Kelompok 2:
1. Alisa Martiani
2. Alia Hafiza
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SYI’AH
B. LATAR BELAKANG KEMUNCULAN SYI’AH
C. DOKTRIN, USHULUDDIN DAN FURU’UDDIN
D. SEKTE DALAM SYI’AH
E. SYI’AH DAN KHILAFAH
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah islam mencatat bahwa hingga saat ini terdapat dua macam aliran besar
dalam islam. Keduanya adalah ahlussunnah (sunni) dan syi’ah. Tak dapat dipungkiri
pula, bahwa dua aliran besar teologi ini kerap kali terlibat konflik kekerasan satu sama
lain.
Syi’ah dalam sejarah pemikiran islam merupakan sebuah aliran yang muncul
dikarenakan politik dan seterusnya berkembang menjadi aliran teologi dalam islam.
Sebagai salah satu aliran politik, bibitnya sudah ada sejak timbulnya pesoalan siapa yang
berhak menjadi khalifah setelah wafatnya rasulullah saw. dalam persoalan ini syi’ah
berpendapat bahwa yang berhak menjadi khalifah setelah rasulullah meninggal dunia
adalah keluarga sedarah yang dekat dengan nabi, yaitu ali bin abi thalib dan harus
dilanjutkan oleh anaknya, hasan dan husen,serta keturunan-keturunannya.
Mengenai kemnunculan syi’ah dalam sejarah terdapat perbedaan pendapat
dikalangan para ahli. Ada yang mengatakan syi’ah muncul pada masa khalifah usman bin
affan, ada juga yang mengatakan syi’ah muncul ketika peperangan siffim terjadi yang
kemudian terpecah menjadi dua kelompok salah satunya adalah mendukung khalifah ali
bin abi thalib.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan syi’ah
2. Bagaimana latar belakang kemunculan syi’ah
3. Bagaimana doktrin ushuluddin dan furu’uddin
4. Bagaimana sekte yang terdapat dalam syi’ah
5. Bagaimana syi’ah dan khilafahnya
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi syi’ah
2. Untuk mengetahui latar belakang kemunculan syi’ah
3. Untuk mengetahui doktrin, ushuluddin dan furu’uddin
4. Untuk mengetahui sekte yang terdapat dalam syi’ah
5. Untuk mengetahui syi’ah dan khilafahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syi'ah
Syiah dilihat dari bahasa berarti pengikut pendukung, partai, atau kelompok,
sedangkan secara terminologi adalah sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual
dan keagamannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW atau orang
yang disebut sebagai ahlul bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para
sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.
Syiah untuk pertama kalinya ditunjuk pada para pengikut Ali (Syi'ah Ali),
pemimpin pertama ahl al-bait pada masa Nabi Muhammad SAW. Para pengikut Ali yang
disebut syi'ah itu diantaranya adalah Abu dzar Al-Ghiffari. Miqad bin al-Aswad, dan
Ammar bin Yasir.
Bukti sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm.
Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir dalam perjalanan dari Mekah ke
Madinah, di padang pasir yang bernama Ghadir Khumm, Nabi memilih Ali sebagai
penggantinya di hadapan massa yang penuh sesak menyertai beliau. Pada peristiwa itu,
Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai pemimpin umum umat (walyat-i ammali),
tetapi juga menjadikan All sebagaimana Nabi, sebagai pelindung (wali) mereka.
Berlawanan dengan harapan mereka, ketika Nabi wafat dan jasadnya masih
terbaring belum dikuburkan, anggota keluarganya dan orang sahabat sibuk dengan
persiapan penguburan dan pemakamannya, Teman-teman dan pengikut - pengikut Ali
mendengar kabar adanya kegiatan kelompok lain telah pergi ke masjid tempat umat
berkumpul menghadapi hilangnya pemimpin yang tiba-tiba. Kelompok ini kemudian
menjadi mayoritas, bertindak lebih jauh dan dengan sangat tergesa-gesa memilih kaum
muslim dengan maksud menjaga kesejahteraan umat dan memecahkan masalah mereka
saat itu. Mereka melakukan hal itu tanpa berunding dengan ahl al bait. Keluarganya
ataupun sahabat sahabatnya yang sedang sibuk dengan upacara pemakaman, dan sedikit
pun tidak memberitahukan mereka. Dengan demikian, kawan-kawan Ali dihadapkan
pada suatu keadaan yang sudah tidak dapat berubah lagi (faith accompli)."
c) Nubuwwah (appostleship)
Setiap makhluk di samping telah diberi insting, secara alami juga masih
membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari Tuhan maupun dari manusia. Rasul
merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus
memberikan acuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk di alam
semesta. Dalam keyakinan Syi'ah Isna Asyariah Tuhan telah mengutus 124.000
Rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia.
Para pengikut Syi'ah Sab'iah percaya bahwa Islam dibangun oleh tujuh pilar,
seperti dijelaskan dalam Al Qadhi An-Nu'man dalam Da'aim Al-Islam. Tujuh pilar
tersebut adalah:
a) Iman.
b) Taharah.
c) Shalat,
d) Zakat.
e) Saum,
f) Menunaikan haji,
g) Jihad.
Berkaitan dengan pilar (rukun) pertama, yaitu iman. Qadhi An-Nu'man (974
M) memerincinya sebagai berikut: iman kepada Allah, tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad utusan Allah; iman kepada surga; iman kepada neraka; iman kepada hari
kebangkitan; iman kepada hari pengadilan; iman kepada para nabi dan rasul; imam
kepada imam, percaya, mengetahui, dan membenarkan imam zaman.
a. Imam harus dari keturunan Ali melalui perkawinannya dengan Fatimah yang
kemudian dikenal dengan Ahlul Bait.
c. Imam harus berdasarkan penunjukan atau nash. Syi'ah Sab'iah meyakini bahwa
setelah Nabi wafat, 'Ali menjadi imam berdasarkan penunjukan khusus yang
dilakukan Nabi sebelum wafat. Suksesi keimaman menurut doktrin dan tradisi
Syi'ah harus berdasarkan nash oleh imam terdahulu. d. Keimaman jatuh pada anak
tertua. Syi'ah Sab iah menggariskan bahwa seorang imam memperoleh keimanan
dengan jalan wiratsah (heredity) dan seharusnya merupakan anak paling tua. Jadi,
ayahnya yang menjadi imam menunjuk anaknya yang paling tu e. Imam harus
maksum (immunity from sin a error) 41 Sebagaimana sekte Syi'ah lainnya, Syi'ah
Sab'iah menggariskan bahwa seorang imam harus terjaga dan salah satu dosa.
Bahkan lebih dan itu, Syi'ah Sabiah berpendapat bahwa jika imam melakukan
perbuatan salah, perbuatan itu tidak salah.
3. Doktrin imamah
Menurut Syahrastani ada empat doktrin yang membuat mereka ekstrem, yaitu
tanasukh, bada, raj'ah, dan tashih. Moojan Momen menambahkannya dengan hulul
dan ghayba. Tunasukh adalah keluarnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat
pada jasad yang lain. Paham ini diambil dari falsafah Hindu. Penganut agama Hindu
berkeyakinan bahwa roh disiksa dengan cara berpindah ke tubuh hewan yang lebih
rendah dan diberi pahala dengan cara berpindah dari satu kehidupan pada kehidupan
yang lebih tinggi. Syi'ah Ghulat menerapkan paham ini dalam konsep imamahnya,
sehingga ada yang menyatakan seperti Abdullah bin Mu'awiyah bin Abdullah bin
Ja'far bahwa roh Allah berpindah kepada Adam kemudian kepada imam-imam secara
turun-temurun.
Bada adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendak-Nya sejalan dengan
perubahan ilmu-Nya, serta dapat memerintahkan perbuatan kemudian memerintahkan
yang sebaliknya. Rajah ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi'ah Ghulat
memercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi. Paham raj 'ah
dan mahdiyah merupakan ajaran seluruh Syi'ah. Akan tetapi, mereka berbeda
pendapat tentang siapa yang akan kembali. Sebagian menyatakan bahwa yang akan
kembali adalah Ali, sedangkan sebagian lainnya menyatakan Ja'far Ash-Shadiq,
Muhammad bin Al-Hanafiah, bahkan ada yang mengatakan Mukhtar Ats-Tsaqafi.
Hulul artinya Tuhan berada di setiap tempat. berbicara dengan semua bahasa
dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi Syi'ah Ghulat berarti Tuhan
menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah.
Dalam Eksiklopedi Islam indonesia, ditulis bahwa perbedaan antara Sunni dan
Syi'ah terletak pada doktrin imamah. Selanjutnya, meskipun mernpunyai landasan
keimanan yang sama, Syi'ah tidak bisa mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan
sejarah, kelompok ini akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan yang terjadi
di kalangan Syi'ah, terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah. Di antara sekte-sekte
syi'ah itu adalah Itsna Asy'ariyah, Sab'iyah, Zaidiyah, dan Ghullat."
3. Syi'ah Zaidiyah
Disebut Zaidiyah kerena sekte inimengakui zaid bin Ali sebagai imam kelima,
putra imam keempat, Ali Zainal Abidin, Kelompok ini berbeda dengan sekte syi'ah
lain yang mengakui Muhammad Al-Baqir, putra Zainal Abidin yang lain, sebagai
imam kelima. Dari nama Zaid bin Ali inilah, nama Zaidiyah di ambil. Syi'ah Zaidiyah
merupakan sekte syi'ah yang moderat. Abu Zahrah menyatakan bahwa kelompok ini
merupakan sekte yang paling dekat dengan sunni.
4. Syi'ah Ghulat
Istilah Ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah dan
naik. Syi'ah ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap yang
berlebih lebihan atau ekstrim. Lebih jauh, Abu Zahrah menjelaskan bahwa syi'ah
ekstrim (ghulat) adalah kelompo yan menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan
ada yang mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi dari pada
Muhammad,"
Nabi muhammad SAW setelah selesai menyelesaikan tugas risalah Islam selama
humper 23 tahun, beliau wafat pada hari senin 12 Rabi ul Awal 11 Hijriyah, bertepatan
dengan 8 juni 632 M. Beliau tidak pernah berwasiat siapakah yang menjadi penggantinya
(khalifah) sesudah beliau wafat nantidan demikian pula tidak memberikan petunjuk
pedoman-pedoman cara pemilihan khalifah. Hal ini tentunya diserahkan pada umat,
sesuai dengan keadaan dan tempat. Memang Nabi Muhammad SAW itu menyuruh
sahabat Abu Bakar menjadi imam shalat pada waktu beliau sakit menjelang hari
wafatnya. Demikian pula Nabi Muhammad SAW pernah menyuruh sahabat Ali bin Abi
Thalib untuk menjaga rumahnya ketika beliau pergi berperang. Namun demikan, beliau
tidak pernah menyebut-nyebut penggantinya. Ketika beliau wafat, pada saat itu juga
sahabat-sahabat terkemuka dari kalangan Muhajirin dan Anshar berkumpul di Saqifah
Bani Sa'idah, suatu balai pertemuan untuk bermusyawarah tentang khalifah. Golongan
Anshar menghendaki Sa'ad bin Ubadah sebagai khalifah. Usul tersebut tidak dapat
diterima oleh golongan Muhajirin, maka terjadilah perdebatan-perdebatan sehingga
hamper saja menimbulkan perpecahan. Sedangkan golongan Muhajirin mencalonkan
Abu Bakar as-Shiddiq. Sayyidina Ali sendiri waktu itu tidak hadir dibalai Saqifah Bani
Sa'idah, karena sibuk mengurus jenazah Rasulullah SAW yang belum dimakamkan.
Waktu itu tidak ada pihak yang menyebut Sayyidina Ali sebagai calon khalifah. Untuk
mengakhiri perdebatan, maka sahabat Umar bin Khattab tampil membaiat Abu Bakar as-
Shiddiq sebagai khalifah pertama. Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq memerintah selama 2
tahun 3 bulan 10 hari (11-13 H/632-634 M). Beliau meninggal pada 13 Hijriyah. Ketika
beliau mulai sakit-sakitan, mengusulkan Sayyidina Umar bin Khattab sebagai calon
khalifah kedua. Usul tersebut disetujui oleh para sahabat termasuk Sayyidina Ali.
Sayyidina Umar bin Khattab berkuasa selama 10 tahun 6 bulan (13-23 H/632-644
M). Beliau meninggal pada 16 Dzul Qa'dah dibunuh oleh Abu Lu'lu, seorang sahaya dari
Persia, yang dendam melihat kerajaan Persia ditaklukan (16 H/636 M), sebelum wafat
beliau telah menunjuk sebuah panitia untuk memilih khalifah penggantinya, terdiri dari
Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Sayyidina Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa'ad
bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abdullah bin Umar.
Sayyidina Umar berpesan agar panitia ini nanti memilih khalifah dan jangan memilih
Abdullah bin Umar putranya sendiri.
Panitia akhimya memilih Sayyidina Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga.
Beliau memerintah selama 13 tahun kurang sehari (23-35 H/644-656 M). Beliau
meninggal dibunuh para pemberontak dari negeri yang terkena hasutan Abdullah bin
Saba. Kaum Muslimin yang tidak terlibat pemberontakan sepakat mengangkat Sayyidina
Ali menjadi Khalifah keempat. Akan tetapi orang-orang Syi'ah menganggap Sayyidina
Ali itu sebagai khalifah pertama, karena mereka tidak mengakui khalifah-khalifah
sebelumnya, Pada masa pemerintahan Sayyidina Ali ini timbul hal-hal yang
mengecewakan masyarakat sehingga terpecah belah menjadi beberapa golongan:
1. Golongan Syi'ah sendiri dan sebagian jumhur yang menyokong dan mengangkat
Sayyidina Ali sebagai khalifah.
3. Golongan yang dipimpin oleh Siti Aisyah ra. dan diikuti oleh Thalhah bin Ubaidillah
dan Zubair bin Awwam, tidak mengakui khalifah Ali, karena baiatnya secara paksa.
Thalhah dan Zubair memang membaiatnya secara terpaksa, karena pedang terhunus
diatas kepala mereka.
4. Golongan yang dipimpin oleh Abdullah bin Umar, di dukung oleh Muhammad bin
Salamah. Utsman bin Zaid, Sa'ad bin Abi Waqas, Hasan bin Tsabit. Abdullah bin
Salam. Golongan ini bersikap pasif, tidak ikut mengangkat khalifah Ali, tidak ikut
menyalahkannya dalam peristiwa pembunuhan terhadap khalifah Utsman dan juga
tidak ikut menyokong Mu'awiyah yang menyatakan diri sebagai khalifah di Syria
Mereka ini tidak ingin terlibat masalah-masalah politik."
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa syiah dilihat dari bahasa
berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok. Mengenai kemunculan syiah dalam
sejarah terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah syiah
mulai muncul ke permukaan sejarah pada masa akhir pemerintahan Utsman bin Affan,
Watt menyatakan bahwa syi'ah muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan
Muawiyah yang dikenal dengan Perang Shiffin sedangkan kalangan syi'ah sendiri
berpendapat bahwa kemunculan syi'ah berkaitan dengan masalah penganti (Khilafah)
Nabi SAW. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab, dan Usman
bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak
mengantikan Nabi SAW. Mereka yang mendukung Ali inilah yang disebut dengan
golongan Syi'ah.
Bagi kaum syi'ah, bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah
peristiwa tentang Ghadir Khum. Di dalam Syiah sendiri juga terdapat banyak perbedaan
antara kaum syiah, dan hasilnya ialah timbul beberapa sekte-sekte dalam syiah yang
berbeda antara ajaranya. Di antara sekte-sekte syi'ah itu adalah Itsna Asy'ariyah, Sab'iyah,
Zaidiyah, dan Ghullat.
DAFTAR PUSTAKA
Nasir A. Salihun. 2010. Pemikiran Kalam (Teologi Islam). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Nurdin, Amin & Afifi Fauzi Abbas. 2014. Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta: AMZAH. Rozak.
Abdul & Harun Nasution. 2011. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia. Rozak Abdul &
Harun Nasution. 2012. Ilmu Kalam 'Edisi Revisi. Bandung: CV Pustaka Setia.
http://mugnisulaeman.blogspot.co.id/2013/05/makalah-tentang-svish-zaidiyah_7.html. diakses
pada tanggal 19 Februari 2017 pukul 22:00 WIB.