Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“ALIRAN SYIAH DAN KHAWARIJ”


Disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Kalam
Muhadir pengampu : Farkhi Asna Lc.

Disusun oleh:
Farikha Nazila
Siti Fatimah
Dewi Nur Arifah w
Fina Awwaliya L
TAKHASUS FIQH WA USHULUHU
MA’HAD ALY AL TARMASI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Farkhi Asna Lc, pada mata kuliah Ilmu Kalam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Farkhi Asna Lc,
selaku Muhadir Ilmu Kalam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Tremas, 27 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
P E M B A H A S A N...............................................................................................................3
A. SYIAH.................................................................................................................................3
B. KHAWARIJ.....................................................................................................................15
BAB III....................................................................................................................................24
PENUTUP...............................................................................................................................24
A. Kesimpulan.........................................................................................................................24
B. SARAN..............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan tentang wujud Allah ,sifat-
sifat yang wajib ada pada-Nya dan sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu kalam ialah ilmu yang memuat yang memeuat
beberapa alasan untk mempertahankan keimanan dengan menggunakan dalil-
dalil aqli (pikiran). Sedangkan menurut Ibnu Syekh Muhammad Abduh ilmu
kalam ialah ilmu yang membahas tentang wujud Tuhan,sifat-sifat yanb mesti
ada pada-Nya,sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya,dan sifat-sifat yang taidak
mungkin ada pada-Nya.Ada beberapa aliran-aliran ilmu kalam antara lain
ialah Syi’ah dan Khawarij.

Syi’ah dan Khawari adalah aliran ilmu kalam yang muncul setelah
wafatnya Rasulullah yaitu ketika akhir-akhir kepemipinan khalifah Ali bin
Abi Thalib dan awal berdirinya Dinasti Umayyah. Pada awalnya Syi’ah dan
Khawarij ada dalam satu barisan yakni barisan para pendukung Sayyidina Ali.
Namun setelah Sayyidina Alli bin Abi Thalib mengadakan tahkim dengan
Muawiyyah(pendiri Dinasti Umayyah) saat terjadi perang shiffin sejumlah
orang yang tidak setuju dengan rencana tahkim keluar dari barisan pendukung
Ali. Setelah itu muncullah aliran Khawarij.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi golongan Syiah dan Khawarij?
2. Bagaimana sejarah munculnya aliran Syiah dan Khawarij?
3. Apa saja aliran aliran Syiah dan Khawarij.
4. Siapa saja tokoh tokoh aliran Syiah dan Khawarij?
5. Apa saja pemikiran aliran Syiah dan Khawarij?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Pembaca dapat mengetahui apa definisi golongan Syiah dan Khawarij.
2. Pembaca dapat mengetahui bagaimana sejarah munculnya aliran Syiah dan
Khawarij.
3. Pembaca dapat mengetahui apa saja aliran aliran Syiah dan Khawarij.
4. Pembaca dapat mengetahui siapa saja tokoh tokoh aliran Syiah dan
Khawarij.
5. Pembaca dapat mengetahui apa saja pemikiran aliran Syiah dan Khawarij.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SYIAH
1. Definisi Syiah

Menurut bahasa, Syi’ah berasal dari bahasa Arab sya’a yasyi’u


syi’an syi’atan yang berarti pendukung atau pembela. Al-Fairuz Abadi
menjelaskan bahwa Syi’ah seseorang merupakan pengikut dan
pendukungnya. Kelompok pendukung ini bisa terdiri dari dua orang atau
lebih, laki-laki maupun perempuan. Arti Syi’ah secara bahasa terdapat
dalam al-Qur’an, sebagaimana firman- Nya:
‫ِإ ِم ِش ِتِه ِإَل ِه‬
‫َو َّن ن يَع ۦ ْبَٰر يَم‬
Artinya: “Dan diantara Syi’ahnya adalah Ibrahim.”(QS As-Saffat: 183).1

Syiah dalam bahasa Arab artinya ialah pihak, puak, golongan,


kelompok atau pengikut sahabat atau penolong. Pengertian itu kemudian
bergeser mempunyai pengertian tertentu. Setiap kali orang menyebut
syiah, maka asosiasi pikiran orang tertuju kepada syiah-ali, yaitu
kelompok masyarakat yang amat memihak Ali dan dan memuliakannya
beserta keturunannya. Kelompok tersebut lambat laun membangun dirinya
sebagai aliran dalam Islam. Adapun ahl al-bait adalah “family rumah
nabi”. Menurut syiah yang dinamakan ahl bait itu adalah Fatimah,
suaminya Ali, Hasan dan Husein anak 11 Muchotob Hamzah, menantu
dan cucu-cucu Nabi, sedang isteri-isteri nabi tidak termasuk Ahlal Bait.
Syi’ah Ali adalah pendukung dan pembela Ali, sementara Syi’ah
Mu’awiah adalah pendukung Mu’awiyah. Pada zaman Abu Bakar, Umar
dan Utsman kata Syi’ah dalam arti nama kelompok orang Islam belum
dikenal. Pada saat pemilihan khalifah ketiga setelah terbunuhnya Abu

1
Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir al-Qur’an: Perkenalan dengan Metodologi Tafsir
(Bandung: Penerbit Pustaka, 1987), hlm. 119.

3
Bakar, ada yang mendukung Ali, namun setelah umat Islam memutuskan
untuk memilih Utsman bin Affan, maka orang-orang yang tadinya
mendukun Ali, akhirnya berbaiat kepada Utsman termasuk Ali. Dengan
begitu, belum terbentuk secara faktual kelompok umat Islam bernama
Syi’ah.2 Ketika timbul pertikaian dan peperangan antara Ali dan
Mu’awiyah, barulah kata Syi’ah muncul sebagai nama kelompok ummat
Islam. Tetapi bukan hanya pendukun Ali yang disebut Syi’ah, namun
pendukung Mu’awiyah pun disebut dengan Syi’ah, terdapat Syi’ah Ali dan
Syi’ah Muawiyah. Nama ini didapatkan dalam naskah perjanjian Tahkim,
di situ diterangkan bahwa apabila orang yang ditentukan dalam
pelaksanaan tahkim itu berhalangan, maka diisi dengan orang yang Syi’ah
masing-masing dua kelompok. Namun pada waktu itu, baik Syi’ah Ali
maupun Muawiyah semuanya beralihan Ahlussunnah, karena Syi’ah pada
waktu hanya berarti pendukung dan pembela. Sementara aqidah dan
fahamnya, kedua belah pihak sama karena bersumber dari al-Qur’an dan
Sunnah Rasul. Sehingga Ali pun memberikan penjelasan bahwa
peperangan antara pengikutnya dan pengikut Muawiyah adalah semata-
mata berdasarkan ijtihad dan klaim kebenaran antara kedua kelompok
yang bertikai tersebut.3
Setelah mengalami perkembangan, Syi’ah kemudian menjadi
madzhab politik yang pertama lahir dalam Islam setelah terjadinya tahkim
tersebut. Setiap kali Ali berhubungan dengan masyarakat, mereka semakin
menggumi bakat-bakat, kekuatan beragama, dan ilmunya. Oleh sebab itu,
para propagandis Syi’ah mengeksploitasi kekaguman mereka terhadap Ali
untuk menyebarluaskan pemikiran-pemikiran mereka tentang dirinya.
Ketika keturuan Ali, yang sekaligus merupakan keturunan Rasulullah
mendapatkan perlakuan yang tidak adil dan perlakukan zalim serta banyak
mengalami banyak penyiksaan pada masa Bani Umayah, cinta mereka
terhadap keturunan Ali semakin mendalam.

2
Moh. Dawam Anwar, Mengapa Kita Menolak Syi’ah (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan
Penelitan Islam, 1998), hlm. 3.
3
Ibid., hlm. 3.

4
Mereka memandang bahwa Ahlul Bait ini sebagai syuhada dan
korban kezaliman. Dengan demikian, semakin meluas pula madzhab
Syi’ah dan pendukungnya pun semakin banyak.4 Maka, pada umumnya
nama Syi’ah dipergunakan bagi setiap dan semua orang yang menjadikan
Ali berikut keluarganya sebagai pemimpin secara terus menerus, sehingga
Syi’ah itu akhirnya khusus menjadi nama bagi mereka saja. 5 Lebih lanjut,
Abu Zahrah menjelaskan bahwa maksud dari Syi’ah kemudian menyempit
kepada pengikut Ali sehingga mereka berkeyakinan bahwa Ali adalah
khalifah pilihan Nabi Muhammad da ia adalah orang yang paling utama
(afd}al) di antara para sahabat Nabi lainnya. Tampaknya di antara para
sahabat sendiri ada beberapa orang yang sependapat dengan Syi’ah tentang
keutamaan Ali atas sahabat Nabi yang lain. Di antara sahabat yang
mengutamakan Ali atas sahabat lainnya adalah: Ammar bin Yasir, Al-
Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghiffari, Salman al-Farisi, Jabir bin
Abdullah, Ubay bin Ka’ab, Hudzaifah, Buraidah, Abu Ayyub al-Anshari,
Shal Ibn Hanif, Utsman Ibn Hanif, Abu Haitsam ibn al-Taihan, Abu al-
Thufail Ammar ibn Wa’ilah, al-Abbas Ibn Abdullah Muthalib dan
anakanaknya serta seluruh Bani Hasyim.

2. Sejarah Munculnya Syiah


Menilik dari sejarahnya, ajaran Syi’ah berawal pada sebutan yang
ditujukan kepada pengikut Ali, yang merupakan pemimpin pertama ahl al-
Bait pada masa hidup Nabi sendiri. Kejadian-kejadian pada munculnya
Islam dan pertumbuhan Islam selanjutnya, selama dua puluh tiga tahun
masa kenabian, telah menimbulkan berbagai keadaan yang meniscayakan
munculnya kelompok semacam kaum Syi’ah di antara para sahabat Nabi. 6
Akar permasalah umat Islam, termasuk munculnya madzhab
Syi’ah bermula dari perselisihan mereka terkait siapa yang paling layak
menjadi pemimpin setelah Rasulullah Saw wafat. Sebab, Rasulullah
sebelum wafat tidak menentukan siapa yang akan menggantikannya
4
M. Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam (Jakarta: Logos, 1996), hlm. 35.
5
Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir al-Qur’an……, hlm. 119.
6
M. Thabathaba’i, Islam Syi’ah: Asal Usul dan Perkembangannya (Jakarta: Temprint,
1989), hlm. 37.

5
sebagai pemimpin umat dan negara. Sementara kaum muslimin sesudah
wafatnya Rasul merasa perlu mempunyai khalifah yang dapat mengikat
umat Islam dalam satu ikatan kesatuan. Sebelum dikebumikan kaum
Anshar berkumpul di Bani Sa’idah. Mereka berpendapat bahwa kaum
Ansharlah yang paling layak menjadi pengganti Rasul, lalu menyodorkan
Sa’ad bin Ubadah sebagai pemimpin. Sesudah perdebatan persoalan
pemimpin itu, kemudian secara aklamasi kedua belah pihak memilih Abu
Bakar menjadi pemimpin mereka. Dengan demikian hilanglah perselisihan
paham dan umat Islam kembali bersatu.7
Para ulama masih berbeda pendapat mengenai asal-usul Syi‟ah dan
perkembangannya. Menurut Prof. Walhus, akidah Syi‟ah banyak
terpengaruh oleh ajaran Yahudi, bukan persia karena mengingat
pendirinya adalah Abdullah bin Saba‟ yang berasal dari Yahudi.
Sementara pendapat Prof. Dawzi cenderung pada pendapat yang
menyatakan bahwa pendiri Islam adalah orang Persia, karena orang Arab
bebas memeluk agama. Menurut Prof. Ahmad Amin, Syiah sudah muncul
sebelum orang-orang Persia masuk Islam, tetapi masih belum ekstrim
seperti sekarang. Mereka hanya berpendapat bahwa Ali lebih utama dari
sahabat lainnya. Kemudian pemahaman Syiah ini berkembang seiring
perkembangan zaman dan adanya kasus pembunuhan-pembunuhan yang
mengatas namakan Syiah. Tokoh-tokoh Aliran Syiah: Jalaludin Rakhmat,
Haidar Bagir, Haddad Alwi, Nashr bin Muzahim, Ahmad bin Muhammad
bin Isa Al-Asy‟ari.8
Permasalahan kemudian muncul, ketika saat itu Ali tidak turut hadir
dalam sidang tersebut. Setelah mendengar pembaiatan Abu Bakar, nampak
ketidak puasan Ali bin Abi Thalib. Belakangan orang-orang yang menjadi
pengikut Ali, Abu Bakar dan Umar menelikung Ali sebagai khalifah.
Timbullah pendapat bahwa yang berhak memegang khalifah adalah
keluarga Nabi, dan Ali lah yang paling pantas. Karena ia adalah menanti

7
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam (Jakarta: Pustaka Rizki
Putra, 2009), hlm. 104-105.
8
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid….., hlm.

6
Rasul, orang yang paling besar jihadnya, paling banyak ilmunya,
keluarganya adalah seutama-utama keluarga Arab.
Sayyidina Ali akhirnya dibaiat oleh sebagian besar kaum muslimin,
termasuk mayoritas kaum Muhajirin. Namun beberapa sahabat nabi yang
enggan membaiat Ali, yaitu Zubair dan Thalhah, dengan persetujuan
Aisyah keduanya menentang Ali dan berkecamuklah perang Jamal antara
pasukan Ali dan Pasukan Aisyah, Zubair dan Thalhah gugur dalam
pertempuran tersebut. Di sisi lain, Muawiyah dari keluarga Bani Umayyah
yang menjadi Gubernur Syam mempresur Ali untuk mengusut secara
tuntas dan menghukup orang yang membunuh Utsman. Atas ketidak
puasan bani Umayyah ini, Muawwiyah memberontak khalifah Ali.
Terjadilah pertempuran di lembah Shiffin. Setelah agak terdesak, dan
hampir-hampir pasukan Ali memenangkan pertempuran, Muawiyah
menyuruh salah satu tentaranya untuk mengangkat mushaf di atas lembing
yang tinggi, sebagai tanda menyerah dan permintaan perdamaian.
Beberapa orang dari pasukan Ali merasa tidak puas atas keputusan damai
(tah}ki>m) tersebut, sebab mereka merasa pasukan Ali hampir
menumpaskan pasukan pemberontak. Peristiwa tahkim ini tidak malah
menyebabkan perdamaian antara dua belah pihak, namum memunculkan
faksi-faksi di tubuh umat Islam menjadi tiga (3) kelompok:
Kelompok Syi’ah, yaitu golongan yang memihak pada Ali dan
kerabatnya dan berpendapat bahwa Ali dan keturunannyalah yang berhak
menjadi khalifah. Kelompok Khawarij, yaitu golongan yang menentang
Ali dan Muawiyah, mereka berpendapat bahwa tahkim itu menyalahi
prinsip agama. Kelompok Murjiah, yaitu golongan yang menggabungkan
diri kepada salah satu pihak dan menyerahkan hukum pertengkaran itu
kepada Allah semata.
Kelompok Syi’ah di atas, mula-mula merupakan orang orang yang
mengagumi Sayyidina Ali, sebagai pribadi dan kedudukan istimewa di sisi
Rasulullah, sehingga ia mempunyai pengaruh yang besar dan muncullah
rasa cinta sebagian kaum muslimin kepadanya. Sebagian sahabat yang
sangat mencintainya menganggap bahwa Ali merupakan sosok paling

7
utama di antara para sahabat, dan dialah yang paling berhak atas
kedudukan khalifah daripada yang lainnya. Namun, kecintaan itu telah
bergeser menjadi fanatisme yang buta dua abad selanjutnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka merupakan kekeliruan besar
bagi kaum Syi’ah yang fanatis yang menganggap bahwa sahabat-sahabat
yang sangat mencintai Ali merupakan pengikut Syi’ah sebagaimana
pengikut-pengikut Syi’ah yang sekarang ini dengan doktrin menghukumi
kafir para sahabat lainnya, seperti Abu Bakar, Umar, Aisyah, Thalhah,
Zubair dan lainnya. Sementara para penganut Syi’ah sekarang telah terjadi
selisih pendapat terkait dengan masalah-masalah madzhab dan aqidah.
Mereka telah terpecah belah menjadi beberapa kelompok; sebagian dari
mereka bersikap ekstrim, sehingga bisa dikatakan doktrin mereka telah
keluar dari ajaran Islam. Sedangkan, sebagian pengikut Syi’ah lain
bersikap moderat, sehingga hampir menyerupai ahlusunnah wal-jamaah.9

3. Aliran Aliran Syiah


1. Syiah Imamiyah
Dalam masalah imamah, kelompok Syi’ah Imamiyah sepakat
bahwa Ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad melalui nash. Syi’ah
Imamiyah merupakan kelompok Syi’ah orang-orang Syi’ah yang
mempromosikan keimaman Ali ras langsung sesudah Rasulullah saw., dan
menyatkan bahwa terdapat dalil yang sahih dan eksplisit mengenai
keimaman Ali ra. Kelompok ini bersepakat tentang keimaman Ali ra., dan
diteruskan kepada kedua putranya (Hasan dan Husain), lalu kepada putra
Husain Zainal Abidin, terus kepada, anaknya, Muhammad al-Baqir, di,
dilanjutkan oleh anaknya, Ja’far ash-Shadiq.10
a. Menurut ajaran Syi’ah Imamiyah, seorang Syi’ah Imamiyah dapat
menetapkan undang-undang, segala ucapannya adalah syari’at dan
tidak mungkin sesuatu yang berasal dari para imam bertentang dengan
syari’at. Terkait dengan pembuatan undang-undang fungsi imam
sebagai berikut: Nabi Muhammad meninggalkan rahasia-rahasia
9
Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir al-Qur’an……, hlm. 121.
10
Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir al-Qur’an: Perkenalan…., hlm. 124

8
syari’at untuk dititipkan kepada para imam yang merupakan penerima
wasiatnya. Nabi tidak menerangkan seluruh hukum, namun hanya
menjelaskan sebagainnya saja, yang sesuai dengan zamannya,
sementara sebagian lagi ditinggalkan agar para penerima wasiat
menjelaskan kepada kaum muslimin sesuai dengan zaman setelah ia
wafat.
b. Mereka memupunyai doktrin bahwa ucapan dan perbuatan imam
merupakan syari’at Islam. Sebab, imam bertugas sebagai
penyempurna risalah kenabian, maka ucapanny dalam bidang agama
merupakan syari’at. Ucapan para imam itu setaraf dengan sabda Nabi
Muhammad karena merupakan titipan Nabi kepada mereka.
c. Menurut mereka, para imam memiliki hak untuk melakukan
takhshish terhadap nash-nash yang bersifat umum dan melakukan
taqyid terhadap nashnash yang bersifat mutlak. Karena seorang imam
memiliki kedudukan sebagai mana disebutkan di atas dalam penetapan
hukum, maka aliran Imamiyah menetapkan bahwa seorang imam
bersifat ma’shum (terhindar dari kesalahan dan dosa).

2. Syiah Zaidiyah
Zaidiyah adalah salah satu sekte Syi’ah yang dinisbatkan kepada
Imam Zaid bin Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abu Thalib. Ia menyatakan
perang terhadap khalifah Hisyam ibn Abd Malik, dan akhirnya disalib di
Kufah. Di masa hidupnya, Zaid berkecimpung dalam dunia ilmu
pengetahuan dan memiliki hubungan baik dengan para ulama di
zamannya. Di antara ulama yang berhubungan dan menjadi gurunya
adalah Washil ibn ‘Atha’ dan Abu Hanifah.
Jika dibandingkan dengan kelompok Syi’ah lainnya, kelompok
Syi’ah Zaidiyah ini lebih moderat dan lebih dekat dengan paham
Ahlussunnah wal Jama’ah. Sebab mereka tidak mengangkat para imam
kepada derajat kenabian, bahkan tidak sampai mendekati itu. Menurut
mereka, para imam perupakan manusia paling utama setelah Nabi
Muhammad. Mereka juga tidak mengkafirkan para sahabat, khususnya

9
mereka yang telah dibai’at Ali ra, mereka juga mengakui kepemimpinan
mereka.
Zaidiyah berpendapat bahwa Sayyidina Ali merupakan orang yang
paling pantas menjadi Imam sepeninggal Rasulullah Saw, karena ialah
orang yang paling dekat dan mirip dengan sifatsifat yang pernah
disebutkan Rasulullah sebelumnya. Dan untuk Imam sesudah Ali haruslah
dari keturunan Fatimah. Itulah sifatsifat yang terbaik seorang Imam (al-
afd}al). Namun, jika sifatsifat itu tidak dapat dipenuhi, maka bolehlah
yang lain diangkat menjadi imam.
Dalam sekte Syi’ah terdapat beberapa kelompok, ada yang ekstrim
(gulat), moderat, dan ada juga yang liberal. Di antara kelompok yang
ekstrim ada yang menempatkan Sayyidina Ali pada derajat kenabian,
bahkan ada yang sampai mengangkat Ali pada derajat keTuhanan. Kaum
Syi’ah, sejak menjadi pengikut Ali sesudah peristiwa perang jamal dan
shiffin, pasukan Ali terpecah menjadi empat golongan.11
Kelompok pertama, Syi’ah yang mengikuti Sayyidina Ali, mereka
tidak mengecam para sahabat. Dalam diri mereka terdapat rasa cinta dan
memuliakan para sahabat Nabi Saw. mereka sadar betul bahwa yang
mereka perangi adalah saudara sendiri. Oleh sebab itu, mereka segera
berhenti memerangi mereka, bahkan ketika terjadi tahkim mereka
menerima keputusan-keputusan yang dibuat oleh kelompok lainnya.
Kelompok kedua, mereka yang mempercayai bahwa Sayyidina Ali
memiliki derajat yang lebih tinggi daripada para sahabat lainnya.
Kelompok ini disebut tafdhiliyah. Ali memperingatkan mereka dengan
keyakinan ini dan akan menghukumi dera bagi para sahabat yang masih
berkeyakinan tersebut. 12
Kelompok Syi’ah sekarang, mereprentasikan kelompok ini.
Kelompok ketiga, yang berpendapat bahwa semua sahabat Nabi adalah
kafir dan berdosa besar. Mereka disebut Saba’iyah, mereka adalah para
pengikut Abdullah bin Saba’.

11
Slamet Untung, Melacak Historitas Syi’ah, Kontroversi Seputar Ahl al-Bayt Nabi
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 158-159.
12
Asy-Syahrstani, al-Milal wa an-Nihal, (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyah, t.t.), hlm. 145.

10
Kelompok keempat, kelompok gulat, yaitu mereka yang paling
sesat, paling bid’ah di antara empat kelompok di atas. Mereka berpendapat
bahwa Allah telah masuk pada diri Nabi Isa. Di antara aliran-aliran Syi’ah
itu adalah sebagai berikut:
1. Saba’iyah
Aliran Syi’ah Saba’iyah adalah pengikut Abdullah bin Saba’ seorang
Yahudi dari suku al-Hirah yang masuk Islam. Ia termasuk yang paling
keras menentang Utsman dan para pejabatnya. Banyak pemikiran sesat
yang disebarluaskan secara bertahap oleh Abdullah bin Saba’.
Temanya adalah mengenai Ali bin Abu Thalib. Ia mengembangkan
pemikiran di tengahtengah masyarakat sebagaimana di muat dalam
Taurat, setiap Nabi mempunyai penerima wisatnya, dan Ali adalah
penerima wasiat Muhammad. Ketika Ali terbunuh, Abdullah berusaha
merangsang kecintaan rakyat kepada Ali dan perasaan menderita
karena kehilangan Ali dengan cara menyebarkan kebohongan
kebohongan. Di antaranya, bahwa yang terbunuh bukanlah Ali, namun
setan yang menyerupai Ali, sedangkan Ali naik ke langit sebagaimana
dinaikkannya nabi Isa ke langit. Yang lebih parah adalah keyakinan
Sabaiyah bahwa Tuhan bersemayam dalam diri Ali dan diri imam
sesudah wafatnya.13
2. Ghurabiyah
Aliran Ghurabiyah ini keyakinannya tidak sampai menempatkan Ali
sebagai Tuhan, akan tetapi lebih memuliakan Ali ketimbang Nabi
Muhammad. Mereka beranggapan bahwa risalah kenabian seharunya
jatuh kepada Ali, namun Jibril salah menurunkan wahyu kepada
Muhammad. Kelompok ini disebut Ghurabiyah karena mereka
berpendapat bahwa Ali mirip dengan Nabi Muhammad, sebagaimana
miripnya seekor burung gagak (ghurab), dengan burung gagak
lainnya. Pandangan aliran ini disanggah oleh Ibnu Hazim, pandangan
ini muncul karena ketidak tahuan mereka tentang sejarah dan keadaan

13
Abu Zahrah, Aliran Politik… hlm. 40.

11
yang sebenarnya. Pada waktu Muhammad diangkat menjadi rasul Ali
masih kanakkanak, belum pantas untuk mengemban risalah kenabian.
3. Kaisaniyah
Penganut aliran Kaisaniyah ini adalah pengikut al Mukhtar ibn ‘Ubaid
al-Tsaqa. Al-Mukhtar asal mulanya berasal dari kalangan khawarij,
kemudia masuk ke dalam kelompok Syi’ah yang mendukung Ali.
Nama Kaisaniyah berhubungan erat dengan nama Kaisan, yang
menurut satu kalangan adalah nama lain dari al-Mukhtar. Aliran ini
mempunyai keyakinan ketidak tuhanan para imam dari ahlul bait
sebagaimana yang dianut aliran Saba’iyah, namun didasarkan atas
paham bahwa seroang imam adalah pribadi yang suci dan wajib
dipatuhi. Mereka percaya sepenuhnya akan kesempurnaan
pengetahuannya dan keterpeliharaannya dari dosa karena ia
merupakan simbol dari ilmu Ilahi. Para penganut aliran Kaisaniyah
juga berkeyakinan adanya doktrin bada’, yaitu keyakinan bahwa Allah
mengubah kehendak-Nya sejalan dengan perubahan ilmu-Nya, serta
dapat memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintahkan
sebaliknya.
4. Tokoh Tokoh Aliran Syiah:
 Abu Dzar al Ghiffari
 Miqad bin Al Aswad
 Ammar bin Yasin
 Ali bin Abi Thalib (Amirul Mukminin)
 Hasan bin Ali (Hasan Al-Mujtaba)
 Gusain bin Ali (Husain Asy-Syahid)
 Ali bin Husain (Ali Zainal Abidin)
 Muhammad bin Ali (Muhammad Al-Baqir)
 Ja'far bin Muhammad (Ja'far Ash Shaqid)
 Musa bin Ja'far (Musa Al-Kadzim)
 Ali bin Musa (Ali Ar-Ridha)
 Muhammad bin Ali (Muhammad Al-Jawad/Muhammad At Taqi)
 Ali bin Muhammad (Ali Al Hadi)

12
 Hasan bin Ali (Hasan Al Askari)
 Muhammad bin Hasan (Muhammad Al-Mahdi)
5. Pemikiran dan Konsep Aliran Syiah
Ali dan beberapa putra Muhammad, Ahlul Bait, harus menggantikan
Muhammad sebagai pemimpin spiritual dan politik Islam, dan bahwa
hanya Tuhan yang dapat menunjuk seseorang sebagai Imam untuk
melestarikan Islam, mengajarkan Syariah, dan memimpin Ummah Islam.
Diantara pemikiran aliran Syiah adalah:
 Kepala negara diangkat dengan persetujuan rakyat melalui lembaga ahl
al-hall wa al-‘aqd.
 Kepala negara atau imam berkuasa seumur hidup, bahkan mereka
meyakini kekuasaan imam mereka ketika ghaibdan baru pada akhir
jaman kembali kepada mereka.
 Kepala negara (imam) sebagai pemegang kekuasaan agama dan politik
berdasarkan petunjuk Allah dan wasiat Nabi.
 Kepala negara memegang otoritas sangat tinggi.

Konsep Tauhid Syiah


Secara sekilas konsep tahid Syiah dengan Ahlus Sunnah tidak
menunjukkan perbedaan mendasar. Syiah meyakini ke-Esa-an
Allah subhanahu wa ta’ala. Allah adalah Tuhan yang satu, tiada duanya dan
Allah tidak memiliki anak. Ulama’ Syiah kontemporer, al-Khomeini,
dalam bukunya Kasf al-Asrar mengutip beberapa ayat al-Qur’an tentang ke-
Esa-an Allah dan mengecam kaum musyrik yang meyakini Tuhan lebih
dari satu. Ia mengutip surat al-Anbiya’: 22 dan 24. Menjawab para
penyembah berhala, Khomeini mengutip surat Yunus: 19, dan menjawab
ketuhanan orang Kristen yang tiga ia berhujjah dengan dalil surat al-Nisa’:
181, al-Ma’idah: 19, dan al-Taubah: 30[2].
Syiah menyematkan sifat bada’ kepada Allah. Bada’ adalah membatalkan
keputusan yang telah diputuskan sebelumnya karena ada pemikiran baru.
Mamduh Farhan al-Buhairi, seorang peneliti Syiah dari Ummul Qura
Makkah, menjelaskan tentang akidah Bada’; Syiah meyakini bahwa Allah

13
menciptakan makhluk, dan Dia tidak mengetahui apakah mereka itu baik
atau buruk[4]. Dengan kata lain, ilmu Allah itu akan berubah dan
menyesuaikan fenomena yang terjadi.
Akidah bada’ pertama dikumandangkan oleh Mukhtar al-Tsaqafi, seorang
ulama Syiah klasik. Ia pernah mengaku mengetahui hal-hal ghaib. Jika
terjadi suatu peristiwa yang berbeda dengan apa yang ia beritahukan, maka
dia berdalih:”Telah timbul pikiran baru bagi Tuhan kamu”[5]. Pandangan
al-Tsaqafi inilah yang menjadi embrio kepercayaan bada’. Oleh sebab itu,
banyak peneliti seperti al-Buhairi dan al-Salus, berhujjah bahwa latar
belakang dari akidah bada’ ini adalah untuk memberi jalan keluar atau
menutupi pernyataan-pernyataan para imam Syiah yang ma’sum yang
terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti diyakini Syiah, ilmu
Imam tidak terbatas. Mereka mengetahui hal-hal yang belum terjadi,
sebagaimana Allah ketahui. Tetapi, ketika, ia berkata, kemudian
perkataannya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, maka Syiah
berdalih, bahwa ternyata Allah memiliki pemikiran baru yang berbeda
dengan apa yang telah dikatakan oleh Imam, sehingga kema’suman
mereka terjaga.
Dalam akidah Syiah, bada’ termasuk bagian dari konsep tauhid. Seperti
tertulis dalam kitab al-Kafi, kajian akidah bada’ dimasukkan ke dalam Kitab
al-Tauhid. Menurut keterangan al-Kafi, semua nabi mengakui
akidah bada’, bahkan tidak ada nabi yang diangkat kecuali ia meyakini
akidah bada’. Diriwayatkan dari Marazim bin Hakim dia berkata: ‘Aku
mendengar Abu Abdillah mengatakan;’Seorang Nabi tidak remsi menjadi
Nabi hingga mengakui lima perkara karena Allah,
mengakui bada’,masyi’ah, sujud, ubudiyah dan taat.

B. KHAWARIJ

14
1. Definisi Khawarij
Khawarij menurut kamus bahasa arab Al Munawwir berasal dari

akar kata ‫ خرج‬yang berarti keluar. Kata ‫ خوارج‬adalah bentuk jamak dari

kata ‫ خارجي‬yang berarti orang yang keluar. Disebutkan juga dalam kamus

tersebut bahwa artinya secara istilah adalah pemberontak, orang yang

keluar dari jamaah. Khawarij didefinisikan sebagai ‫فرق من فرقة اإلسامل‬ atau

berarti sebuah golongan diantara golongan-golongan Islam.


Menurut Wikipedia, Khowaarij, secara harfiah berarti "Mereka yang
Keluar" ialah istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam
yang awalnya mengakui kekuasaan Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya.
Disebut Khowarij disebabkan karena keluarnya mereka dari dinul Islam
dan pemimpin kaum muslimin.14
Adapun definisi Khawarij dalam buku Dirosatul Firaq adalah bahwa
secara harfiah berarti mereka yang keluar. Sedangkan secara istilah
Khawarij ialah aliran dalam Islam yang awalnya mengakui kekuasaan Ali
bin Abi Thalib lalu menolaknya namun realitanya tidak demikian karena
tidak semua yang keluar dari pemerintahan Ali disebut khawarij seperti
kelompok Mu’awiyah yang menuntut balas atas pembunuhan Khalifah
Usman. Penamaan khawarij lebih kepada kelompok yang membawa aliran
akidah mengafirkan orang yang melakukan dosa besar termasuk orang
yang menerima tahkim antara kelompok Ali dan Mu’awiyah. Awal
keluarnya mereka dari pemimpin kaum muslimin yaitu pada zaman Ali bin
Abi Thalib ketika terjadi tahkim atau musyawarah dua utusan mereka
berkumpul di sebuah tempat yang disebut Harura, satu tempat di daerah
Kufah. Di daerah yang kini berada di Irak Selatan. Oleh sebab itulah
mereka disebut Al Haruriyah.

2. Sejarah Munculnya Khawarij

14
Abdul Aziz Nashir Al Jalil. Kisah Teladan Orang-Orang Saleh. (Solo: Aqwam, 2018). 165-
166

15
Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang awal kemunculan firqoh
Khawarij, diantara mereka ada yang mengatakan bahwa Khawarij muncul
pada masa Nabi Muhammad SAW. Yaitu ketika berdirinya Dzul
Huwaishirah untuk menentang dan mengomentari pembagian ghanimah /
rampasan perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan
mengatakan bahwa beliau tidak adil. Perbuatan Dzul Huwaishiroh ini tidak
bisa disebut sebagai firqoh Khawarij karena dilakukan sendirian.Akan
tetapi bisa dikatakan bahwa benih-benih khwarij telah ada pada masa
Rasulullah SAW. Ini adalah pendapat Ibnu Hazm dan Ibnul Jauzi serta
yang lainnya.
Adapun munculnya kelompok khawarij diyakini oleh para ahli
sejarah muncul pada saat peristiwa tahkim antara Ali dan Mu’awiyah.
Pada tahun 37 H, Muawiyah selaku Gubernur Syiria memberontak
terhadap Ali bin Abi Thalib. Pemberontakan itu meletus dalam suasana
berkabung dan emosi yang meletup letup karena pembunuhan Utsman bin
Affan RA. Ali bin Abi Thalib mengeluarkan kebijakan yang tidak strategis
sebagai seorang kepala negara, yaitu pemecatan Mu’awiyah dari jabatan
Gubernur Syiria. Ali bin Abi Thalib lalu menunjuk Abdullah bin Umar
sebagai penggantinya akan tetapi Abdullah bin Umar atau disebut juga
dengan Ibnu Umar.
Kembali ke kebijakan Ali bin Abi Thalib yang memecat Muawiyah,
hal itu malah membuat Muawiyah melakukan perlawanan. Di samping
karena Mu’awiyah juga ingin menuntut balas atas kematian Ustman bin
Affan RA. Sebelum peperangan meletus, Ali bin Abi Thalib mengutus
Jarir bin Abdillah Al Bajuli untuk berunding dengan Mu’awiyah. Tetapi
perundingan tidak berhasil mencegah peperangan karena tuntutan
Mu’awiyah yang terlalu berat untuk dipenuhi oleh Ali bin Abi Thalib.
Mu’awiyah menuntut dua hal:
a. Ekstradisi dan penghukuman terhadap pelaku pembunuhan Utsman bin
Affan.
b. Pengunduran diri Ali dari jabatan Imam (Khalifah) dan dibentuk sebuah
syura untuk memilih khalifah baru.

16
Sekali lagi, sebelum peperangan benar-benar meletus, Ali bin Abi
Thalib mengirim kembali juru runding yang terdiri dari Tsabas bin Aibi Al
Yarbu’I At Tamimi, Ali bin Hatim At Tha’i, Yazid bin Qais Al Arhabi dan
Ziyad bin Khasafah At Taimi At Tamimi untuk berunding dengan
Mu’awiyah. Tapi perundingan ini pun berakhir dengan kegagalan. Maka
kemudian terjadilah pertempuran antara pasukan Ali bin Abi Thalib dan
Muawiyah bin Abi Sufyan yang disebut dengan perang Shiffin. Dalam
pertempuran ini terjadi peristiwa penting yaitu ketika pasukan Muawiyah
terdesak dan Amr bin Ash menyampaikan ide kepadanya untuk memecah
belah pasukan Alibin Abi Thalib dengan mengangkat lembaran mushaf
tinggi-tinggi menggunakan tombak sebagai siyarat meminta perdamaian
dengan bertahkim kepada Al Qur’an.
3. Aliran Aliran Khawarij
Dalam perkembangan selanjutnya Khawarij terpecah menjadi
beberapa kelompok, karena sudah menjadi dustur mereka ketika berbeda
pendapat kemudian membentuk kelompok sendiri. Disebutkan oleh Abdul
Kadir Syaibatul Hamd bahwa Khawarij terbagi menjadi 7 kelompok besar,
yaitu:15
1. Al Mahkamatul Ula Kelompok ini adalah kelompok yang paling awal
keluar dari ketaatan kepad Ali bin Abi Thalib dikarenakan adanya
Tahkim. Kelompok ini dipimpin oleh Abdullah ibn Wahab Ar Rasyibi.
Kelompok ini memiliki pemahaman sebagaimana berikut:
 Pengkafiran Utsman dan Ali serta Ahlul Jamal (Keluarga
Rasulullah SAW ataupun sahabat Nabi yang memimpin perang
Jamal), para pelaku Tahkim, pendukung dan yang
membenarkannya.
 Wajibnya berlepas diri dari pemimpin ketika melakukan kesalahan
meskipun berdasarkan pendapat mereka saja.
 Membolehkan tidak adanya pemimpin umat.
 Membolehkan membunuh anak kecil dan wanita.
 Membolehkan membunuh pelaku dosa besar.

15
Abdul Qodir Syaibatul Hamd. Al Adyan wal Firoq wal Madzahib Al Mu’asaroh, 168.

17
 Memandang tidak sahnya pernikahan dengan orang yang tidak
mengkafirkan Ali dan Utsman.
 Mengkafirkan siapapun yang berselisih dengan mereka.

2. Al Azariqoh
Mereka adalah pengikut Nafi’ bin Qois bin Nahar Al Hanafy yang
memiliki kunyah Abu Rasyid. Awal keluarnya kelompok ini adalah di
Bashrah di zaman Abdullah bin Zubair RA. Mereka yang bergabung
dengan kelompok ini antara lain: Qotary ibn Al Faj’ah Al Mazani At
Tamimi, Ubaidillah ibn Al Makhuur At Tamimi, Ubaidah bin Hilal Al
Yasykari, Abdu Rabbih Al Kabiir sang penjual delima dan Abdu
Rabbih As Shogiir pengajar anak-anak. Kemudian bergabung juga
kelompok Khawarij dari Amman dan Yamamah dekat wilayah Ahwaz.
Jumlah mereka ada 20.000 orang. Di wilayah ini mereka memerangi
pegawai pemerintah kemudian merembet juga kewilayah yang
berdekatan dengan Persia. Ajaran kelompok ini antara lain:
a. Menghukumi orang-orang yang menyelisihi mereka sebagai orang
musyrik.
b. Memerangi mereka dianggap kesirikan.
c. Wajibnya ujian bagi mereka yang ingin bergabung dengan cara
membunuhtawanan. Jika tidak mau, maka dianggap munafik dan
dibunuh.
d. Membolehkan membunuh wanita dan anak-anak yang menyelisihi
mereka karenadianggap syirik.
e. Mereka meyakini bahwa anak-anak yang mati karena menyelisihi
mereka akankekal di neraka.
f. Menganggap negeri yang menyelisihi mereka sebagai negeri kafir.
g. Pelaku dosa besar dianggap keluar dari Islam.
h. Kebanyakan mereka berpendapat wajibnya solat dan puasa bagi
wanita haid.
3. An Najdaat

18
Mereka adalah pengikut Najdah bin Amir bin Abdillah bin Saad bin Al
Mufarrij Al Hanafi. Najdah dan kelompoknya bertempat di Bahrain.
Ketika mereka berada di Mekah menyelesaikan haji, mereka ini
bahkan berniat hendak memerangi penduduk Madinah. Tapi kemudian
para penduduk Madinah dipimpin oleh Abdullah bin Umar bersiap
untuk memerangi mereka. Maka diapun lari ke arah Thoif lalu menuju
Bahrain. Diantara pemahaman mereka adalah:
a. Pengkafiran orang-orang yang mengkafirkan mereka.
b. Pengkafiran terhadap orang yang mendukung kepemimpinan Nafi’
bin Al Azroq.
c. Kelompok mereka tidak akan masuk neraka jahannam.
d. Terus menerus dalam dosa kecil dianggap kesyirikan. Adapun
melakukan zina, mencuri, minum minuman keras apabila dilakukan
sekali-sekali maka bukan kesyirikan jika pelakunya golongan
mereka.
e. Bolehnya bertaqiyyah.

4. Ash Shofariyah
Disebut Ash Shofariyah karena kelompok ini mengikuti pemimpin
mereka yang bernama Abdullah ibn As Shofar As Sa’di. Salah satu
jamaah yang sebelumnya bersama Nafi ibn Al Azroq saat memisahkan
dari dari Abdullah bin Zubair menuju Basrah. Saat Nafi’ ibn Al Azroq
keluar dari Basrah, dia tetap berada di Basrah. Dia inilah yang
dianggap kafir oleh Nafi’. Karena mereka tetap berkedudukan di
Basrah, maka mereka disebut juga Al Qo’dah (yang tetap di Bashrah).
Ada juga yang mengatakan bahwa As Shofariyah ini karena warna
kulit mereka yang kuning karena saringnya ibadah dan bangun malam.
Diantara ajaran As Shofariyah:
 Tidak kafirnya orang yang tidak ikut berperang asalkan sesuai
dengan pemahaman kelompoknya.
 Tidak boleh membunuh anak-anak dan perempuan yang berbeda
pendapat denganmereka.

19
 Tidak berpendapat kafirnya anak-anak yang berbeda pendapat
dengan mereka.Begitu juga tidak kekal di neraka.
 Bolehnya taqiyyah dalam perkataan saja.
 Membolehkan pernikahan muslimah dengan orang kafir di negeri
taqiyyah.
 Menganggap bahwa ketika Rasulullah SAW diutus maka wajib
semuanya beriman. Jika dakwah belum sampai kepada mereka,
maka mereka dianggap mati dalam keadaan kafir.
 Mereka berbeda pendapat terkait dengan pelaku dosa. Ada yang
menganggap sebagai kesirikan dan kekafiran, ada yang
menganggap kafir jika mendapat hukuman dari penguasa, ada juga
yang menganggap tidak kafir dan tidak musyrik tetapi disebut
sesuai perbuatannya saja seperti pencuri, pezina, dll. Dan dipahami
dari pendapat-pendapat pemimpin kelompok ini bahwa mereka
tidak menghalalkan darah kaum muslimin ataupun mereka yang
berbeda pendapat. Mereka juga tidak menganggap negeri yang
berbeda pendapat dengan mereka sebagai negeri yang harus
diperangi.
5. Al ‘Ajaridah
Kelompok ini adalah pengikut Abdul Karim bin Ajarid. Dia adalah
seorang yang berasal dari Persia. Begitu juga pengikutnya banyak yang
berasal dari Persia. Dia sebelumnya bersama Athiyyah bn Aswad Al
Hanafy yang merupakan pengikut Nafi’ ibn Al Azroq. Ketika
kelompok ini menyebar dan menyebarkan fitnahnya, Khalid bin
Abdulloh Al Bajally Al Qusayriy menahan dan memenjarakannya.
Mereka memiliki pemahaman bahwa anak-anak kaum muslimin tidak
memiliki agama sebelum masa baligh. Dan ketika sudah baligh maka
perlu didakwahi Islam. Harta orang yang menyelisihi mereka tidak
halal sampai mereka dibunuh. Mereka juga menghukumi kafir orang-
orang yang melakukan dosa besar.
Dia juga berpendapat bahwa harta rampasan dari kaum muslimin yang
berbentuk emasdan perak tidak halal. Adapun kuda dan senjata dan

20
peralatan perang dianggap halal. Kelompok ini kemudian terpecah
menjadi 7 kelompok: Al Yazidiyah, Al Hafsiyah, Al Khaaritsiyah, Al
Ibrahimiyah, Al Maymuniyah, Al Waqifiyah dan Al Bayhasiyah.
Diantara pemahaman kelompok ini adalah bahwa iman itu adalah ilmu
dan hati. Tanpa perkataan dan perbuatan. Mereka juga berpendapat,
ketika pemimpinnya kafir, maka kafirlah semua rakyatnya. Berikut ini
ringkasan pemahaman mereka:
 Menganggap bahwa penduduk negeri yang berselisih dengan
mereka tetap sebagaiahlu tauhid kecuali tentara-tentaranya.
 Mereka berbeda pendapat terkait orang munafik, sebagian
berpendapat kafir, sebagian berpendapat bahwa pemberian label
munafik hanya Allah saja yang berhak, sebagian lagi berpendapat
bahwa kemunafikan adalah dosa besar.
 Mereka berpendapat bahwa orang yang mencuri atau berzina maka
wajib dikenai hukuman lalu diminta bertobat. Jika tidak mau, maka
boleh dibunuh.
 Mereka tidak menghalalkan darah anak-anak dna perempuan.
 Membolehkan membunuh Al Musyabbihah dan pengikutnya.

6. Ats Si’alibah
Mereka adalah pengikut Tsa’labah ibn Misykaan atau Ibnu Amir. Dia
sebelumnya bersama Abdul Karim Al Ajaridah, tapi kemudian
berselisih dalam hal mennghukumi anak kecil maka kemudian mereka
saling mengkafirkan. Sekte ini kemudian terpecah menjadi 6 kelompok
ketika Tsa’labah meninggal: kelompok yang tetap menegakkan
kepemimpinan Tsa’labah dan tidak mengakui kepemimpinan
setelahnya, Al Ma’badiyah, Al Akhnasiyah, Ar Rasyidiyah, Al
Mukarromiyah, Asy Syaibaniyah. Pemahaman dari kelompok ini
berbeda-beda. Sebagian menghukumi kafir orang yang meninggalkan
sholat, sebagian lagi mewajibkan dakwah kepada orangyang

21
menyelisihi mereka dan jika telah jelas menyelisihi maka boleh untuk
membunuhnya, dll.16

4. Tokoh Tokoh Khawarij


a. Abdullah ibn Wahab Ar Rasyibi.
b. Nafi’ bin Qois bin Nahar Al Hanafy.
c. Najdah bin Amir bin Abdillah bin Saad bin Al Mufarrij Al Hanafi.
d. Abdullah ibn As Shofar As Sa’di.
e. Abdul Karim bin Ajarid.
f. Abdullah bin Ibadh Al Marry At Tamimi.
g. Tsa’labah ibn Misykaan atau Ibnu Amir.

5. Pemikiran Aliran Khawarij


Pemikiran Khawarij Disebutkan dalam buku Dirosatul Firaq, pemikiran
kaum Khawarij ini antara lain adalah:17
a. Menganggap kafir orang-orang yang berseberangan dengan mereka
terutama yang terlibat dalam perang shiffin.
b. Orang Islam yang melakukan dosa besar dianggap kafir dan selamanya
di neraka.
c. Hak Khilafah tidak harus dari kerabat Nabi SAW atau dari Qurays
khususnya dan orang arab pada umumnya. Seorang pemimpin harus
dipilih oleh kaum muslimin secara bebas. Pemimpin yang taat kepada
Allah wajib ditaati, pemimpin yang mengingkari Allah wajib diperangi
dan boleh dibunuh.
d. Orang musyrik adalah orang yang melakukan dosa besar, tidak
sependapat dengan mereka atau orang yang sepaham tetapi tidak ikut
hijrah dan berperang bersama mereka. Orang musyrik halal darahnya
dan nasib mereka kekal di neraka bersama anak-anaknya.
e. Mereka menganggap hanya negeri mereka yang disebut Darul Islam.
Selain negeri mereka adalah Darul Harb. Karenanya orang yang tinggal

16
Tim Ulin Nuha, Dirasatul Firaq, 68.
17
Ali Mohamed Al Salabi. Fikrul Khawarij wa Asy Syi’ah fi Mizan Ahli Sunnah wal Jama’ah
(Kairo:Daar Ibn Hazm, 2007), 43.

22
di wilayah Darul Harb halal darahnya, anak-anak dan wanita boleh
dibunuh.
f. Ajaran agama yang wajib diketahui hanya ada dua, yaitu mengetahui
Allah dan Rasul-Nya. Yang lainnya tidak wajib diketahui.
g. Melakukan taqiyah (menyembunyikan keyakinan demi keselamatan
diri) baik secara lisan maupun perbuatan apabila keselamatan diri
mereka terancam.
h. Dosa kecil yang dilakukan terus menerus dianggap sebagai dosa besar
dan pelakunya dianggap musyrik.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fairuz Abadi menjelaskan bahwa Syi’ah secara bahasa adalah seseorang
pengikut dan pendukungnya. Sementara, maksud dari Syi’ah yang terkenal
adalah para pengikut Ali sehingga mereka berkeyakinan bahwa Ali adalah
khalifah pilihan Nabi Muhammad dan ia adalah orang yang paling utama
(afd}al) di antara para sahabat Nabi lainnya. 2. Kaum Syi’ah, sejak menjadi
pengikut Ali sesudah peristiwa perang Jamal dan Shiffin, pasukan Ali
terpecah menjadi empat golongan: a) Syi’ah yang mengikuti Sayyidina Ali,
mereka tidak mengecam para sahabat. Dalam diri mereka terdapat rasa cinta
dan memuliakan para sahabat Nabi Saw. mereka sadar betul bahwa yang
mereka perangi adalah saudara sendiri. b) Mereka yang mempercayai bahwa
Sayyidina Ali memiliki derajat yang lebih tinggi daripada para sahabat
lainnya. Kelompok ini disebut tafd}i>liyah. Ali memperingatkan mereka
dengan keyakinan ini dan akan menghukumi dera bagi para sahabat yang
masih berkeyakinan tersebut. Kelompok Syi’ah sekarang, mereprentasikan
kelompok ini. c) kelompok yang berpendapat bahwa semua sahabat Nabi
adalah kafir dan berdosa besar. Mereka disebut Saba’iyah, mereka adalah
para pengikut Abdullah bin Saba’. d) Kelompok gulat, yaitu mereka yang
paling sesat, paling bid’ah di antara empat kelompok di atas. Mereka
berpendapat bahwa Allah telah masuk pada diri Nabi Isa. 3. Kelompok Syi’ah
paling moderat adalah Zaidiyah, kelompok ini lebih lebih dekat dengan
paham Ahlussunnah wal Jama’ah. Sebab mereka tidak mengangkat para
imam kepada derajat kenabian, bahkan tidak sampai mendekati itu. Menurut
mereka, para imam perupakan manusia paling utama setelah Nabi
Muhammad. Kelompok inijuga tidak mengkafirkan para sahabat, khususnya
mereka yang telah dibai’at Ali ra., mereka juga mengakui kepemimpinan
mereka. Pemikiran politik dan teologi serta sikap ekstrim Khawarij lahir
terutama disebabkan oleh latar belakang sosio-kultural mereka sebagai orang-
orang badui yang berwatak keras, kasar serta berani sehingga mereka tidak

24
gentar mati walaupun untuk hal-hal yang tidak perlu. Sebutan Qurra’ bagi
mereka sebelum dikenal nama Khawarij bukan berarti mereka penghafal Al
Qur’an tapi menunjukkan arti mereka sebagai orang-rang desa. Dari sejarah
kita bisa mengambil pelajaran bahwa persoalan politik kalau dibungkus
dengan agama bisa mendatangkan bahaya yang lebih besar, apalagi dilakukan
oleh orang-orang yang pemahaman dan penguasaannya terhadap ajaran Islam
sangat terbatas bahkan sangat sempit. Wawasan yang sangat sempit dan
tertutup dapat melahirkan ekstrimitas tidak hanya pemikiran tapi juga sikap
dan tindakan.
B. SARAN
Menjadi seorang mahasiswa serta umat muslim sudah seharusnya kita dapat
membedakan antara ajaran Islam yang sesungguhnya sesuai dengan Firman
Allah dalam Al-Quran dan sesuai sunnah nabi Muhammad SAW. Kita harus
memiliki Iman yang memegang tentang bank terpengaruh oleh paham yang
melenceng dari ajaran Islam. Semoga makalah ini dapat menambah Wawasan
bagi para pembaca.

25
DAFTAR PUSTAKA

Faudah, Mahmud Basuni, Tafsir-Tafsir al-Qur’an: Perkenalan dengan Metodologi


Tafsir (Bandung: Penerbit Pustaka, 1987).
Dawam, Muhammad, Mengapa Kita Menolak Syi’ah (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan
Penelitan Islam, 1998).
Zahrah, M. Abu, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam (Jakarta: Logos, 1996).
Faudah, Mahmud Basuni, Tafsir-Tafsir al-Qur’an: Perkenalan dengan Metodologi Tafsir,
Bandung: Penerbit Pustaka, 1987.
M. Thabathaba’i, Islam Syi’ah: Asal Usul dan Perkembangannya (Jakarta: Temprint, 1989).
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam (Jakarta: Pustaka Rizki
Putra, 2009).
Untung, Slamet, Melacak Historitas Syi’ah, Kontroversi Seputar Ahl al-Bayt Nabi (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009).
Asy-Syahrstani, al-Milal wa an-Nihal, (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyah, t.t.).
Syibatul Hamid, Abdul Qodir, Al Adyan wal Firoq wal Madzahib Al Mu’asaroh, 168.
Al Salabi, Ali Mohamed, Fikrul Khawarij wa Asy Syi’ah fi Mizan Ahli Sunnah wal
Jama’ah, (Kairo:Daar Ibn Hazm, 2007).

26
Menurut Jalaluddin Rahmat (tokoh Syiah Indonesia), perkembangan Syiah di
Indonesia terdapat empat fase (periodisasi). Fase pertama, Syiah sudah masuk
keindonesia sejak masa awal masuknya Islam di Indonesia melalui para
penyebar Islam awal, yaitu melaui orangorang persia yang tinggal di Gujarat.
Syiah pertama kali datang ke Aceh. Raja pertama Kerajaan Samudra Pasai yang
terletak di Aceh. Marah Silu, memeluk Islam versi Syiah dengan memakai gelar
Malikul Saleh.Tapi kemudian pada zaman Sultan Iskandar Tsani, kekuasaan
dipegang oleh ulama Sunnah (Sunni). Saat itu orang Syiah bersembunyi, tak
menampakkan diri sampai muncul gelombang kedua masuknya Syiah ke
Indonesia, yaitu setelah revolusi Islam di Iran (Viva News, 2012). Ulama ternama
Asal Aceh, Abd al-Ra’uf Al-Sinkili, adalah pengikut dan penggubah sastra Syi’ah.
Pendapat ini juga dikuatkan dengan temuan beberapa kuburan yang
mencerminkan kuburan Syiah, terutama di wilayah Gresik Jawa Timur.Pada
Tahap awal ini Syiah tidak mengalami benturan dengan kelompok lain, karena
pola dakwah yang dilakukan secara sembunyi. Selama periode pertama,
hubungan antara Sunni-Syiah di Indonesia, pada umumnya, sangat baik dan
bersahabat tidak seperti yang terjadi di negeri-negeri lain seperti, misalnya,
Pakistan, Irak, atau Arab Saudi. (http://www.abna.ir/print. asp?
lang=1&id=198093) Karena persebaran Syiah di Indonesia yang sudah
berlangsung lama, ada beberapa ritual dalam tradisi Syiah yang mempengaruhi
pola ritual keagamaan di kalangan komunitas Islam Indonesia. Salah satunya
ialah praktik perayaan 10 Muharram yang biasa dirayakan oleh pengikut Syiah
untuk memperingati terbunuhnya Husein ibn Ali, cucu Nabi Muhammad. Husein
terbunuh dalam Perang Kabala pada 10 Muharram 61 H. Jika ditelusuri Tabot
atau tabuik berasal dari kata tabut dalam bahasa Arab kotak. Kata tabut ini
dalam perayaan diwujudkan dengan peti sebagai simbol peti jenazahnya imam-
imam kaum Syiah yang telah dibunuh secara kejam semasa pemerintahan Bani
Umayyah. (Dahri, 2009; Tempo, Senin, 03 September 2012) Ritual di kalangan
sunni seperti tradisi ziarah kubur dan membuat kubah pada kuburan adalah
tradisi Syi’ah. T

27

Anda mungkin juga menyukai