Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

SEJARAH DAN PEMIKIRAN SYIAH EKSTREM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Gerakan Radikal Islam Dunia

Disusun Oleh :

Ahmad Zaki Zainun Aziz (03020221033)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNANAMPEL SURABAYA

2023
A. Latar Belakang Munculnya Syiah
Secara bahasa, Syiah berarti pengikut, golongan, sahabat dan penolong. 1 Istilah
Syiah selanjutnya berkembang dengan arti khusus yaitu nama bagi kelompok orang yang
menjadi pengikut dari golongan Ali bin Abin Thalib dan keturunannya. Syiah telah
melalui proses sejarah yang panjang dengan segala peristiwa yang ikut mempengaruhi
ajarannya. Al-Syahratani mendefinisakan syiah sebagai istilah khusus yang dipakai untuk
pengikut Ali bin Abi Thalib yang berpendirian bahwa pengangkatan Ali sebagai imam
atau khalifah berdasarkan pada nash dan wasiat, serta berkeyakinan bahwa keimaman
tersebut tidak terlepas dan akan terus mengalir kepada keturunan-keturunannya.
Secara historis, akar aliran syiah terbentuk setelah wafatnya Nabi Muhammad,
yakni ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah pertama pada pertemuan yang
dilakukan di balai pertemuan Saqifah bani Saidah. 2 Pemilihan tersebut dilakukan secara
tergesa-gesa sebagai bentuk persaingan anatara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Dalam pertemuan itu Ali bin Abi Thalib tidak hadir karena mengurus jenazah Nabi
Muhammad. Dari peristiwa tersebut muncul protes-protes dari pihak pendukung Ali bin
Abi Thalib karena mereka tidak di ikut sertakan dalam pemilihan pemimpin yang akan
meneruskan perjuangan Rasulullah. Selanjutnya Abu Bakar menunjuk Umar sebagai
penggantinya yaitu sebagai khalifah ke dua kemudian dilanjutkan oleh Usman bin Affan
sebagai pengganti Umar. Setelah Usman terbunuh oleh pemberontakan yang
mengatasnamakan diri mereka sebagai anti depotisme keluarga Umayah, Ali bin Abi
Thalib kemudian diangkat menjadi Khalifah keempat. Perjalanan sejarah menunjukkan
bahwa peristiwa pembunuhan Usman bin Affan telah melahirkan rentetan peristiwa yang
sangat panjang dan membawa dampak besar kepada khalifah Ali seperti peristiwa
ketegangan anatara golongan Ali dan Muawiyah yang kemudian berakhir dengan
pecahnya perang Siffin dan berakhir dengan peristiwa Tahkim.
Namun dari peristiwa tersebut justru melahirkan berbagai aksi dan reaksi seiring
dengan tidak menyatunya pemikiran antar kelompok. Sejarah mencatat bahwa dari
perpecahan politik ini melahirkan aliran-aliran teologi dalam Islam. Syiah memiliki
Main-stream berupa kecintaan terhadap Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Bait. Main-stream

1
M. Quraish Shihab. Sunnah-syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah: Kajian Atas Konsep dan Pemikiran.
(Tanggerang: Lentera Hati.2007), 11.
2
M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam. (Jakarta: Pustaka Rizki Putra, 2009), 104-105.
tersebut kemudian berkembang dan pada akhirnya menjadikan syiah sebagai mazhab atau
aliran yang memiliki ajaran tersendiri dalam bidang politik, teologi, fiqih dan bidang
lainnya.

B. Pemikiran-Pemikiran Teologi Syiah

Pemikiran teologi yang dimunculkan oleh kaum Syi'ah berbeda dari golongan-
golongan Islam lainnya. Pemikiran teologi terpenting yang dimunculkan kaum Syi’ah
ialah masalah imamah (kepemimpinan). Kalangan kaum muslimin pada umumnya
menyebut pengganti Nabi dengan sebutan khalifah. Sedang kalangan Syi’ah tidak
menggunakan sebutan khalîfah, mereka menggunakan sebutan imam. . Kata imam berarti
pemimpin. Berkenaan dengan masalah imam inilah muncul istilah imamah di kalangan
kaum Syi’ah.

Syi’ah sebagai golongan pendukung Ali memang muncul ke permukaan setelah


peristiwa tahkim. Akan tetapi bibit pemikiran teologi mereka dalam hal imamah telah
mulai tumbuh jauh sebelum peristiwa tersebut, yakni sejak sesudah Nabi wafat. Menurut
kaum Syi’ah, yang paling utama untuk menggantikan Nabi setelah beliau wafat adalah
dari kalangan ahlul bait, yakni keluarga dekat beliau. Yang dipandang sebagai tokoh
paling utama untuk pengganti beliau ialah Abbas, paman beliau, dan Ali bin Abi Thalib,
sepupu beliau. Tetapi Ali dipandang lebih utama. Abbas sendiri juga tidak membantah
kalau Ali dipandang lebih utama dari dirinya. Dari sinilah mulai timbulnya pendapat di
kalangan kaum Syi’ah tentang imam pengganti Nabi Muhammad saw. sesudah beliau
wafat, dan tentang imam-imam berikutnya. Pendapat tentang imamah ini kemudian
mengalami perkembangan. Menurut mereka, imamah bukanlah merupakan kemaslahatan
umum yang ketentuannya diserahkan kepada umat, tetapi ia adalah sendi agama (bagian
dari rukun iman) dan merupakan fondasi (bagian dari akidah) Islam. Tidak boleh bagi
Nabi mengabaikan dan menyerahkan urusannya kepada umat, tetapi ia wajib menentukan
imam untuk mereka. Imam bersifat ma’shum (terpelihara) dari dosa besar dan dosa kecil.
Menurut mereka, sesungguhnya Ali adalah orang yang ditentukan oleh Nabi sebagai
imam, pengganti beliau.3

3
Ahmad Amin. Fajr al-Islam. (Beirut: Dar al-Kitâb al-'Arabi. cet. ke-10, 1969), 267.
C. Sekte-Sekte Syiah Ekstrem

1. Syi’ah Sabaiyah

Syi’ah ini adalah pengikut Abullah Ibnu Saba’. Sekte ini termasuk syi’ah
ghaliyah (syi’ah yang keterlaluan, yang berlebih-lebihan). Disamping mempercayai
kembalinya Nabi Muhammad dan Ali bin Abi Ṭālib di akhir zaman nanti, juga
memenyebarkan paham bahwa malaikat Jibril telah keliru dalam menyampaikan wahyu
dari Tuhan. Karena sebenarnya wahyu yang seharusnya diturunkan kepada Ali bin Abi
Ṭālib tetapi justru diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.4

2. Syi’ah Kaisaniyah

Syi’ah ini adalah pengikut Mukhtar bin Ubay as-Tsaqafi. Golongan ini tidak
mempercayai adanya ruh Tuhan dalam tubuh Ali bin Abi Ṭālib, tetapi mereka meyakini
bahwa Imam Syi’ah adalah ma’sum dan mendapatkan wahyu.

3. Syi’ah Qaramithah

Kaum Syi’ah ini suka menafsirkan al-Qur’an sesuka hatinya. Mereka mengatakan bahwa
malaikat-malaikat adalah muballigh mereka dan setan-setan adalah musuh mereka,
sembahyang adalah mengikuti mereka, haji adalah ziarah kepada imam-imam mereka.
Orang yang sudah mengetahui sedalam-dalamnya Allah, tidak perlu sembahyang, puasa,
dll.

4. Syia`ah Al-Khaththabiyah

Syi`ah ini merupakan penganut aliran Abu Al-Khaththab Al-Asady yang menyatakan
Imam Ja'far Ash-Shadiq dan leluhurnya adalah Tuhan. Sementara Imam Ja'far
mengingkari dan mengutuk kelompok ini. Lantaran sikap tersebut, pemimpin kelompok
ini, Abu Al-Khaththab, mengangkat dirinya sebagai imam.

5. Syi`ah Al-Ghurabiyah

4
Abu Zahrah. Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam. (Jakarta: Logos, 1996), 40.
Syi`ah ini percaya malaikat Jibril diutus Allah untuk Ali bin Ali Thalib ra. Namun,
mereka menilai malaikat Jibril keliru dan berkhianat sehingga menyampaikan wahyu
kepada Nabi Muhammad.5

5
Ibid, 44.
Daftar Pustaka

Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam, Jakarta: Logos, 1996.

Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/ Kalam, Jakarta: Pustaka Rizki
Putra, 2009.

Amîn, Ahmad, Fajr al-Islâm, Beirut: Dâr al-Kitâb al-'Arabi. cet. ke-10, 1969.

Shihab, M. Quraish. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah: Kajian Atas Konsep


Ajaran Dan Pemikiran. Tangerang: Lentera Hati. 2007

Anda mungkin juga menyukai