Anda di halaman 1dari 2

KONSEP RIBA’ DALAM AL-QUR’AN

Secara bahasa berarti tambahan atau kelebihan. Sedangkan secara


terminologis ada beberapa penndapat dari para ulama, sebagai berikut:

1. menurut al-Shabuni, riba adalah tambahan yang diambil oleh


pemberi hutang dari penghutang sebagai perumbangan dari masa
(meminjam).
2. Al-Jurnani mendefinisikan riba sebagai tambahan atau kelebihan
yang tiada bandingannya bagi salah satu orang yang berakad.
3. Abdurrahman Al-Jaziri menjelaskan bahwa riba menurut istilah
adalah tambahan pada salah satu dua barang yang sejenis yang
ditukar tanpa adanya imbalan atau imbangan terhadap tambahan
tersebut.
4. Madzhab Syafi’i dimaknai sebagai transaksi dengan imbalan
tertentu yang tidak diketahui kesamaan takarannya maupun ukuran
waktunya kapan terjadi transaksi dengan penundaan penyerahan
kedua barang yang dipertukarkan atau salah satunya.

Dari berbagai pendapat diatas yang berbeda-beda dapat diketahui bahwa


secara umum terdapat benang merah antara pengertian secara bahasa maupun
secara istilah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan tersebut
tanpa disertai imbangan tertentu.

Adapun dasar hukum atau tahap pelarangan riba’ dapat dijelaskan dalam
beberapa ayat al-Qur’an. Menurut Quraish Shihab, dalam al-Qur’an kata riba’
diulang sebanyak delapan kali yang terdapat dalam empat surah, dan masih
banyak lagi pendapat-pendapat tentang tahap pelarangan riba’ dari berbagai
ulama. Namun dapat disimpulkan tahap pelarangan riba sebagai berikut:

1. Tahap pertama: belum adanya penegasan dalam pengharaman riba’


namun Allah telah membencinya dan tidak adanya pahala bagi
yang melakukannya.
2. Tahap kedua: riba digambarkan sebagai sesuatu yang buruk dan
Allah akan memberikan balasan yang keras bagi siap yang
memakan riba’
3. Tahap ketiga: riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu
tambahan yang berlipat ganda, dan ini termasuk riba yang sangat
buruk dan keji.
4. Tahap keempat: Pada tahap ini telah jelas dan tegas bahwa Allah
mengaharamkan apapun jenis tambahan yang diambil dari
pinjaman, baik sedikit maupun banyak.

Untuk memahami lebih dalam tentang riba maka harus mengetahui sebab
yang melatarbelakangi nya. Secara historis ada beberapa versi yang menjadi latar
belakang turunnya ayat larangan riba’. Namun pada umumnya para mufassir
dengan mengutip dari al-Thabari berpendapat bahwa ayat al-Baqarah 275-279,
khususnya ayat 275, turun disebabkan oleh pengalaman paman Nabi Muhammad
saw, Abbas bin Abdul Muthalib dan Khalid bin Walid, yang bekerjasama
meminjamkan uang kepada orang lain Tsaqif bani ‘Amr. Sehingga keduanya
mempunyai banyak harta ketika Islam datang.

Kemudian pelarangan riba dalam al-Qur’an memiliki relevansi terhadap


ekonomi. Karena dengan adanya riba menjadikan posisi berimbang, tidak adanya
keadilan. Sistem riba pun dapat menjadikan kesenjangan pertumbuhan ekonomi
masyarakat dunia makin terjadi secara kostant dan akan mempengaruhi investasi,
semakin tinggi suku bunga. Ketika investasi semakin menurun, maka akan
berdampak pada meningkatnya angka pengangguran.

Anda mungkin juga menyukai