“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka
riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.
“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan)
yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda
orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisa’ : 160-161)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Ali Imran : 130)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-
sisa riba. jika memang kamu orang yang beriman. Jika kamu tidak
melakukannya, maka terimalah pernyataan perang dari
Allah dan rasul Nya dan jika kalian bertobat maka bagi kalian adalah modal-modal, kalian
tidak berbuat zalim dan tidak pula dizalimi”. (QS. Al-Baqarah : 278- 279)
Artinya: “riba itu terdiri atas tiga jenis: riba fadl, riba al-yaad, dan riba an- nasi’ah. Al-
Mutawally menambahkan jenis keempat, yaitu riba Al-Qardh. Beliau juga menyatakan bahwa
semua jenis ini diharamkan secara ijma’ berdasarkan nash Al-Qur’an dan hadits Nabi.
Sahabat Ubadah Bin Tsamit meriwayatkan dari Nabi bersabda:
“Emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, Sya’ir
dijual dengan Sya’ir, kurma dijual dengan kurma, dan garam di jual dengan garam. Takaran
sama dan dibayar kontan. Barang siapa yang meminta tambahan maka ia telah berbuat Riba