syiah Tujuh Imam karena mereka meyakini tujuh Imam, dan mereka percaya
bahwa Imam ketujuh ialah Isma'il. Urutan Imamnya adalah:

1. Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin


2. Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
3. Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
4. Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5. Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
6. Ja'far bin Muhammad bin Ali (703–765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
7. Ismail bin Ja'far (721 – 755), adalah anak pertama Ja'far ash-Shadiq dan kakak Musa
al-Kadzim.

D. Aqidah dan Pemikiran Kelompok Syi’ah

a) Aqidah Syi’ah

1. Syi’ah Itsna Asyariyah

Di dalam sekte Ayi’ah Asyariyah dikenal konsep Usul Ad-Din. Konsep ini menjadi akar atau
fondasi pragmatise agama. Konsep usuluddin mempunyai lima akar[1]

2. Tauhid (The devine Unity)

Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi –Nya. Keesaan Tuhan adalah mutlak. Ia
bereksistensi dengan sendirinya sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan
oleh Tuhan. Ia berdiri sendiri, tidak di batasi oleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat
dengan mata biasa[2]

3. Keadilan (The Devine Justice)

Tuhan menciptakan kebaikan di alam semesta ini merupakan keadilan. Ia tidak pernah
menghiasi ciptaan-Nya dengan ketidakadilan dan kelaliman terhadap yang lain merupakan
tanda kebodohan dan ketidakmampuan dan sifat ini jauh dari keabsolutan dan kehendak
Tuhan.

Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui perkara yang benar atau salah
melalui perasaan. Manusia dapat menggunakan penglihatan, pendengaran dan indera lainnya
untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Jadi, manusia
dapat memanfaatkan potensi bergkehendak sebagai anugerah Tuhan untuk mewujudkan dan
bertanggungjawab atas perbuatannya.

8
4. Nubuwwah (Apostleship)

Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan petunjuk, baik petunjuk
dari Tuhan  maupun dari manusia. Rasul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang
secara transenden diutus untuk memberikan acuan dalam membedakan antara yang baik dan
yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ah Itsna Asyariyah, Tuhan telah mengutus
124.000 rasul untuk memberikan petunjuk pada manusia.

Syi’ah Itsna Asyariyah percayamutlak tentang ajaran tauhid dengan kerasulan sejak Adam
hingga Muhammad dan tidak ada nabi dan rasul setelah Muahammad. Mereka percaya
adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an jauh dari tahrif., perubahan, atau
tambahan

5. Ma’ad (The Last Day)

Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan Tuhan di akhirat. Setiap
muslim harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih
dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidupan dunia menuju
kehidupan akhirat.

6. Imamah (The Devine Guidance)

Imamah adalah institusi yang diinagurasikan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia
yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasi kan kepada keturunan Muhammad
sebagai nabi dan rasul terakhir.

Selanjutnya, dalam sisi yang bersifat mahdah, Syi’ah Itsna Asyariyah berpijak kepada
delapan cabang agama yang disebut dengan furu ad-din. Delapan cabang tersebut terdiri atas
shalat, puasa, haji, zakat, khumus atau pajak sebesar seperlima dari penghasialan, jihad, al-
amr bi al-ma’ruf, dan an-nahyu an munkar.

7. Syi’ah Sab’iyah (Syiah Tujuh)

Para pengikut Syi’ah Sab’iyah percaya bahawa islam dibangun oleh tujuh pilar seperti
dijelaskan al-qobhi an-nukman dalam da’ain al-islam. Tujuh pilar tersebut adalah iman,
taharoh,  sholat, zakat, puasa, haji dan jihad.

Dalam pandangan kelompok Syi’ah sab’iyah, keimanan hanya dapat diterima bila sesuai
dengan keyakinan mereka, yakni melalui walayah (kesetian) kepada imam zaman. Imam
adalah seseorang yang menuntun umatnya kepada pengetahuan (ma’rifat).

Syarat-syarat seoarang imam dalam pandangan Syi’ah ab’iyah adalah sebagai berikut:

1. Imam harus berasal dari keturunan ali melalui perkawinannya dari fatimah yang
kemudian dikenal dengan ahlul bait

9
2. Berbeda dengan aliran kaisaniyah pengikut muhktar at-tsakoti, mempropagandakan
bahwa keimanan harus dari keturunan ali melalui pernikahannya dengan seorang
wanita dari bani hanifah yang mempunyai anak bernama muhammad bin al-
hanafiyah.
3. Imam harus berdasarkan penunjukan atau nas.
4. Keimanan jatuh pada anak tertua
5. Imam harus maksum.
6. Imam harus dijabat oleh seorang yang paling baik. Berbeda dengan zaidah, Syi’ah
sab’iyah dan syia’ah dua belas tidak membolehkan adanya imam mafdul.

8. Syi’ah Sab’iyah

Pada dasarnya sama dengan ajaran sekte-sekte Syi’ah lainnya. Perbedaannya terletak pada
konsep kemaksuman imam, adanya aspek batin pada setiap uang lahir, dan penolakannya
terhadap Al-Mahdi Al-Mumtadzar.

Ada satu sekte dalam Sab’iyah yang berpendapat bahwa Tuhan mengambil tempat dalam diri
imam. Oleh karena itu, imam harus disembah. Menurut imam Sab’iyah, Al-Qur’an memiliki
makna batin selain makna lahir.[11]

Dengan prinsip ta’wil. Sab’iyah menakwilkan, misalnya, ayat Al-Qur’an tentang puasa
dengan menahan diri dari menyiarkan rahasia-rahasia imam; dan ayat Al-Qur’an tentang haji
ditakwilkan dengan mengunjungi imam[12]

9. Syi’ah Zaidiyah

Imamah, sebagaimana telah disebutkan, merupakan doktrin fundamental dalam Syi’ah secara
umum. Berbeda dengan doktrin  imamah yang dikembangkan Syi’ah lain, Syi’ah Zaidiyah
mengembangkan imamah yang tipikal.

Menurut  zaidiyah, seorang imam paling tidak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Merupakan keturunan ahl al-bait, baik melalui garis hasan maupun husein .
2. Memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan diri atau
menyerang.

a) Syi’ah  Zaidiyah lainnya

Bertolak dari doktrin tentang al-imamahal-mafdul. Syi’ah Zaidiyah berpendapat bahwa


kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab adalah sah dari sudut pandang islam. Mereka
tidak merampas kekuasaan dari sudut pandang islam.[13]

Berbeda dengan Syi’ah lain, Zaidiyah menolak nikah mut’ah. Tampaknya ini merupakan
implikasi dari pengakuan mereka atas kekhalifahan Umar bin Khattab.

10
10. Syi’ah Ghulat

Menurut Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat mereka ekstrim, yaitu:

1. Tanasukh adalah keluarnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat pada jasad yang
lain.
2. Bada’ adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendak-Nya sejalan dengan
perubahan ilmu-Nya, serta dapat memerintahkan suatu perbuatan kemudian
memerintahkan yang sebaliknya.
3. Raj’ah ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat mempercayai bahwa imam
mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi.
4. Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Tasbih ini diambil dari faham
hululiyah dan tanasukh dan khalik.
5. Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua bahasa, dan
ada pada setiap individu manusia.
6. Ghayba artinya menghilangnya Imam mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan Syi’ah
bahwa Imam Mahdi itu ada di dalam negeri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata
biasa.

b) Pokok-Pokok Pemikiran Syi’ah

Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para pengikutnya
diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an nubuwah, al imamah dan al ma’ad.

1) At tauhid

Kaun Syi’ah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat bergantung semua makhluk,
tidak beranak dan tidak diperanakkan dan juga tidak serupa dengan makhluk yang ada di
bumi ini. Namun, menurut mereka Allah memiliki 2 sifat yaitu al-tsubutiyah yang merupakan
sifat yang harus dan tetap ada pada Allah SWT. Sifat ini mencakup ‘alim (mengetahui), qadir
(berkuasa), hayy (hidup), murid (berkehendak), mudrik (cerdik, berakal), qadim azaliy baq
(tidak berpemulaan, azali dan kekal), mutakallim (berkata-kata) dan shaddiq (benar).
Sedangkan sifat kedua yang dimiliki oleh Allah SWT yaitu al-salbiyah yang merupakan sifat
yang tidak mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini meliputi antara tersusun dari beberapa
bagian, berjisim, bisa dilihat, bertempat, bersekutu, berhajat kepada sesuatu dan merupakan
tambahan dari Dzat yang telah dimilikiNya.

2) Al ‘adl

Kaum Syi’ah memiliki keyakinan bahwa Allah memiliki sifat Maha Adil. Allah tidak pernah
melakukan perbuatan zalim ataupun perbuatan buruk yang lainnya. Allah tidak melakukan
sesuatu kecuali atas dasar kemaslahatan dan kebaikan umat manusia. Menurut kaum Syi’ah
semua perbuatan yang dilakukan Allah pasti ada tujuan dan maksud tertentu yang akan
dicapai, sehingga segala perbuatan yang dilakukan Allah Swt adalah baik. Jadi dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa konsep keadilan Tuhan yaitu Tuhan selalu melakukan
11
perbuatan yang baik dan tidak melakukan apapun yang buruk.Tuhan juga tidak meninggalkan
sesuatu yang wajib dikerjakanNya.

3) An nubuwwah

Kepercayaan kaum Syi’ah terhadap keberadaan Nabi juga tidak berbeda halnya dengan kaum
muslimin yang lain. Menurut mereka Allah mengutus nabi dan rasul untuk membimbing
umat manusia. Rasul-rasul itu memberikan kabar gembira bagi mereka-mereka yang
melakukan amal shaleh dan memberikan kabar siksa ataupun ancaman bagi mereka-mereka
yang durhaka dan mengingkari Allah SWT. Dalam hal kenabian, Syi’ah berpendapat bahwa
jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya yaitu 124 orang, Nabi terakhir adalah nabi Muhammad
SAW yang merupakan Nabi paling utama dari seluruh Nabi yang ada, istri-istri Nabi adalah
orang yang suci dari segala keburukan, para Nabi terpelihara dari segala bentuk kesalahan
baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi Rasul, Al Qur’an adalah mukjizat Nabi
Muhammad yang kekal, dan kalam Allah adalah hadis (baru), makhluk (diciptakan) hukian
qadim dikarenakan kalam Allah tersusun atas huruf-huruf dan suara-suara yang dapat di
dengar, sedangkan Allah berkata-kata tidak dengan huruf dan suara.

4) Al imamah

Bagi kaun Syi’ah imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama sekaligus dalam
dunia.Ia merupakan pengganti Rasul dalam memelihara syari’at, melaksanakan hudud (had
atau hukuman terhadap pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta
ketentraman umat. Bagi kaum Syi’ah yang berhak menjadi pemimpin umat hanyalah seorang
imam dan menganggap pemimpin-pemimpin selain imam adlah pemimpin yang ilegal dan
tidak wajib ditaati. Karena itu pemerintahan Islam sejak wafatnya Rasul (kecuali
pemerintahan Ali Bin Abi Thalib) adalah pemerintahan yang tidak sah. Di samping itu imam
dianggap ma’sum, terpelihara dari dosa sehingga iamam tidak berdosa serta perintah,
larangan tindakan maupun perbuatannya tidak boleh diganggu gugat ataupun dikritik.

5) Al Ma’ad

Secara harfiah al ma’dan yaitu tempat kembali, yang dimaksud disini adalah akhirat. Kaum
Syi’ah percaya sepenuhnya bahwahari akhirat itu pasti terjadi. Menurut keyakinan mereka
manusia kelak akan dibangkitkan, jasadnya secara keseluruhannya akan dikembalikan ke
asalnya baik daging, tulang maupun ruhnya. Dan pada hari kiamat itu pula manusia harus
memepertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia di
hadapan Allah SWT. Pada saaat itu juga Tuhan akan memberikan pahala bagi orang yang
beramal shaleh dan menyiksa orang-orang yang telah berbuat kemaksiatan.

E. Bantahan Islam Terhadap Syi’ah

12
Para ulama telah membongkar kebohongan Mahdi versi Syi’ah dan membantah tuntas
syubhat-syubhat mereka.Di antara para ulama yang telah melakukannya adalah Ibnu
Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Katsir, dan ulama-ulama masa kini. Untuk itu kami
ringkaskan pembahasan berikut ini dari kitab Badzlul Majhud Fi Itsbati Musyabahatir
Rafidhah Lil Yahud karya Asy-Syaikh Abdullah Al-Jumaili.

1. Al-Hasan Al-‘Askari sebagai bapak Al-Mahdi versi Syi’ah sebenarnya tidak


mempunyai anak. Ia meninggal tanpa keturunan. Dan sungguh ini adalah hikmah
Allah l yang besar untuk membongkar kedok kedustaan mereka. Dan ini diakui oleh
buku-buku Syi’ah sendiri seperti Al-Kafi karya Al-Kulaini, Al-Irsyad karya Al-
Mufid, dan lain-lain.
2. Anggaplah kelahiran itu ada, tapi persembunyiannya yang lama ini membuat
keberadaannya tiada arti. Ath-Thusi, ulama mereka, menyebutkan sebab tidak
keluarnya adalah takut dibunuh. Ini adalah sebab yang dibuat-buat, karena dalam
keyakinan mereka, ia akan muncul dan mendapat pertolongan dari Allah (Biharul
Anwar, 52/191).

Lalu mengapa takut? Ataukah dia tidak beriman dengan berita-berita riwayat mereka
itu? Demikian pula, bila dia takut dibunuh alias pengecut, maka ini –menurut mereka
juga– tidak sesuai dengan syarat keimaman. Sebab, menurut mereka, syarat sebagai
seorang imam adalah harus yang paling pemberani. (Al-Anwar An-Nu’maniyyah,
1/34)

3. Artinya pula, ia akan keluar nanti bila sudah aman. Lalu untuk apa keluar jika sudah
aman, tidak ada perlunya?!
4. Sekarang negara Syi’ah sudah ada, yaitu Iran. Bukankah negara itu siap melindungi
Mahdi mereka? Mengapa tidak keluar?
5. Kalau ia tidak bisa melindungi dirinya dari pembunuhan, bagaimana mau melindungi
orang lain? Alasan yang dibuat-buat itu, justru menunjukkan bahwa Mahdi mereka
memang tidak ada.
6. Mahdi mereka itu tidak ada maslahatnya dari sisi din dan dunia. Lebih-lebih di antara
prinsip Syi’ah adalah bahwa hukum-hukum syariat tidak bisa dilaksanakan sampai
munculnya Mahdi. Sementara Mahdi mereka hanya fiktif. Artinya, mereka hidup
tanpa syariat.

Apakah ini bisa diterima oleh akal seorang muslim, siapapun dia? Oleh karenanya, mau
tidak mau Khomeini (tokoh Syiah) harus mengakui realita ini, sehingga dia katakan:
“Sesungguhnya, kita berada pada masa persembunyian besar (Mahdi) dan telah lewat
masanya lebih dari 1.200 tahun… Sekarang sesungguhnya hukum-hukum Islam dan undang-
undang syariat, apakah akan dibiarkan dan ditinggalkan sampai masanya muncul, supaya
selama selang waktu persembunyian yang panjang masanya ini orang-orang menjadi
tanpa beban, mereka berada dalam kebebasan semau mereka? Maknanya bahwa syariat Islam
hanya untuk waktu yang terbatas. Dalam kurun waktu 1 atau 2 abad saja. Dan ini adalah
termasuk penghapusan syariat Islam yang paling jelek yang kami tidak sependapat

13
dengannya. Demikian pula tidak seorang muslim pun sependapat….” (Al-Hukumah Al-
Islamiyyah, hal. 41-42, dinukil dari Badzlul Majhud karya Asy-Syaikh Abdullah Al-Jumaili,
1/272)

Asy-Syaikh Abdullah Al-Jumaili mengatakan: “Apa yang disebutkan oleh Khomeini


bahwa keyakinan Al-Ghaibah (persembunyian Al-Mahdi) pada akhirnya mengarah kepada
penghapusan syariat mereka. Ini adalah pendapat yang benar yang Allah l tampakkan melalui
lisannya, untuk Allah l tegakkan hujjah atas mereka (orang-orang Syi’ah).” (Badzlul Majhud
karya Asy-Syaikh Abdullah Al-Jumaili, 1/272)

Dari sini, mungkinkah Sunnah dan Syi’ah bergandeng tangan? Orang yang berakal tentu
menjawab tidak mungkin. Hal itu bagaikan mencampur antara minyak dan air.

Atas dasar itu, maka segala ajakan menuju pendekatan antara Sunnah dan Syi’ah adalah
merupakan kesesatan dan upaya untuk mengubur al-wala` dan al-bara` serta menghapus
identitas As-Sunnah dari Ahlus Sunnah.

Tidakkah kalian sadar –wahai pengikut aliran Syi’ah– akan kebatilan aqidah kalian ini?
Dan ini baru satu masalah. Demikian pula aqidah-aqidah kalian yang lain. Tak jauh
kebatilannya dari itu, bahkan banyak yang lebih batil darinya. Sadarlah dan kembalilah
kepada Islam yang dibawa oleh Rasul Rabb semesta alam, Muhammad bin Abdillah Al-
Qurasyi, Al-Hasyimi.

14
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Ajaran dalam Syi'ah amatlah banyak dan berbeda-beda, sehingga kita harus mencari
dan mengetahui ajaran-ajaran, doktrin-doktrin, dan tokoh-tokoh yang berdampak besar dalam
golongan ini. Selain itu, di dalam aliran Syi’ah ini terdapat banyak  bagian-bagian dan
perbedaan pendapat dalam bertahuid. Yang ditandai dengan munculnya beberapa sekte
seperti Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah, dan Kaum Gulat.

Hal ini menuntut kita untuk selalu berhati-hati serta mengantisipasi atas adanya
doktrin keras yang mungkin berkembang, atau bahkan telah begitu pesat dalam
penyebarluasan ajarannya ke negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
seperti di Indonesia. Salah satunya adalah menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib sangat
utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum
muslimin. Bahkan yang lebih parah adalah yang memuja dan menganggap bahwa Ali bin Abi
Thalib bukan manusia biasa, melainkan jelmaan Tuhan atau bahkan Tuhan itu sendiri.

B.     Saran

Dengan kemampuan kita berfikir di harapkan kepada semua pihak setelah membaca
makalah ini dapat meningkatkan kualitas pemahaman yang mendalam tentang arti Asbabun
Nuzul. Sehingga dapat menerapkan semua makna yang terkandung di setiap ayat yang ada di
dalam Al-Qur’an karena semua itu dapat membuat kita semua menjadi lebih menghargai,
mencintai juga memaknai setiap ayat yang ada di dalam Al-Qur’an sehingga ber imbas
kebaikan kedalam kehidupan kita nantinya.

Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita harus selalu cermat serta berhati-hati dalam
meyakini dan mempelajari suatu aliran baik itu Syi’ah maupun aliran pemikiran yang lain.
Selain itu, jangan sampai terlalu fanatik, karena fanatisme akan berdampak pada keburukan.
Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebih-lebihan
DAFTAR PUSTAKA

Rozak, Abdul dan Anwar Rosihon. 2007. Ilmu Kalam. Pustaka Setia : Bandung

Hasjmy, A. 1982. Syi’ah dan Ahlus Sunnah. Bina Ilmu : Aceh

Amar, A. Hasan. 1993. Akidah Syi’ah seri tauhid. Yayasan Al Muntazhar : _____

Al Musawi, A. Syarafudin. 1997. Isu-Isu Penting Ikhtilaf. Mizan : Bandung

Ja’fari, F. Su’ud. 2010. Islam Syiah. UIN-Maliki Press : Malang

Al Barsani, I. Noer. 2005. Akhidah Kaum Sarungan. Tim Saluran Teologi : Purwokerto

Abdullah. 2008. Cara Mudah Memahami Aqidah. Pustaka At Tazkia : Jakarta

Shihab, M. Quraish. 2007. Shunah Syiah Bergandengan Tangan!Mungkinkah?. Lentera Hati : Tangerang

Hashem,O. 2002. Syiah Ditolah Syah Dicari. Islamik Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul
Arus, 5/405, karya Az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq  Mu'ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin 'Ali Al-
Awaji

Al-khotib, Sayyid Muhibudin, Mengenal Pokok-pokok Ajaran Syi'ah Al-Imamiyah, Surabaya:PT.bina


ilmu, 1984

Asy-Syahrastani, Muhammad bin Abd Al-Karim, Al-Milal wa An-Nihal, Beirut-Libanon: Dar al-Kurub
al-'Ilmiyah, 1951

Abu Zahrah, Muhammad,  Aliran Politik Dan Aqidah Dalam Islam, Jakarta : Logos Publishing House,
1996

A. Nasir, Sahilun,  Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya, Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2010

Nasution, Harun,  Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI-Press, 1986

Razak, Abdur dan Anwar, Rosihan, Ilmu Kalam, Bandung: Puskata Setia, 2006

Syak’ah, Musthafa Muhammad, Islam Tanpa Mazhab, Terj. Abu Zaidan Al-Yamani & Abu Zahrah Al-
Jawi Solo: Tiga Serangkai, 2008Center Jakarta al-Huda : Jakarta

16
17

Anda mungkin juga menyukai