Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA BERMACAM ALIRAN DALAM

ILMU KALAM

Untuk memenuhi tugas

ILMU KALAM

Dosen Pengampu :

Al-Ustadz Akhmad Ma’mun, S.H.I., M.Ud

Oleh :

Ade Yayah Rahmawati

3920182330711

FAKULTAS USHULUDDIN

ILMU QUR’AN DAN TAFSIR 2


UNIVERSITAS DARUSSALAM

PONDOK MODERN DARUSSSALAM GONTOR PUTRI

2019 M/1440 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpecahan serta perbedaan faham akidah semakin banyak terjadi.


Bahkan sebagaimana kita ketahui, jauh sebelum itu Rasulullah saw. sudah
memberikan isyarat akan terjadinya perpecahan dan kelompok-kelompok
yang mencapai tujuh puluh tiga kelompok. Tujuh puluh dua tergolong
kelompok yang sesat dan hanya hanya satu golongan yamg selamat, yaitu
golongan yang selalu berpegang teguh pada ajaran dan aturan-aturan
Rasulullah saw. dan para sahabatnya, dengan istilah yang popular yaitu
golongan Ahlussunnah Wa Al-Jama’ah.

Syi’ah selalu menggembar gemborkan bahwa mereka mendukung


kekuasaan Ahlu Al-Bait (keluarga) Nabi saw. mereka mencintai mereka,
madzhab mereka berdasarkan perkataan dan perbuatan Ahlu Al-Bait,
bersendikan pendapat-pendapat dan apa yang diriwayatkan tentang Ahlu
Al-Bait. Untuk memperdalam pengetahuan kita mengenai Aliran dalam
Ilmu Kalam, maka disini kami akan mengemukakan pembahasan yang
berjudul “Sejarah Aliran Syi’ah” guna memenuhi tugas pada mata kuliah
Ilmu Kalam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Syi’ah?
2. Apa sebab munculnya Aliran Syi’ah?
3. Bagaimana perkembangan Syi’ah ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Agar mengetahui pengertian Syi’ah
2. Agar mengetahui sebab munculnya Aliran Syi’ah
3. Agar Mengetahui perkembangan Syi’ah
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SYI’AH

Syi’ah adalah kelompok yang berpandangan bahwa jabatan


khalifah wajib berada di lingkungan Ahlu Al-Bait. Mereka berpendapat
bahwa Ali bin Abi Thalib kemudian para puteranya adalah pewaris jabatan
khalifah sesudahnya. Kaum Ghulat (ekstrim) dari kelompok Syi’ah
berpendapat bahwa para imam (al aimmah) adalah orang-orang ma’shum
(terpelihara dari salah dan dosa). Sifat-sifat Allah, menurut keyakinan
mereka, telah bersemayam dalam diri para imam. Barang siapa tidak
berkeyakinan demikian, walau dari kelompok Syi’ah itu sendiri, berarti
telah keluar dari Islam. Keabsahan keyakinan mereka ini berdasarkan dalil
bahwa Ali bin Abi Thalib adalah orang laki-laki yang pertama masuk
Islam. Kemudian, karena apa yang dilakukan oleh Ali, setelah Nabi, dalam
rangka menegakkan Islam kaum Ghulat pun berargumen dengan beberapa
hadist yang mengemukakan keutamaan Ali dan yamg mengemukakan
bahwa Ali adalah orang yang berhak memangku jabatan khalifah setelah
Rasulullah saw.1

Adapun Syi’ah menurut Ibnu Manzhur Al-Afriq: “golongan yang


menyepakati suatu urusan. Tiap satu golongan pasti menyepakati suatu
urusan. Maka itulah yang disebut Syi’ah. Tetapi umumnya yang disebut
Syi’ah ialah orang atau golongan yang mengangkat Ali dan Ahlul Al-
Baitnya.”

Dan berkata seorang Syi’ah yang masyhur Sayid Muhammad


Amin dalam kitabnya yang disalin dari Al-Azhary: “Syi’ah ialah golongan
pencinta anak turunan Nabi dan mengakui akan kekuasaan mereka.”2

1
DR. Hasan Abdullah Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2013,
hal. 2
2
Prof. Dr. Ikhsan Ilahi Zhahir, M.A., Syi’ah Berbohong Atas Nama Ahlul Al-Bait,
Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987, hal.13-14
B. ASAL MULA ALIRAN SYI’AH

Syi’ah adalah suatu Aliran politik dalam Islam yang tertua. Syi’ah
muncul pertama pada masa Ustman, lalu timbul dan berkembang pada
masa kekuasaan Ali. perkembangan yang terjadi di masa Ali adalah karena
banyak orang yang merasa kagum atas kemampuan Ali setiap kali dia
bekumpul dengan mereka. Mereka kagum karena kemampuan. Kekuatan
beragama luas dan pengetahuannya. kekaguman mereka itu membuat para
da’i menyebar-luaskan pendapat-pendapat mereka, dari pendapat yang
biasa-biasa saja sampai pendapat yang melampaui batas.

ketika kedzaliman semakin parah atas pribadi keturunan Ali di


masa Umayyah, maka berkobarlah kecintaan atas keluarga Ali, karena
mereka adalah anak keturunan Rasulullah, banyak di antara mereka yang
mati syahid karena kedzaliman. Dari situlah maka aliran Syi’ah ini
semakin luas pengaruhnya dan bertambah banyak pengikutnya.3

Golongan Syi’ah pada mulanya adalah pengikut Ali. kemudian


berpindah secara otomatis kepada keluarga Ali. Tetapi daapat dikatakan
bahwa mereka melanjutkan kesetiaan mereka kepada Rasulullah saw. Oleh
sebab itu terdapat pula satu golongan yang pro Abbas bin Abdul Muthalib
yang dinamakan golongan Abbasida yang mendirikan kerajaan setelah
kerajaan Umayyade.

Aliran Syi’ah ini lahir sebagai akibat permusuhan yang dilakukan


oleh golongan amawiyyin (Bani Umayyah) dan kaum Khawarij terhadap
Ali bin Abi Thalib. Bagi kaum Syi’ah imamah merupakan salah satu
agama yang cukup mendasar. Adapun yang berhak menduduki jabatan
imamah sebagai pengganti Nabi adalah Ali bin Abi Thalib dan
keturunannya.4

3
Prof. Dr. Muhammad Abu Zahrah, Sejarah Aliran-Aliran Dalam Islam Bidang politik
dan Aqidah, Ponorogo: Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1991, hal. 46
4
Drs. Sudarsono, S.H., Filsafat Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997, hal.16-17
Munculnya kelompok Syi’ah, yang menamakan diri Syi’ah
Saba’iyah yang dipimpin Abdullah bin Saba’. Kelompok Syi’ah inilah
yang menganggap Sayyidina Ali bin Abi Thalib sebagai jelmaan dari
Tuhan atau bahkan Tuhan itu sendiri.5

Ibnu Saba’ telah menyebarkan madzhab wisayah (wasiat) yang


diambil dari agam Yahudi, agama yang dianut sebelumnya. Maksudnya
Ali adalah orang yang diwasiatkan oleh Muhammad untuk menjadi
khalifah sepeninggalannya. Para khalifah sebelumnya, demikian menurut
madzhab wiasayah adalah orang-orang yang menentang Ali dan merampas
haknya sebagai imam. Ini merupkan faham, yakni teori hak Ilahiyat
(ketuhanan) yang diambil dari bangsa Persia yang menjajah Yaman (tanah
kelahiran Ibnu Saba’) pada masa awal Islam. Maksudnya, Ali adalah
khalifah stelah Nabi dan ketentuan ini merupakan ketentuan dari Allah.
Berdasarkan madzhab ini maka Ustman diyakini merampas jabatn khalifah
dari Ali, pemegang wasiat Rasulullah.6

Makan Syi’ah berpendapat bahwa yang berhak menggantikan Nabi


Muhammad saw. setelah beliau wafat adalah keluarganya. sedangkan Ahlu
Al-Bait yang mula-mula berhak adalah Ali bin Abi Thalib(saudara
sepupu), beliau sebagai menantu Rasulullah saw. Setelah Ali meninggal
yang berhak atas Imamah adalah anak-anak keturunannya.

C. TEMPAT DAN MASA PERKEMBANGANNYA

Seperti yang telah kami katakan bahwa Syi’ah muncul secara nyata
pada akhir khalifah ketiga, yaitu masa Ustman lalu tumbuh dan
berkembang pada masa Ali, tanpa dia harus mengembangkannya.

5
KH. Ahmad Zainuddin Djazuli, Aswaja Akidah Umat Islam Indonesia, Kediri: PP Al
Falah, 2012, hal. 15
6
DR. Hasan Abdullah Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2013,
hal. 2-3
Perkembangannya itu disebabkan karena kepribadian Ali. Setelah
meninggalnya Ali, maka pemikiran-pemikiran Syi’ah tumbuh menjadi
beberapa Aliran, ada yang ekstrim dan ada yang moderat, yang keduanya
mempunyai kefanatikan yang dalam terhadap keluarga Ali.

Masa Mu’awiyah merupakan masa kebangkitan bagi para ekstrim


Syi’ah untuk mengangkat nama Ali. Karena Mu’awiyah ternyata membuat
tradisi jelek pada masanya dan masa anak turunnya sampai datang masa
Umar bin Abdul Aziz. Pada Masa Mu’awiyah itu nama Ali selalu disebut-
sebut dan dicelanya dalam setiap selesai khutbah. Hal ini menimbulkan
reaksi keras dari para sahabat dengan cara memperingati Mu’awiayah dan
anak turunnya untuk tidak berbuat demikian. Ummi Salamah istri
Rasulullah, menulis surat kepada Mu’awiyah yang isinya: “kamu sekalian
mencela Allah dan Rasul-Nya di atas mimbar-mimbarmu. yitu dengan cara
menghina dan mencela Ali bin Abi Thalib dan orang yang dicintainya.
Aku bersaksi bahwa Rasulullah mencintainya.” Lebih dari itu pada masa
Yazid, Al-Husein bin Ali yang merupakan pemuda ahli surga bersama
saudaranya harus mati terbunuh secara keji. Darahnya mengalirnya segar,
anak-anak Husein menjadi tawanan Yazid bin Mu’awiyah padahal mereka
anak cucu Nabi yang suci.7

Pembunuhan Husein bin Ali di Karbala menyalakan Api


kemarahan dan kebencian terhadap keluarga Bani Umayyah. Hal itu
dimanfaatkan oleh kelompok Syi’ah untuk menabur bibit-bibit kebencian
terhadap Bani Umayyah di Kufah.8

Perang Karbala (61 H) telah menyatukan barisan kaum Syi’ah dan


telah membangkitkan semangat mereka untuk menuntut balas atas
kematian Husein bin Ali, sebagaimana tragedi Karbala pun telah

7
Prof. Dr. Muhammad Abu Zahrah, Sejarah Aliran-Aliran Dalam Islam Bidang politik
dan Aqidah, Ponorogo: Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1991, hal. 48

8
Bag.Kurikulim KMI, Tarikh Islam Untuk Kelas 1 KMI, Gontor: Darussalam Press,
2018, hal. 72
mempertajam faham Syi’ah setelah hanya pandangan teori dan politik
yang tidak masuk ke dalam hati kaum Syi’ah. Faham Syi’ah menyebar di
kalangan bangsa Persia yang memiliki ikatan semenda dengan Husein.9

Syi’ah mulai tumbuh di Mesir pada Ustman, yaitu ketika para


da’inya mendapatkan tempat yang subur di sana. Syi’ah juga tumbuh
subur di Irak. Jika Mekkah, Madinah dan kota-kota Hijaz merupakan pusat
orang-orang ahli sunnah wa al-jama’ah dan para ahli hadist. Syam
merupakan para pendukung Bani Umayyah maka Irak adalah merupakan
pusat bagi orang-orang Syi’ah.

Mengapa Irak menjadi pusat Syi’ah? ada beberapa faktor, di


antaranya adalah karenanya Ali bin Abi Thalib bermukim di sana selama
menjadi khalifah. Di sinilah Ali berjumpa dengan orang-orang yang
melihat pada diri Ali suatu yang patut dihargai. Karena sikap mereka yang
tidak mau mendukung Mu’awiyah sama sekali, Maka segera Mu’awiyyah
mengutus Ziyad untuk memerangi mereka. Meskipun begitu ternyata akar-
akar faham Syi’ah tidak lenyap dari diri mereka. Sepeniggal Ziyad, maka
anaknya meneruskan tugasnya untuk menguasai Irak pada masa Yazid bin
Mu’awiyah. Irak akhirnya menjadi pusat perlawanan pertama bagi Bani
Umayyah. Tekanan dan penghinaan semakin besar ketika kekuasaan ada
di tangan Bani Marwan pada masa Abdul Malik bin Marwan. Semakin
besar tekanan dan penghinaan, maka semakin kuat pula faham Syi’ah
tertanam di dalam jiwa para pengikutnya.

Di samping faktor di atas, Irak merupakan tempat pertemuan


(daerah transit) bagi kebudayaan-kebudayaan lama. Di sana terdapat
kebudayaan Parsi, kebudayaan Kildania (Irak) dan kebudayaan negeri-
negeri lain. Di sana bercampur antara filfasat Yunani dan filsafat Hindu.
Irak merupakan tempat yang banyak memunculkan aliran-aliran dalam
Islam, khususnya yang berkaitan dengan aliran-aliran filsafat. Oleh karena

9
DR. Hasan Abdullah Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2013,
hal. 3
itu, di dalam ajaran Syi’ah banyak pendapat-pendapat falsafi yang sesuai
dengan lingkungan Irak.10

Dalam pengertian umum tentang Syi’ah , telah kami sungguh


bahwa aliran Syi’ah terdiri dari orang-orang ekstrim, moderat dan yang di
antara mereka. Di antara kelompok-kelompok itu adalah:

a. Al Sabaiyah

Mereka adalah pengikut Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang


menampakkan keislamannya dari keluarga al-Khira, Secara bertahap
Abdulllah bin Saba’ menyebarkan pendapat-pendapatnya di tengah-tengah
kaum muslimin, dimana sasarannya adalah pribadi Ali bin Thalib.
Abdullah menyebarkan suatu pendapat bahwa di dalam kitab taurat setiap
Nabi itu mempunyai seseorang yang mengemban amanatnya (wasiatnya).
Maka Ali adalah pengemban wasiat Nabi Muhammad. Dia adalah
pengemban amanat terbaik sebagai mana Muhammad adalah Nabi
terbaik.11

b. Al Ghurabiyah

Kelompok ini termasuk kelompok ekstrim (Ghulat). Kelompok ini


tidak menuhankan Ali seperti al-Sabaiyah, hanya saja kelompok ini
mendudukan Ali di atas Nabi Muhammad. Menurut mereka, risalah Islam
sebenarnya diturunkan kepada Ali, tetapi Jibril salah menurunkan sehingga
risalah Islam diberikan kepada Nabi Muhammad. Mereka disebut al-
Ghurabiyah karena mengatakan bahwa Ali mirip dengan Nabi Muhammad
SAW., seperti halnya ghurab (burung gagak ) yang satu sama dengan
buruk gagak lain.12

c. Al Kaisaniyah

10
Prof. Dr. Muhammad Abu Zahrah, Sejarah Aliran-Aliran Dalam Islam Bidang politik
dan Aqidah, Ponorogo: Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1991, hal. 48
11
Ibid, hal. 52

12
Ibid, hal. 53
Mereka adalah pengikut al-Mukhtar bin Ubaid al-Tuqo. al-
Mukhtar pada mulanya adalah seorang khawarij, kemudian menjadi
seorang Syi’ah yang mendukung Ali. Nama al-Kaisaniyah diambil dari
kata Kaisan. ada yang mengatakan bahwa Kaisan adalah nama asli al-
Mukhtar. Ada pula yang mengatakan bahwa Kaisan adalah seorang hamba
Ali bin Abi Thalib atau seorang murid anaknya, Muhammad bin al-
Hanafiyah.13

d. Al Imamiyah

Syi’ah Imamiyah adalah nama yang dititikberatkan pada


pandangannya tentang imamah. Nama Syi’ah Iman dua besar didirikan
atas bilangan iman yang mereka yakini berjumlah dua belas orang imam.
Nama Syi’ah Ja’fariyah adalah nama yang dinisbatkan nama imam mereka
yang keenam. Dua belas imam yang mereka yakini adalah :

1) Al Murtadha (Abdul Hasan Ali bin Abi Thalib)

2) Azzakiy (Abu Muhammad Hasan bin Ali)

3) Sayyidusysyuhada

4) Zainal Abidin (Abu Muhammad Ali bin Husain)

5) Al Baqir (Abu Ja’far Muhammad bin Ali)

6) Asshadiq (Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad)

7) Al Khazim (Abu Ibrahim Musa bin Ja’far)

8) Arridha (Abul Hasan Ali bin Musa)

9) Al Jawwad (Abu Ja’far Muhammad bin Ali)

10) Al Hadi (Abdul Hasan Muhammad bin Ali)

11) Al Askari (Abu Muhammad bin Ali)

12) Al Mahdi (Abul Qasim Muhammad bin Hasan)


13
Ibid, hal. 54
Syarat-syarat imam menurut Syi’ah Imamiyah ialah imam harus
terpelihari dari sifat-sifat buruk dan tercela, juga harus terpelihara dari
kesalahan dan lupa.

e. Al Zaidiyah

Nama Syi’ah Zaidiyah ini dinisbatnya kepada imam Zaid bin Ali
bin Husain. Menurut Syi’ah Zaidiyah yang berhak menduduki jabatan
imamah adalah anak keturunan Fatimah dengan syarat-syarat berilmu,
pemberani dan pemurah, dan menampilkan diri sebagai imam dapat
dinyatakan sebagai imam yang sah. Selain itu aliran ini membenarkan
adanya dua orang imam dalam dua wilayah yang berbeda dan keduanya
wajib ditaati dengan ketentuan masing-masing imam harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan.

f. Al Ismailiyah

Syi’ah Ismailiyah dinisbatkan kepada Islam bin Ja’far Ashsahdiq.


Syi’ah Ismailiyah beraneka ragam terdapat di daerah-daerah islam yang
sehingga saat ini cukup terkenal di India dan sekitarnya.14

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari pembahasan ini kita dapat mengetahui bahwasanya Syi’ah adalah


aliran yang sesat, aliran yang mana di dalamnya aja suatu ajaran yang disebut
“TAQIYAH” yaitu ajaran boleh berpura-pura, bahkan dianjurkan kepada selain
golongan Syi’ah. mereka diperbolehkan berbohong dengan tujuan menarik
manusia untuk menjadi Syi’ah. Maka dari itu kita harus berhati-hati dengan
ajaran-ajaran yang sesat, ajaran yang tidak dengan syari’at Islam. Adanya

14
Drs. Sudarsono, S.H., Filsafat Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997, hal. 17-20
penjelasan ini, menjadi sumber pengetahuan, jika ada suatu kekurangan mohon
hendaknya diperbaiki kemudian.

DAFTAR PUSTAKA

Bag. Kurikulim KMI, Tarikh Islam Untuk Kelas 1 KMI, Gontor: Darussalam Press, 2018

Hasan, DR. Hasan Abdullah, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2013

Drs. Sudarsono, S.H., Filsafat Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997


Djazuli, KH. Ahmad Zainuddin, Aswaja Akidah Umat Islam Indonesia, Kediri: PP Al-
Falah, 2012
Zhahir, Prof. Dr. Ikhsan Ilahi, M.A., Syi’ah Berbohong Atas Nama Ahlul Al-Bait,
Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987
Zahrah, Prof. Dr. Muhammad Abu, Sejarah Aliran-Aliran Dalam Islam Bidang politik
dan Aqidah, Ponorogo: Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1991

Anda mungkin juga menyukai