Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ALIRAN SYIAH
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ilmu Kalam
Dosen Pengampu:

Muhammad Endy Fadlullah M.Fil

Disusun Oleh:

Syalung Shah Nizam (2022390101651)

Kurniatul Hasanah (2022390101604)

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENIDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUD AGAMA ISLAM IBRAHIMY

GENTENG BANYUWNGI

2023
1. Pendahuluan

Sejarah Islam mencatat bahawa hingga saat ini terdapat dua macam
aliran besar dalam Islam. Keduanya adalah Ahlusunnah (Sunni) dan
Syi’ah. Tak dapat dipungkiri pula, bahwa kedua aliran besar teologi ini
kerap kali terlibat konflik kekerasan satu sama lain.
Syiah ini berbeda pendapatnya dengan aliran lain di antaranya
dalam pendirian, bahwa penunjukkan imam setsudah wafat Nabi
ditentukan oleh Nabi sendiri dengan nash. Nabi tidak boleh melupakan
nash itu terhadap pengangkatan itu secara bebas kepada umatnya dan
khalayak umum.
Selanjutnya Syi’ah berpendirian bahwa seorang imam yang di
angkat harus ma’sum atau terpelihar dari dosa besar atau kecil, dan bahwa
Nabi Muhammad dengan nash meninggalkan wasiatnya untuk
mengangkat Ali bin Abi Thalib menjadi khalifahnya, bukan orang lain,
dan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah seorang sahabat yang pertama.
Sunni adalah golongan umat Islam yang berkiblat fiqh pada empat imam
(Imam Maliki, Imam Syafi’I, Imam Hambali, dan Imam Hanafi).

1
II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Latar Belakang Kemunculan Syia’ah

Syi’ah secara bahasa verarti “pengikut”, “pendukung”, “partai’,


atau “kelompok”, sedangkan secara terminologis istilah ini dikaitkan
dengan sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan
keagamaan merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW. Atau disebut
sebagai ahl al-bait. Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan
bahwa segala petunjuk agama bersumber dari ahl al-bait. Mereka menilak
petunjuk-petunjuk keagamaan dri para sahabat yang bukan ahl al-bait atau
para pengikutnya.
Menurut Ath-thabathaba’I (1903-1981 M), istilah “Syi’ah” untuk
pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali (Syi’ah Ali), pemimpin
pertama ahl al-bait pada masa Nabi Muhammad SAW. Para pengikut Ali
disebut Syi’ah, di antaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqdad bin Al-
Aswad, dan Ammar bin Yasir. Mengenai kemunculan Syi’ah dalam
sejarah, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Menurut Abu
Zahrah, Syi’ah mulai muncul ke permukaaan sejarah pada masa akhir
pemerintahan Utsman bin Affan. Selanjutnya, aliran ini tumbuh dan
berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Watt menyatakan
bahwa Syi’ah muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan
Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Siffin. Dalam peperangan ini,
sebagai respons atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yan ditawarkan
Mu’awiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok
mendukung sikap Ali –disebut Syi’ah—dan kelompok lain menolak sikap
Ali disebut Khawarij.
Berbeda dengan pandangan di atas, kalangan Syi’ah berpendapat
bahwa kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti (khilafah)
Nabi Muhammad SAW.

2
Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman
bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi tholib

yang berhak menggantikan Nabi. Ketokohan Ali dalam pandangan Syi’ah


sejalan dengan isyaratisyarat yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Pada masa hidupnya. Pada awal kenabian, ketika Muhammad
diperintahkan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya, yang pertama-
tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Pada saat itu Nabi mengatakan
bahwa orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan menjadi
penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali
merupakan orang yang menujukan perjuangan dan pengabdian yang luar
biasa besar.
Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai peerus Nabi adalah
peristiwa Ghadir Khumm. Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji
terakhir dalam perjalanan dari Mekkah ke Madinah, di padang psir yang
bernama ghadir Khumm, Nabi memilih Ali sebagai penggantinya di
hadapan massa yang penuh sesak menyertai beliau. Pada peristiwa itu,
Nabi tidak hanya menetapkam Ali sebagai pemimpin umum umat (walyat-
I ‘ammali), tetapi juga menjadikan Ali sebagaimana Nabi, sebagai
pelindung (wali) mereka.
Berlawanan dengan harapan mereka, ketika Nabi wafat dan
jassadnya masih terbaring belum di kuburkan, anggota keluarganya dan
beberapa orang sahabat sibuk dengan persiapan penguburan dan upacara
pemakamannya. Teman-teman dan pengikut-pengikut Ali mendengar
kabar adanya kegiatan kelopo lain telah pergi ke masjid temapat umat
berkumpul menghadapi hilangnya pemimpin yang tiba-tiba. Kelompok ini
kemudian menjadi mayoritas, bertindak lebih jauh, dan dengan sangat
tergesa-gesa memilih kaum uslim dengan maksud menjaga kesejahteraan
umat dan memecahkan masalah mereka saat itu. Mereka melakukan hal
itu tanpa berunding dengan ahl al-bait,keluarganya ataupun sahabat-
sahabatnya yang sedang sibuk dengan upacara pemakaman, dan sedikit

3
pun tidak memberitahukan mereka. Dengan demikian, kawan-kawan Ali
dihadapkanpada suatu keadaan yang sudah tidak dapat berubah lagi
(faith accompli).

Berdasarkan realitas itulah, demkian pandangan kaum Syi’ah,


kemudian muncul sikap di klangan sebagian kaum muslim yang
menentang kekhalifahan dan menolak kau mayoritas dalam masalah
kepercayaan-kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa
pengganti Nabi dan penguasa keagaaman yang sah adalah Ali. Mereka
berkeyakinan bahwa semua persoalan kerohanian dan agama harus
merujuk kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya.
Inilah yang kemudian disebut sebagai Syi’ah. Akan tetapi lebih dari itu,
seperti dikatakan Nasr, sebab utama munculnya Syi’ah terletak pada
kenyataan bahwa kemungkinan ini ada dalam wahyu Islam sehingga harus
diwujudkan.
Dalam perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifan
ahl al-bait di hadapkan Dinasti Amawiyah dan Abasiyah, Syi’ah juga
mengembangkan dokrindokrinnya. Berkaitan dengan teologi, mereka
mempunyai lima rukun iman, yaitu tawhid (kepercayaan kepada keesaan
Allah); nubuwwah (kepercayaan kepada kenabian); ma’ad (kepercayaan
akan adanya hidup akhirat); imamah (kepercayaan terhadap adanya
imamah yang merupakan hak ahl al-bait); dan adl (keadaan ilahi). Dalam
Eksiklopedi Islam Indonesia , ditulis bahwa perbedaan antara Sunni dan
Syi’ah terletak pada doktrin imamah. Selanjutnya, meskipun mempunyai
landasan keimanan yang sama, Syi’ah tidak bisa mempertahankan
kesatuannya. Dalam perjalan sejarah, kelompok ini akhirnya terpecah
menjadi beberapa sekte. Perpecahan yang terjadi di kalangan Syi’ah
terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah. Di antara sekte-sekte
Syi’ah adalah Itsna Asyariah, Sabi’ah, Zuidiah, dan Ghullat.

4
II. Pembahasan

A. Syi’ah Itsna ‘Asyariah (Syi’ah Dua Belas/Syi’ah Imamiah)

1. Asal-usul Penyebutan Imamiah dan Syi’ah Itsna ‘Asyariah

Dinamakan Syi’ah Imamiah karena yang menjadi dasar akidahnya


adalah persoalan imam dalam arti pemimpin religio-politi, yaitu bahwa Ali
berhak menjadi khalifah bukan hanya kecakapannya atau kemuliaan
akhlaknya, tetapi ia telah ditunjukkan dan pantas menjadi khalifah pewaris
kepemimpinan Nabi Muhammad SWA. Ide tentang hak ‘Ali dan keturunya
untuk menduduki jabatan imam atau khalifah telah ada semenjak Nabi
wafat, yaitu dalam perbincangan politik dii Saqifah Bani Sa’idah.
Syi’ah Itsna Asyariah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat
NabIMuhammad SAW, seperti yang ditunjukkan nash. AL-ausiya

(penerima wasiat) setelah Ali bin Abi Thilib adalah keturunan dari garis

Fatimah, yaitu Hasan bin Ali dan Husen bin Al sebagaimana yang
disepakati. Bagi Syi’ah Itsna Asyariah, Al-Ausiya yang dikltuskan setelah
Husen adalah Ali Zainal Abidin, kemudia secara berturut-turut;
Muhammad AlBaqir (w. 115 H/733 M), Abdullah Ja’far Ash-Shadiq (w.
148 H/765 M),
Musa AL-Kazhim (w. 183 H/799 M). Ali Ar-rida (w. 254 H/799 M),

Muhammad AL- jawwad (W220 H/835 M), Ali Al-Hadi (w. 254 H/874
M), Hasan Al-Askari dan terakhir adalah Muhammad Al-Mahdi sebagai
imam kedua belas. Pengikut sekre Syi’ah telah berbai’at di bawah dua
belas imam, mereka dikenal dengan sebutan Syi’ah Itsna Asyariah (itsna
Asyariyah). Nama dua belas (Itsna Asyariyah) ini mngandung pesan

5
penting dalam tinjaua sejarah, yaitu bahwa golongan ini terbentuk setelah
semua imam yang berjumlah 12 itu lahir.

2. Doktrin-doktrin Syi’ah Itsna Asyariah

Dalam sekte Syi’ah Itsna Asyariah, dikenal konsep Ad-Din atau konsep ini
menjadi akar atau fondasi pragmatism agama. Yang memiliki 5 akar, yaitu:
a. Tauhid (the devine unity)

Tuhan adalah Esa, baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan


Tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendiri-Nya. Tuhan
beresksistensi sebelum ada ruang dan waktu. Tuhan tidak membutuhkan
sesuatu, Ia berdiri sendiri, tidak dibatasi oleeh ciptaan-Nya
b. Keadilan (the devine justice)

Tuhan menciptakan kebaikan di alam semesta merupakan keadilan.


Ia tidak pernah menghiasi ciptan-Nya dengan ketidakadilan, karena
ketidakadilan dan kezhaliman terhadap yang lain merupak tanda
kebodohan dan ketidakmampuan, sementara Tuhan adalah Mahatahu dan
Mahakuasa.
Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mrngetahuui benar
dan slah melalui perasaan. Manusia dapat menggunakan penglihatan,
pendengaran dan inra lainnya utuk melakukan perbuatan baik atau
perbuatan buruk.
c. Nubuwwah (apostleship)

6
Setiap makhluk di samping telah diberi insting, secara alami jua
masih membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari Tuhan maupun dari
manusia. Rasul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara
transenden diutus memberikan acuan untuk membedakan antara yang baik
dan yang buruk di alam semesta ini. Dalam keyakinan Syi’ah Itsna
Asyariyah, Tuhan telah mengutus 124.000 Rasul untuk memberikan
petunjuk.

d. Ma’ad (the last day)

Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan


Tuhan di akhirat, setiap muslim harus yakin keberadaan kiamat dan
kehidupan sci setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan
Tuhan.
e. Imamah (the devine guidance)

Imamah adalah institusi diinagurasikan Tuha untuk memberikan


petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan
kepada keturunan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir.

B. Syi’ah Ismailiyah/Syi'ah Sab'iah (Syi'ah Tujuh)

1. Asal-usul Penyebutan Syi'ah Syab'iah

Kemunculan Syi'ah Sab'iah dan Syi'ah Itsna 'Asyariah yaitu setelah


wafatnya imam keenam, Abu Abdullah Ja'far Shadiq pada tahun 148 H. Sebagai
pengganti Abdullah Ja'far Shadiq, sekte sab'iyah meyakini bahwa penggantinya
adalah Ismail putra dari Ja'far Shadiq. Ismail sendiri telah ditunjuk oleh ayahnya.
Namun Ismail wafat mendahului ayahnya. Walaupun beliau telah wafat, satu
kelompok syi'ah tetap mempercayai dan menganggap bahwa Ismail sebagai Imam

7
Ketujuh. Kepercayaan yang terhenti pada Ismail bin Ja’far shadiq sebagai Imam
Ketujuh ini menjadikah Syi'ah Ismailiyah disebut juga Syi’ah Sab'iah.

Syi’ah Sab’iah dinamakan juga Syi'ah Isma'iliyah karena dinisbatkan pada


imam ketujuh, Ismail bin Ja'far Ash-Shadiq. Berikut tujuh Imam yang dipercaya
oleh Syi'ah Syab'iah ialah:

1. Ali bin Abi Thalib


2. Hasan bin Ali

3. Husein bin Ali


4. Ali Zainal Abidin

5. Muhammad Al- Baqir


6. Ja'far Ash-Shadiq

7. Ismail bin Ja'far Ash-Shadiq


Terdapat dalam beberapa riwayat, yang mengemukakan bahwa ayah Ismail
yaitu Imam Ja'far berupaya meyakinkan kelompok Syi’ah yang meyakini bahwa
Ismail belum wafat.
Menurut Ja'far yang meninggal adalah jasad Ismail (dianbilnya ruh dari jasad),
sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa AS, diangkatnya ruh oleh Allah SWT
kemudian akan diturunkan pada hari kiamat. Akan tetapi tetap saja ada kelompok
yang tidak percaya bahwa Ismail meninggal sebagaimana Nabi Isa, dan akan hadir
kembali dihari kiamat sebagai penyelamat. Salah satu kelompok yang tidak
percaya bahkan membatalkan Ismail bin Ja'far sebagai Imam adalah Syi'ah
Ay'ariah dengan alasan Ismail berkebiasan tidak terpuji dan juga karena dia telah
wafat (143H/760 M). Menurut Sekte Asy'ariah yang seharusnya menggantikan
Ja'far adalah Musa Al-Kadzim, yaitu adik Ismail. Syi'ah sab'iah menolak
pembatalan tersebut dan tetap menganggap Ismail sebagai Imam ketujuh. Dan
sepeninggalnya diganti oleh putranya yang tertua, Muhammad bin Ismail.

2. Doktrin Imamah dalam Pandangan Syi’ah Sab'iah

8
Islam dibangun oleh tujuh pilar menurut kepercayaan para pengikut
Syi'ah Sab'iah, sebagaimana dijelaskan Al-Qadhi An-Nu'man dalam Da'aim
Al-Islam. Tujuh pilar tersebut adalah:

a. Iman,
b. Taharah,
c. Shalat,
d. Zakat,
e. Saum,
f. Menunaikan haji
g. Jihad.

Pandangan Syi'ah Syab'iah tentang keimanan, bahwa keimanan


hanya bisa diterima apabila sesuai dengan keyakinan mereka, melalu
kesetiaan kepada imam zaman. Syi'ah Sab'iah mendasarkan tentang imam
zaman ini pada sebuah hadits Nabi Muhammad SAW. Yang terjemahan
bahasa Indonesianya, “(Ia telah wafat dan waktu kewafatannya masih
belum diketahui sampai kini). Hadist seperti ini terdapat dalam sekte Itsna
Asy'ariyah dan Syab'iah namun tidak mencantumkan imam zaman. Posisi
Imam sangat penting dalam sekte ini, karena akan membimbing manusia
pada pengetahuan (ma'rifat) yang kemudian dari pengetahuan itu seorang
muslim akan menjadi seorang mukmin yang sebenar-benarnya, dan
membimbing manusi pada kehidupan spiritual, kehidupan formal-materiil
sebagai makhluk individu maupu sosial. Sekte ini berpandangan bahwa
manusia tidak bisa melalui kehidupan tanpa bimbingan (imam).

Syarat-syarat seorang imam dalam pandangan Syi'ah Sab'iah


adalah sebagi berikut.

a. Imam harus dari keturunan 'Ali melalui perkawinannya dengan


Fathimah yang dikenal dengan Ahlul Bait.
b. Imam harus berdasarkan penunjukan atau nash. Penunjukan disini
yaitu dilakukan oleh imam terdahulu. Seperti yang diyakini Syi'ah

9
bahwa setelah wafatnya Nabi Muhammad, Ali menjadi imam
berdasarkan penunjukan khusus yang dilakukan Nabi sebelum wafat.

c. Keimaman jatuh pada anak tertua. Syi'ah Sab'iah menggariskan


seseorang dapat memperoleh keimaman dengan jalan wiratsah
(heredity) dan seharusnya merupakan anak paling tua.
d. Imam harus maksum. Harus terjaga dari salah satu dosa. Bahkan
menurut sekte ini walaupun imam melakukan perbuatan salah,
perbuatan itu tidak salah.

Imam harus dijabat oleh seorang yang paling baik. Syi'ah Sab'iah tidak
membolehkan adanya imam mafdhul. Dalam pandangannyabperbuatan
dan ucapan imam tidak boleh bertentangan dengan syariat, karena seorng
imam sifat dan kekuasaannya hampir sama dengan nabi, yang
membedakan adalah seorang imam tidak mendapatkan wahyu.

3. Ajaran Syi'ah Sab'iah lainnya

Ajaran Syi'ah Sab'iah sama dengan ajaran sekte lainnya, yang


membedakan hanyalah pada konsep kemaksuman imam yang ekstrem.
memiliki pandangan bahwa AlQur’an selain memiliki makna lahir juga
memiliki makna batin(tersembunyi) yang mungkin hanya dapat dimiliki
orang-orang tertentu (imam), kepercayaan inilah Syi'ah Sa'biah diberi gelar
Al-Bathiniyah. Ajaran berikutnya adalah menggunakan prinsip takwil dalam
menjelaskan maksud Al-Qur’an.

C. Syi'ah Zaidiyah

1. Asal usul penamaan Syi’ah Zaidiyah

Setelah wafatnya Ali Zainal Abidin (imam keempat) sekte Zaidiah


terbentuk. Golongan ini mengusung Zaid sebagai imam kelima pengganti Ali

10
Zaenal Abidin. Sekte ini berbeda dengan sekte Syi’ah lainnya yang mengakui
Muhammad Al-Baqir, anak Zainal Abidin yang lain, sebagai imam ke lima. Dari
nama Zaid pula sekte ini dinamakan Zaidiyah. Sekte ini merupakan sekte Syi'ah
yang moderat dan merupakan sekte yang paling dekat dekat dengan Sunni.

2. Doktrin Imamah menurut Syi'ah Zaidiyah

Syi’ah Zaidiyah mengembangkan doktrin imamah yang khas, yaitu sekte


ini menolak pandangan yang menyatakan bahwa seorang imam yang mewarisi
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Selanjut seorang imam harus memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:

A. Merupakan keturunan ahlul bait, baik yang bergaris hasan maupun husen.

B. Memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan


diri atau menyerang
C. Kecenderungan intelektualitasme yang dibuktikan dengan ide dan karya
dalambidang keagamaan.

D. Mereka menolak kemaksuman imam. Seseorang dapat dipilih menjadi imam


meskipun mafdhul (bukan yang terbaik), sementara pada saat yang sama ada
yang afdhal.

Dengan doktrin seperti ini, Syi'ah Zaidiah sering mengalami krisis


dalam keimanan. Faktor penyebab nya adalah karena terbukanya kesempatan
untuk memproklamasikan diri sebagai imam dari setiap keturunan ahlul bait,
dan tidak seorang pun yang memprolamasikan diri atau pantas diangkat
sebagai imam.

Sekte Zaidiyah ini mengakui keabsahan khilafah atau imamah Abu Bakar As-

11
Siddiq dan Umar bin Khattab, juga imamah tidak harus dengan nas tetapi
boleh dengan ikhtiar (pemilihan), dan sekte ini beraliran teologi Mu'tazilah
karena adanya hubungan dekat antara Wasil bin Atha dengan Zaid bin Ali
sehingga tokoh-tokoh mu'tazilah berasal dari sekte Zaidiyah, seperti Qadir
Abdul Jabbar, penulis kitab Syarh al-usul al-Khamsah.

D. Syi'ah Ghulat

1. Asal usul penamaan Syi'ah Ghulat

Kata “ghulat” berasal dari ghala-yaghulu-ghuluw yang artinya bertambah


dan naik. Ghalah bi ad-Din artinya memperkuat dan menjadi ekstrem sehingga
melampaui batas. Golongan ini memuja Ali bin Abi Thalib sangat berlebihan,
bukan hanya kepada Ali saja kepada imam-imam yang lainpun sama, menganggap
para imam bukan manusia biasa, Melainkan jelmaan Tuhan bahkan dianggap
Tuhan itu sendiri. Ada beberapa orang yang secara khusus dianggap Rasul setelah
Nabi Muhammad SAW. Pendapat ekstrem tersebut yang menjadikan kelompok ini
diberi gelar ekstrem (ghuluw).

Menurut Ibnu Khaldun dan ulama-ulama Syi'ah, sekte ini dipandang


golongan yang sesat dan tidak diakui sebagai sekte Syi’ah, bahkan juga tidak
sebagai golongan Islam sekalipun, karena telah jauh menyimpang dari ajaran
Islam terutama masalah tauhid, seperti mengutuk Ali binAbi Thalib karena tidak
menuntuk hak sebagai pengganti atau khalifah sesudah Nabi Muhammad SAW,
padahal inti ajaran syi'ah itu memuliakan Ali.

12
Sekte ekstrem ini dianggap telah punah dan sangat sulit dilacak genealogi
pemikiran dari tiga kelompok besar sekte Syi’ah lainnya (Syi'ah Itsna ‘Asyariyah,
Syi'ah Syabiah, Syiah
Zaidiah). Sekte ini dipandang telah keluar dari Islam sehingga keberadaannya juga
dianggap telah punah.

2. Golongan dan Doktrin-doktrin Syi'ah Ghulat

Syi’ah Ghulat terdapat dalam dua golongan yaitu golongan As-Sabaiyah


dan AlGurabiyah.

1. Golongan As-Sabaiyah berasal dari nama Abdullah bin Saba, yang


menganggap Ali bin Abi Thalib sebagai jelmaan Tuhan atau bahkan Tuhan itu
sendiri. Menurut golongan ini Ali masih hiduo, yang terbunuh di Kuffah
bukanlah Ali, melainkan yang diserupakan Tuhan dengan Ali.

2. Golonga Al-Gurabiyah, merupakan golongan yang tidak seekstrim As-


Sabaiyah dalam memuja Ali. Menurut golongan ini, Ali merupakan manusia
biasa, tetapi seharusnya Ali bin Abi Thalib yang menjadi utusan Allah SWT,
bukan Nabi Muhammad SAW. Mereka berpandangan Malaikat Jibril salah
alamat dalam menyampaikan wahyu, sehingga Allah menganggkat Nabi
Muhammad SAW bukan Ali bin Abi Thalib.
Menurut Syahrastani, yang membuat mereka ekstrem adalah empat
doktrin dibawah ini:

1. Tanasukh, adalah keluarnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat
pada jasad lain. Paham ini diambil dari Falsafah Hindu.
2. Bada' adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendak-Nya sejalan
dengan perubahan ilmu-Nya, serta dapat memerintahkan perbuatan
kemudian memerintahkan sebaliknya.

3. Raj'ah ada hubungannya dengan mahdiyah. Paham ini terdapat dalam


ajaran seluruh syi’ah. Syiah Ghulat memercayai Imam Mahdi Al-

13
Muntazhar yang akan datang ke bumi. Seluruh Syi’ah berbeda
pendapat tentang siapa yang akan kembali.

4. Tasbih artinya menyerupakan atau mempersamakan, seperti


menyerupakan salah seornag imam dengan Tuhan atau menyerupakan
Tuhan dengan makhluk. Paham ini diambil dari paham Hululiyah dan
tanasukh dengan khalik.

2. Sunni

1. Pengertian

Sunni adalah sebutan pendek bagi ahlus sunnah wal jamaah, yang mana
ahlus sunnah wal jamaah ini adalah sebuah aliran pemikiran islam.

Secara etimologi ahlus sunnah wal jamaah diambil dari kata As-sunnah
dan al-jamaah. As-sunnah menurut bahasa arab adalah ath-tariqah, yang memiliki
arti metode, kebiasaan, perjalanan hidup, atau perilaku, baik terpuji atau tercela.
Sedangkan al-jamaah menurut bahasa berasal dari kata al-ijtima yang berarti
berkumpul atau bersatu.

Sedangkan secara terminologi as-sunnah adalah petunjuk yang telah


dilakukan oleh Rasulullah Saw. Dan para sahabatnya, baik tentang ilmu,
I’tiqad(keyakinan), perkataan atau perbuatan. Dan al-jamaah menurut terminologi
adalah generasi pertama dari ummat islam, yakni kalangan sahabat, tabiin, tabiut
tabiin serta orang-orang yang mengikuti dalam kebaikan hingga hari kiamat
karena berkumpul atas kebenaran.

Jadi ahlus sunnah wal jamaah adalah orang yang mempunyai sifat dan
karakter mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw. Para sahabat, tabiin, tabiut
tabiin dan para ulama yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi.

2. Sejarah munculnya istilah Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Penamaan istilah ahlus sunnah wal jamaah ini sudah ada sejak generasi
pertama islam pada kurun yang dimuliakan Allah, yaitu generasi Sahabat, Tabiin,

14
dan Tabiut tabiin. Sejarah penamaan istilah ini dimulai dari peristiwa ricuhnya
perpolitikan yang mengatasnamakan islam. Yakni dimulai dari wafatnya Nabi
Muhammad Saw. Yang menyebabkan tertundanya pemakaman jasad Nabi
Muhammad Saw. Pada saat itu umat islam menjadi berkelompok yang masing-
masing kelompok memiliki pendapat berbeda mengenai kepemimpinan ummat
islam.

Nabi Muhammad Saw. Semasa hidupnya adalah seorang pemimpin agama


dan sekaligus pemimpin negara. Pada semasa hidupnya nabi Muhammad tidak
pernah menunjuk secara langsung siapa yang menggantikan beliau memimpin
negara dan umat islam. Karena inilah alasan mengapa terjadi tertundanya
pemakaman jasad nabi Muhammad Saw. Namun pada saat terjadi peristiwa
pengangkatan atau penunjukkan Sahabat Abu bakar As-sidiq menjadi khalifah
umat islam, muncullah kelompok yang tidak menerima penunjukkan atau
pengangkatan tersebut. Salah satunya adalah kelompok yang mengklaim bahwa
yang sah menjadi khalifah atau pengganti rasulullah adalah Ali Bin Abi Thalib
yang kemudian hari disebut dengan kelompok syiah.

Sedangkan kelompok selain syiah adalah ahlus sunnah wal jamaah atau
lebih dikenal dengan sebutan sunni. Kelompok inilah yang tetap konsisten hingga
kini dalam memegang teguh sunnah rasulullah, para sahabat, tabiin, tabiut tabiin
dan para ulama yang berpegang teguh kepada mereka.

Kelompok/pemikiran inilah (ahlus sunnah wal jamaah) yang banyak


diikuti atau diterima para ulama salaf dan umat islam hingga kini.

3. Kaidah dan Prinsip Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam mengambil


dan Menggunakan Dalil

1. Sumber akidah adalah kitabullah (Alquran), Sunnah Rasulullah yang


Shahih dan ijma salafus shalih.

2. Setiap Sunnah yang shahih yang berasal dari Rasulullah wajib diterima,
walaupun sifatnya ahad

15
3. Yang menjadi rujukan dakam memahami alquran dan as-sunnah adalah
nash-nash (teks alquran dan hadits) yang menjelaskannya, pemahaman
salafus shalih dan para ulama yang mengikuti jejak mereka.

4. Prinsip-prinsip utama dalam agama (Ushuluddin) semunya sudah diatur


dalan alquran dan as-sunnah.
5. Berserah diri (taslin), patuh, dan taat hanya kepada Allah SWT.

6. Dalil aqli (akal) yang benar akan sesuai dengan dalil naqli (nash yang
shahih).
7. Rasulullah Saw. Adalah Ma’shum (dipelihara oleh Allah dari kesalahan)
dan para sahabat secara keseluruhan dijauhkan allah dari bersepakat diatas
kesesatan.
8. Bertengkar dalam masalah agama itu tercela, akan tetapi mujadalah
(berbantahan) dengan cara yang baik itu di masyruah (disyariatkan).

4. Prinsip-Prinsip yang disepakati Ahlus Sunnah wal Jamaah

1. Akidah ahlus sunnah wal jamaah tentang sifat-sifat Allah : itsbat bilaa
takyif (membenarkan tanpa mempersoalkan bentuknya) dan
mensucikanNya tanpa mengingkariNya.
2. Ahlus sunnah wal jamaah berpendapat mengenai alquran : Alquran adalah
kalamullah dan bukan makhluk.

3. Ahlus sunnah wal jamaah meyakini bahwa Allah tidak bisa dilihat oleh
siapapun didalam kehidupan dunia.
4. Ahlus sunnah bersepakat bahwa orang-orang mukmin dapat melihat
rabbnya disurga dengan kedua mata mereka.

5. Ahlus sunnah wal jamaah mengimani semua berita keadaan setelah mati
yang disampaikan oleh Rasulullah Saw.
6. Ahlus sunnah wal jamaah mengimani qadar Allah dengan segala
tingkatnya.

16
7. Ahlus sunnah wal jamaah berpendapat bahwa iman adalah ucapan dan
perbuatan juga dapat bertambah dan berkurang.

8. Ahlus sunnah wal jamaah meyakini bahwa iman mempunyai pokok dan
cabang.
9. Ahlus sunnah wal jamaah bersepakat terhadap kemungkinan
berkumpulnya antara siksa dan pahala pada diri seseorang.

10. Ahlus sunnah wal jamaah mencintai dan mendukung sahabat rasul, ahlul
bait, dan isteri-isteri rasulullah tanpa meyakini adanya kema’shuman
terhadap siapapun kecuali rasulullah saw.
11. Ahlus sunnah wal jamaah membenarkan adanya karomah para wali dan
kejadiankejadian luar biasa yang diberikan allah kepada mereka.

12. Ahlus sunnah wal jamaah bersepakat untuk memerangi siapapun yang
keluar dari syariat islam sekalipun dia mengucapkan dua kalimat
syahadat.1

13. Ahlus sunnah wal jamaah berperang bersama pemimpin-pemimpin mereka


baik pemim[in yang baik maupun pemimpin yang durhaka demi
menegakkan syariat islam.

Perbedaaan Doktrin-doktrin Syi'ah dan Sunni

1. Pengikut Syi'ah ekstrem mengkafirkan sahabat Nabi Muhammad SAW,


dan orang Islam yang mengikuti sahabat Nabi.
2. Pendapat Syi'ah tentang Al-Qur’an, mereka berpendapat bahwa Al-Qur’an
yang ada pada saat ini bukan yang asli, isi kandungan Al-Qur’an telah
dikurangi dan ditambah oleh para sahabat, sementara yang asli (lengkap)
ada ditangan Ali yang kemudian diwariskan kepada putera-puteranya,
sekarang ditangan Imam Mahdi Al-Muntadzar.

17
3. Pemikiran kaum Syi’ah terhadap Sunnah. Sebagian kaum Syi’ah tidak
menerima hadits atau riwayah dari selain Ahlul Bait. Jadi hanya riwayat
dari jalur Ahlul Bait saja yang mereka terima.

4. Konsep Imamah dalam Ahlussunah Wal Jama'ah Rukun Iman ada 6,


namun dalam Syiah ada 7, menambahkan imamah sebagai rukun iman.
Dalam Syi'ah imamah sangat berpengaruh besar dalam kehidupan
spiritual, individu, sosial dan semua yang berkaitan dengan kehidupan
manusia.
5. Konsep Taqiyah, yang berarti menampakkan ucapan dan perbuayan yang
berlawanan dengan apa yang disimpan dalam hati. Konsep dan doktrin ini
diberlakukan Syi'ah dengan tujuan untuk melindungi Islam dan madzhab
Syi’ah. Dan jika orang Syi’ah tidak mengikuti taqiyah, maka pemikiran
Syi'ah akan berakhir dalam kepunahan.

III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Syi’ah secara bahasa verarti “pengikut”, “pendukung”, “partai’,


atau “kelompok”, sedangkan secara terminologis istilah ini dikaitkan
dengan sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan
keagamaan merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW. Atau disebut
sebagai ahl al-bait. Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan
bahwa segala petunjuk agama bersumber dari ahl al-bait. Mereka menilak
petunjuk-petunjuk keagamaan dri para sahabat yang bukan ahl al-bait atau
para pengikutnya.
Syi’ah terbagi menjadi empat, yaitu:

1. Syi’ah Itsna Asyariyah

2. Syi’ah Ismialiyah

3. Syi’ah Zaidiyah

18
4. Syi’ah Ghulat

Sunni adalah sebutan pendek bagi ahlus sunnah wal jamaah, yang
mana ahlus sunnah wal jamaah ini adalah sebuah aliran pemikiran islam.

Jadi ahlus sunnah wal jamaah adalah orang yang mempunyai sifat dan
karakter mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw. Para sahabat, tabiin,
tabiut tabiin dan para ulama yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi.

B. Saran

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun bahasa yang kami sajikan, oleh karena itu mohon di berikan
sarannya agar kami membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga maalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahaminya

DAFTAR PUSTAKA

Oki Setiana Dewi, “Syiah: Dari Kemunculannya Hingga Perkembangannya di


Indonesia”,

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, CV PUSTAKA SETIA: Bandung,
2013

Muhammad Abdul Hadi Al-Mishri, Manhaj dan aqidah ahlussunnah wal jamaah

Ahmad Atabik, “MELACAK HISTORITAS SYI’AH (Asal Usul, Perkembangan


dan Aliran-

Alirannya)”, Jurnal Akidah dan Studi Keagamaan Vol.3, No.2, 2015

Digilib.uinsby.ac. paham sunni.

Yazid bin abdul qodir, Syarah aqidah ahlussunnah wal jamaah.

Ratu Suntiah dan Maslani, Ilmu Kalam,

19
20

Anda mungkin juga menyukai