Anda di halaman 1dari 10

Makalah Phi

Larangan Riba
Di
S
u
s
u
n
oleh:Ahmad Yani
Kelas:Pm 2A
Larangn Riba

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terkadang kita sebagai manusia menilai bahwa hukum fiqih itu


semuanya mudah, termasuk di dalamnya riba, kita tidak tahu
bahwa hal-hal yang sekecil inilah yang selalu membuat kita
menjadi tersesat apabila kita tidak mengetahuinya secara
terperinci, maka terjadilah penyimpangan-penyimpangan yang
bertentangan dengan ajaran Islam.

Riba bukan cuma persoalan masyarakat Islam, tapi berbagai


kalangan di luar Islam pun memandang serius persoalan riba,
masalah riba juga menjadi bahasan kalangan Yahudi, Yunani,
demikian juga Romawi, kalangan Kristen dari masa ke masa juga
mempunyai pandangan tersendiri mengenai riba.

B. Rumusan Masalah

a. Berdasarkan QS. An-Nisa’ ayat 161, dapat disimpulkan


kenapa riba dilarang? Dan apakah riba itu?

b. Apa yang mendasari bahwa riba itu dilarang dan


hukumnya haram?

c. Bagaimana hikmah dilarangnya riba?


II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba

Kata riba (‫ )ﺍﻮﺑّﺮﻟﺍ‬menurut bahasa artinya (‫ )ﺓﺩﺎ ﻳّﺰﻟﺍ‬yaitu tambahan


atau kelebihan. Sedangkan riba menurut syara’ ialah suatu akad
perjanjian yang terjadi dalam tukar menukar suatu barang yang
tidak diketahui sama atau tidaknya menurut syara’ atau dalam
tukar menukar itu disyari’atkan terlambat menerima salah satu
dari dua barang.[1]

B. Dasar-dasar al-Qur’an yang Mengharamkan Riba

1. Riba menurut al-Qur’an, Hadits, dan Ijma’ ulama’


hukumnya haram

Sesuai dengan firman Allah Swt., dalam QS. Al-Baqarah ayat 275

Artinya: “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal


Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS.
Al-Baqarah ayat 275)

Perkataan ‫ﺍﻮﺑّﺮﻟﺍ ﻞﺜﻣ ﻊﻴﺒﻟﺍ ﺎ ﻤّﻧﺍ‬ itu disebut tasybih maqlub


(persamaan terbaik sebab musyababihnya memiliki nilai lebih
tinggi, sedangkan yang dimaksud disini ialah riba itu sama
dengan jual beli – sama – sama halalnya. Tetapi mereka
berlebihan dalam kenyakinannya, bahwa riba itu dijadikan
sebagai pokok dan hukumnya halal, sehingga dipersamakan
dengan jual beli, disinilah letak keharamannya.

2. Pemakan harta riba tidak akan memperoleh kebahagiaan


Sesuai dengan firman Allah Swt., dalam QS. Ali Imran ayat 130

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali
Imran ayat 130)

Dalam ayat ini terdapat nas yang secara jelas mengharamkan riba,
yang disertai dengan penjelasan yang menerangkan riba yang
bersifat pemerasan dari golongan ekonomi kuat terhadap
golongan ekonomi lemah itu mengandung penganiayaan.
Dengan riba, pihak yang berhutang pada umumnya kaum lemah
(dhuafa) tidak mampu mengembalikan hutangnya kepada pihak
yang meminjamkan.

Pemakan harta riba secara tidak langsung berada dalam


kekafiran dan bergelimang dalam dosa

Sesuai dengan firman Allah Swt., dalam QS. Al-Baqarh ayat 276

Artinya: “Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah,


dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam
kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah ayat 276)

Perkataan ‫ﺭﺎّﻔﻛ‬ dan ‫ ﻢﻴﺛﺍ‬, kedua kata ini termasuk sighat


mubalaghah yang artinya banyak kekufuran dan banyak dosa. Ini
menunjukkan bahwa perbuatan haramnya riba, inilah sangat
keras. Dan ini termasuk perbuatan-perbuatan orang kafir bukan
perbuatan-perbuatan orang Islam.[2]

Harta yang diperoleh dari riba itu tidak mengandung berkah

Sesuai dengan firman Allah Swt., dalam QS. Ar-Rum ayat 39


Artinya: “Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar
Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum ayat 39)

Dalam ayat tersebut di atas, Allah Swt., mencela


riba dan memuji zakat. Ayat ini secara halus menyebutkan bahwa
riba itu tidak baik dan tidak bermanfaat bagi pelakunya. Karena si
pelaku tidak akan mendapat pahala di sisi Allah Swt., dalam ayat
ini dijelaskan bahwa perbuatan yang baik dan terpuji adalah
zakat yang akan menghasilkan pahala di sisi Allah Swt., di akhirat.

Yang selanjutnya diterangkan dalam QS. An-Nisa


ayat 161

Artinya: “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal


Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena
mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisa’ ayat 161)

Dalam ayat ini, Allah menerangkan riba diharamkan


bagi orang Yahudi, namun mereka melanggar larangan tersebut
dan hal ini merupakan salah satu sebab kemurkaan Tuhan
terhadap mereka.

Dalam ayat ini juga Allah sudah mengisyaratkan riba


itu dilarang atau diharamkan bagi orang Yahudi, tetapi belum
ditemukan nas secara mutlak yang menjelaskan bahwa riba itu
haram bagi orang muslim.

Ditegaskan lagi dalam QS. Al Baqarah ayat 278_279

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada


Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu
orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al Baqarah ayat 278
-279)

Dalam suatu riwayat, Rasulallah bersabda:

‫ﺍﻮَﺑِّﺮﻟﺍ َﻞِﻛَﺍ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ ﻝﻮﺳﺭ ﻦﻌﻟ ﻝﺎﻗ ﻪﻨﻋ ﷲ ﻲﺿﺭ ﺮﺑﺎﺟ ﻦﻋ‬
‫)ﻢﻠﺴﻤﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ( ءﺍَﻮَﺳ ْﻢُﻫ َﻝﺎَﻗَﻭ ُﻩَﺪِﻫﺎَﺷَﻭ ُﻪَﻴِﺗﺎَﻛَﻭ ُﻪَﻠِ ﻛْﻮُﻣَﻭ‬

Artinya: “Dari Jabir ra. berkata bahwa Rasulallah Saw., telah


melaknat orang-orang yang menjadi wakilnya (orang-orang yang
memberi makan hasil riba) orang yang menuliskannya, dan
(selanjutnya) Nabi Saw., bersabda: mereka itu semua sama saja.”

Beberapa ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa Islam


sangat membenci perbuatan riba dan Islam menganjurkan
kepada umatnya agar di dalam mencari rizki hendaknya
menempuh cara yang halal seperti jual beli dan hikmahnya.[3]

Hukuman dan Ancaman Bagi Pelaku Riba

Allah menyuruh hamba-hambanya yang beriman agar bertakwa


kepada-Nya. Allah pun melarang mereka melakukan sesuatu
yang mendekatkan mereka kepada kemurkaan-Nya, dan
menjauhkan mereka dari keridhaan-Nya. Allah Swt., berfirman
yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah, takutlah kepada-Nya, dan hati-hatilah dalam
berbuat karena Dia mengawasimu, serta tinggalkanlah siksa riba,
yakni tinggalkanlah hartamu yang merupakan kelebihan dari
pokok yang harus di bayar oleh orang lain, setelah menerima
peringatan ini. Jika kamu orang-orang yang beriman kepada apa
yang disyari’atkan Allah, yaitu penghalalan jual beli,
pengharaman riba, dan syari’at lainnya.[4]

Selanjutnya firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 yang


menyebutkan ancaman bagi orang yang melakukan riba.

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat


berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah ayat 275)

Dalam ayat ini Allah Swt., menceritakan saat mereka (orang-


orang yang memakan riba) keluar dan bangkit dari kubur, untuk
menuju kebangkitan dan perkumpulan. Allah berfirman: “orang-
orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan, lantaran penyakit gila.”
Maksudnya tidaklah mereka bangkit dari kuburnya pada hari
kiamat melainkan seperti bangkitnya orang gila pada saat dia
mengamuk dan kesurupan setan.

Dalam hal ini, Allah telah berfirman barang siapa yang kembali
lagi kepada riba setelah dia menerima larangan Allah mengenai
riba, maka mestilah dia masih dapat siksa dan ditegaskan hujjah
kepadanya. Allah berfirman, “Maka mereka itulah penghuni
neraka, sedangkan mereka kekal di dalamnya.”

Dalam ayat tersebut di atas, sudah ada ancaman dan


hukumannya bagi pelaku riba, dan ditegaskan juga tidak
diridhoinya perbuatan riba.

C. Hikmah Dilarangnya Riba

Adapun hikmah dilarangnya perbuatan riba, antara lain sebagai


berikut:

1. Riba itu dapat mendatangkan permusuhan dan


menimbulkan merosotnya semangat kerja, serta hilangnya sikap
tolong menolong, dengan demikian dapat tumbuhnya sikap
egois dan penindasan pada sesama manusia.

2. Riba dapat menyuburkan tumbuhnya sikap atau mental


pemboros dan munculnya sikap penumpukan harta pada satu
tangan, yaitu sikap bersenang-senang di atas penderitaan orang
lain.

3. Riba apabila dibiarkan terus berlanjut akan dapat menjadi


sarana untuk menjajah dan mengeruk harta orang lain.

4. Riba dapat menghilangkan sifat kasih sayang dan tolong


menolong akan sesamanya bahkan memunculkan sifat bakhil
bagi pelaku riba.[5]

III. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 161, dapat diambil


tema “Larangan riba,” yang diperkuat dengan QS. Al-Baqarah
ayat 275, QS. Ali Imran ayat 130, QS. Al-Baqarah ayat 276, QS.
Ar-Rum ayat 39, QS. Al-Baqarah ayat 278-279, merupakan surat
dan ayat al-Qur’an yang menunjukkan tentang riba.

QS. Al-Baqarah ayat 275 menegaskan bahwa Allah Swt.,


menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

QS. Ali Imran ayat 130 menyatakan larangan untuk memakan


riba, dan QS. Al-Baqarah ayat 278-279 merupakan ancaman
Allah terhadap orang-orang yang memakan harta riba.

Yang jelas ayat-ayat al-Qur’an yang sudah tertera di atas,


menyatakan bahwa Allah melarang dan mengharamkan riba,
serta melaknat orang-orang yang melakukan riba.

Demikian makalah yang dapat penulis susun, semoga makalah ini


dapat bermanfaat untuk kita semua. Amiin.....
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir Abyan, Fiqih, Toha Putra, Semarang, 2006

2. http://haritswalk.wordpress.com

3. Muh. Nasib Al-Rifa’i, Tafsir Ihtisar Ibnu Katsir Jilid I, Gema Insani,
Jakarta, 1999

4. Abdur Rochim, Fiqih untuk Madrasah Aliyah Kelas X, CV Gani


SON, 2004

Allah Swt., mengabarkan tentang pemakan riba, dan jeleknya akibat yang
mereka tuai. Dikabarkan bahwa mereka tidak akan bangkit dari kubur
mereka pada hari kebangkitan nanti, melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena (tekanan) penyakit gila. Mereka bangkit dari
kubur dalam keadaan bingung, mabuk, goncang, dan merasa pasti akan
ditimpakan hukuman yang besar, serta bencana yang menyakitkan.(Tafsir
Al-Karimir Rahman, hlm. 117)

Anda mungkin juga menyukai