Anda di halaman 1dari 33

TAFSIR AYAT “R I B A”

Tafsir Ayat Ekonomi

By Abdul Basir, S.Pd.I, S.Pd, M.Pd.I, Dipl. KPP


Pengertian Riba Secara Umum
Dalam kamus Lisaanul ‘Arab, kata riba diambil dari kata ‫ َربَا‬. Jika
ْ‫ َّشي ُْئ َ ر‬33‫بَا لا‬3‫ َر‬artinya sesuatu itu bertambah
seseorang berkata ‫ ب ُْو َر ْب ًوا َو َربًا‬33‫ي‬
dan tumbuh. Jika orang menyatakan ‫ُه‬3 ُ‫بَيـْت‬3‫ أَ ْر‬artinya aku telah
menambahnya dan menumbuhkannya. Dalam al-Qur-an disebutkan:
‫ص َدقَ ِات‬
َّ 33‫…“ َويُرْ بِي لا‬Dan menyuburkan sedekah…” [Al-Ba-qarah/2: 276]
Riba adalah penetapan nilai tambahan (bunga) atau melebihkan jumlah
pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari
jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam.
Riba secara bahasa yaitu ziyadah (tambahan).
Dalam pengertian lain, riba juga berarti tumbuh dan membesar.
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan
dari harta pokok atau modal.
Secara umum “Pengertian riba adalah pengambilan tambahan, baik
dalam transaksi jual-beli maupun hutang piutang secara batil atau
bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.”

2
Macam Macam Riba
Imam ‘Ali bin Husain bin Muhammad atau yang lebih dikenal dengan
sebutan as-Saghadi, menyebutkan dalam kitab an-Nutf bahwa riba
menjadi tiga bentuk yaitu:
1. Riba dalam Hutang Piutang
Riba hutang-piutang adalah tindakan mengambil manfaat tambahan dari
suatu hutang. Riba hutang-piutang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Riba Qard, yaitu mengambil manfaat atau tingkat kelebihan tertentu
yang diisyaratkan kepada penerima hutang (muqtaridh).
Riba Jahiliyah, yaitu penambahan hutang lebih dari nilai pokok karena
penerima hutang tidak mampu membayar hutangnya tepat waktu.
2. Riba dalam Jual Beli
Riba jual-beli terjadi saat transaksi jual beli secara kredit atau
pembayaran dengan cara mencicil. Penjual menetapkan penambahan nilai
barang karena konsumen membelinya dengan mencicil.

3
Pengertian riba jual-beli dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
Riba Fadhl, yaitu praktik pertukaran antar barang
sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda,
sedangkan barang yang dipertukarkan tersebut
masih termasuk dalam jenis barang ribawi.
Riba Nasi’ah, yaitu penangguhan penyerahan/
penerimaan jenis barang ribawi yang
dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya.
Riba nasi’ah terjadi karena adanya perbedaan,
perubahan, atau penambahan antara barang yang
diserahkan saat ini dengan yang diserahkan
kemudian.
4
QS. Ar Ruum : 39
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu
berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, Maka riba itu tidak menambah
pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, Maka (yang
berbuat demikian) Itulah orang-orang yang
melipat gandakan (pahalanya).”
Tafsir QS. Ar Ruum : 39
Barang siapa yang memberikan sesuatu kepada
seseorang dengan harapan orang itu akan
membalas dengan pemberian yang lebih banyak
daripada yang telah diberikannya, maka
pemberian yang demikian tidak berpahala di sisi
Allah. Sedangkan orang yang memberikan zakat
kepada seseorang dengan tujuan untuk
mendapatkan keridhaan Allah, maka akan
dilipatgandakan pahala dan balasan si
pemberinya oleh Allah.
QS. An Nisa : 161
“Dan disebabkan mereka memakan riba,
Padahal Sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka
memakan harta benda orang dengan jalan
yang batil. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir di antara mereka
itu siksa yang pedih.”
Tafsir QS. An Nisa : 161
Pengharaman sebagian dari apa yang tadinya dihalalkan
adalah juga disebabkan mereka memakan riba, yang
merupakan sesuatu yang sangat tidak manusiawi padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang oleh Allah dari
mengambilnya, dengan demikian mereka menggabung
dua keburukan sekaligus, tidak manusiawi dan
melanggar perintah Allah dan karena mereka memakan
harta orang dengan jalan yang bathil seperti melalui
penipuan, atau sogok menyogok dan lain – lain. Kami
telah menyediakan untuk orang – orang yang kafir
diantara mereka, yakni siksa yang pedih, di akhirat kelak.
QS. Ali Imran : 130
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memakan Riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.”
Tafsir QS. Ali Imran : 130
Ayat diatas merupakan penegasan kepada orang-orang yang
beriman untuk tidak memakan riba. Terlebih lagi apabila
riba tersebut berlipat ganda. Riba yang dimaksud disini
adalah riba nasi’ah yang berlipat ganda yang umum terjadi
dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah. Riba nasiah ialah
pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang
meminjamkan. Menurut sebagian besar ulama bahwa riba
nasi’ah selamanya hukumnya haram, meskipun tidak
berlipat ganda. Sebagaimana telah diterangkan bahwa Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Oleh karena
itu Allah memberikan perintah kepada orang-orang beriman
supaya bertakwa dengan meniggalkan riba tersebut. Dengan
begitu mereka yang taat akan mendapatkan keberuntungan.
QS. Al Baqarah : 275-276
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang- orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya. (275) Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan
sedekah. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap
dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (276)
Tafsir QS. Al Baqarah : 275
Melalui ayat ini, Allah menceritakan bahwa seorang
pemakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat
layaknya orang gila yang mengamuk seperti
kesurupan setan. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu
Abbas juga berkata pada hari kiamat akan dikatakan
kepada pemakan riba, “Ambillah senjatamu untuk
berperang! (Allah dan Rasul-Nya menantang mereka
untuk berperang dengan-Nya dikarenakan mereka
tidak berkenan untuk meninggalkan sisa riba dan
mereka tidak memiliki senjata apapun selain berharap
perlindungan dari azab Allah) Ibnu Abbas membaca
ayat ke 275 dari surat Al Baqarah tersebut, lalu
dikatakan juga hal itu terjadi pada saat mereka
dibangkitkan dari kubur”.
TafsirQS. Al Baqarah : 275
Allah menegaskan bahwa telah dihalalkan jual-beli
dan diharamkan riba. Orang-orang yang
membolehkan riba dapat ditafsirkan sebagai
pembantahan hukum-hukum yang telah ditetapkan
oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. Riba yang dahulu telah dimakan
sebelum turunya firman Allah ini, apabila
pelakunya bertobat, tidak ada kewajiban untuk
mengembalikannya dan dimaafkan oleh Allah.
Sedangkan bagi siapa saja yang kembali lagi
kepada riba setelah menerima larangan dari Allah,
maka mereka adalah penghuni neraka dan mereka
kekal di dalamnya.
Tafsir QS. Al Baqarah : 276
Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah
memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya.
dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah
ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan
sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya. Dan
maksud dari kalimat “Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat
dosa” adalah dengan rasa tidak puasnya dengan harta
halal yang telah diberikan Allah, lalu ia berusaha untuk
memakan harta orang lain dengan cara yang tidak baik
dan melalui usaha yang jahat. Dengan demikian,
berarti ia berusaha untuk mengingkari nikmat Allah
yang ada padanya, sehingga hilanglah keberkahan dari
harta yang ia miliki.
QS. Al Baqarah : 278-279
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu
orang- orang yang beriman. (278) Maka jika
kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”
(279)
Tafsir QS. Al Baqarah : 278-279
Allah memerintahkan hambanya untuk beriman dan
bertakwa melalui meninggalkan sesuatu yang dapat
menjauhi hambanya dari keridhaan-Nya. Makna dari
“tinggalkan sisa riba” di sini adalah tinggalkanlah hartamu
yang merupakan kelebihan dari pokok yang harus
dibayarkan oleh orang lain. Pada ayat selanjutnya, dijelaskan
pula bahwa apabila sisa riba tersebut tidak ditinggalkan oleh
orang- orang yang beriman, maka Allah dan Rasul-Nya akan
memerangi pada pengambil riba tersebut. Dan ayat
selanjutnya pula menjelaskan bahwa apabila terdapat orang
yang sedang berhutang sedang mengalami kesulitan dalam
melunasi hutangnya, hendaknya diberikan penangguhan
hingga dirinya memiliki kelapangan harta. Apabila orang
tersebut tidak mampu membayarnya, akan lebih baik untuk
direlakan dan akan dianggap sebagai sedekah di sisi Allah.
Tafsir QS. Al Baqarah : 278-279
Dengan prinsip membebaskan orang dari kesulitan,
riba menjadi salah satu hal yang sangat dilarang
untuk dipraktekkan dan dijanjikan untuk diperangi
oleh Allah dan Rasul-Nya apabila orang-orang
beriman tidak meninggalkannya setelah diberikan
peringatan. Meminta tambahan atas keterlambatan
pelunasan merupakan praktek riba, walaupun
terkadang hal tersebut dilakukan untuk mendorong
orang tersebut supaya cepat melunasi hutangnya,
namun hal tersebut merupakan hal yang buruk di sisi
Allah karena menyedekahkannya dengan tujuan
meringankan beban orang yang berhutang adalah
jauh lebih baik dan mendatangkan keridhaan-Nya.
Riba’
Matan Hadits 1
َّ ‫ َح َّد َث ِن ي َع ْب ُد‬،‫اك‬
ُ‫الر ْح َمن ْبن‬ ٌ ‫ َح َّد َث َن ا س َم‬،‫ َح َّد َث َن ا ُز َه ْي ٌر‬، ‫س‬ َ ُ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ 
ِ َّ ِ َ ‫حدثن ا أحمد بن يون‬
َ‫هللا َع َل ْي ِه َو َسل َم ِآكل‬
ُ ‫ص َّلى‬ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ
َ ‫الله‬ ْ َ ُ ْ َ ْ َّ ْ َ
ِ ‫ لعن رسول‬:‫ قال‬،‫ ع َن أ ِب ِيه‬،‫ود‬ ٍ ‫عب ِد الل ِه ب ِ َن مسع‬
َُ‫ َو ُم ْؤكل ُه َو َشاه َد ُه َوكاتبه‬،‫الرَبا‬
ّ
ِ ِ ِ ِ
2895. Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin
Yunus(1), telah menceritakan kepada kami Zuhair(2),
telah menceritakan kepada kami Simak(3), telah
menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Abdullah
bin Mas'ud(4), dari ayahnya(5), ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat
orang yang makan riba, orang yang memberi makan
riba, saksinya dan penulisnya. (HR. Abu Daud)
Perawih
(1) Ahmad bin 'Abdullah bin Yunus bin 'Abdullah bin Qais, At
Tamimiy Al Yarbuu'iy, Abu 'Abdullah , Tabi'ul Atba' kalangan
tua, wafat tahun 227 H, hidup di Kufah, wafat di Kufah.
(2) Zuhair bin Mu'awiyah bin Hudaij, Al Ja'fiy, Abu
Khaitsamah, Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, wafat tahun 173 H,
hidup di Kufah, wafat di Jazirah.
(3) Simak bin Harb bin Aus, Adz Dzahaliy Al Bakriy, Abu Al
Mughirah, Tabi'in kalangan biasa, wafat tahun 123 H.
(4) Abdur Rahman bin 'Abdullah bin Mas'ud, Al Hadzaliy,
Tabi'in kalangan tua, wafat tahun 79 H, hidup di Kufah.
(5) Abdullah bin Mas'ud bin Ghafil bin Habib, Al Hadzliy Al
Madaniy, Abu 'Abdur Rahman, Ibnu Ummi 'Abd, Shahabat,
wafat tahun 32 H, hidup di Kufah, wafat di Madinah.
Sumber Hadits Lain
Shahih Muslim 2994
Shahih Muslim 2995
Sunan Tirmidzi 1127
Sunan Nasai 5014
Sunan Nasai 5015
Sunan Nasai 5016
Sunan Ibnu Majah 2268
Musnad Ahmad 601
Musnad Ahmad 624
Musnad Ahmad 634
Musnad Ahmad 803
Musnad Ahmad 933
Musnad Ahmad 1065
Musnad Ahmad 1222
Musnad Ahmad 1294
Musnad Ahmad 3539
Musnad Ahmad 3550
Musnad Ahmad 3618
Musnad Ahmad 4099
Musnad Ahmad 13744
Musnad Darimi 2423
Matan Hadits 2
ْ‫ان َع ْن َث ْور ْبن َزْيد َع ْن َأبي ْال َغ ْيث َعن‬ ُ ‫الله َح َّد َث َنا ُس َل ْي َم‬ َّ ْ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ 
‫َحدثنا عبد الع ِز ِيز بن عب ِد‬
ُِ ِ ٍ ِ ِ ِ
َ‫الس ْب َع امْل ُوب َقات َقالوا يا‬ َّ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ ّ َّ ْ َ َ َ ْ َ ُ
‫أ ِب ي هريرة عن الن ِب ِي ص لى الله علي ِه وس لم قال اجت ِنبوا‬
ِ
‫َّ ِ َ َّ َ َّ ُ اَّل‬ ْ َّ ُ ْ َ َ ُ ْ ّ َ َّ ُ ْ ّ َ َ َّ ُ َ َ َّ َ ُ َ
‫س ال ِت ي حرم الله ِإ‬ ِ ‫الس حر وقتل النف‬ ِ ‫الشرك ِبالل ِه و‬ ِ ‫رس ول َالل ِه وم ا ه َن قال‬
‫مْل‬
َ ‫ص َنات ا ُ ْؤم‬ ‫مْل‬
َ ‫الز ْحف َو َق ْذ ُف ا ُ ْح‬ َّ ‫الت َو ّلي َي ْو َم‬
َّ ‫الرَبا َوأ ْك ُل َمال ْال َيتيم َو‬ ّ ُ ْ َ ّ َ ْ
‫ات‬ِ ِ ‫ن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ل‬ ‫ك‬‫ِبالح ِق وأ‬
‫ْ َ اَل‬
‫الغا ِف ِت‬
6351. Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Abdullah(1)
telah menceritakan kepada kami Sulaiman(2) dari Tsaur bin Zaid(3)
dari Abul Ghaits(4) dari Abu Hurairah(5) dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda; "Jauhilah tujuh dosa besar yang membinasakan."
Para sahabat bertanya; 'Ya Rasulullah, apa saja tujuh dosa besar yang
membinasakan itu? ' Nabi menjawab; "menyekutukan Allah, sihir,
membunuh jiwa yang Allah haramkan tanpa alasan yang benar,
makan riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan
menuduh wanita mukmin baik-baik melakukan perzinahan."
Perawih
(1) Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Yahya bin 'Amru bin
Uwais, Al Uwaisiy Al Qurasyiy, Abu Al Qasim, Tabi'ul Atba'
kalangan tua, hidup di Madinah.
(2) Sulaiman bin Bilal, At Taymiy Al Qurasyiy, Abu
Muhammad, Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, wafat
tahun 172 H, hidup di Madinah, wafat di Madinah.
(3) Tsaur bin Zaid, Tabi'in (tdk jumpa Shahabat), wafat tahun
135 H, hidup di Madinah.
(4) "Salim, maula Ibnu Muthi'", Al Madaniy, Abu Al Ghaits,
Tabi'in kalangan pertengahan, hidup di Madinah.
(5) Abdur Rahman bin Shakhr, Ad Dawsiy Al Yamaniy, Abu
Hurairah, Shahabat, wafat tahun 57 H, hidup di Madinah,
wafat di Madinah.
Sumber Hadits Lain
ShahihMuslim 129
Sunan Abu Daud 2490
Sunan Nasai 3611
Matan Hadits 3
‫ْت أَبي‬
ُ ‫َرأَي‬ ‫ال َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ قَا َل أَ ْخبَ َرنِي َع ْو ُن ب ُْن أَبِي ُج َح ْيفَةَ قَا َل‬ ٍ َ‫َح َّدثَنَا َحجَّا ُج ب ُْن ِم ْنه‬
ِ
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬َ ِ ‫ك قَا َل إِ َّن َرسُو َل هَّللا‬ َ ِ‫ت فَ َسأ َ ْلتُهُ َع ْن َذل‬
ْ ‫اج ِم ِه فَ ُك ِس َر‬ِ ‫ا ْشتَ َرى َحجَّا ًما فَأ َ َم َر بِ َم َح‬
‫اش َمةَ َو ْال ُم ْستَ ْو ِش َمةَ َوآ ِك َل الرِّ بَا‬
ِ ‫ب اأْل َ َم ِة َولَ َع َن ْال َو‬
ِ ‫ب َو َك ْس‬ ِ ‫َو َسلَّ َم نَهَى َع ْن ثَ َم ِن ال َّد ِم َوثَ َم ِن ْال َك ْل‬
‫ص ِّو َر‬ َ ‫َو ُمو ِكلَهُ َولَ َع َن ْال ُم‬
2084 Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal(1) telah
menceritakan kepada kami Syu'bah(2) berkata, telah mengabarkan
kepada saya 'Aun bin Abu Juhaifah(3) berkata; Aku melihat
Bapakku(4) membeli tukang bekam lalu memerintahkan untuk
menghancurkan alat-alat bekamnya. Kemudian aku tanyakan
masalah itu. Lalu Bapakku berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam telah melarang harga (uang hasil jual beli) darah, anjing,
memeras budak wanita dan melarang orang yang membuat tato
dan yang minta ditato dan pemakan riba' dan yang meminjamkan
riba, serta melaknat pembuat patung". (HR. Bukhari)
Perawih
(1) Hajjaj bin Al Minhal, ABuMuhammad, Tabi'ut
Tabi'in kalangan biasa, wafat tahun 217 H, hidup
di Bashrah, wafat di Bashrah. (2) Syu'bah bin Al
Hajjaj bin Al Warad, Al Azdiy Al Wasithiy, Abu
Bistham, Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, wafat tahun
160 H, hidup di Bashrah, wafat di Bashrah. (3)
Aun bin Abu Juhaifah Wahab bin 'Abdullah, As
Suwa'iy, Tabi'in kalangan biasa, wafat tahun 116
H, hidup di Kufah. (4) Wahab bin 'Abdullah , As
Suwa'iy, Abu Juhaifah, Al Khair, Shahabat, wafat
tahun 74 H, hidup di Kufah, wafat di Kufah.
Sumber Hadits Lain
Shahih Bukhari 5489
Shahih Bukhari 5505
Sunan Abu Daud 3018
Sunan Abu Daud 3022
Sunan Nasai 4596
Sunan Ibnu Majah 2151
Musnad Ahmad 2495
Musnad Ahmad 7635
Musnad Ahmad 8039
Musnad Ahmad 8217
Musnad Ahmad 9003
Musnad Ahmad 13891
Musnad Ahmad 14125
Musnad Ahmad 14274
Musnad Ahmad 18007
Musnad Ahmad 18019
Matan Hadits 4
‫ع ْب ُد‬
َ ‫ق َح َّدثَنَا‬ َ ‫ َّو ِام أَ ْخبَ َرنَا يَحْ يَى ب ُْن أَبِي إِ ْس َحا‬3‫ْي َس َرةَ َح َّدثَنَا َعبَّا ُد ب ُْن ْال َع‬3‫ان ب ُْن َم‬
ُ ‫َح َّدثَنَا ِع ْم َر‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ْن‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل نَهَى النَّبِ ُّي‬ ِ ‫الرَّحْ َم ِن ب ُْن أَبِي بَ ْك َرةَ َع ْن أَبِي ِه َر‬
‫ْف‬َ ‫ض ِة َكي‬ َّ ِ‫ب بِ ْالف‬
َ َ‫ب إِاَّل َس َوا ًء بِ َس َوا ٍء َوأَ َم َرنَا أَ ْن نَ ْبتَا َع ال َّذه‬
ِ َ‫ب بِال َّذه‬ِ َ‫ض ِة َوال َّذه‬ َّ ِ‫ض ِة بِ ْالف‬
َّ ِ‫ْالف‬
‫ْف ِش ْئنَا‬
َ ‫ي‬3‫ب َك‬ ِ َ‫الذه‬ َّ ِ‫ضةَ ب‬ َّ ِ‫ِش ْئنَا َو ْالف‬
2034. Telah menceritakan kepada kami 'Imran bin Maisarah(1)
telah menceritakan kepada kami 'Abbad bin Al 'Awwam(2) telah
mengabarkan kepada kami Yahya bin Abu Ishaq(3) telah
menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Abu Bakrah(4)
dari Bapaknya radliallahu 'anhu(5) berkata; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam melarang jual beli perak dengan perak dan
emas dengan emas kecuali dengan jumlah yang sama, dan
memerintahkan kami untuk berjual beli emas dengan perak
terserah bagaimana keinginan kami dan perak dengan emas
terserah bagaimana keinginan kami".
Perawih
(1) Imran bin Maisarah, Al Minqariy, Abu Al Hasan, Tabi'ul
Atba' kalangan tua, wafat tahun 223 H, hidup di Bashrah.
(2) Abbad bin Al 'Awwam bin 'Umar, Al Kilabiy, Abu Sahal,
Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 185H,
hidup di Hait.
(3) Yahya bin Abi Ishaq, Al Hadlramiy, An Nahwiy, Tabi'in
kalangan biasa, wafat tahun 136 H, hidup di Bashrah. (4)
Abdur Rahman bin Abi Bakrah Nufai' bin Al Harits, Ats
Tsaqafiy, Abu Bahar, Tabi'in kalangan tua, wafat tahun 96 H,
hidup di Bashrah. (5) Nufai' bin Al Harits bin Kildah, Ats
Tsaqafiy, Abu Bakrah, Tabi'in kalangan biasa, wafat tahun 52
H, hidup di Bashrah, wafat di Bashrah.
Sumber Hadits Lain
Shahih Muslim 2977
Sunan Nasai 4502
Sunan Ibnu Majah 2246
Musnad Ahmad 11006
Musnad Ahmad 11054
Matan Hadits 5
ُّ ‫ال النَّب‬
‫ي‬
ِ َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ق‬ ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
ِ ‫ب َر‬ٍ ‫از ٍم َح َّدثَنَا أَبُو َر َجا ٍء َع ْن َس ُم َرةَ ب ِْن ُج ْن ُد‬
ِ ‫يل َح َّدثَنَا َج ِري ُر ب ُْن َح‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُمو َسى ب ُْن إِ ْس َما ِع‬
‫طلَ ْقنَا َحتَّى أَتَ ْينَا َعلَى نَهَ ٍر ِم ْن َد ٍم فِي ِه‬ ٍ ْ‫ْت اللَّ ْيلَةَ َر ُجلَ ْي ِن أَتَيَانِي فَأ َ ْخ َر َجانِي إِلَى أَر‬
َ ‫ض ُمقَ َّد َس ٍة فَا ْن‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َّ َم َرأَي‬
َ
‫ُج َر َمى‬ َ ‫ارةٌ فَأ َ ْقبَ َل الرَّجُ ُل الَّ ِذي فِي النَّهَ ِر فَإ ِ َذا أَ َرا َد ال َّر ُج ُل أَ ْن يَ ْخر‬
َ ‫َر ُج ٌل قَائِ ٌم َو َعلَى َو َس ِط النَّهَ ِر َر ُج ٌل بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِح َج‬
‫ال‬َ َ‫ت َما هَ َذا فَق‬ ُ ‫ان فَقُ ْل‬ َ ‫ان فَ َج َع َل ُكلَّ َما َجا َء لِيَ ْخ ُر َج َر َمى فِي فِي ِه ِب َح َج ٍر فَيَرْ ِج ُع َك َما َك‬ َ ‫ْث َك‬ُ ‫ال َّر ُج ُل بِ َح َج ٍر فِي فِي ِه فَ َر َّدهُ َحي‬
‫ال َّ ِذي َرأَ ْيتَهُ فِي النَّهَ ِر آ ِك ُل ال ِّربَا‬
1943. Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il(1) telah menceritakan kepada
kami Jarir bin Hazim(2) telah menceritakan kepada kami Abu Raja'(3) dari Samrah bin
Jundub radliallahu 'anhu(4) berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada
suatu malam aku bermimpi dua orang menemuiku lalu keduanya membawa aku keluar
menuju tanah suci. Kemudian kami berangkat hingga tiba di suatu sungai yang airnya
dari darah. Disana ada seorang yang berdiri di tengah sungai dan satu orang lagi berada
(di tepinya) memegang batu. Maka laki-laki yang berada di tengah sungai
menghampirinya dan setiap kali dia hendak keluar dari sungai maka laki-laki yang
memegang batu melemparnya dengan batu kearah mulutnya hingga dia kembali ke
tempatnya semula di tengah sungai dan terjadilah seterusnya yang setiap dia hendak
keluar dari sungai, akan dilempar dengan batu sehingga kembali ke tempatnya semula.
Aku bertanya: "Apa maksudnya ini?" Maka orang yang aku lihat dalam mimpiku itu
berkata: "Orang yang kamu lihat dalam sungai adalah pemakan riba'".
Perawih
(1) Musa bin Isma'il, At Tabudzakiy Al Manqiriy, Abu
Salamah, Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, wafat
tahun 223 H, hidup di Bashrah, wafat di Bashrah.
(2) Jarir bin Hazim bin Zaid, Abu An Nadlor, Tabi'in
(tdk jumpa Shahabat), wafat tahun 170 H, hidup di
Bashrah.
(3) Imran bin Taymi, Al 'Atharidiy, Abu Raja', Tabi'in
kalangan tua, wafat tahun 107 H, hidup di Bashrah.
(4) Samrah bij Jundab bin Hilal, Al Fazariy, Abu Sa'id,
Shahabat, wafat tahun 58 H, hidup di Bashrah, wafat di
Bashrah.
TE R I MA KASI H

Anda mungkin juga menyukai