Anda di halaman 1dari 9

SYIRKAH DAN

MUDHARABAH
ANGGOTA : - ELDY WICAKSANA - KEZYA SAVIERA
- BINTANG ZHILLAN - REGAN
- FERRYN ANINDYA - WASILATUL JANNAH
SYIRKAH
SYIRKAH ialah kerjasama sering disebut al-musyarakah
dengan istilah lain adalah syirkah atau syarikah. Syarakah atau
syirkah adalah kerjasama antara kedua belah pihak untuk
memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

Syirkah hukumnya jaiz atau mubah, berdasarkan dalil Hadits


Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam berupa
taqrir/pengakuan beliau terhadap Syirkah.
Pada saat beliau telah diutus menjadi Nabi, masyarakat pada
zaman itu teah bermuamalah dengan cara ber-syarikah dan Nabi
membenarkannya. Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah rodhiallaahu ‘anhu
:
“Allaah Azza wa Jalla telah berfirman : aku adalah pidak ketiga dari
dua pihak yang ber-syarikah selama salah satunya tidak
mengkhianati yang lainnya. Jika salah satunya berkhianat, aku
keluar dari keduanya.”
(H.R Imam Daruquthuni dari Abu Hurairah)
Menurut An - Nabhani, terdapat 5 macam syirkah dalam islam, yaitu:
A. Syirkah Inan
yaitu kerjasama atau pencampuran dana antara kedua belah pihak
atau lebih dengan porsi dana yang tidak harus sama. Dalam syirkah ini,
di syaratkan modalnya harus berupa uang (nuqud), sedangkan
barang(urudh), misalnya rumah atau mobil tidak boleh dijadikan modal
syirkah, terkecuali jika barang itu dihitung nilainya(qimah al-’urudh) pada
saat akad.
B. Syirkah Abdan
yaitu syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing masing hanya
memberikan kontribusi kerja(amal) tanpa kontribusi modal(mal).
Kontribusi kerja itu dapat berupa kerja pikiran ataupun fisik. Dalam syirkah
ini tidak di syaratkan kesamaan profesi atau keahlian tetapi boleh
berbeda profesi.
C. Syirkah Mudharabah
yaitu akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (sahibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnya sebagai pengelola. Secara umum mudharabah terbagi
menjadi dua jenis yaitu:
1. Mudharabah Mutlaqah
yaitu bentuk kerja sama antara pemodal (sahibul mal) dan
pengelola (mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi
oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
2. Mudharabah Muqayyadah
yaitu salah satu jenis mudharabah, dimana pengelola (mudharib)
dibatasi haknya oleh pemodal (sahibul mal). Adanya pembatasan ini
seringkali mencerminkan kecenderungan umum si pemodal (sahibul
mal) dalam memasuki jenis dunia usaha .
D. Syirkah Wujuh
Disebut juga syirkah ‘Ala Adz-Dzimam. Disebut syirkah wujuh karrena
didasarkan pada kedudukan, ketabahan, atau keahlian(wujuh) seseorang
di tengah masyarakat. Syirkah Wujuh adalah syirkah antara 2 pihak yang
sama sama memberikan kontribusi kerja(amal) dengan pihak ketiga yang
memberikan modal(mal). Syirkah semacam ini, hakikatnya termasuk dalam
syirkah mudharabah sehingga berlaku ketentuan ketentuan syirkah
mudharabah padanya.
E. Syirkah Mufawwadah
yaitu Syirkah antara 2 pihak atau lebih yang menggabungkan semua
jenis syirkah diatas (Syirkah Inan, Syirkah Abdan, Syirkah Mudharabah dan
Syirkah Wujuh). Keuntungan yang diperoleh dari syirkah ini dibagi sesuai
dengan kesepakatan sedangkan kerugian di tanggung sesuai dengan
jenis syirkahnya atau sesuai dengan porsi modalnya.
MUDHARABAH
Mudharabah berasal dari bahasa Arab dharb, berarti memukul
atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya
adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan
usaha.
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (sahibul mal) menyediakan dana 100%
sedangkan pihak kedua (mudharib) sebagai pengelola. Keuntungan
usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang di
tuangkan dalam kontrak. Sedangkan apabla rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan diakibatkan kelalaian si
pengelola.
Secara umum landasan syariah al mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam
ayat ayat Al-Qur’an surah Al-Baqoroh ayat 198 yang artinya sebagai
berikut :

“Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu. Maka


apabila kamu bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di
Masy’arilharam. Dan berdzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah
memberi petunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-
benar termasuk orang yang tidak tahu.
(Q.S Al-Baqoroh/2: 198)

Anda mungkin juga menyukai